2. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan
menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk Negara
Memperbaiki tingkah kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara Marimbi, 2010.
2.1.3 Tujuan Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi diharapkan agar anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi Hidayat.A.A, 2009.
2.1.4 Jenis-jenis Imunisasi
Menurut Hidayat. A.A 2009, beberapa imunisasi dasar yang diwajibkan oleh pemerintah adalah sebagai berikut :
a. Imunisasi BCG Bacillus Calmette-Guerin, merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit TBC.
b. Imunisasi DPT Diphteria, Pertusis, Tetanus, merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus.
c. Imunisasi Polio, merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
d. Imunisasi Campak, merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit campak pada anak.
Universitas Sumatera Utara
e. Imunisasi Hepatitis B, merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit hepatitis.
2.2 Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi
yang dapat merusak hati Maryunani, 2010. Imunisasi Hepatitis B adalah salah satu dari lima jenis imunisasi dasar
yang telah diwajibkan oleh Pemerintah bagi seluruh bayianak Indonesia. Sesuai dengan jadwal pemberiannya, maka imunisasi dasar ini seharusnya sudah lengkap
diberikan pada bayi sebelum usia satu tahun. Imunisasi hepatitis B di posyandu umumnya diberikan sebanyak tiga kali HB 1, HB 2 dan HB 3 dengan interval
waktu pemberian satu bulan yaitu 0 bulan, 2 bulan dan 3 bulan Depkes, 2005; Markum, 1997; Ranuh 2011.
2.2.1 Tipe Vaksin Hepatitis B
Ada dua tipe vaksin hepatitis B yang mengandung HbsAg yaitu vaksin yang berasal dari plasma dan vaksin rekombinan. Kedua vaksin ini aman dan
imunogenik walaupun diberikan pada saat lahir karena antibody anti-HbsAg ibu tidak mengganggu respons terhadap vaksin Wahab, 2002.
2.2.2 Manfaat Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B HBV berguna untuk melindungi bayi dengan memberi kekebalan terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi lever
yang dapat menyebabkan sirosis hati, kanker dan kematian Suririnah, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Efek Samping Imunisasi Hepatitis B
Mengenai efek samping imunisasi hepatitis B, biasanya memang tidak ditemukan efek samping yang serius karena imunisasi Hepatitis B ini. Kalaupun
ada, biasanya sangat ringan dan bisa cepat hilang. Yang biasanya dirasakan pasca imunisasi ini adalah rasa sakit di tempat yang disuntik, demam ringan 1-2 hari dan
sakit pada tulang sendi, namun akan segera hilang dalam beberapa hari.
2.2.4 Jadwal Imunisasi Hepatitis B
a. Imunisasi HepB-1 diberikan sedini mungkin dalam waktu 12 jam setelah lahir, mengingat paling tidak 3,9 ibu hamil mengidap hepatitis B aktif
dengan risiko penularan kepada bayinya sebesar 45. b. Imunisasi HepB-2 diberikan setelah 1 bulan 4 minggu dari imunisasi HepB-1
yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapat respons imun optimal, interval imunisasi HepB-2 dengan HepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
Maka imunisasi HepB-3 diberikan pada umur 3-6 bulan. c. Jadwal dan dosis HepB-1 saat bayi lahir, dibuat berdasarkan status HbsAg ibu
saat melahirkan yaitu 1 ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui, 2 ibu HbsAg positif, atau 3 ibu HbsAg negatif.
d. Kementrian Kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin HepB-0 monovalen dalam kemasan Uniject saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin
kombinasi DTwPHepB pada umur 2-3-4 bulan. Tujuan vaksin HepB diberikan dalam kombinasi dengan DTwP untuk mempermudah pemberian dan
meningkatkan cakupan HepB-3 yang masih rendah.
Universitas Sumatera Utara
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Pemberian Imunisasi Hepatitis B Umur Bayi
Imunisasi Kemasan
Saat lahir Hep B-0
Uniject hepB-monovalen 2 bulan
DTwP dan hepB-1 Kombinasi DTwPhepB-1
3 bulan DTwP dan hepB-2
Kombinasi DTwPhepB-2 4 bulan
DTwP dan hepB-3 Kombinasi DTwPhepB-3
Sumber: Jadwal Departemen Kesehatan 2007
2.3 Imunisasi Hepatitis B-0 2.3.1 Vaksin Hepatitis B-0
Uniject
Vaksin Hepatitis B-0 adalah vaksin virus recombinan yang telah di inactivasikan dan bersifat non infectious berasal dari HbsAg yang telah dihasilkan
dalam sel ragi Hansenula Polymorpha menggunakan teknologi DNA recombinan. Pedoman nasional di indonesia merekomendasikan agar seluruh bayi
diberikan imunisasi Hepatitis B dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada bulan berikutnya. Program Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari dimulai sejak
tahun 2005 dengan memberikan vaksin hepatitis B-0 monovalen dalam kemasan uniject saat lahir, pada tahun 2006 dilanjutkan dengan vaksin kombinasi
Difteria, Tetanus, Pertusis DTPHepB pada umur 2-3-4 bulan Hadinegoro, 2008.
Uniject adalah alat suntik semprit dan jarum sekali pakai yang sudah di isi vaksin dengan dosis yang tepat dari pabriknya. Depkes RI tahun 2005
memberikan vaksin monovalen uniject saat lahir dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DPT HB Combo pada umur 2,3,dan 4.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Tujuan Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
Pemberian imunisasi Hepatitis B-0 merupakan imunisasi yang dapat dilakukan pada waktu mulai bayi lahir sampai berusia 7 hari. Tujuan pemberian
imunisasi Hepatitis B-0 yaitu agar seluruh bayi yang berumur 0-7 hari mendapatkan imunisasi Hepatitis B-0 secara steril dan aman, tidak terjadi
kekurangan atau kelebihan vaksin Hepatitis B setiap bulannya, dan seluruh bayi yang divaksin tercatat dan dilaporkan tepat waktu Depkes RI, 2009.
2.3.3 Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B.
2.3.4 Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin dan penderita infeksi berat yang disertai kejang. Tunda pemberian imunisasi bila bayi sedang kejang atau
gangguan asfiksia atau panas tinggi, berat badan lahir 2500 gr.
2.3.5 Efek Samping
1. Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat bekas penyuntikan.
2. Reaksi sistemik seperti demam ringan, lesu dan perasaan tidak enak pada saluran cerna. Reaksi yang terjadi akan hilang dengan sendirinya setelah 2
hari.
2.3.6 Usia Pemberian
Bayi harus menerima vaksin virus hepatitis B dalam12 jam setelah lahir dengan syarat kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung.
Universitas Sumatera Utara
Dilanjutkan pada usia 1 bulan dan usia antara 3 sampai 6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap virus hepatitis B VHB selain imunisasi yang dilakukan
kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan Imunoglobulin anti hepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam Tietjen,
2004.
2.3.7 Cara Pemberian dan Dosis
1. Buka kotak wadah uniject dan periksa: - Label jenis vaksin untuk memastikan bahwa uniject tersebut memang
berisi vaksin Hepatitis B. - Tanggal kadaluarsa.
- Warna pada tanda pemantau paparan panas VVM yang tertera atau menempel pada sebungkus uniject masih layak dipakai.
2. Buka kantong aluminium atau plastik dan keluarkan uniject. 3. Pegang uniject pada bagian leher dan bagian tutup jarum. Aktifkan uniject
dengan cara mendorong tutup jarum kearah leher dengan tekanan dan gerakan cepat.
4. Saat uniject diaktifkan akan terasa hambatan dan rasa menembus lapisan. 5. Buka tutup jarum.
6. Selanjutnya tetap pegang uniject pada bagian leher dan tusukan jarum pada pertengahan paha bayi secara intramuscular IM dengan dosis 0,5 ml.
Tidak perlu dilakukan aspirasi. 7. Pijit reservoir dengan kuat untuk menyuntikkan vaksin Hepatitis B.
Universitas Sumatera Utara
8. Jangan memasang kembali tutup jarum. Buang uniject yang telah dipakai tersebut ke dalam wadah alat suntik bekas yang telah tersedia.
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0 2.4.1 Peran Ibu
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem Mubarak, 2009.
Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seseorang peran dalam
situasi sosial tertentu Mubarak, 2009. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat Setiadi, 2008.
Menurut Setiadi 2008 setiap anggota keluarga mempunyai peran masing- masing. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak
– anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial
tertentu. Peran ibu sangat penting dalam menentukan status kesehatan bayinya, termasuk untuk kelengkapan imunisasi bayinya. Berbagai faktor dapat
mempengaruhi perilaku ibu dalam memainkan perannya sehubungan dengan masalah kesehatan bayinya, misalnya latar belakang pendidikannya, umur, jumlah
anak, pekerjaan serta sosioekominya. Peningkatan cakupan imunisasi melalui pendidikan orang tua ibu telah
menjadi stategi popular di berbagai negara. Strategi ini berasumsi bahwa anak- anak tidak akan diimunisasi secara benar disebabkan orang tua tidak mendapat
Universitas Sumatera Utara
penjelasan yang baik atau karena memiliki sikap yang buruk tentang imunisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas ibu-ibu yang menjadi responden
mempunyai tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama SMP ke bawah yaitu 78, hanya 22 yang mempunyai tingkat pendidikan lebih atau setara
dengan Sekolah Menengah Atas SMA. Program imunisasi ini dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan pada orang-orang yang
memiliki pengetahuan dan komitmen yang tinggi terhadap imunisasi. Keberhasilan imunisasi juga dapat dipengaruhi ada atau tidaknya waktu
ibu untuk membawa anaknya imunisasi ke posyandu atau puskesmas pada jadwal- jadwal tertentu, seperti jadwal posyandu yang dilakukan sekali sebulan. Pada
penelitian ini umumnya ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga 82, hanya 18 ibu yang mempunyai pekerjaan selain sebagai ibu rumah tangga. Jumlah anak
serta pengalaman ibu dalam membesarkan anak-anaknya dulu dapat mempengaruhi sikap ibu terhadap imunisasi untuk anak berikutnya. Pada
penelitian ini umumnya ibu yang mempunyai 2 –3 anak sebanyak 54 orang
sedangkan yang mempunyai anak lebih atau sama dengan 4 sebanyak 22 orang.
2.4.2 Peran Bidan
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi
kualifikasi untuk didaftar register dan atau memiliki izin yang sah lisensi untuk melakukan praktik bidan Depkes RI, 2007.
Peran bidan berfungsi sebagai memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, penanggulangan
Universitas Sumatera Utara
masalah kesehatan terkait masalah kesehatan ibu dan anak. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk individu,
keluarga, kelompok khusus dan masyarakat diwilayah kerja dengan melibatkan masyarakat dan klien. Ruang lingkup pelayanan kebidanan adalah meliputi
pelayanan kebidanan kepada ibu dan anak. Pelayanan kepada anak diberikan pada masa bayi baru lahir yang diantara nya adalah pemberian imunisasi Rianti, 2010.
Bayi usia 0-12 bulan diharapkan sudah mendapat imunisasi hepatitis B secara lengkap. Pemberian imunisasi hepatitis B-0 bagi bayi yang lahir di rumah
sakit dapat diberikan sedini mungkin. Oleh karena itu tempat dimana bayi dilahirkan juga dapat mempengaruhi kelengkapan imunisasinya. Demikian juga
pelayanan imunisasi yang disediakan oleh penolong persalinannya. Untuk meningkatkan cakupan imunisasi hepatitis B, hendaknya para petugas kesehatan
maupun kader lebih sering memberikan penyuluhan dan sosialisasi agar para ibu lebih sadar untuk membawa balitanya ke posyandu ataupun sarana pelayanan
kesehatan lainnya untuk diimunisasi.
2.5 Kerangka Pikir
Kerangka Pikir dalam penelelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Pemberian Imunisasi
Hepatitis B-0 uniject
Peran Ibu
Peran Bidan
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat Deskriptif Kualitatif yang menggunakan rancangan studi kasus.
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015 yang merupakan salah satu desa
yang masih terdapatnya bayi yang belum mendapatkan imunisasi Hepatitis B-0 Uniject setelah bayi lahir.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus tahun 2015.
3.3 Pemilihan Informan
Informasi diperoleh dari ibu yang memiliki bayi 0-12 bulan dan Bidan di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun
2015. Jumlah informan berdasarkan snowball sampling yaitu informasi yang didapat melalui bidan yang kemudian didapat informasi selanjutnya tentang ibu
yang bayi nya tidak mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 dan dari ibu tersebut semakin lama semakin bertambah banyak informasi yang didapat sesuai
kecukupan yang dibutuhkan untuk penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah panduan wawancara dengan responden dan menggunakan alat perekam untuk mendapatkan rekaman hasil
wawancara dengan responden. Aspek-aspek yang ditanyakan dalam wawancara adalah apa penyebab bayi tidak mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 pada usia
0-7 hari.
3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer
Data yang diperoleh melalui wawancara mendalam indepth interview dengan informan, menggunakan panduan pertanyaan yang telah disusun, seluruh
informan diwawancarai pada waktu yang terpisah. Selama wawancara penelitian menggunakan alat perekam untuk mengurangi kelemahan pencatatan saat
wawancara.
3.5.2 Data Sekunder
Data diperoleh dari buku imunisasi di puskesmas Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015, yang
terdapat jumlah bayi pada tahun 2014 yang mendapatkan imunisasi sebanyak 34 bayi dari 67 bayi dan pada tahun 2015 dari bulan januari sampai april hanya 20
bayi dari 27 bayi yang mendapatkan imunisasi hepatitis B-0. 3.6 Definisi Istilah
1. Peran Ibu adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam
konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi
Universitas Sumatera Utara
tertentu yang didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Peran Bidan adalah memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, penanggulangan masalah kesehatan terkait masalah kesehatan ibu dan anak dan mengembangkan
pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan
melibatkan masyarakat dan klien.
3.7 Tehnik Analisa Data
Data hasil wawancara mendalam diolah dengan menggunakan analisis kualitatif, yaitu dengan menjelaskan secara mendalam berdasarkan jawaban dan
keterangan informan, kemudian akan dibandingkan dengan teori yang ada.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Desa Pangirkiran 4.1.1 Geografis
Desa Pangirkiran terletak di Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara 200 m dari puskesmas Pangirkiran. Luas wilayah desa pangirkiran
965 km
2
. Fotografi wilayah kerja desa pangirkiran berupa sungai. Dengan batas- batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Rondaman Siburegar
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Balimbing
c. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Hiteurat
4.1.2 Demografis
Jumlah penduduk Desa Pangirkiran Kabupaten Padang Lawas Utara pada tahun 2014 sebanyak 1.350 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 656 orang dan
perempuan sebanyak 694 orang dengan jumlah kepala keluarga 270 KK. Di Desa Pangirkiran terdapat satu Puskesmas Pangirkiran, terdapat tenaga
kesehatan yang terdiri dari 1 Bidan Desa, 1 Bidan Swasta, 2 Bidan yang bekerja di Puskesmas Pangirkiran.
4.1.3 Sarana Dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan hal yang mendukung pencapaian tujuan suatu program serta kegiatan pembangunan. Dengan adanya sarana dan prasarana
yang baik tentunya akan membantu segala perencanaan dalam program maupun
Universitas Sumatera Utara
kegiatan pembangunan untuk dapat berjalan dengan baik sehingga memudahkan serta mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan.
Untuk mendukung tugas pelayanan terhadap masyarakat dalam usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka Desa Pangirkiran tersedia berbagai
sarana dan prasarana, seperti sarana posyandu, prasarana kesehatan dan lain sebagainya.
4.2 Gambaran Pengumpulan Data
Peneliti memulai penelitian pada bulan Maret 2015 yaitu untuk survey pendahuluan di desa Pangirkiran tentang pemberian imunisasi hepatitis B-0 pada
bayi usia 0-7 hari. Jumlah sasaran bayi di Puskesmas Pangirkiran tahun 2014 sebanyak 277 bayi, jumlah bayi untuk desa Pangirkiran sebanyak 67 bayi, hanya
sebagian bayi yang mendapatkan imunisasi Hepatitis B-0 sebanyak 34 bayi atau hanya mencapai 35,1 tahun 2014.
Pada bulan Mei 2015 peneliti datang lagi untuk melakukan pengumpulan data kualitatif. Pada penelitian hari pertama, peneliti mendatangi Bidan yang
berperan sebagai Bidan Desa dan juga bekerja di Puskesmas Pangirkiran dibagian Imunisasi. Awalnya peneliti tidak bertemu dengan bidan tersebut karena sedang
mengadakan pengobatan gratis di Kota Gunung Tua. Hari kedua peneliti mencoba mendatangi bidan lagi pada sore hari pada saat bidan sudah pulang dari tempat
kerjanya, peneliti bertemu dengan bidan desa tersebut dan menanyakan tentang pemberian imunisasi hepatitis B-0 dan siapa-siapa saja ibu yang bayinya tidak
mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 setelah bayi lahir.
Universitas Sumatera Utara
Hari ketiga setelah mendapat informasi dari bidan, peneliti mendatangi ibu yang anaknya sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B-0 yang kebetulan juga
bekerja di Puskesmas Pangirkiran sebagai Bidan. Kemudian dari ibu tersebut peneliti mendapatkan informasi lagi tentang ibu lain yang bayinya juga tidak
mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 sampai hari keenam peneliti mendapatkan 4 orang yang bayinya tidak mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 dan 1 orang ibu
yang bayinya sudah diimunisasi hepatitis B-0.
4.3 Karakteristik Informan
Diperoleh karakteristik informan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik informan NO
Informan Umur Pendidikan
Pekerjaan Tempat
Bersalin
1. AN
35 SD
IRT Bidan
2. HN
32 SMP
IRT Bidan
3. JK
28 SMA
IRT Bidan
4. AP
30 SMA
IRT Bidan
5. YS
24 DIII
Pegawai Honorer Rumah Sakit
Informan Bidan Pendidikan
Pekerjaan
PR DIV Kebidanan
PNS
Universitas Sumatera Utara
4.4 Bayi yang Tidak Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B-0 Matriks 4.1 Bayi Tidak Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B-0 Setelah Lahir
Informan Pernyataan
1 “disuruh malas dek...banyak kerjaan menyuci lagi kesawah
lagi...jadi dak sempat aku banyak kerjaan”.
2 “ayahnya yang tak mau dek...karna masih kecil itu, apa lagi karna
yang anak pertama itu sakit habis imunisasikan jadi gak dikasihnya lah lagi yang kedua ni...”
3 “gak tau dek...yang pertama ni dapatnya, tapi yang kedua ni gak
dapat...”
4 “gak tau...mungkin gak ada vaksin orang itu dek...”
Berdasarkan matriks 4.1 hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa semua informan mempunyai alasan yang berbeda-beda tentang
kenapa anaknya tidak mendapatkan imunisasi Hepatitis B-0 sejak bayi lahir. Terjadinya hal seperti ini dikarenakan pengetahuan ibu yang masih kurang tentang
imunisasi tersebut.
Matriks 4.2 Pengertian Dan Manfaat Imunisasi Hepatitis B-0 Informan
Pernyataan
1 “Iya tahu...tapi agak-agak lupa gitu aku dek...”
“Tahulah...untuk kesehatan anak biar tidak terkena penyakit...”
2 “Iya imunisasi yang disuntikkan waktu dia lahir itukan....”
“Ya...untuk kesehatan anaklah...”
3 “Nggak tahulah...yang saya tahu itu cuma untuk
kesehatan...nggak ada dikasih tahu...”
4 “Tidak tahu dek...
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan matriks 4.2 hasil wawancara yang didapat dari informan tentang pengertian dan manfaat imunisasi Hepatitis B-0, dari 4 informan, 2
informan tidak mengetahuinya dan 2 informan lagi mengetahui tentang imunisasi Hepatitis B-0 tapi hanya tahu hanya untuk kesehatan anak saja.
Matriks 4.3 Mendapatkan Informasi dari Tenaga Kesehatan Tentang Imunisasi
Informan Pernyataan
1 “Pernah waktu itu...dikasih tahunya sama orang itu tapi saya
malas”.
2 “Memang sih ada, tapi ayah nya ini takut dia kan kalo
diimunisasikan ada sakit jadi gak diboleh kan ayahnya”.
3 “Nggak ada...”.
4 “Nggak ada dek...pokoknya siap melahirkan aku, udah...”.
Berdasarkan matriks 4.3 terlihat bahwa sebagian informan mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan tetapi tidak ingin anaknya diimunisasi pada saat
persalinan atau pada saat kunjungan neonatal karena takut dan berbagai alasan lainnya dan ada juga yang tidak diberitahu atau diberi informasi oleh bidan.
Matriks 4.4 Dampak Jika Tidak Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B-0 Informan
Pernyataan
1 “Tidak tau aku dek...sehat-sehatnya anak ku, gak pernahnya
orang ni sakit parah kali...”
2 “Taunya aku dek...anak nanti sakit,tapi kayak manalah,
ayahnya ni gak mau...”
3 “Apa ya dek...gak tau dek...mudah-mudahanlah sehat-sehat
orang ni sampai sekarang”
4 “Ntahlah dek...kalo sekarang belum kelihatankan”
Universitas Sumatera Utara
Dari matriks 4.4 yang didapat dari hasil wawancara, dari 4 informan, 3 diantaranya tidak mengetahui dampak jika anak tidak mendapatkan imunisasi
Hepatitis B-0 dari bayi lahir, dan 1 informan mengatakan tahu tetapi suaminya tidak memberikan izin untuk anaknya diimunisasi.
Matriks 4.5 Kepercayaan tentang Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0 Informan
Pernyataan
1 “Memang biasa itu, anak ku pun nggaknya terlalu
berpenyakitan kali, nggak ada makanya itu aku malas, demam aja pun gak pernah”.
2 “Yang pertama itu dapat...ya karena trauma sama yang
pertama”.
3 “Nggak...malas aja. Karena dilihat sehatnya kan ya udalah”.
4 “Iya memang gak apa-apa..orangnya sehatpun. Lagian kayak
gini dek,kan masih kampung orang merasa anak imunisasi sakit”.
5 “Tidak juga sih dek...tapi banyak juga yang tidak mau anaknya
diimunisasi...tapi karna aku tahukan trus dari bidan kan jadi harus ku kasihlah...”
Berdasarkan matriks 4.5 terlihat bahwa alasan lain informan tidak membawa bayinya untuk mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 karena
kepercayaan atau budaya yang sudah ada dari dulu bahwa anak yang tidak mendapatkan imunisasi tidak berpengaruh kepada kesehatan anaknya karena
sampai saat ini mereka melihat anaknya sehat-sehat saja.
Universitas Sumatera Utara
4.5 Bayi yang Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B-0 Matriks 4.6 bayi yang mendapatkan imunisasi Hepatitis B-0 usia 0-7 hari
No. Pernyataan
1. “Iya tahu...imunisasi yang diberikan setelah bayi lahirlah dek...”
“Manfaatnya untuk mencegah agar anak tidak terkena penyakit hepatitis B”
2. “Gak ada sih dek...ya paling demam-demam biasa itulah...”
3. “Mau juga dek...kalau ada yang kasih tahu ya datang...”
4. “Tidak juga sih dek...tapi banyak juga yang tidak mau anaknya
diimunisasi...tapi karna aku tahukan trus dari bidan kan jadi harus ku kasihlah...”
Dari matriks 4.6 bayi yang mendapatkan imunisasi, informan mengatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B-0 sejak bayi lahir di
rumah sakit. Informan mengetahui tentang imunisasi Hepatitis B-0 karena informan berasal dari pendidikan DIII. Informan juga mengatakan anaknya tidak
mengalami demam yang tinggi, hanya mengalami demam biasa karena efek dari suntikan imunisasi.
4.6 Matriks Bidan Matriks 4.7 Bidan Terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
NO Pernyataan
1. “Kalo dianjurkan seharusnya dikasih...tetapi karena budaya,
kepercayaan, kekhawatiran, terkadang siibunya ini tidak ngasih. Uda gitu lokasi rumahnya itu yang diperbukitan jadi akses untuk kelokasinya jadi
susah menjangkau lokasinya. Kayak mana kan, kita nggak tahu kapan lahirnya mereka melahirkan sendiri atau pakai dukun. Kita nggak tahu
bidannya atau bidan lain...jadi kalo sama saya atau bidan desa mereka
Universitas Sumatera Utara
selalu memberikan. Kecuali bidan-bidan swasta yang lain. Kami sudah membuat koordinasi jika ada persalinan harus melapor ke puskesmas dan
mengambil vaksin hepatitis B-0 unijeck untuk diimunisasikan pada bayi baru lahir, sebagian ada yang mengambil dan sebagian lain tidak.
2. “Tidak...karena imunisasi Hepatitis B-0 unijeck itu memang
pengadaannya itu yang ada di puskesmas jadi kalo sama bidan desanya itu sudah dikasih disuruh bawa pulang”.
3. “Iya...untuk meyakinkan masyarakat ini sangat sulit, karena mereka
kesayangan sama anaknya. Mereka nggak tahu rasa sayang nya itu bisa berakibat fatal buat anak nya”.
4. “Kami kerumah bukan ibu yang membawa bayinya kepuskesmas, karena
bayi kan masih kecil dan ibu pun masih dalam masa nifas”.
5. “Kalo imunisasi Hepatitis B-0 unijeck ini nggak pernah bayar, posyandu
pun nggak bayar, kalo tentang imunisasi kami menggratiskan kecuali posyandu penimbangan...kalo itu mau tuh mereka dipungut Rp. 2.000 dan
Rp. 3.000 untuk pengganti gizi bayi balita seperti telur bubur itu sebagai honornya kader dipungut Rp. 2.000 itu. Tapi untuk pelayanan imunisasi
baik dibidan desa atau puskesmas mereka memberikan pelayanan imunisasi gratis.
Berdasarkan matriks 4.7 bahwa dari hasil penelitian di desa pangirkiran terdapat bidan desa yang juga bekerja di puskesmas Pangirkiran sebagai bidan
dibagian imunisasi. informan selalu memberikan imunisasi hepatitis B-0 setelah bayi lahir, adapun bayi yang tidak mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 setelah
bayi lahir karena ibu tersebut tidak bersalin dengannya, melainkan bersalin dengan bidan yang ada di desa lain dan ada juga yang bersalin dengan dukun
beranak. Kebanyakan yang melahirkan dengan dukun beranak itu dibagian pegunungan daerah desa pangirkiran.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan data WHO 2008 penyakit Hepatitis B menjadi pembunuh nomor 10 di dunia dan endemis di China dan bagian lain di Asia termasuk
Indonesia. Indonesia bahkan sudah dikategorikan sebagai negara dengan tingkat endemisitas yang tinggi dimana prevalensi HbsAg-nya Hepatitis B Surface
Antigen lebih dari 8. Kelompok pengidap Hepatitis kronik yang ada dimasyarakat, sekitar 90
diantaranya mengalami infeksi saat masih bayi. Infeksi dari ibu yang mengidap Virus Hepatitis B bisa terjadi sejak masa kehamilan hingga bayi mencapai usia
balita. Infeksi juga bisa terjadi saat ibu menyusui karena terjadi kontak luka pada puting ibu sehingga menjadi jalan mudah masuk virus Hepatitis B Soemoharjo,
2008. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit hepatitis
B sejak dini, maka WHO telah merekomendasi program imunisasi hepatitis B untuk semua bayi Universal Chilhood Immunization Against Hepatitis B.
Sebagai implementasinya, pemerintah Indonesia memasukkan program imunisasi hepatitis B ke dalam program imunisasi rutin secara nasional sejak tahun 1997.
Hingga saat ini program imunisasi hepatitis B masih terus berjalan walaupun banyak kendala yang dihadapi, misalnya belum tercapainya target cakupan
imunisasi dan indek pemakaian vaksin yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
Kebanyakan masyarakat belum sadar akan hal tersebut. Mereka tidak mengimunisasikan bayinya karena berbagai sebab, sehingga masih ada
kemungkinan bayi dapat tertular oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi Dinkes. Kota Surabaya, 2007.
Imunisasi bukanlah hal baru dalam dunia kesehatan di Indonesia, namun tetap saja sampai kini banyak orangtua yang masih ragu-ragu dalam memutuskan
apakah anaknya akan diimunisasi atau tidak. Kebingungan tersebut sebenarnya cukup beralasan, banyak selentingan dan mitos yang kontroversial beredar, mulai
dari alergi, autis, hingga kejang-kejang akibat diimunisasi. Namun, jika para orangtua mengetahui informasi penting sebelum imunisasi, sebenarnya risiko-
risiko tersebut bisa dihindari.
5.1 Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0 Unijeck Pada Bayi Usia 0-7 Hari
Pemberian imunisasi Hepatitis B di Indonesia mulai tahun 1997 menjadi program imunisasi rutin diberikan sebanyak tiga kali dengan penyuntikan pertama
pada bayi umur 3 tiga bulan. Mengacu kepada surat No : 168MENKESI2003 tentang Perubahan Kebijakan Teknis Imunisasi Hepatitis B, diberikan pada bayi
umur 0 –7 hari, dengan menggunakan prefilled syringe Uniject HB yaitu alat
suntik sekali pakai yang sudah steril dan sudah diisi vaksin hepatitis untuk satu dosis. Hasil cakupan imunisasi Hepatitis B-0 0-7 hari secara nasional masih
belum mencapai hasil yang optimal, untuk itu perlu diupayakan agar kerjasama kegiatan Kunjungan Neonatal 1 KN-1 sekaligus memberikan imunisasi hepatitis
B dengan Uniject HB dilakukan bersamaan pada saat kunjungan rumah. Mengingat perubahan teknis imunisasi Hepatitis B tersebut merupakan hal yang
Universitas Sumatera Utara
baru bagi masyarakat menyuntik bayi usia 0-7 hari, tentunya perlu sosialisasi kepada masyarakat dan perlu dukungan berbagai pihak.
Pemberian imunisasi pada seorang bayi sangatlah penting termasuk ketepatan waktu dan berbagai macam jenisnya. Banyak orang tua yang cukup
teledor untuk memberikan anaknya imunisasi, seperti hanya memberikan beberapa Imunisasi yang penting saja. Padahal jika mereka tahu bahayanya,
mungkin mereka akan berpikir dua kali untuk melakukan hal tersebut. Program imunisasi tidak boleh dilakukan sembarangan dan harus sesuai
jadwal lahir dan usia dari sang bayi, karena pemberian Imunisasi yang terlambat bisa dikatakan hampir percuma karena biasanya sang penyakit sudah ada duluan
di dalam tubuh sang bayi. Keterlambatan dalam vaksinasi sampai usia 18 bulan akan meningkatkan kemungkinan anak terserang penyakit karena pada usia
tersebut anak rentan terhadap penyakit Dombkowski, 2004.
5.2 Gambaran Karakteristik Informan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa informan yang terpilih sudah sesuai dengan azas kesesuaian, yang mana sampel yang dipilih
dalam penelitian ini yaitu ibu yang mempunyai bayi 0-12 bulan yang diantaranya 4 orang bayi yang tidak mendapatkan imunisasi Hepatitis B-0 dan 1 orang bayi
yang mendapatkan imunisasi Hepatitis B-0. Berdasarkan hasil penelitian dari 5 informan diketahui bahwa umur
informan bervariasi antara 24 tahun hingga 35 tahun. Untuk jenjang pendidikan dari 5 informan, terdapat 1 informan berpendidikan SD, 1 informan berpendidikan
SMP, 2 informan berpendidikan SMA, dan 1 informan berpendidikan DIII. Dari
Universitas Sumatera Utara
tempat bersalin, 4 informan bersalin dengan bidan, dan 1informan bersalin di rumah sakit. Untuk karakteristik bidan, bidan yang menjadi informan
berpendidikan DIV Kebidanan, yang bekerja di Puskesmas Pangirkiran dibagian Imunisasi.
Dalam pemberian imunisasi Hepatitis B-0 pada bayi baru lahir dapat dipengaruhi oleh:
5.3 Peran Ibu
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem Mubarak, 2009.
Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seseorang peran dalam
situasi sosial tertentu Mubarak, 2009. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat Setiadi, 2008.
Menurut Setiadi 2008 setiap anggota keluarga mempunyai peran masing- masing. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak
– anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial
tertentu. Peran ibu sangat penting dalam menentukan status kesehatan bayinya, termasuk untuk kelengkapan imunisasi bayinya. Berbagai faktor dapat
mempengaruhi perilaku ibu dalam memainkan perannya sehubungan dengan masalah kesehatan bayinya, misalnya latar belakang pendidikannya, umur, jumlah
anak, pekerjaan serta sosioekominya
Universitas Sumatera Utara
Peran orangtua dalam pemberian imunisasi Hepatitis B-0 di Desa Pangirkiran sangat kurang, karena ibu melihat anak mereka yang tidak
mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 sajapun sehat dan gemuk, dan berpikiran imunisasi tersebut hanya akan membuat anak mereka sakit, kemudian karena anak
masih kecil jadi tidak sanggup untuk melihat anaknya disuntik. Peningkatan cakupan imunisasi melalui pendidikan orang tua ibu telah
menjadi stategi popular di berbagai negara. Strategi ini berasumsi bahwa anak- anak tidak akan diimunisasi secara benar disebabkan orang tua tidak mendapat
penjelasan yang baik atau karena memiliki sikap yang buruk tentang imunisasi. Pengaruh peran ibu dalam pemberian Imunisasi Hepatitis B-0 pada bayi
usia 0-7 hari dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
5.3.1 Pengetahuan Knowledge
Pengetahuan didefinisikan sebagai hasil “tahu” setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui indera penglihatan dan pendengaran. Proses penginderaan diperoleh baik dalam bentuk pengamatan sendiri, pengalaman
oranglain atau teori yang diperoleh dari media massa sehingga orang tersebut dapat memahami segala gejala sosial yang dihadapinya Notoatmodjo, 2007.
Ibu-ibu yang berada di Desa Pangirkiran masih mempunyai pengetahuan yang kurang tentang imunisasi hepatitis B-0, mereka tidak mengetahui pentingnya
anak diberi imunisasi sejak dini, bahkan ada beberapa ibu yang sama sekali tidak membawa anaknya untuk imunisasi. Walaupun mereka sudah mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
informasi dari tenaga kesehatan tentang imunisasi, tetapi mereka masih juga tidak membawa anaknya karena berbagai alasan dan masih keliru dengan imunisasi.
Untuk mengetahui pengetahuan informan, peneliti melihat dari 1 pengetahuan tentang pengertian dan manfaat imunisasi hepatitis B-0, 2
mendapatkan informasi tentang imunisasi hepatitis B-0.
1. Pengertian Dan Manfaat Imunisasi Hepatitis B-0