2. Untuk Keluarga
Menghilangkan  kecemasan  dan  psikologi  pengobatan  bila  anak  sakit. Mendorong  pembentukan  keluarga  apabila  orang  tua  yakin  bahwa  anaknya  akan
menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk Negara
Memperbaiki  tingkah  kesehatan,  menciptakan  bangsa  yang  kuat  dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara Marimbi, 2010.
2.1.3 Tujuan Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi diharapkan agar anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi  kecacatan  akibat  penyakit  yang  dapat  dicegah  dengan  imunisasi Hidayat.A.A, 2009.
2.1.4 Jenis-jenis Imunisasi
Menurut  Hidayat.  A.A  2009,  beberapa  imunisasi  dasar  yang diwajibkan  oleh pemerintah adalah sebagai berikut :
a. Imunisasi  BCG  Bacillus  Calmette-Guerin,  merupakan  imunisasi  yang digunakan untuk mencegah penyakit TBC.
b.  Imunisasi  DPT  Diphteria,  Pertusis,  Tetanus,  merupakan  imunisasi  yang digunakan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus.
c.  Imunisasi  Polio,  merupakan  imunisasi  yang  digunakan  untuk  mencegah penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
d. Imunisasi Campak, merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit campak pada anak.
Universitas Sumatera Utara
e.  Imunisasi  Hepatitis  B,  merupakan  imunisasi  yang  digunakan  untuk mencegah penyakit hepatitis.
2.2 Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi  Hepatitis  B  adalah  imunisasi  yang  diberikan  untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi
yang dapat merusak hati Maryunani, 2010. Imunisasi  Hepatitis  B  adalah  salah  satu  dari  lima  jenis  imunisasi  dasar
yang  telah  diwajibkan  oleh  Pemerintah  bagi  seluruh  bayianak  Indonesia.  Sesuai dengan jadwal pemberiannya, maka imunisasi dasar ini seharusnya sudah lengkap
diberikan  pada  bayi  sebelum  usia  satu  tahun.  Imunisasi  hepatitis  B  di  posyandu umumnya  diberikan  sebanyak  tiga  kali  HB  1,  HB  2  dan  HB  3  dengan  interval
waktu  pemberian  satu  bulan  yaitu  0  bulan,  2  bulan  dan  3  bulan  Depkes,  2005; Markum, 1997; Ranuh 2011.
2.2.1 Tipe Vaksin Hepatitis B
Ada  dua  tipe  vaksin  hepatitis  B  yang  mengandung  HbsAg  yaitu  vaksin yang  berasal  dari  plasma  dan  vaksin  rekombinan.  Kedua  vaksin  ini  aman  dan
imunogenik  walaupun  diberikan  pada  saat  lahir  karena  antibody  anti-HbsAg  ibu tidak mengganggu respons terhadap vaksin Wahab, 2002.
2.2.2 Manfaat Pemberian Imunisasi Hepatitis B
Vaksin  Hepatitis  B  HBV  berguna  untuk  melindungi  bayi  dengan memberi  kekebalan  terhadap  penyakit  hepatitis  B,  yaitu  penyakit  infeksi  lever
yang dapat menyebabkan sirosis hati, kanker dan kematian Suririnah, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Efek Samping Imunisasi Hepatitis B
Mengenai  efek  samping  imunisasi  hepatitis  B,  biasanya  memang  tidak ditemukan  efek  samping  yang  serius  karena  imunisasi  Hepatitis  B  ini.  Kalaupun
ada, biasanya sangat ringan dan bisa cepat hilang. Yang biasanya dirasakan pasca imunisasi ini adalah rasa sakit di tempat yang disuntik, demam ringan 1-2 hari dan
sakit pada tulang sendi, namun akan segera hilang dalam beberapa hari.
2.2.4 Jadwal Imunisasi Hepatitis B
a.   Imunisasi  HepB-1  diberikan  sedini  mungkin  dalam  waktu  12  jam  setelah lahir,  mengingat  paling  tidak  3,9  ibu  hamil  mengidap  hepatitis  B  aktif
dengan risiko penularan kepada bayinya sebesar 45. b.  Imunisasi HepB-2 diberikan setelah 1 bulan 4 minggu dari imunisasi HepB-1
yaitu  saat  bayi  berumur  1  bulan.  Untuk  mendapat  respons  imun  optimal, interval  imunisasi  HepB-2  dengan  HepB-3  minimal  2  bulan,  terbaik  5  bulan.
Maka imunisasi HepB-3 diberikan pada umur 3-6 bulan. c.  Jadwal dan dosis HepB-1 saat bayi lahir, dibuat berdasarkan status HbsAg ibu
saat melahirkan yaitu 1 ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui, 2 ibu HbsAg positif, atau 3 ibu HbsAg negatif.
d.  Kementrian  Kesehatan  mulai  tahun  2005  memberikan  vaksin  HepB-0 monovalen  dalam  kemasan  Uniject  saat  lahir,  dilanjutkan  dengan  vaksin
kombinasi DTwPHepB pada umur 2-3-4 bulan. Tujuan vaksin HepB diberikan dalam  kombinasi  dengan  DTwP  untuk  mempermudah  pemberian  dan
meningkatkan cakupan HepB-3 yang masih rendah.
Universitas Sumatera Utara
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Pemberian Imunisasi Hepatitis B Umur Bayi
Imunisasi Kemasan
Saat lahir Hep B-0
Uniject hepB-monovalen 2 bulan
DTwP dan hepB-1 Kombinasi DTwPhepB-1
3 bulan DTwP dan hepB-2
Kombinasi DTwPhepB-2 4 bulan
DTwP dan hepB-3 Kombinasi DTwPhepB-3
Sumber: Jadwal Departemen Kesehatan 2007
2.3 Imunisasi Hepatitis B-0 2.3.1 Vaksin Hepatitis B-0
Uniject
Vaksin  Hepatitis  B-0  adalah  vaksin  virus  recombinan  yang  telah  di inactivasikan dan bersifat non infectious berasal dari HbsAg yang telah dihasilkan
dalam  sel  ragi  Hansenula  Polymorpha  menggunakan  teknologi  DNA recombinan. Pedoman nasional di indonesia merekomendasikan agar seluruh bayi
diberikan  imunisasi  Hepatitis  B  dalam  waktu  12  jam  setelah  lahir,  dilanjutkan pada  bulan  berikutnya.  Program  Imunisasi  Hepatitis  B  0-7  hari  dimulai  sejak
tahun  2005 dengan memberikan vaksin hepatitis B-0 monovalen dalam kemasan uniject  saat  lahir,  pada  tahun  2006  dilanjutkan  dengan  vaksin  kombinasi
Difteria,  Tetanus,  Pertusis  DTPHepB  pada  umur  2-3-4  bulan  Hadinegoro, 2008.
Uniject adalah alat suntik semprit dan jarum sekali pakai yang sudah di isi  vaksin  dengan  dosis  yang  tepat  dari  pabriknya.  Depkes  RI  tahun  2005
memberikan  vaksin  monovalen  uniject  saat  lahir  dilanjutkan  dengan  vaksin kombinasi DPT HB Combo pada umur 2,3,dan 4.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Tujuan Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
Pemberian  imunisasi  Hepatitis  B-0  merupakan  imunisasi  yang  dapat dilakukan  pada  waktu  mulai  bayi  lahir  sampai  berusia  7  hari.  Tujuan  pemberian
imunisasi  Hepatitis  B-0  yaitu  agar  seluruh  bayi  yang  berumur  0-7  hari mendapatkan  imunisasi  Hepatitis  B-0  secara  steril  dan  aman,  tidak  terjadi
kekurangan  atau  kelebihan  vaksin  Hepatitis  B  setiap  bulannya,  dan  seluruh  bayi yang divaksin tercatat dan dilaporkan tepat waktu Depkes RI, 2009.
2.3.3 Indikasi
Untuk  pemberian  kekebalan  aktif  terhadap  infeksi  yang  disebabkan  oleh virus Hepatitis B.
2.3.4 Kontraindikasi
Hipersensitif  terhadap  komponen  vaksin  dan  penderita  infeksi  berat  yang disertai  kejang.  Tunda  pemberian  imunisasi  bila  bayi  sedang  kejang  atau
gangguan asfiksia atau panas tinggi, berat badan lahir  2500 gr.
2.3.5 Efek Samping
1.  Reaksi  lokal  seperti  rasa  sakit,  kemerahan  dan  pembengkakan  disekitar tempat bekas penyuntikan.
2.  Reaksi  sistemik  seperti  demam  ringan,  lesu  dan  perasaan  tidak  enak  pada saluran  cerna.  Reaksi  yang  terjadi  akan  hilang  dengan  sendirinya  setelah  2
hari.
2.3.6 Usia Pemberian
Bayi  harus  menerima  vaksin  virus  hepatitis  B  dalam12  jam  setelah  lahir dengan  syarat  kondisi bayi stabil,  tak  ada gangguan  pada  paru-paru dan  jantung.
Universitas Sumatera Utara
Dilanjutkan pada usia 1 bulan dan usia antara 3 sampai 6 bulan. Khusus bayi yang lahir  dari  ibu  pengidap  virus  hepatitis  B  VHB  selain  imunisasi  yang  dilakukan
kurang  dari  12  jam  setelah  lahir,  juga  diberikan  imunisasi  tambahan  dengan Imunoglobulin  anti  hepatitis  B  dalam  waktu  sebelum  berusia  24  jam  Tietjen,
2004.
2.3.7 Cara Pemberian dan Dosis
1. Buka kotak wadah uniject dan periksa: -    Label  jenis  vaksin  untuk  memastikan  bahwa  uniject  tersebut  memang
berisi vaksin Hepatitis B. -  Tanggal kadaluarsa.
-  Warna  pada  tanda  pemantau  paparan  panas  VVM  yang  tertera  atau menempel pada sebungkus uniject masih layak dipakai.
2. Buka kantong aluminium atau plastik dan keluarkan uniject. 3.  Pegang  uniject  pada  bagian  leher  dan  bagian  tutup  jarum.  Aktifkan  uniject
dengan  cara  mendorong  tutup  jarum  kearah  leher  dengan  tekanan  dan gerakan cepat.
4. Saat uniject diaktifkan akan terasa hambatan dan rasa menembus lapisan. 5. Buka tutup jarum.
6. Selanjutnya tetap pegang uniject pada bagian leher dan tusukan jarum pada pertengahan  paha  bayi  secara  intramuscular  IM  dengan  dosis  0,5  ml.
Tidak perlu dilakukan aspirasi. 7. Pijit reservoir dengan kuat untuk menyuntikkan vaksin Hepatitis B.
Universitas Sumatera Utara
8.  Jangan  memasang  kembali  tutup  jarum.  Buang  uniject  yang  telah  dipakai tersebut ke dalam wadah alat suntik bekas yang telah tersedia.
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0 2.4.1 Peran Ibu
Peran  adalah  seperangkat  tingkah  laku  yang  diharapkan  oleh  orang  lain terhadap  seseorang  sesuai  kedudukannya  dalam  suatu  sistem  Mubarak,  2009.
Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang  didefinisikan  dan  diharapkan  secara  normatif  dari  seseorang  peran  dalam
situasi  sosial  tertentu  Mubarak,  2009.  Peran  keluarga  adalah  tingkah  laku spesifik  yang  diharapkan  oleh  seseorang  dalam  konteks  keluarga.  Jadi  peran
keluarga  didasari  oleh  harapan  dan  pola  perilaku  dari  keluarga,  kelompok  dan masyarakat Setiadi, 2008.
Menurut Setiadi 2008 setiap anggota keluarga mempunyai peran masing- masing. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak
– anak,  pelindung  keluarga  dan  juga  sebagai  anggota  masyarakat  kelompok  sosial
tertentu.  Peran  ibu  sangat  penting  dalam  menentukan  status  kesehatan  bayinya, termasuk  untuk  kelengkapan  imunisasi  bayinya.  Berbagai  faktor  dapat
mempengaruhi  perilaku  ibu  dalam  memainkan  perannya  sehubungan  dengan masalah kesehatan bayinya, misalnya latar belakang pendidikannya, umur, jumlah
anak, pekerjaan serta sosioekominya. Peningkatan  cakupan  imunisasi  melalui  pendidikan  orang  tua  ibu  telah
menjadi  stategi  popular  di  berbagai  negara.  Strategi  ini  berasumsi  bahwa  anak- anak  tidak  akan  diimunisasi  secara  benar  disebabkan  orang  tua  tidak  mendapat
Universitas Sumatera Utara
penjelasan  yang  baik  atau  karena  memiliki  sikap  yang  buruk  tentang  imunisasi. Hasil  penelitian  ini  menunjukkan  mayoritas  ibu-ibu  yang  menjadi  responden
mempunyai  tingkat  pendidikan  Sekolah  Menengah  Pertama  SMP  ke  bawah yaitu  78,  hanya  22  yang  mempunyai  tingkat  pendidikan  lebih  atau  setara
dengan Sekolah Menengah Atas SMA. Program imunisasi ini dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan pada orang-orang yang
memiliki pengetahuan dan komitmen yang tinggi terhadap imunisasi. Keberhasilan  imunisasi  juga  dapat  dipengaruhi  ada  atau  tidaknya  waktu
ibu untuk membawa anaknya imunisasi ke posyandu atau puskesmas pada jadwal- jadwal  tertentu,  seperti  jadwal  posyandu  yang  dilakukan  sekali  sebulan.  Pada
penelitian ini umumnya ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga 82, hanya 18 ibu  yang  mempunyai  pekerjaan  selain  sebagai  ibu  rumah  tangga.  Jumlah  anak
serta  pengalaman  ibu  dalam  membesarkan  anak-anaknya  dulu  dapat mempengaruhi  sikap  ibu  terhadap  imunisasi  untuk  anak  berikutnya.  Pada
penelitian  ini  umumnya  ibu  yang  mempunyai  2 –3  anak  sebanyak  54  orang
sedangkan yang mempunyai anak lebih atau sama dengan 4 sebanyak 22 orang.
2.4.2 Peran Bidan
Bidan  adalah  seseorang  yang  telah  mengikuti  program  pendidikan  bidan yang  diakui  di  negaranya,  telah  lulus  dari  pendidikan  tersebut,  serta  memenuhi
kualifikasi untuk didaftar register dan atau memiliki izin yang sah lisensi untuk melakukan praktik bidan Depkes RI, 2007.
Peran  bidan  berfungsi  sebagai  memberikan  pendidikan  dan  penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, penanggulangan
Universitas Sumatera Utara
masalah  kesehatan  terkait  masalah  kesehatan  ibu  dan  anak.  Mengembangkan pelayanan  dasar  kesehatan  terutama  pelayanan  kebidanan  untuk  individu,
keluarga,  kelompok  khusus  dan  masyarakat  diwilayah  kerja  dengan  melibatkan masyarakat  dan  klien.  Ruang  lingkup  pelayanan  kebidanan  adalah  meliputi
pelayanan kebidanan kepada ibu dan anak. Pelayanan kepada anak diberikan pada masa bayi baru lahir yang diantara nya adalah pemberian imunisasi Rianti, 2010.
Bayi  usia  0-12  bulan  diharapkan  sudah  mendapat  imunisasi  hepatitis  B secara lengkap. Pemberian imunisasi hepatitis B-0 bagi bayi yang lahir di rumah
sakit  dapat  diberikan  sedini  mungkin.  Oleh  karena  itu  tempat  dimana  bayi dilahirkan  juga  dapat  mempengaruhi  kelengkapan  imunisasinya.  Demikian  juga
pelayanan  imunisasi  yang  disediakan  oleh  penolong  persalinannya.  Untuk meningkatkan  cakupan  imunisasi  hepatitis  B,  hendaknya  para  petugas  kesehatan
maupun kader lebih  sering memberikan penyuluhan dan sosialisasi agar para ibu lebih  sadar  untuk  membawa  balitanya  ke  posyandu  ataupun  sarana  pelayanan
kesehatan lainnya untuk diimunisasi.
2.5 Kerangka Pikir
Kerangka Pikir dalam penelelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Pemberian Imunisasi
Hepatitis B-0 uniject
Peran Ibu
Peran Bidan
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis  penelitian  ini  merupakan  penelitian  yang  bersifat  Deskriptif Kualitatif  yang menggunakan rancangan studi kasus.
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1  Lokasi Penelitian
Penelitian  ini  dilakukan  di  Desa  Pangirkiran  Kecamatan  Halongonan Kabupaten  Padang  Lawas  Utara  Tahun  2015  yang  merupakan  salah  satu  desa
yang  masih  terdapatnya  bayi  yang  belum  mendapatkan  imunisasi  Hepatitis  B-0 Uniject setelah bayi lahir.
3.2.2  Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus tahun 2015.
3.3 Pemilihan Informan
Informasi diperoleh dari ibu  yang memiliki bayi 0-12 bulan dan Bidan di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun
2015.  Jumlah  informan  berdasarkan  snowball  sampling  yaitu  informasi  yang didapat  melalui  bidan  yang  kemudian  didapat  informasi  selanjutnya  tentang  ibu
yang  bayi  nya  tidak  mendapatkan  imunisasi  hepatitis  B-0  dan  dari  ibu  tersebut semakin  lama  semakin  bertambah  banyak  informasi  yang  didapat  sesuai
kecukupan yang dibutuhkan untuk penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen  penelitian  yang  digunakan  adalah  panduan  wawancara  dengan responden  dan  menggunakan  alat  perekam  untuk  mendapatkan  rekaman  hasil
wawancara  dengan  responden.  Aspek-aspek  yang  ditanyakan  dalam  wawancara adalah  apa  penyebab  bayi  tidak  mendapatkan  imunisasi  hepatitis  B-0  pada  usia
0-7 hari.
3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer
Data  yang  diperoleh  melalui  wawancara  mendalam  indepth  interview dengan  informan,  menggunakan  panduan  pertanyaan  yang  telah disusun,  seluruh
informan  diwawancarai  pada  waktu  yang  terpisah.  Selama  wawancara  penelitian menggunakan  alat  perekam  untuk  mengurangi  kelemahan  pencatatan  saat
wawancara.
3.5.2 Data Sekunder
Data  diperoleh  dari  buku  imunisasi  di  puskesmas  Desa  Pangirkiran Kecamatan  Halongonan  Kabupaten  Padang  Lawas  Utara  Tahun  2015,  yang
terdapat jumlah bayi  pada  tahun  2014  yang  mendapatkan imunisasi  sebanyak 34 bayi  dari  67  bayi  dan  pada  tahun  2015  dari  bulan  januari  sampai  april  hanya  20
bayi dari 27 bayi yang mendapatkan imunisasi hepatitis B-0. 3.6 Definisi Istilah
1. Peran Ibu adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam
konteks  keluarga.  Jadi  peran  keluarga  menggambarkan  seperangkat  perilaku interpersonal, sifat,  kegiatan  yang berhubungan dengan individu dalam posisi
Universitas Sumatera Utara
tertentu yang didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Peran Bidan adalah memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada
individu,  keluarga,  kelompok  dan  masyarakat,  penanggulangan  masalah kesehatan  terkait  masalah  kesehatan  ibu  dan  anak  dan  mengembangkan
pelayanan  dasar  kesehatan  terutama  pelayanan  kebidanan  untuk  individu, keluarga,  kelompok  khusus  dan  masyarakat  di  wilayah  kerja  dengan
melibatkan masyarakat dan klien.
3.7 Tehnik Analisa Data
Data  hasil  wawancara  mendalam  diolah  dengan  menggunakan  analisis kualitatif,  yaitu  dengan  menjelaskan  secara  mendalam  berdasarkan  jawaban  dan
keterangan informan, kemudian akan dibandingkan dengan teori yang ada.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Desa Pangirkiran 4.1.1 Geografis
Desa  Pangirkiran  terletak  di  Kecamatan  Halongonan  Kabupaten  Padang Lawas  Utara  200  m  dari  puskesmas  Pangirkiran.  Luas  wilayah  desa  pangirkiran
965 km
2
. Fotografi wilayah kerja desa pangirkiran berupa sungai. Dengan batas- batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Rondaman Siburegar
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Balimbing
c. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Hiteurat
4.1.2  Demografis
Jumlah penduduk Desa Pangirkiran Kabupaten Padang Lawas Utara pada tahun 2014 sebanyak 1.350 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 656 orang dan
perempuan sebanyak 694 orang dengan jumlah kepala keluarga 270 KK. Di Desa Pangirkiran terdapat satu Puskesmas Pangirkiran, terdapat tenaga
kesehatan yang terdiri dari 1 Bidan Desa, 1 Bidan Swasta, 2 Bidan yang bekerja di Puskesmas Pangirkiran.
4.1.3  Sarana Dan Prasarana
Sarana  dan prasarana  merupakan hal  yang  mendukung pencapaian  tujuan suatu program serta kegiatan pembangunan. Dengan adanya sarana dan prasarana
yang  baik  tentunya  akan  membantu  segala  perencanaan  dalam  program  maupun
Universitas Sumatera Utara
kegiatan  pembangunan  untuk  dapat  berjalan  dengan  baik  sehingga  memudahkan serta mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan.
Untuk  mendukung  tugas  pelayanan  terhadap  masyarakat  dalam  usaha peningkatan  kesejahteraan  masyarakat,  maka  Desa  Pangirkiran  tersedia  berbagai
sarana  dan  prasarana,  seperti  sarana  posyandu,  prasarana  kesehatan  dan  lain sebagainya.
4.2  Gambaran Pengumpulan Data
Peneliti  memulai  penelitian  pada  bulan  Maret  2015  yaitu  untuk  survey pendahuluan di desa Pangirkiran tentang pemberian imunisasi hepatitis B-0 pada
bayi  usia  0-7  hari.  Jumlah  sasaran  bayi  di  Puskesmas  Pangirkiran  tahun  2014 sebanyak 277 bayi, jumlah bayi untuk desa Pangirkiran sebanyak 67 bayi, hanya
sebagian  bayi  yang  mendapatkan  imunisasi  Hepatitis  B-0  sebanyak  34  bayi  atau hanya mencapai 35,1 tahun 2014.
Pada bulan Mei 2015 peneliti datang lagi untuk  melakukan pengumpulan data  kualitatif.  Pada  penelitian  hari  pertama,  peneliti  mendatangi  Bidan  yang
berperan sebagai Bidan Desa dan juga bekerja di Puskesmas Pangirkiran dibagian Imunisasi.  Awalnya  peneliti  tidak  bertemu  dengan  bidan  tersebut  karena  sedang
mengadakan pengobatan gratis di Kota Gunung Tua. Hari kedua peneliti mencoba mendatangi  bidan  lagi  pada  sore  hari  pada  saat  bidan  sudah  pulang  dari  tempat
kerjanya,  peneliti  bertemu  dengan  bidan  desa  tersebut  dan  menanyakan  tentang pemberian  imunisasi  hepatitis  B-0  dan  siapa-siapa  saja  ibu  yang  bayinya  tidak
mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 setelah bayi lahir.
Universitas Sumatera Utara
Hari ketiga setelah mendapat informasi dari bidan, peneliti mendatangi ibu yang  anaknya  sudah  mendapatkan  imunisasi  Hepatitis  B-0  yang  kebetulan  juga
bekerja  di  Puskesmas  Pangirkiran  sebagai  Bidan.  Kemudian  dari  ibu  tersebut peneliti  mendapatkan  informasi  lagi  tentang  ibu  lain  yang  bayinya  juga  tidak
mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 sampai hari keenam peneliti mendapatkan 4 orang  yang  bayinya  tidak  mendapatkan  imunisasi  hepatitis  B-0  dan  1  orang  ibu
yang bayinya sudah diimunisasi hepatitis B-0.
4.3  Karakteristik Informan
Diperoleh karakteristik informan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik informan NO
Informan  Umur Pendidikan
Pekerjaan Tempat
Bersalin
1. AN
35 SD
IRT Bidan
2. HN
32 SMP
IRT Bidan
3. JK
28 SMA
IRT Bidan
4. AP
30 SMA
IRT Bidan
5. YS
24 DIII
Pegawai Honorer Rumah Sakit
Informan Bidan Pendidikan
Pekerjaan
PR DIV Kebidanan
PNS
Universitas Sumatera Utara
4.4 Bayi yang Tidak Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B-0 Matriks  4.1 Bayi Tidak Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B-0 Setelah Lahir
Informan Pernyataan
1 “disuruh  malas  dek...banyak  kerjaan  menyuci  lagi  kesawah
lagi...jadi dak sempat aku banyak kerjaan”.
2 “ayahnya yang tak mau dek...karna masih kecil itu, apa lagi karna
yang  anak  pertama  itu  sakit  habis  imunisasikan  jadi  gak dikasihnya lah lagi yang kedua ni...”
3 “gak tau dek...yang pertama ni dapatnya, tapi yang kedua ni gak
dapat...”
4 “gak tau...mungkin gak ada vaksin orang itu dek...”
Berdasarkan  matriks  4.1  hasil  wawancara  dengan  informan  dapat diketahui  bahwa  semua  informan  mempunyai  alasan  yang  berbeda-beda  tentang
kenapa  anaknya  tidak  mendapatkan  imunisasi  Hepatitis  B-0  sejak  bayi  lahir. Terjadinya hal seperti ini dikarenakan pengetahuan ibu yang masih kurang tentang
imunisasi tersebut.
Matriks 4.2 Pengertian Dan Manfaat Imunisasi Hepatitis B-0 Informan
Pernyataan
1 “Iya tahu...tapi agak-agak lupa gitu aku dek...”
“Tahulah...untuk kesehatan anak biar tidak terkena penyakit...”
2 “Iya imunisasi yang disuntikkan waktu dia lahir itukan....”
“Ya...untuk kesehatan anaklah...”
3 “Nggak  tahulah...yang  saya  tahu  itu  cuma  untuk
kesehatan...nggak ada dikasih tahu...”
4 “Tidak tahu dek...
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan  matriks  4.2  hasil  wawancara  yang  didapat  dari  informan tentang  pengertian  dan  manfaat  imunisasi  Hepatitis  B-0,  dari  4  informan,  2
informan tidak mengetahuinya dan 2 informan lagi mengetahui tentang imunisasi Hepatitis B-0 tapi hanya tahu hanya untuk kesehatan anak saja.
Matriks  4.3  Mendapatkan  Informasi  dari  Tenaga  Kesehatan  Tentang Imunisasi
Informan Pernyataan
1 “Pernah waktu itu...dikasih tahunya sama orang itu tapi saya
malas”.
2 “Memang  sih  ada,  tapi  ayah  nya  ini  takut  dia  kan  kalo
diimunisasikan ada sakit jadi gak diboleh kan ayahnya”.
3 “Nggak ada...”.
4 “Nggak ada dek...pokoknya siap melahirkan aku, udah...”.
Berdasarkan  matriks  4.3  terlihat  bahwa  sebagian  informan  mendapatkan informasi  dari  tenaga  kesehatan  tetapi  tidak  ingin  anaknya  diimunisasi  pada  saat
persalinan  atau  pada  saat  kunjungan  neonatal  karena  takut  dan  berbagai  alasan lainnya dan ada juga yang tidak diberitahu atau diberi informasi oleh bidan.
Matriks 4.4 Dampak Jika Tidak Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B-0 Informan
Pernyataan
1 “Tidak  tau  aku  dek...sehat-sehatnya  anak  ku,  gak  pernahnya
orang ni sakit parah kali...”
2 “Taunya  aku  dek...anak  nanti  sakit,tapi  kayak  manalah,
ayahnya ni gak mau...”
3 “Apa  ya  dek...gak  tau  dek...mudah-mudahanlah  sehat-sehat
orang ni sampai sekarang”
4 “Ntahlah dek...kalo sekarang belum kelihatankan”
Universitas Sumatera Utara
Dari  matriks  4.4  yang  didapat  dari  hasil  wawancara,  dari  4  informan,  3 diantaranya  tidak  mengetahui  dampak  jika  anak  tidak  mendapatkan  imunisasi
Hepatitis  B-0  dari  bayi  lahir,  dan  1  informan  mengatakan  tahu  tetapi  suaminya tidak memberikan izin untuk anaknya diimunisasi.
Matriks 4.5 Kepercayaan tentang Pemberian Imunisasi Hepatitis  B-0 Informan
Pernyataan
1 “Memang  biasa  itu,  anak  ku  pun  nggaknya  terlalu
berpenyakitan kali, nggak ada makanya itu aku malas, demam aja pun gak pernah”.
2 “Yang  pertama  itu  dapat...ya  karena  trauma  sama  yang
pertama”.
3 “Nggak...malas aja. Karena dilihat sehatnya kan ya udalah”.
4 “Iya  memang gak apa-apa..orangnya  sehatpun. Lagian kayak
gini  dek,kan  masih  kampung  orang  merasa  anak  imunisasi sakit”.
5 “Tidak juga sih dek...tapi banyak juga yang tidak mau anaknya
diimunisasi...tapi  karna  aku  tahukan  trus  dari  bidan  kan  jadi harus ku kasihlah...”
Berdasarkan  matriks  4.5  terlihat  bahwa  alasan  lain  informan  tidak membawa  bayinya  untuk  mendapatkan  imunisasi  hepatitis  B-0  karena
kepercayaan  atau  budaya  yang  sudah  ada  dari  dulu  bahwa  anak  yang  tidak mendapatkan  imunisasi  tidak  berpengaruh  kepada  kesehatan  anaknya  karena
sampai saat ini mereka melihat anaknya sehat-sehat saja.
Universitas Sumatera Utara
4.5 Bayi yang Mendapatkan Imunisasi Hepatitis B-0 Matriks 4.6 bayi yang mendapatkan imunisasi Hepatitis B-0 usia 0-7 hari
No. Pernyataan
1. “Iya tahu...imunisasi yang diberikan setelah bayi lahirlah dek...”
“Manfaatnya  untuk  mencegah  agar  anak  tidak  terkena  penyakit hepatitis B”
2. “Gak ada sih dek...ya paling demam-demam biasa itulah...”
3. “Mau juga dek...kalau ada yang kasih tahu ya datang...”
4. “Tidak  juga  sih  dek...tapi  banyak  juga  yang  tidak  mau  anaknya
diimunisasi...tapi karna aku tahukan trus dari bidan kan jadi harus ku kasihlah...”
Dari matriks 4.6 bayi yang mendapatkan imunisasi, informan mengatakan bahwa  anaknya  sudah  mendapatkan  imunisasi  Hepatitis  B-0  sejak  bayi  lahir  di
rumah  sakit.  Informan  mengetahui  tentang  imunisasi  Hepatitis  B-0  karena informan berasal dari pendidikan DIII. Informan juga mengatakan anaknya tidak
mengalami  demam  yang  tinggi,  hanya  mengalami  demam  biasa karena efek  dari suntikan imunisasi.
4.6  Matriks Bidan Matriks 4.7 Bidan Terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
NO Pernyataan
1. “Kalo  dianjurkan  seharusnya  dikasih...tetapi  karena  budaya,
kepercayaan, kekhawatiran, terkadang siibunya ini tidak ngasih. Uda gitu lokasi rumahnya itu  yang diperbukitan jadi akses untuk kelokasinya jadi
susah  menjangkau  lokasinya.  Kayak  mana  kan,  kita  nggak  tahu  kapan lahirnya  mereka  melahirkan  sendiri  atau  pakai  dukun.  Kita  nggak  tahu
bidannya  atau  bidan  lain...jadi  kalo  sama  saya  atau  bidan  desa  mereka
Universitas Sumatera Utara
selalu  memberikan.  Kecuali  bidan-bidan  swasta  yang  lain.  Kami  sudah membuat koordinasi jika ada persalinan harus melapor ke puskesmas dan
mengambil  vaksin  hepatitis  B-0  unijeck  untuk  diimunisasikan  pada  bayi baru lahir, sebagian ada yang mengambil dan sebagian lain tidak.
2. “Tidak...karena  imunisasi  Hepatitis  B-0  unijeck  itu  memang
pengadaannya  itu  yang  ada  di  puskesmas  jadi  kalo  sama  bidan  desanya itu sudah dikasih disuruh bawa pulang”.
3. “Iya...untuk  meyakinkan  masyarakat  ini  sangat  sulit,  karena  mereka
kesayangan sama anaknya. Mereka nggak tahu rasa sayang nya itu bisa berakibat fatal buat anak nya”.
4. “Kami kerumah bukan ibu yang membawa bayinya kepuskesmas, karena
bayi kan masih kecil dan ibu pun masih dalam masa nifas”.
5. “Kalo imunisasi Hepatitis B-0 unijeck ini nggak pernah bayar, posyandu
pun  nggak  bayar,  kalo  tentang  imunisasi  kami  menggratiskan  kecuali posyandu penimbangan...kalo itu mau tuh mereka dipungut Rp. 2.000 dan
Rp. 3.000 untuk pengganti gizi bayi balita seperti telur bubur itu sebagai honornya  kader  dipungut  Rp.  2.000  itu.  Tapi  untuk  pelayanan  imunisasi
baik  dibidan  desa  atau  puskesmas  mereka  memberikan  pelayanan imunisasi gratis.
Berdasarkan  matriks  4.7  bahwa  dari  hasil  penelitian  di  desa  pangirkiran terdapat  bidan  desa  yang  juga  bekerja  di  puskesmas  Pangirkiran  sebagai  bidan
dibagian  imunisasi.  informan  selalu  memberikan  imunisasi  hepatitis  B-0  setelah bayi  lahir,  adapun  bayi  yang  tidak  mendapatkan  imunisasi  hepatitis  B-0  setelah
bayi  lahir  karena  ibu  tersebut  tidak  bersalin  dengannya,  melainkan  bersalin dengan  bidan  yang  ada  di  desa  lain  dan  ada  juga  yang  bersalin  dengan  dukun
beranak.  Kebanyakan  yang  melahirkan  dengan  dukun  beranak  itu  dibagian pegunungan daerah desa pangirkiran.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan  data  WHO  2008  penyakit  Hepatitis  B  menjadi  pembunuh nomor  10  di  dunia  dan  endemis  di  China  dan  bagian  lain  di  Asia  termasuk
Indonesia.  Indonesia  bahkan  sudah  dikategorikan  sebagai  negara  dengan  tingkat endemisitas  yang  tinggi  dimana  prevalensi  HbsAg-nya  Hepatitis  B  Surface
Antigen lebih dari 8. Kelompok pengidap Hepatitis kronik yang ada dimasyarakat, sekitar 90
diantaranya  mengalami  infeksi  saat  masih  bayi.  Infeksi  dari  ibu  yang  mengidap Virus  Hepatitis  B  bisa  terjadi  sejak  masa  kehamilan  hingga  bayi  mencapai  usia
balita. Infeksi juga bisa terjadi saat ibu menyusui karena terjadi kontak luka pada puting  ibu  sehingga  menjadi  jalan  mudah  masuk  virus  Hepatitis  B  Soemoharjo,
2008. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit hepatitis
B  sejak  dini,  maka  WHO  telah  merekomendasi  program  imunisasi  hepatitis  B untuk  semua  bayi  Universal  Chilhood  Immunization  Against  Hepatitis  B.
Sebagai implementasinya, pemerintah Indonesia memasukkan program imunisasi hepatitis  B  ke  dalam  program  imunisasi  rutin  secara  nasional  sejak  tahun  1997.
Hingga  saat  ini  program  imunisasi  hepatitis  B  masih  terus  berjalan  walaupun banyak  kendala  yang  dihadapi,  misalnya  belum  tercapainya  target  cakupan
imunisasi dan  indek pemakaian vaksin yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
Kebanyakan  masyarakat  belum  sadar  akan  hal  tersebut.  Mereka  tidak mengimunisasikan  bayinya  karena  berbagai  sebab,  sehingga  masih  ada
kemungkinan  bayi  dapat  tertular  oleh  penyakit  yang  dapat  dicegah  dengan imunisasi Dinkes. Kota Surabaya, 2007.
Imunisasi  bukanlah  hal  baru  dalam  dunia  kesehatan  di  Indonesia,  namun tetap saja sampai kini banyak orangtua yang masih ragu-ragu dalam memutuskan
apakah  anaknya  akan  diimunisasi  atau  tidak.  Kebingungan  tersebut  sebenarnya cukup beralasan, banyak selentingan dan mitos yang kontroversial beredar, mulai
dari  alergi,  autis,  hingga  kejang-kejang  akibat  diimunisasi.  Namun,  jika  para orangtua  mengetahui  informasi  penting  sebelum  imunisasi,  sebenarnya  risiko-
risiko tersebut bisa dihindari.
5.1 Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0 Unijeck Pada Bayi Usia 0-7 Hari
Pemberian  imunisasi  Hepatitis  B  di  Indonesia  mulai  tahun  1997  menjadi program imunisasi rutin diberikan sebanyak tiga kali dengan penyuntikan pertama
pada bayi umur 3 tiga bulan. Mengacu kepada surat No : 168MENKESI2003 tentang  Perubahan  Kebijakan  Teknis  Imunisasi  Hepatitis  B,  diberikan  pada  bayi
umur  0 –7  hari,  dengan  menggunakan  prefilled  syringe  Uniject  HB  yaitu  alat
suntik  sekali  pakai  yang  sudah  steril  dan  sudah  diisi  vaksin  hepatitis  untuk  satu dosis.  Hasil  cakupan  imunisasi  Hepatitis  B-0  0-7  hari  secara  nasional  masih
belum  mencapai  hasil  yang  optimal,  untuk  itu  perlu  diupayakan  agar  kerjasama kegiatan Kunjungan Neonatal 1 KN-1 sekaligus memberikan imunisasi hepatitis
B  dengan  Uniject  HB  dilakukan  bersamaan  pada  saat  kunjungan  rumah. Mengingat  perubahan  teknis  imunisasi  Hepatitis  B  tersebut  merupakan  hal  yang
Universitas Sumatera Utara
baru  bagi  masyarakat  menyuntik  bayi  usia  0-7  hari,  tentunya  perlu  sosialisasi kepada masyarakat dan perlu dukungan berbagai pihak.
Pemberian  imunisasi  pada  seorang  bayi  sangatlah  penting  termasuk ketepatan  waktu  dan  berbagai  macam  jenisnya.  Banyak  orang  tua  yang  cukup
teledor  untuk  memberikan  anaknya  imunisasi,  seperti  hanya  memberikan beberapa  Imunisasi  yang  penting  saja.  Padahal  jika  mereka  tahu  bahayanya,
mungkin mereka akan berpikir dua kali untuk melakukan hal tersebut. Program  imunisasi  tidak  boleh  dilakukan  sembarangan  dan  harus  sesuai
jadwal lahir dan usia dari sang bayi, karena pemberian Imunisasi  yang terlambat bisa  dikatakan hampir percuma karena biasanya sang  penyakit sudah  ada  duluan
di  dalam  tubuh  sang  bayi.  Keterlambatan  dalam  vaksinasi  sampai  usia  18  bulan akan  meningkatkan  kemungkinan  anak  terserang  penyakit  karena  pada  usia
tersebut anak rentan terhadap penyakit Dombkowski, 2004.
5.2 Gambaran Karakteristik Informan
Dari  hasil  penelitian  yang  dilakukan,  diketahui  bahwa  informan  yang terpilih  sudah  sesuai  dengan  azas  kesesuaian,  yang  mana  sampel  yang  dipilih
dalam penelitian ini yaitu ibu yang mempunyai bayi 0-12 bulan yang diantaranya 4  orang  bayi  yang  tidak  mendapatkan  imunisasi  Hepatitis  B-0  dan  1  orang  bayi
yang mendapatkan imunisasi Hepatitis B-0. Berdasarkan  hasil  penelitian  dari  5  informan  diketahui  bahwa  umur
informan  bervariasi  antara  24  tahun  hingga  35  tahun.  Untuk  jenjang  pendidikan dari 5 informan, terdapat 1 informan berpendidikan SD, 1 informan berpendidikan
SMP,  2  informan  berpendidikan SMA,  dan 1  informan  berpendidikan DIII.  Dari
Universitas Sumatera Utara
tempat  bersalin,  4  informan  bersalin  dengan  bidan,  dan  1informan  bersalin  di rumah  sakit.  Untuk  karakteristik  bidan,  bidan  yang  menjadi  informan
berpendidikan  DIV  Kebidanan,  yang  bekerja  di  Puskesmas  Pangirkiran  dibagian Imunisasi.
Dalam  pemberian  imunisasi  Hepatitis  B-0  pada  bayi  baru  lahir  dapat dipengaruhi oleh:
5.3 Peran Ibu
Peran  adalah  seperangkat  tingkah  laku  yang  diharapkan  oleh  orang  lain terhadap  seseorang  sesuai  kedudukannya  dalam  suatu  sistem  Mubarak,  2009.
Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang  didefinisikan  dan  diharapkan  secara  normatif  dari  seseorang  peran  dalam
situasi  sosial  tertentu  Mubarak,  2009.  Peran  keluarga  adalah  tingkah  laku spesifik  yang  diharapkan  oleh  seseorang  dalam  konteks  keluarga.  Jadi  peran
keluarga  didasari  oleh  harapan  dan  pola  perilaku  dari  keluarga,  kelompok  dan masyarakat Setiadi, 2008.
Menurut Setiadi 2008 setiap anggota keluarga mempunyai peran masing- masing. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak
– anak,  pelindung  keluarga  dan  juga  sebagai  anggota  masyarakat  kelompok  sosial
tertentu.  Peran  ibu  sangat  penting  dalam  menentukan  status  kesehatan  bayinya, termasuk  untuk  kelengkapan  imunisasi  bayinya.  Berbagai  faktor  dapat
mempengaruhi  perilaku  ibu  dalam  memainkan  perannya  sehubungan  dengan masalah kesehatan bayinya, misalnya latar belakang pendidikannya, umur, jumlah
anak, pekerjaan serta sosioekominya
Universitas Sumatera Utara
Peran  orangtua  dalam  pemberian  imunisasi  Hepatitis  B-0  di  Desa Pangirkiran  sangat  kurang,  karena  ibu  melihat  anak  mereka  yang  tidak
mendapatkan  imunisasi  hepatitis  B-0  sajapun  sehat  dan  gemuk,  dan  berpikiran imunisasi tersebut hanya akan membuat anak mereka sakit, kemudian karena anak
masih kecil jadi tidak sanggup untuk melihat anaknya disuntik. Peningkatan  cakupan  imunisasi  melalui  pendidikan  orang  tua  ibu  telah
menjadi  stategi  popular  di  berbagai  negara.  Strategi  ini  berasumsi  bahwa  anak- anak  tidak  akan  diimunisasi  secara  benar  disebabkan  orang  tua  tidak  mendapat
penjelasan yang baik atau karena memiliki sikap yang buruk tentang imunisasi. Pengaruh  peran  ibu  dalam  pemberian  Imunisasi  Hepatitis  B-0  pada  bayi
usia 0-7 hari dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
5.3.1 Pengetahuan Knowledge
Pengetahuan  didefinisikan  sebagai  hasil  “tahu”  setelah  orang  melakukan penginderaan  terhadap  suatu  objek  tertentu  dan  sebagian  besar  pengetahuan
manusia  diperoleh  melalui  indera  penglihatan  dan  pendengaran.  Proses penginderaan  diperoleh  baik  dalam  bentuk  pengamatan  sendiri,  pengalaman
oranglain  atau  teori  yang  diperoleh  dari  media  massa  sehingga  orang  tersebut dapat memahami segala gejala sosial yang dihadapinya Notoatmodjo, 2007.
Ibu-ibu  yang  berada  di  Desa  Pangirkiran  masih  mempunyai  pengetahuan yang kurang tentang imunisasi hepatitis B-0, mereka tidak mengetahui pentingnya
anak diberi imunisasi sejak dini, bahkan ada beberapa ibu yang sama sekali tidak membawa  anaknya  untuk  imunisasi.  Walaupun  mereka  sudah  mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
informasi dari tenaga kesehatan tentang imunisasi, tetapi mereka masih juga tidak membawa anaknya karena berbagai alasan dan masih keliru dengan imunisasi.
Untuk  mengetahui  pengetahuan  informan,  peneliti  melihat  dari  1 pengetahuan  tentang  pengertian  dan  manfaat  imunisasi  hepatitis  B-0,  2
mendapatkan informasi tentang imunisasi hepatitis B-0.
1.  Pengertian Dan Manfaat Imunisasi Hepatitis B-0
Berdasarkan  hasil  wawancara  terhadap  5  informan,  4  diantaranya  dapat diketahui bahwa pengetahuan informan tentang pengertian imunisasi hepatitis B-0
masih kurang, seperti yang diungkapkan informan sebagai berikut : “Iya tahu...tapi agak-agak lupa gitu aku dek...”
“Tahulah...untuk kesehatan anak biar tidak terkena penyakit...” Informan lain mengatakan:
“Iya imunisasi yang disuntikkan waktu dia lahir itukan....” “Ya...untuk kesehatan anaklah...”
Informan lain yang mengetahui tentang imunisasi hepatitis B-0 juga mengatakan: “Iya tahu...imunisasi yang diberikan setelah bayi lahirlah dek...”
“Manfaatnya untuk mencegah agar anak tidak terkena penyakit hepatitis B”
Hasil penelitian Gunawan di Kabupaten Langkat pada tahun 2009 tentang karateristik  ibu  dan  lingkungan  sosial  budaya  terhadap  pemberian  imunisasi
hepatitis  B  pada  bayi  0-7  hari.  Diperoleh  hasil,  pengetahuan  ibu  merupakan variabel  yang  paling  berpengaruh  terhadap  karateristik  ibu  terhadap  pemberian
imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian Yuhanadh 2012 menujukkan bahwa ada hubungan yang signifikan  antara  pengetahuan  ibu  dengan  memberikan  imunisai  hepatitis  B  0-7
hari  diwilayah  kerja  puskesmas  panteraja  dengan  hasil  persentase  ibu  yang berpengetahuan  baik  lebih  banyak  yaitu  80  dibandingkan  ibu  yang
berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 20. Survey  awal  yang  Wahyu  Sifa  lakukan  diwilayah  kerja  Puskesmas
Bakongan  Timur  Kabupaten  Aceh  Selatan  pada  bulan  Maret  tahun  2013  tentang pemberian imunisasi Hepatitis B 0-7 hari pada 8 orang ibu bayi, terdapat 4 orang
ibu mengatakan tidak tahu tentang manfaat pemberian imunisasi tersebut, karena ibu  tidak  memperdulikan  apa  yang  dilakukan  oleh  bidan  penolong  karena  ibu
sedang menghadapi post partum. Kurangnya  pengetahuan  masyarakat  terhadap  kesehatan  mereka  tidak
berperilaku  sesuai  dengan  nilai  kesehatan   Eko    Hesty,  2009   Tidak tercapainya  target  imunisasi  hingga  mencakup  semua  bayi,  di  beberapa  daerah,
antara lain disebabkan pemahaman masyarakat yang masih terbatas bahkan keliru terhadap imunisasi Muchtar, 2009.
2.  Mendapatkan Informasi Tentang Imunisasi Hepatitis B-0