kegiatan pembangunan untuk dapat berjalan dengan baik sehingga memudahkan serta mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan.
Untuk mendukung tugas pelayanan terhadap masyarakat dalam usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka Desa Pangirkiran tersedia berbagai
sarana dan prasarana, seperti sarana posyandu, prasarana kesehatan dan lain sebagainya.
4.2 Gambaran Pengumpulan Data
Peneliti memulai penelitian pada bulan Maret 2015 yaitu untuk survey pendahuluan di desa Pangirkiran tentang pemberian imunisasi hepatitis B-0 pada
bayi usia 0-7 hari. Jumlah sasaran bayi di Puskesmas Pangirkiran tahun 2014 sebanyak 277 bayi, jumlah bayi untuk desa Pangirkiran sebanyak 67 bayi, hanya
sebagian bayi yang mendapatkan imunisasi Hepatitis B-0 sebanyak 34 bayi atau hanya mencapai 35,1 tahun 2014.
Pada bulan Mei 2015 peneliti datang lagi untuk melakukan pengumpulan data kualitatif. Pada penelitian hari pertama, peneliti mendatangi Bidan yang
berperan sebagai Bidan Desa dan juga bekerja di Puskesmas Pangirkiran dibagian Imunisasi. Awalnya peneliti tidak bertemu dengan bidan tersebut karena sedang
mengadakan pengobatan gratis di Kota Gunung Tua. Hari kedua peneliti mencoba mendatangi bidan lagi pada sore hari pada saat bidan sudah pulang dari tempat
kerjanya, peneliti bertemu dengan bidan desa tersebut dan menanyakan tentang pemberian imunisasi hepatitis B-0 dan siapa-siapa saja ibu yang bayinya tidak
mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 setelah bayi lahir.
Universitas Sumatera Utara
Hari ketiga setelah mendapat informasi dari bidan, peneliti mendatangi ibu yang anaknya sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B-0 yang kebetulan juga
bekerja di Puskesmas Pangirkiran sebagai Bidan. Kemudian dari ibu tersebut peneliti mendapatkan informasi lagi tentang ibu lain yang bayinya juga tidak
mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 sampai hari keenam peneliti mendapatkan 4 orang yang bayinya tidak mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 dan 1 orang ibu
yang bayinya sudah diimunisasi hepatitis B-0.
4.3 Karakteristik Informan
Diperoleh karakteristik informan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik informan NO
Informan Umur Pendidikan
Pekerjaan Tempat
Bersalin
1. AN
35 SD
IRT Bidan
2. HN
32 SMP
IRT Bidan
3. JK
28 SMA
IRT Bidan
4. AP
30 SMA
IRT Bidan
5. YS
24 DIII
Pegawai Honorer Rumah Sakit
Informan Bidan Pendidikan
Pekerjaan
PR DIV Kebidanan
PNS
Universitas Sumatera Utara
4.4 Bayi yang Tidak Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B-0 Matriks 4.1 Bayi Tidak Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B-0 Setelah Lahir
Informan Pernyataan
1 “disuruh malas dek...banyak kerjaan menyuci lagi kesawah
lagi...jadi dak sempat aku banyak kerjaan”.
2 “ayahnya yang tak mau dek...karna masih kecil itu, apa lagi karna
yang anak pertama itu sakit habis imunisasikan jadi gak dikasihnya lah lagi yang kedua ni...”
3 “gak tau dek...yang pertama ni dapatnya, tapi yang kedua ni gak
dapat...”
4 “gak tau...mungkin gak ada vaksin orang itu dek...”
Berdasarkan matriks 4.1 hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa semua informan mempunyai alasan yang berbeda-beda tentang
kenapa anaknya tidak mendapatkan imunisasi Hepatitis B-0 sejak bayi lahir. Terjadinya hal seperti ini dikarenakan pengetahuan ibu yang masih kurang tentang
imunisasi tersebut.
Matriks 4.2 Pengertian Dan Manfaat Imunisasi Hepatitis B-0 Informan
Pernyataan
1 “Iya tahu...tapi agak-agak lupa gitu aku dek...”
“Tahulah...untuk kesehatan anak biar tidak terkena penyakit...”
2 “Iya imunisasi yang disuntikkan waktu dia lahir itukan....”
“Ya...untuk kesehatan anaklah...”
3 “Nggak tahulah...yang saya tahu itu cuma untuk
kesehatan...nggak ada dikasih tahu...”
4 “Tidak tahu dek...
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan matriks 4.2 hasil wawancara yang didapat dari informan tentang pengertian dan manfaat imunisasi Hepatitis B-0, dari 4 informan, 2
informan tidak mengetahuinya dan 2 informan lagi mengetahui tentang imunisasi Hepatitis B-0 tapi hanya tahu hanya untuk kesehatan anak saja.
Matriks 4.3 Mendapatkan Informasi dari Tenaga Kesehatan Tentang Imunisasi
Informan Pernyataan
1 “Pernah waktu itu...dikasih tahunya sama orang itu tapi saya
malas”.
2 “Memang sih ada, tapi ayah nya ini takut dia kan kalo
diimunisasikan ada sakit jadi gak diboleh kan ayahnya”.
3 “Nggak ada...”.
4 “Nggak ada dek...pokoknya siap melahirkan aku, udah...”.
Berdasarkan matriks 4.3 terlihat bahwa sebagian informan mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan tetapi tidak ingin anaknya diimunisasi pada saat
persalinan atau pada saat kunjungan neonatal karena takut dan berbagai alasan lainnya dan ada juga yang tidak diberitahu atau diberi informasi oleh bidan.
Matriks 4.4 Dampak Jika Tidak Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B-0 Informan
Pernyataan
1 “Tidak tau aku dek...sehat-sehatnya anak ku, gak pernahnya
orang ni sakit parah kali...”
2 “Taunya aku dek...anak nanti sakit,tapi kayak manalah,
ayahnya ni gak mau...”
3 “Apa ya dek...gak tau dek...mudah-mudahanlah sehat-sehat
orang ni sampai sekarang”
4 “Ntahlah dek...kalo sekarang belum kelihatankan”
Universitas Sumatera Utara
Dari matriks 4.4 yang didapat dari hasil wawancara, dari 4 informan, 3 diantaranya tidak mengetahui dampak jika anak tidak mendapatkan imunisasi
Hepatitis B-0 dari bayi lahir, dan 1 informan mengatakan tahu tetapi suaminya tidak memberikan izin untuk anaknya diimunisasi.
Matriks 4.5 Kepercayaan tentang Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0 Informan
Pernyataan
1 “Memang biasa itu, anak ku pun nggaknya terlalu
berpenyakitan kali, nggak ada makanya itu aku malas, demam aja pun gak pernah”.
2 “Yang pertama itu dapat...ya karena trauma sama yang
pertama”.
3 “Nggak...malas aja. Karena dilihat sehatnya kan ya udalah”.
4 “Iya memang gak apa-apa..orangnya sehatpun. Lagian kayak
gini dek,kan masih kampung orang merasa anak imunisasi sakit”.
5 “Tidak juga sih dek...tapi banyak juga yang tidak mau anaknya
diimunisasi...tapi karna aku tahukan trus dari bidan kan jadi harus ku kasihlah...”
Berdasarkan matriks 4.5 terlihat bahwa alasan lain informan tidak membawa bayinya untuk mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 karena
kepercayaan atau budaya yang sudah ada dari dulu bahwa anak yang tidak mendapatkan imunisasi tidak berpengaruh kepada kesehatan anaknya karena
sampai saat ini mereka melihat anaknya sehat-sehat saja.
Universitas Sumatera Utara
4.5 Bayi yang Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B-0 Matriks 4.6 bayi yang mendapatkan imunisasi Hepatitis B-0 usia 0-7 hari
No. Pernyataan
1. “Iya tahu...imunisasi yang diberikan setelah bayi lahirlah dek...”
“Manfaatnya untuk mencegah agar anak tidak terkena penyakit hepatitis B”
2. “Gak ada sih dek...ya paling demam-demam biasa itulah...”
3. “Mau juga dek...kalau ada yang kasih tahu ya datang...”
4. “Tidak juga sih dek...tapi banyak juga yang tidak mau anaknya
diimunisasi...tapi karna aku tahukan trus dari bidan kan jadi harus ku kasihlah...”
Dari matriks 4.6 bayi yang mendapatkan imunisasi, informan mengatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi Hepatitis B-0 sejak bayi lahir di
rumah sakit. Informan mengetahui tentang imunisasi Hepatitis B-0 karena informan berasal dari pendidikan DIII. Informan juga mengatakan anaknya tidak
mengalami demam yang tinggi, hanya mengalami demam biasa karena efek dari suntikan imunisasi.
4.6 Matriks Bidan Matriks 4.7 Bidan Terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
NO Pernyataan
1. “Kalo dianjurkan seharusnya dikasih...tetapi karena budaya,
kepercayaan, kekhawatiran, terkadang siibunya ini tidak ngasih. Uda gitu lokasi rumahnya itu yang diperbukitan jadi akses untuk kelokasinya jadi
susah menjangkau lokasinya. Kayak mana kan, kita nggak tahu kapan lahirnya mereka melahirkan sendiri atau pakai dukun. Kita nggak tahu
bidannya atau bidan lain...jadi kalo sama saya atau bidan desa mereka
Universitas Sumatera Utara
selalu memberikan. Kecuali bidan-bidan swasta yang lain. Kami sudah membuat koordinasi jika ada persalinan harus melapor ke puskesmas dan
mengambil vaksin hepatitis B-0 unijeck untuk diimunisasikan pada bayi baru lahir, sebagian ada yang mengambil dan sebagian lain tidak.
2. “Tidak...karena imunisasi Hepatitis B-0 unijeck itu memang
pengadaannya itu yang ada di puskesmas jadi kalo sama bidan desanya itu sudah dikasih disuruh bawa pulang”.
3. “Iya...untuk meyakinkan masyarakat ini sangat sulit, karena mereka
kesayangan sama anaknya. Mereka nggak tahu rasa sayang nya itu bisa berakibat fatal buat anak nya”.
4. “Kami kerumah bukan ibu yang membawa bayinya kepuskesmas, karena
bayi kan masih kecil dan ibu pun masih dalam masa nifas”.
5. “Kalo imunisasi Hepatitis B-0 unijeck ini nggak pernah bayar, posyandu
pun nggak bayar, kalo tentang imunisasi kami menggratiskan kecuali posyandu penimbangan...kalo itu mau tuh mereka dipungut Rp. 2.000 dan
Rp. 3.000 untuk pengganti gizi bayi balita seperti telur bubur itu sebagai honornya kader dipungut Rp. 2.000 itu. Tapi untuk pelayanan imunisasi
baik dibidan desa atau puskesmas mereka memberikan pelayanan imunisasi gratis.
Berdasarkan matriks 4.7 bahwa dari hasil penelitian di desa pangirkiran terdapat bidan desa yang juga bekerja di puskesmas Pangirkiran sebagai bidan
dibagian imunisasi. informan selalu memberikan imunisasi hepatitis B-0 setelah bayi lahir, adapun bayi yang tidak mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 setelah
bayi lahir karena ibu tersebut tidak bersalin dengannya, melainkan bersalin dengan bidan yang ada di desa lain dan ada juga yang bersalin dengan dukun
beranak. Kebanyakan yang melahirkan dengan dukun beranak itu dibagian pegunungan daerah desa pangirkiran.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan data WHO 2008 penyakit Hepatitis B menjadi pembunuh nomor 10 di dunia dan endemis di China dan bagian lain di Asia termasuk
Indonesia. Indonesia bahkan sudah dikategorikan sebagai negara dengan tingkat endemisitas yang tinggi dimana prevalensi HbsAg-nya Hepatitis B Surface
Antigen lebih dari 8. Kelompok pengidap Hepatitis kronik yang ada dimasyarakat, sekitar 90
diantaranya mengalami infeksi saat masih bayi. Infeksi dari ibu yang mengidap Virus Hepatitis B bisa terjadi sejak masa kehamilan hingga bayi mencapai usia
balita. Infeksi juga bisa terjadi saat ibu menyusui karena terjadi kontak luka pada puting ibu sehingga menjadi jalan mudah masuk virus Hepatitis B Soemoharjo,
2008. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit hepatitis
B sejak dini, maka WHO telah merekomendasi program imunisasi hepatitis B untuk semua bayi Universal Chilhood Immunization Against Hepatitis B.
Sebagai implementasinya, pemerintah Indonesia memasukkan program imunisasi hepatitis B ke dalam program imunisasi rutin secara nasional sejak tahun 1997.
Hingga saat ini program imunisasi hepatitis B masih terus berjalan walaupun banyak kendala yang dihadapi, misalnya belum tercapainya target cakupan
imunisasi dan indek pemakaian vaksin yang rendah.
Universitas Sumatera Utara