5.3.2 Sikap Attitude
Sikap adalah kecendrungan bertindak dari individu, berupa respon tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu Sunaryo, 2004. Faktor yang dapat
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang
akan dilakukan. Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan yang salah
satunya mencakup sikap terhadap pencegahan penyakit menular Notoatmodjo, 2005.
Di Desa Pangirkiran masih ada orangtua yang tidak mau anaknya diimunisasi, karena masih takut efek samping yang terjadi setelah penyuntikan,
sehingga orangtua memutuskan untuk tidak membawa anaknya imunisasi. Kemudian karena waktu orangtua yang tidak ada, orangtua yang sibuk bekerja
dan lebih mementingkan pekerjaan dari pada membawa anaknya untuk imunisasi, bahkan mengatakan malas untuk ke posyandu atau ke puskesmas, padahal
kesehatan anak lebih penting dari semuanya. Informan yang pertama berinisial AN memiliki 4 orang anak, tetapi hanya
anak yang keempat ini yang imunisasinya tidak lengkap termasuk tidak mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 sejak lahir. Informan tidak membawa
bayinya ke posyandu atau ke puskesmas untuk mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 karena waktu yang tidak ada dengan alasan banyak kerjaan, seperti yang
diungkapkan sebagai berikut: “Disuruh malas dek...banyak kerjaan menyuci lagi kesawah lagi. Jadi dak
sempat aku banyak kerjaan”.
Universitas Sumatera Utara
Informan kedua berinisial HN memiliki 2 orang anak. Anak pertama sudah mendapatkan imunisasi lengkap tetapi anak kedua tidak mendapatkan sama sekali
imunisasi termasuk imunisasi hepatitis B-0. Informan tidak membawa bayinya ke posyandu atau ke puskesmas dengan alasan karena takut efek samping yang
dialami setelah penyuntikan. Ayah sianak trauma karena anak pertama mereka mengalami demam dan bengkak kemerahan setelah imunisasi sehingga suami
informan melarang untuk tidak memberikan imunisasi lagi pada anak kedua mereka, seperti yang diungkapkan sebagai berikut:
“Memang sech ada, tapi ayah nya ini takut dia kan kalo diimunisasikan ada sakit jadi gak diboleh kan ayahnya”.
Informan ketiga berinisial JK memiliki 2 orang anak. Anak kedua berusia 12 bulan dan tidak mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 sejak lahir. Informan
tidak membawa bayinya ke posyandu atau ke puskesmas karena tidak diberitahu oleh bidannya dan ketidaktahuan tentang jadwal posyandu yang dilaksanakan di
desa tersebut karena posyandu yang dilaksanakan terkadang secara tiba-tiba, seperti yang diungkapkan sebagai berikut:
“Nggak ada dikasih tahu...” “Tiba-tiba aja posyandu, orang itupun nggak ada ngasih tahu...kadang-
kadang pun kita kan nggak disini jadi nggak tahu” Informan keempat berinisial AP memiliki 3 orang anak. Anak yang ketiga
berusia 5 bulan dan pada saat bayi lahir tidak mendapatkan imunisasi hepatitis B-0. Informan tidak membawa atau melapor kepada bidan atau tenaga kesehatan
yang ada di desa tersebut karena tidak mengetahui tentang imunisasi hepatitis B-0 dan tidak ada mendapatkan atau diberi saran untuk membawa bayi segera
Universitas Sumatera Utara
imunisasi hepatitis B-0 ke posyandu atau puskesmas, seperti yang diungkapkan sebagai berikut:
“Tidak ada...jadi tidak tahulah dek”. Informan kelima berinisial YS memiliki 1 orang anak, bersalin di rumah
sakit Nur’Aini Kota Pinang. Informan mengatakan bahwa bayinya sudah
mendapatkan imunisasi hepatitis B-0 setelah bayi lahir dari petugas kesehatan rumah sakit.
“Lengkap...yang Hb0 ya dikasih...di rumah sakit Nur’Aini Kota Pinang”. Hasil penelitian Idwar tentang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Status Imunisasi Hepatitis B pada Bayi 0-11 Bulan di Kabupaten Aceh Besar Propinsi Daerah Istimewa Aceh Tahun 19981999. Diperoleh hasil, Ibu yang
mempunyai sikap positif terhadap imunisasi mempunyai risiko 1,55 kali untuk mengimunisasikan bayinya dibandingkan ibu yang mempunyai sikap negatif.
Sikap yang positif dapat menjadi faktor predisposing atau pencetus yang menyebabkan ibu membawa bayinya untuk diimunisasi.
Survey awal yang dilakukan Wahyu Sifa diwilayah kerja Puskesmas Bakongan Timur Kabupaten Aceh Selatan pada bulan Maret tahun 2013 tentang
pemberian imunisasi Hepatitis B 0-7 hari bahwa menunjukkan persentase ibu yang memberikan imunisasi Hepatitis B 0-7 hari didapatkan pada ibu yang
bersikap positif sebanyak 48 dan ibu yang bersikap negatif sebanyak 52. Imunisasi Hepatitis B-0 untuk mencegah virus Hepatitis B yang dapat
menyerang dan merusak hati. Oleh karena itu, bila orangtua tidak mau anaknya diimunisasi berarti bisa membahayakan keselamatan anaknya, karena mudah
Universitas Sumatera Utara
tertular penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan sakit berat, cacat atau
kematian Soedjatmiko, 2008.
Menurut asumsi penelitian sikap ibu dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 hari di Desa Pangirkiran termasuk dalam katagori positif hal ini secara
langsung mempengaruhi tindakan ibu dalam memberikan imunisasi hepatitis B 0-7 hari pada anaknya dan sebagian ibu-ibu yang bersikap negatif karena ibu
berpendapat tidak perlu diimunisasikan hepatitis B 0-7 hari karena mengakibatkan anaknya demam dan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti orang-orang
yang berpengaruh disekitarnya yaitu suami, dan lain sebagainya.
5.3.3 Kepercayaan