DESKRIPSI DISPOSISI REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

(1)

ABSTRAK

DESKRIPSI DISPOSISI REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE

THINK PAIR SHARE

(Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII H SMP Negeri 20 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016)

Oleh MELIZA NOPIA

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan disposisi representasi matematis siswa pada pembelajaran dengan model kooperatif tipe think pair share. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-H SMPN 20 Bandarlampung tahun pelajaran 2015/2016. Data kualitatif pada penelitian ini mengenai disposisi representasi matematis siswa yang diperoleh melalui observasi, catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model kooperatif tipe think pair share ternyata dapat me-munculkan indikator disposisi representasi matematis siswa yang memiliki ke-mampuan rendah, sedang, dan tinggi. Disposisi representasi matematis siswa yang paling banyak muncul adalah kepercayaan diri dalam berpikir, sedangkan indikator disposisi representasi matematis yang paling sedikit muncul adalah analitis.


(2)

DESKRIPSI DISPOSISI REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE

THINK PAIR SHARE

(Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII H SMP Negeri 20 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016)

(Skripsi)

Oleh

Meliza Nopia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(3)

ABSTRAK

DESKRIPSI DISPOSISI REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE

THINK PAIR SHARE

(Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII H SMP Negeri 20 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016)

Oleh MELIZA NOPIA

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan disposisi representasi matematis siswa pada pembelajaran dengan model kooperatif tipe think pair share. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-H SMPN 20 Bandarlampung tahun pelajaran 2015/2016. Data kualitatif pada penelitian ini mengenai disposisi representasi matematis siswa yang diperoleh melalui observasi, catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model kooperatif tipe think pair share ternyata dapat me-munculkan indikator disposisi representasi matematis siswa yang memiliki ke-mampuan rendah, sedang, dan tinggi. Disposisi representasi matematis siswa yang paling banyak muncul adalah kepercayaan diri dalam berpikir, sedangkan indikator disposisi representasi matematis yang paling sedikit muncul adalah analitis.


(4)

DESKRIPSI DISPOSISI REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE

THINK PAIR SHARE

(Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII H SMP Negeri 20 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016)

Oleh

Meliza Nopia

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kampung Jawa, Kota Krui Kabupaten Pesisir barat pada tanggal 28 November 1994. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan dari Bapak Yuzakki dan Ibu Roses Meri.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Biha pada tahun 2006, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Pesisir Selatan pada tahun 2009, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Pesisir Selatan pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Mandiri Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di kampung sendiri karena sebagai puteri daerah yaitu di Desa Biha, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat. Selain itu, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Pesisir selatan, Kabupaten Pesisir Barat yang terintegrasi dengan program KKN tersebut. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif dalam organisasi yaitu HIMASAKTA pada periode 2012-2013.


(9)

MOTTO

Jadikan masa lalu sebagai kekuatan untuk

menjadi lebih baik, hingga menjadi

seseorang yang Luar Biasa


(10)

Persembahan

Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna

Sholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Uswatun Hasanah

Rasululloh Muhammad SAW.

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan

karya sederhana ini untuk orang-orang yang selalu berharga

dalam hidupku.

Ayahku tercinta (Yuzakki) dan Ibuku tercinta (Roses Meri), yang telah

membesarkan, mendidik, memberikan kasih sayang, semangat,

dan selalu mendoakan, serta selalu ada dikala ku sedih dan

senang dengan pengorbanan yang tulus ikhlas

demi kebahagiaan dan keberhasilanku.

Kakak-kakakku tercinta (Yosef Ronando dan

Arie Ampasha), adikku tercinta (Yuzron Miza) yang telah

Memberikan dukungan dan semangatnya padaku

serta seluruh keluarga besar yang terus memberikan

dukungan dan doanya padaku, terima kasih.

Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran

Semua Sahabat terbaikku yang begitu tulus menyayangiku dengan

segala kekuranganku, dari kalian aku belajar memahami arti ukhuwah.

dan


(11)

ii SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam selalu tercurah pada junjungan kita yang membawa kita dari zaman Jahiliah ke zaman yang terang benderang, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul “Deskripsi Disposisi Representasi Matematis Siswa dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (Penelitian Kualitatif pada Siswa Kelas VII H SMP Negeri 20 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/ 2016)”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini disadari sepenuhnya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Ibuku Roses Meri dan Ayahku Yuzakki tercinta atas perhatian, kasih sayang, dan segalanya yang telah diberikan kepadaku selama ini serta tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik untukku.

2. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,


(12)

iii memberikan sumbangan pemikiran, perhatian, kritik, saran, memotivasi, dan semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, perhatian, kritik, saran, memotivasi, dan semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Pembahas yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.

5. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Haninda Bharata, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 8. Ibu Nurwana, S. Pd, selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam

penelitian.

9. Ibu Dra. Hj. Listidora, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 20 Bandarlampung beserta Wakil, staf, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama penelitian.


(13)

iv 10. Seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2015/2016, khususnya siswa kelas VII H atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

11. Kakakku tercinta Yosef Ronando dan Ari Ampasa, serta adikku tercinta Yuzron Miza yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku. 12. Keluarga ABC tercinta dan terkasih {Zul (Zulfitriani), Emak (Aulia Eka

Alzianina), Tante (Titis Aiyudiya), Ela (Ela Ulfiana), Tika (Tika Rahayu), Depe (Devi Putri Permatasari), Erma (Erma Widihastusi), Arum (Arum Dahlia Mufidah), Umi (Yuli Syartika), dan Maya (Maya Andani)}, dan kakakku Bagas Rasid Sidik yang selama ini telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku.

13. Sahabat seperjuanganku Linda Nurfitriyani yang selama ini selalu bersama memberiku semangat dan selalu mangajarkan kesabaran serta keikhlasan. 14. Teman-teman karibku tersayang, seluruh angkatan 2012 Pendidikan

Matematika: Lusi, Rita, Nikita, Lela, Heni, Yuliana, Eva, Fitri, Indri, Depi, Devi, Leli, Eja, Agata, Rian, Aji, Arbai, Ferdi, Ari, Catur, Azis, Ricky, Wayan, Ruben, Meilan, Andreas, Burhan, Willy, Ewi, Elok, Eci, Uci, Nuy, Nidiya, Della, Resti, Utary, Nana, Ressa, Rini, Mega, Mila, Dewi, Septi, Putri, I Wayan, Kadek, Tania, Tiur, Yuni, dan Rina.

15. Kakak-kakak angkatanku terkasih Mbak Yulisa, Mbak Ismi, Mbak Indah, Mbak Fitri, Mbak Selvy, Kak Heizlan, Kak Ige, Kak Ikhwan, Kak Gilang terima kasih atas kebersamaannya.

16. Kakak-kakakku angkatan, 2010 dan 2011 serta adik-adikku angkatan 2013, 2014, 2015 terima kasih atas kebersamaanya.


(14)

v 17. Teman-teman seperjuangan KKN di Desa Biha, Kecamatan Pesisir Selatan,

Kabupaten Pesisir Barat dan PPL di SMP Negeri 2 Pesisir Selatan (Ana Rianti, Ayu Maharani, Nina Rosita, Yulis Tiawati, Devina Nizzu, Warisem, Ardini Tyaswari, Tommy Hardiyanto, dan Idris Suma Afandi) atas kebersamaan selama kurang lebih dua bulan yang penuh makna dan kenangan.

18. Pak Liyanto dan Pak Mariman, penjaga gedung G, terima kasih atas bantuan dan perhatiannya selama ini.

19. Almamater Universitas Lampung tercinta yang telah mendewasakanku. 20. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin Ya Robbal ‘Alamin.

Bandarlampung, Juni 2016 Penulis


(15)

vi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 9

C. Pertanyaan Penelitian ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 12

1. Representasi Matematis ... 12

2. Disposisi Representasi Matematis... 15

3. Pembelajaran Kooperatif... 21

4. Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share... 24

B. Kerangka Pikir ... 27

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 30

B. Subjek Penelitian ... 30

C. Latar Penelitian ... 31


(16)

vii

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Teknik Analisis Data ... 35

G. Tahap-tahap Penelitian ... 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 40

1. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Pertemuan Pertama ... 40

2. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Pertemuan Kedua ... 49

3. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Pertemuan Ketiga ... 55

4. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Pertemuan Keempat ... 63

5. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Pertemuan Kelima... 70

6. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Pertemuan Keenam ... 80

7. Deskripsi Proses Pembelajaran pada Pertemuan Ketujuh... 86

B. Pembahasan ... 90

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...105

B. Saran ...106 DAFTAR PUSTAKA


(17)

viii DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Hubungan Indikator Representasi Matematis dengan Indikator

Disposisi Representasi Matematis... 20 Tabel 4.1 Siswa yang Memunculkan Disposisi Representasi Matematis

Berdasarkan Tiap-tiap Indikator pada Pertemuan Pertama... 41 Tabel 4.2 Siswa yang Memunculkan Disposisi Representasi Matematis

Berdasarkan Tiap-tiap Indikator pada Pertemuan Kedua... 49 Tabel 4.3 Siswa yang Memunculkan Disposisi Representasi Matematis

Berdasarkan Tiap-tiap Indikator pada Pertemuan Ketiga... 55 Tabel 4.4 Siswa yang Memunculkan Disposisi Representasi Matematis

Berdasarkan Tiap-tiap Indikator pada Pertemuan Keempat... 63 Tabel 4.5 Siswa yang Memunculkan Disposisi Representasi Matematis

Berdasarkan Tiap-tiap Indikator pada Pertemuan Kelima... 70 Tabel 4.6 Siswa yang Memunculkan Disposisi Representasi Matematis

Berdasarkan Tiap-tiap Indikator pada Pertemuan Keenam... 81 Tabel 4.7 Siswa yang Memunculkan Disposisi Representasi Matematis

Berdasarkan Tiap-tiap Indikator pada Pertemuan Ketujuh... 87 Tabel 4.8 Persentase Indikator Disposisi Representasi Matematis Siswa


(18)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Jawaban B25 saat kerja kelompok pada pertemuan ketiga... 62 4.2 Jawaban B11 saat kerja kelompok pada pertemuan ketiga... 62 4.3 Jawaban siswa untuk nomor (1a), (1b), dan (1c) latihan soal

pada pertemuan kelima. ... 78 4.4 Jawaban siswa untuk nomor (1d) latihan soal pada pertemuan

kelima... 78 4.5 Jawaban B10 dan B1 untuk nomor (2) latihan soal pada

pertemuan kelima... 79 4.6 Jawaban B19 dan B31 untuk nomor 2 latihan soal pada

pertemuan kelima... 80 4.7 Jawaban siswa untuk latihan pada pertemuan keenam... 86


(19)

x DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. INSTRUMEN PENELITIAN

A.1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) . ... 109

A.2 Kode Siswa ... 156

A.3 Indikator dan Sub Indikator dari Disposisi Representasi Matematis Siswa ... 157

A.4 Catatan Lapangan ... 159

A.5 Hasil Wawancara ... 182

B. LAIN-LAIN B.1 Kartu Kendali Bimbingan Skripsi ... 189

B.2 Daftar Hadir Seminar Proposal... 191

B.3 Daftar Hadir Seminar Hasil ... 193

B.4 Surat Keterangan Penelitian Pendahuluan... 195


(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan lembaga yang berusaha membangun masyarakat dan watak bangsa secara berkesinambungan dalam rangka membentuk manusia seutuhnya. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi dan menjadi suatu hal penting yang dapat menentukan kualitas diri seseorang maupun suatu negara. Oleh karena itu, pendidikan berperan utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia harus mendapat perhatian serius demi ke-langsungan hidup bangsa dan negara. Kondisi kualitas sumber daya manusia sering diidentikkan dengan tingkat kemampuan penguasaan teknologi, dalam hal ini rendahnya kualitas sumber daya manusia diakibatkan kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kualitas sumber daya manusia yang baik akan menjamin keberhasilan dalam upaya penguasaan teknologi untuk pembangunan suatu bangsa. Dengan demikian, selama pembelajaran siswa harus sanggup menghadapi dunia luar yang penuh tantangan, sehingga mampu menguasai teknologi-teknologi baru hasil inovasi.


(21)

2 Pembelajaran merupakan proses penting yang ada di dalam dunia pendidikan, melalui pembelajaran juga siswa dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. UU nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar” (Sudrajat: 2009). Artinya, melalui pembelajaran siswa melakukan kegiatan saling berinteraksi dalam keterampilan kognitif seperti membaca, bertanya dan juga dapat mengaktualisasikan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar. Melalui proses tersebut, pembelajaran dapat memberikan perubahan prilaku siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Siswa yang telah menempuh pembelajaran dengan baik, tentunya akan mendapatkan pemahaman yang berbeda dibandingkan dengan sebelum mendapat pembelajaran.

Matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang memegang peran penting dalam mengembangkan kemampuan siswa, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas sehingga memungkinkan siswa terampil berpikir rasional. Mata pelajaran matematika menurut Hudoyo (Yulisa: 2015), merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir manusia. Pernyataan tersebut didukung oleh Suherman (2003:58) yang mengatakan bahwa salah satu tujuan umum diberikannya mata pelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan sehari-hari dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.


(22)

3 Hal yang menjadi fokus pembicaraan dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa mampu:

1. Memahami konsep, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasi-kan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran dalam melakukan manipulasi matematika membuat

generalisasi, menyusun bukti, serta menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas suatu masalah matematis.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

NCTM (2000:67) menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan koneksi (connection), pemecahan masalah (problem solving), komunikasi (communication), penalaran (reasoning), dan representasi (representation). Selain itu, NCTM (2000:280) juga mengemukakan bahwa:

Representation is central to the study of mathematics. Students can develop and deepen their understanding of mathematical concepts and relationships


(23)

4 as they create, compare, and use various representations. Representations such as physical objects, drawings, charts, graphs, and symbols also help students communicate their thinking.

Dari hal di atas, diperoleh bahwa representasi menduduki peranan yang penting dalam pembelajaran matematika. Kemampuan representasi matematis merupakan kemampuan menyatakan ide atau gagasan matematis dalam bentuk gambar, grafik, tabel, diagram, persamaan atau ekspresi matematika, simbol-simbol, tulisan, ataupun kata-kata tertulis. Kemampuan representasi matematis dapat membantu siswa dalam membangun konsep, memahami konsep dan menyatakan ide-ide matematis, serta memudahkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya (Mandur, 2013). Dengan representasi, masalah yang semula terlihat sulit dan rumit dapat di lihat dengan lebih mudah dan sederhana, sehingga masalah yang disajikan dapat dipecahkan dengan lebih mudah.

Representasi yang dimunculkan oleh siswa merupakan ungkapan-ungkapan dari gagasan-gagasan atau ide-ide matematika yang ditampilkan siswa dalam upayanya untuk mencari suatu solusi dari masalah yang sedang dihadapinya (NCTM, 2000: 67). Ketika siswa dihadapkan pada suatu situasi masalah matematika dalam pembelajaran di kelas, mereka akan berusaha memahami masalah tersebut dan menyelesaikannya dengan cara-cara yang mereka ketahui. Cara-cara tersebut sangat terkait dengan pengetahuan sebelumnya yang sudah ada yang berhubungan dengan masalah yang disajikan. Salah satu bagian dari upaya yang dapat dilakukan siswa adalah dengan membuat model atau representasi dari masalah tersebut.


(24)

5 Dalam proses representasi matematis tidak hanya terdiri dari unsur kemampuan (kognitif) saja, tetapi sikap untuk representasi matematis siswa juga harus diperhatikan (perbaiki). Dalam pembelajaran, ternyata bukan hanya kemampuan representasi matematis saja yang dapat membuat siswa berhasil dalam belajar tetapi juga disposisi. Disposisi merupakan kecendrungan untuk berlaku dengan cara tertentu. Menurut Ritchhart (Yunarti, 2011: 63), pengertian disposisi itu sen-diri merupakan perkawinan antara kesadaran, motivasi, inklinasi, dan kemampuan atau pengetahuan yang diamati. Suatu disposisi tentunya memberikan ke-mungkinan mendasar bagi jenis-jenis kegiatan dan pengalaman tertentu tetapi tidak pada dirinya sendiri memberikan kelengkapan dan kesiapan penuh untuk bertindak. Ini harus diperoleh lewat praktik dan penumbuhan kebiasaan-kebiasaan yang merupakan tujuan dan tenaga pendorong yang terdapat dalam setiap disposisi. Menurut Maxwell (2001), disposisi terdiri dari (1) inclination (kecenderungan), yaitu bagaimana sikap siswa terhadap tugas-tugas; (2) sen-sitivity (kepekaan), yaitu bagaimana kesiapan siswa dalam menghadapi tugas; dan (3) ability (kemampuan), yaitu bagaimana siswa fokus untuk menyelesaikan tugas secara lengkap; dan (4) enjoyment (kesenangan), yaitu bagaimana tingkah laku siswa dalam menyelesaikan tugas.

Disposisi representasi matematis dapat diartikan sebagai kecenderungan sese-orang untuk bersikap saat melakukan representasi matematis. Dengan adanya disposisi representasi matematis, siswa dituntut untuk mengambil suatu sikap dan tindakan yang tepat dalam mencari solusi dari masalah yang dihadapi dengan representasi yang tepat serta akan memperlihatkan proses representasi yang


(25)

6 dilakukan. Saat sedang memahami dan mencari solusi masalah yang dihadapi, seseorang juga akan menampilkan disposisi representasi matematisnya. Dengan demikian, siswa yang memiliki disposisi representasi matematis yang baik akan dapat menghadapi suatu masalah dengan langkah yang tepat sehingga akan menghasilkan pemahaman yang baik pula.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 20 Bandar-lampung, diperoleh informasi bahwa pada proses pembelajaran berlangsung guru masih menggunakan metode ceramah dengan tanya jawab serta latihan soal. Dengan metode yang digunakan ternyata masih ada masalah dalam representasi matematis siswa di SMP Negeri 20 Bandarlampung. Berdasarkan hasil observasi hal ini ditandai dengan masih adanya siswa yang sulit dalam memahami atau menyelesaikan suatu persoalan pada materi pelajaran matematika. Saat guru memberikan pertanyaan, hanya sebagian kecil siswa yang menunjukkan rasa percaya diri untuk menjawab. Sedangkan siswa yang lain menunjukkan sikap pasif dan terdiam. Siswa yang terbiasa dengan sikap tersebut dapat menghambat dalam mengeksplor pengetahuan yang telah ada di dalam dirinya dan dapat mempersulit siswa dalam belajar, sehingga menjadi sulit dalam memahami dan menyelesaikan suatu persoalan matematika. Dengan demikian, hal tersebut harus lebih diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas.

Representasi matematis siswa yang rendah ternyata membuat disposisi represen-tasi matematis mereka juga rendah. Masih banyak siswa yang belum terbiasa un-tuk mencari alternatif alasan dan informasi yang benar sehingga membuat sulit dalam melakukan representasi matematis. Hal ini memberikan dampak bagi


(26)

7 disposisi representasi matematis siswa menjadi rendah yang ditandai dengan kurangnya keinginan mereka untuk mencari kebenaran suatu persoalan, rasa ingin tahu untuk memaknai suatu pernyataan dan persoalan, serta rasa percaya diri. Sebagian besar siswa terlihat kurang tanggap dalam menghadapi pertanyaan yang diajukan guru dan juga jika menemukan hal baru dalam persoalan matematika. Jika hal tersebut tidak diperhatikan, maka akan memberi dampak negatif bagi rasa ingin tahu siswa. Oleh karena itu, guru harus lebih memerhatikan strategi pem-belajaran yang digunakan selama pempem-belajaran agar dapat membuat rasa ingin tahu siswa muncul sehingga siswa memiliki semangat untuk mencari tahu. Pembelajaran matematika yang diharapkan saat ini adalah pembelajaran yang berorientasi pada siswa.

Dalam bidang studi matematika, sistem pengajaran yang dapat melibatkan siswa belajar aktif sangat ditentukan oleh kemampuan guru menggunakan metode pengajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran serta tingkat kemampuan anak didik. Hal ini sesuai dengan pendapat Simanjuntak (1993: 69) yang mengatakan bahwa, hendaknya matematika itu diajarkan mulai sejak dini dengan metode penyampaian yang tepat, sehingga diharapkan siswa dapat me-mahami dengan baik suatu materi matematika yang selanjutnya dapat menjadi dasar untuk materi selanjutnya yang lebih sukar. Di sinilah peran guru sangat penting untuk menumbuhkan sikap positif terhadap pelajaran maupun pem-belajaran matematika. Sikap siswa dalam menghadapi matematika dan keyakin-annya dapat memengaruhi prestasi mereka dalam matematika.


(27)

8 Siswa akan belajar lebih efektif manakala mereka tertarik dengan apa yang mereka pelajari dan mereka berprestasi baik jika mereka menyukai matematika. Karenanya, perhatian yang terus menerus hendaknya diarahkan pada penciptaan, pengembangan, pemeliharaan, dan dorongan untuk bersikap positif terhadap matematika. Dengan demikian seorang guru dituntut memiliki keterampilan mengelola kegiatan pembelajaran secara kreatif dan inovatif, sebab jika guru berhasil menerapkan suasana yang membuat siswa termotivasi dan aktif dalam belajar, kemungkinan tercapainya tujuan pembelajaran matematika sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru adalah pembelajaran model kooperatif.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Tipe Think Pair Share relatif sederhana, tidak menyita waktu yang lama untuk mengatur tempat duduk, melatih siswa untuk berani berpendapat, menghargai pendapat teman, dan memberi waktu lebih banyak kepada siswa untuk berpikir dibandingkan dengan tipe pembelajaran kooperatif yang lain. Pembelajaran kooperatif tipeThink Pair Sharemenekankan kepada siswa untuk berpikir dan mendiskusikan hasil pemikirannya dengan teman. Think pair share memberi kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk menunjukkan hasil pemikirannya dan melatih siswa untuk dapat bekerja kelompok (Pertiwi, 2011).

Pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think Pair Share merupakan suatu pembelajaran yang diharapkan dapat memunculkan disposisi representasi mate-matis siswa terutama pada siswa-siswa dengan kemampuan berpikir yang rendah.


(28)

9 Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share merupakan model kooperatif yang menempatkan siswa secara berpasangan untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik melalui tiga tahap, yaitu: Think (berpikir), Pair (berpasangan), dan Share (berbagi). Salah satu keutamaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yaitu dapat menumbuhkan keterlibatan dan keikutsertaan siswa dengan memberikan kesempatan terbuka pada siswa untuk berbicara dan meng-utarakan gagasannya sendiri dan memotivasi siswa untuk terlibat percakapan dalam kelas. Dengan demikian penggunaan model kooperatif Think Pair Share dapat membantu siswa dalam merepresentasi matematis untuk menyampaikan informasi, seperti menyatakan ide, mengajukan pertanyaan dan menanggapi per-tanyaan orang lain.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelitian ini akan mendeskripsikan (secara kualitatif) tentang disposisi representasi matematis dalam pembelajaran dengan model kooperatif tipeThink Pair Share.

B. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah disposisi representasi matematis siswa yang muncul saat pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipeThink Pair Shareberlangsung. Disposisi representasi matematis siswa dibatasi oleh beberapa bentuk sikap, yaitu pencarian kebenaran, berpikiran terbuka, sistematis, analitis, kepercayaan diri dalam berpikir, dan rasa ingin tahu.


(29)

10 C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, pertanyaan dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana deskripsi disposisi representasi matematis siswa kelas VII H SMP Negeri 20 Bandarlampung selama proses pembelajaran dengan model kooperatif tipeThink Pair Share?”

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini

bertujuan untuk “Mendeskripsikan disposisi representasi matematis siswa kelas VII H SMP Negeri 20 Bandarlampung selama proses pembelajaran dengan model kooperatif tipeThink Pair Share”.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut, 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dan menjadi referensi maupun acuan dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru, khususnya pada bidang studi matematika.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan masukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lain, khususnya bagi peneliti yang hendak meneliti berkaitan sikap siswa.


(30)

11 b. Bagi almamater

Dapat dijadikan sebagai bahan kajian guna menambah wawasan khususnya bagi mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang nantinya akan terjun sebagai tenaga-tenaga pendidik.

c. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi guru-guru di SMP Negeri 20 Bandarlampung, sehingga dapat meningkatkan kualitas mengajar para guru.

d. Bagi masyarakat

Dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi pengembangan keilmuan yang diharapakan dapat diambils oleh pembaca.


(31)

12

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Representasi Matematis

Representasi sangat berperan dalam upaya mengembangkan dan mengoptimalkan kemampuan matematika siswa. (NCTM, 2000) dalamPrinciple and Standars for School Mathematics mencantumkan representasi (representation) sebagai standar proses kelima setelah problem solving, reasoning, communication, and connection. Menurut Jones (2000) beberapa alasan penting yang mendasari-nya adalah sebagai berikut:

1. Kelancaran dalam melakukan translasi di antara berbagai bentuk representasi berbeda, merupakan kemampuan mendasar yang perlu dimiliki siswa untuk membangun konsep dan berpikir matematis.

2. Cara guru dalam meyajikan ide-ide matematika melalui berbagai representasi akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pemahaman siswa dalam mempelajari matematika.

3. Siswa membutuhkan latihan dalam membangun representasinya sendiri sehingga memiliki kemampuan dan pemahaman konsep yang kuat dan fleksibel yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.


(32)

13 Alhadad (2010: 34) mengungkapkan bahwa representasi adalah ungkapan ide matematis sebagai model yang digunakan untuk menemukan solusi dari masalah yang dihadapinya sebagai hasil interpretasi pikirannya. Oleh karena itu, representasi adalah bentuk interpretasi pemikiran siswa terhadap suatu masalah, yang digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan solusi dari masalah tersebut. Bentuk interpretasi siswa dapat berupa kata-kata atau verbal, tulisan, gambar, tabel, grafik, benda konkrit, simbol matematika dan lain-lain.

Selain itu, menurut (Luitel, 2001), terdapat empat gagasan yang digunakan dalam memahami representasi. Pertama, representasi dapat dipandang sebagai abstraksi internal dari ide-ide matematika atau skemata kognitif yang dibangun oleh siswa melalui pengalaman; kedua, sebagai reproduksi mental dari keadaan mental yang sebelumnya; ketiga, sebagai sajian secara struktur melalui gambar, simbol ataupun lambang; dan yang terakhir, sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain. Representasi matematis merupakan salah satu cara dari proses berpikir matematis. Pratiwi (2013: 6) mengungkapkan bahwa representasi matematis adalah kemampuan seseorang untuk menyajikan gagasan matematika yang meliputi penerjemahan masalah atau ide-ide matematis ke dalam interprestasi berupa gambar, persamaan matematis, maupun kata-kata. menurut Hudiono (2005:17) menyatakan bahwa representasi matematis dapat membantu memudahkan dan memahami konsep-konsep matematika yang dipelajari dan mengenal keterkaitan diantara konsep-konsep ataupun menerapkan matematika pada permasalahan matematik realistik melalui pemodelan. Berdasarkan uraian di


(33)

14 atas, representasi matematis merupakan penggambaran, penerjemahan, peng-ungkapan, penunjukan kembali, pelambangan atau pemodelan dari suatu proses matematis.

Representasi matematis adalah ungkapan dari ide matematis yang ditampilkan siswa sebagai model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi dari suatu masalah yang sedang dihadapi sebagai hasil dari interpretasi pikirannya. Suparlan (2013) mengungkapkan bahwa kemampuan representasi matematis dapat membantu siswa dalam mem-bangun pemahaman konsep dan menyatakan ide-ide matematis, serta memudah-kan untuk mengembangmemudah-kan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran matematika hendaknya membantu siswa agar bisa menyajikan konsep-konsep yang dipelajarinya dalam berbagai macam model matematika, serta mengembang-kan pengetahuan siswa dengan cara guru lebih memberimengembang-kan kesempatan untuk merepresentasikan gagasan-gagasan matematis.

Matematika sesuatu hal yang abstrak, maka untuk mempermudah dan mem-perjelas dalam penyelesaian masalah matematika, representasi sangat berperan, yaitu untuk mengubah ide abstrak menjadi konsep yang nyata, misalnya dengan gambar, symbol, kata-kata, grafik dan lain-lain. Selain itu matematika memberi-kan gambaran yang luas dalam analogi konsep dari berbagai topik yang ada. Representasi matematis juga dijelaskan dalam penelitian terdahulu yang relevan yaitu menurut Mailiana (2014: 4) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kemampuan Representasi Matematis Siswa dalam Menyelesaikan Soal


(34)

15 Matematika Materi Komposisi Fungsi dan Invers pada Siswa Kelas XI IPA 3 MAN Rejotangan” menyatakan bahwa jika siswa tidak diberi kesempatan

menemukan jawaban ataupun cara yang berbeda dari yang sudah diajarkan guru. Guru sering tidak memberikan kesempatan kepada siswa mengonstruksi pendapat atau pemahamannya sendiri terhadap konsep matematika. Siswa cenderung meniru langkah guru dalam penyelesaian masalah, akibatnya kemampuan rep-resentasi matematis siswa tidak berkembang. Mungkin ini disebabkan keterbatas-an pengetahuketerbatas-an guru tentketerbatas-ang representasi matematis dketerbatas-an perketerbatas-annya dalam pem-belajaran matematika. Oleh karena itu, pemahaman tentang representasi mate-matis sangat penting dan salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan.

2. Disposisi Representasi Matematis

Katz (Mahmudi, 2010: 5) mendefinisikan disposisi sebagai kecenderungan untuk berperilaku secara sadar (consciously), teratur (frequently), dan sukarela (voluntary) untuk mencapai tujuan tertentu. Perilaku-perilaku tersebut diantara-nya adalah percaya diri, gigih, ingin tahu, dan berpikir fleksibel. Sementara itu, Gavriel Salomon (Herlina, 2013: 174) mendefinisikan disposisi sebagai kumpulan sikap-sikap pilihan dengan kemampuan yang memungkinkan sikap-sikap pilihan seperti kesadaran, motivasi, inklinasi, dan kemampuan akan muncul saat siswa dihadapkan dengan suatu persoalan dengan cara tertentu. Menurut Yulisa (2015) menyatakan bahwa tingkah laku atau tindakan seseorang disebut juga dengan disposisi, seseorang yang memiliki kemampuan berpikir yang baik adalah seseorang yang mampu mengaktualisasikan pemikirannya berwujud tingkah laku.


(35)

16 Berdasarkan definisi-definisi di atas, yang dimaksud dengan disposisi adalah suatu kecenderungan untuk bersikap, mengambil keputusan lalu bertindak, atau bertingkah laku dan secara sadar terhadap suatu persoalan tertentu.

Terdapat indikator disposisi berpikir yang telah dirumuskan oleh Yunarti (2011: 31), yaitu sebagai berikut,

1. Pencarian kebenaran, ditunjukkan dengan sikap selalu berusaha mendapatkan dan memberi informasi yang benar berkenaan dengan kemampuan matematis. 2. Berpikir terbuka, ditunjukkan dengan sikap bersedia mendengar atau menerima

pendapat atau pemikiran orang lain yang diyakini benar dan menggunakan pemikiran tersebut untuk menyelesaikan permasalahan tekait kemampuan matematis.

3. Analitis, ditunjukkan dengan sikap untuk tetap fokus pada masalah yang dihadapi serta berupaya mencari alasan-alasan yang bersesuaian dengan masalah yang berkaitan dengan kemampuan matematis.

4. Sistematis, ditunjukkan dengan sikap rajin atau tekun dalam mencari informasi atau alasan yang relevan, jelas dalam bertanya dan tertib dalam bekerja mencari jawaban persoalan kemampuan matematis.

5. Kepercayaan diri dalam berpikir, ditunjukkan dengan sikap yakin terhadap kemampuannya dan tidak ragu-ragu dalam memberikan alasan atau penalaran yang berkaitan dengan kemampuan matematis.

6. Rasa ingin tahu, ditunjukkan dengan sikap selalu memiliki perhatian untuk terus peka terhadap informasi yang berkaitan dengan kemampuan matematis..


(36)

17 Penelitian ini akan menggunakan indikator disposisi representasi matematis yang diambil dari indikator berpikir tersebut. Hal ini disebabkan representasi matema-tis sendiri merupakan suatu kemampuan berpikir matemamatema-tis. Indikator tersebut adalah pencarian kebenaran, berpikir terbuka, sistematis, analitis, kepercayaan diri dalam berpikir, dan rasa ingin tahu. Indikator disposisi representasi matematis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pencarian kebenaran

Siswa yang memiliki sikap pencarian kebenaran pada saat proses representasi matematis apabila siswa tersebut menunjukkan usaha dalam merepresentasikan masalah berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki untuk sampai pada pemecahan yang tepat. Dengan kata lain, jika belum menemukan sebuah keputusan yang benar, maka siswa akan berusaha mencari cara lain dalam representasi matematis hingga menemukan titik ujung dari permasalahan yang dihadapi.

b. Berpikir terbuka

Siswa yang memiliki pemikiran terbuka pada saat representasi matematis akan bersedia mendengar dan menerima pendapat dari orang lain jika jawaban tersebut memiliki kebenaran dengan menyertakan alasan-alasan yang sesuai. Berpikir terbuka berarti membuka pikiran terhadap kemungkinan bahwa suatu ide, pandangan, data, teori, dan kesimpulan bisa benar atau salah. Oleh karena itu, seseorang yang berpikir terbuka tidak akan selalu menerima dengan pasrah suatu


(37)

18 ide, pandangan, argumen, teori, dan juga kesimpulan walaupun hal itu dinyatakan oleh seseorang dari otoritas tertentu.

c. Sistematis

Siswa yang memiliki sikap sistematis dalam representasi matematis ditandai dengan adanya usaha untuk menguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan yang teratur dan sehingga membentuk sesuatu secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya. Hendrawati (2010:26) berpendapat bahwa berpikir secara sistematis (sistematic thinking)berarti memikirkan segala sesuatu berdasarkan kerangka metode tertentu dan terdapat urutan serta proses pengambilan keputusan.

d. Analitis

Siswa yang memiliki sikap analitis jika siswa menunjukkan sikap tetap fokus dan berupaya mencari alasan yang bersesuaian ketika dihadapi sebuah persoalan serta dapat mengungkapkan alasan-alasan berdasarkan masalah tersebut dengan representasi matematis. Analitis dapat dikatakan muncul ketika sikap yang ditunjukkan disertai proses penalaran dan analisis.

e. Kepercayaan diri dalam berpikir

Siswa yang memiliki sikap percaya diri dalam berpikir apabila siswa tersebut menunjukkan sikap percaya diri terhadap proses inkuiri dan pendapat yang diyakini benar dan disertai proses berpikir. Oleh karena itu, seseorang yang


(38)

19 memiliki rasa percaya diri akan dapat mengungkap pendapat dan bertindak secara mandiri serta memiliki rasa positif dan optimis terhadap kemampuan diri sendiri. f. Rasa ingin tahu

Siswa yang memiliki rasa ingin tahu apabila sikap yang dilakukan dalam merepresentasikan suatu masalah menunjukkan rasa ingin tahu terhadap sesuatu atau isu yang berkembang. Hal ini biasanya ditandai dengan bertanya dan juga menyimak dengan tekun langkah-langkah berpikir yang diungkapkan temannya. Jadi, ketika seseorang mengajukan sebuah pertanyaan, hal tersebut menunjukkan kebutuhan tentang jawaban yang diinginkan berdasarkan rasa ingin tahu yang dimiliki.

Disposisi atau sikap siswa terhadap matematika tampak ketika siswa menyelesaikan tugas matematika, apakah dikerjakan dengan percaya diri, tanggung jawab, tekun, pantang putus asa, merasa tertantang, memiliki kemauan untuk mencari cara lain dan melakukan refleksi terhadap cara berpikir yang telah dilakukan. Dengan demikian, dalam meningkatkan kemampuan representasi matematis harus disertai dengan disposisi representasi matematis yang baik pula. Adapun hubungan indikator representasi matematis dengan indikator disposisi representasi matematis yang mungkin muncul yaitu seperti pada tabel, sebagai berikut :


(39)

20 Tabel 2.1 Hubungan Indikator Representasi Matematis dengan Indikator

Disposisi Representasi Matematis Representasi

Mudzakir (Suryana, 2012: 5)

Bentuk-bentuk Operasional Mudzakir (Suryana, 2012: 5)

Indikator Disposisi Representasi Matematis yang Mungkin Muncul Representasi visual; a. Diagram, tabel, atau grafik.

● Menyajikan kembali data atau informasi dari suatu representasi ke representasi diagram, grafik atau tabel.

● Menggunakan representasi visual untuk

menyelesaikan masalah

Pencarian kebenaran, berpikir terbuka, sistematis, kepercayaan diri dalam berpikir, dan rasa ingin tahu. b. Gambar ● Membuat gambar pola-pola geometri

● Membuat gambar bangun geometri

untuk memperjelas masalah dan mengfasilitasi penyelesaiannya.

(Tidak digunakan pada penelitian ini) Persamaan atau

ekspresi matematis

● Membuat persamaan atau ekspresi

matematis dari representasi lain yang diberikan

● Membuat konjektur dari suatu pola

bilangan

(Tidak digunakan pada penelitian ini)

● Penyelesaian masalah dari suatu

ekspresi matematik

Pencarian kebenaran, berpikir terbuka, sistematis, analitis, kepercayaan diri dalam berpikir, dan rasa ingin tahu. Kata-kata atau

teks tertulis

● Membuat situasi masalah berdasarkan

data atau representasi yang diberikan

● Menuliskan interpretasi dari suatu

representasi

● Menyusun cerita yang sesuai dengan

suatu representasi yang disajikan

(Tidak digunakan pada penelitian ini)

● Menuliskan langkah-langkah

penyelesaian masalah dengan kata-kata atau teks tertulis

● Membuat dan menjawab pertanyaan

dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.

Pencarian kebenaran, berpikir terbuka, sistematis, analitis, kepercayaan diri dalam berpikir, dan rasa ingin tahu.


(40)

21 3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa dalam kelompok kecil saling memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif diharapkan bekerja sama pada satu tugas bersama dan mereka harus mengoordinasi usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan.

Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama;

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompok, seperti milik mereka sendiri;

c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama;

d. Siswa haruslah berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya;

e. Siswa akan dievaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang akan juga dikenakan untuk semua anggota kelompok;

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar;

g. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.


(41)

22 Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Slavin (2010: 103) juga mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Bersifat heterogen dimaksudkan untuk menciptakan suasana belajar yang efektif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika dapat memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memerhatikan kesetaraan jender.

Menurut Nur (Widyantini, 2006:3 ), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.


(42)

23 Menurut (Nurhadi, 2004: 16) ada banyak alasan mengapa pembelajaran kooperatif dikembangkan. Menurutnya keuntungan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kepedulian dan kesetiakawanan antar siswa;

2. Menghilangkan sifat yang mementingkan diri sendiri atau keegoisan siswa; 3. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan,

dengan lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu: (1) saling ketergantungan; (2) tanggung jawab perseorangan; (3) tatap muka; (4) komunikasi antar anggota; (5) evaluasi proses kelompok;

4. Meningkatkan kemampuan memandang atau menanggapi masalah dan situasi berbagai perspektif;

5. Meningkatkan suatu sikap menerima serta menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dalam matematika akan dapat membantu siswa meningkatkan sikap positif dalam matematika. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika, sehingga akan mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika (math anxiety) yang banyak dialami para siswa (Suherman, 2003). Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif berfokus pada penggunaan sekelompok kecil siswa untuk bekerjasama


(43)

24 dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajar-an dpembelajar-an juga harus memperhatikpembelajar-an bagaimpembelajar-ana aktivitas berpikir dpembelajar-an kerjasama siswa dalam proses pembelajaran yang sangat memengaruhi pada pencapaian tujuan pembelajaran tersebut.

4. Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pem-belajaran. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini, sebagian besar aktivitas pem-belajaran berpusat pada siswa. Ada berbagai tipe pempem-belajaran kooperatif, salah satunya adalahThink Pair Share.

Menurut Lie (Widarti, 2007 : 38 ) Think Pair Share memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, tapi pembelajaran ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.

Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah sebagai berikut :


(44)

25 Tahap-1 :Thinking(berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

Tahap-2 :Pairing(berpasangan)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siwa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagai jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan atau ide jika suatu persoalan khusus diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

Tahap-3 :Share(berbagi)

Guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh siswa tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan. Keunggulan dari kelompok secara berpasangan adalah memberikan lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, interaksi lebih mudah, dan cepat membentuknya serta cocok untuk tugas sederhana. Selanjutnya (Riyatno, 2012: 275) mengatakan bahwa Think Pair Share memiliki beberapa manfaat, yaitu: memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara mandiri sebelum berdiskusi sehingga siswa lebih siap dengan hal yang akan didiskusikan,


(45)

26 interaksi lebih mudah, tidak memerlukan banyak waktu untuk membentuk kelompok, dapat memotivasi siswa yang kurang tertarik pada pelajaran, dan dapat meningkatkan penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Dipihak lain Lie (2003:46) juga menyatakan bahwa terdapat kelemahan dalam kelompok berpasangan, antara lain lebih sedikit ide yang muncul, jika terjadi perselisihan tidak ada penengah, serta banyaknya kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. Namun disinilah peran guru agar optimal dalam menjalankan perannya sebagai fasilitator.

Pembelajaran Think Pair Share dapat mengembangkan kemampuan meng-ungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan mem-bandingkannya dengan ide-ide orang lain. Membantu siswa untuk peka pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. Siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberi rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses pendidikan jangka panjang. Oleh karena itu, Think Pair Share akan dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir secara terstruktur dalam diskusi mereka dan memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri ataupun dengan orang lain melalui proses representasi matematis dalam pembelajaran.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share juga sejalan dengan pernyataan dalam penelitian terdahulu yang relevan yaitu menurut Fitriani (2014) dalam


(46)

27

penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan Keaktifan Belajar dan Pemahaman Konsep dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

menyatakan bahwa salah satu usaha yang dapat meningkatkan keaktifan belajar dan pemahaman konsep siswa yaitu dengan perbaikan strategi pembelajaran. salah satu strategi pembelajaran tersebut yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang didasarkan pada kerjasama kelompok. Pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada partisipasi siswa selama belajar sehingga siswa menjadi lebih aktif. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share memberikan waktu berpikir atau “think time” yang dapat meningkatkan respon siswa terhadap

pertanyaan. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipeThink Pair Shareini memungkinkan proses pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa sehingga siswa akan mengalami pembelajaran yang lebih bermakna. Oleh karena itu, berdasarkan hal tersebut diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini dapat meningkatkan keaktifan belajar dan pemahaman konsep siswa.

B. Kerangka Pikir

Dalam meningkatkan disposisi siswa, diperlukan adanya model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan mendorong siswa untuk lebih berpikir kreatif dalam memecahkan berbagai masalah. Salah satu model pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam memecahkan masalah ialah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Model pembelajaran


(47)

28 kooperatif tipe Think Pair Share adalah model pembelajaran yang menekankan kelompok kecil untuk memaksimalkan kondisi proses pembelajaran sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran ini memadukan belajar mandiri dan belajar secara berkelompok. Model pembelajaran kooperatif tipeThink Pair Shareterdiri dari tiga tahap, yaituthink,pair, danshare.

Pada tahap berpikir (think), guru memberikan siswa bahan ajar yang yang berisikan petunjuk-petunjuk untuk menemukan konsep dari materi yang diberikan. Siswa diminta untuk mengamati dan menyelesaikan masalah yang terdapat pada bahan ajar secara mandiri. Pada tahap ini siswa berusaha menggali kemampuan-nya serta memahami konsep dan melatih siswa untuk mekemampuan-nyatakan ide-ide matematika ke dalam diagram, grafik atau tabel. Siswa akan mampu menyelesai-kan masalah menggunamenyelesai-kan representasi visual, hal ini amenyelesai-kan dapat meningkatmenyelesai-kan disposisi representasi matematis siswa yaitu dapat memunculkan sikap berpikir terbuka, rasa ingin tahu, kepercayaan diri dalam berpikir, sistematis, bahkan dapat memunculkan sikap analitis terhadap siswa saat pembelajaran berlangsung pada tahap ini.

Tahap selanjutnya adalah tahap berpasangan (pair). Pada tahap ini, siswa akan berkelompok dimana setiap kelompok beranggotakan empat sampai lima orang. Pada kelompok tersebut, siswa akan berdiskusi tentang hal, ide atau gagasan yang diperoleh saat tahap think. Dengan berdiskusi, siswa diharapkan mampu lebih memahami materi dan mampu mengkomunikasikan gagasan dalam bentuk kata-kata. Dengan demikian, kegiatan ini akan membangun keterampilan siswa dalam


(48)

29 merepresentasikan gagasan mereka ke dalam bentuk kata-kata untuk memberikan solusi dari permasalahan yang di berikan. Dengan demikian, pada tahap ini kemungkinan bentuk disposisi representasi yang muncul yaitu berpikir terbuka, kepercayaan diri dalam berpikir, rasa ingin tahu, analitis, serta sikap pencarian kebenaran.

Pada tahap berbagi (share), setiap kelompok diminta untuk berbagi dengan seluruh siswa di kelas tentang apa yang telah mereka dapatkan di tahapthink dan pair. Dengan demikian, siswa akan memiliki kemampuan untuk menyampaikan langkah-langkah penyelesaian masalah dengan kata-kata yang baik. Pada tahap ini kemungkinan bentuk disposisi representasi matematis yang akan muncul yaitu kepercayaan diri dalam berpikir, rasa ingin tahu siswa saat kelompok lain berbagi menjelaskan dengan seluruh siswa, analitis, serta sikap pencarian kebenaran. Dengan tahapan-tahapan yang diberikan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share saat melakukan proses representasi matematis, peneliti berasumsi bahwa akan berpengaruh pada disposisi representasi matematis siswa.


(49)

30

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang dimulai dari fakta empiris yang bersifat deskriptif analitik tanpa adanya perhitungan data secara statistik. Bogdon dan Tylor (Margono, 2003:3) mendefinisikan

“metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini, peneliti terjun langsung menjadi observer dengan mengamati serta mencatat keseluruhan yang terjadi selama penelitian berlangsung. Pelaksanaan penelitian ini mengamati disposisi representasi matematis siswa yang terjadi secara alamiah, dengan hasil penelitiannya berupa deskripsi disposisi Representasi Matematis siswa.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII H di SMP Negeri 20 Bandarlampung tahun pelajaran 2015/2016. Jumlah siswa kelas VII H adalah 33 orang, 13 orang perempuan dan 20 orang laki-laki. Sebagian siswa di kelas VII H memiliki kemampuan matematika yang tergolong tidak terlalu rendah. Hal ini terlihat


(50)

31

selama pembelajaran sebagian siswa sudah aktif dalam proses pembelajaran di kelas, akan tetapi masih ada beberapa siswa yang pasif dalam kelas. Mereka masih banyak bermain serta memiliki rasa ingin tahu dan percaya diri yang kurang.

C. Latar Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas VII H SMP Negeri 20 Bandarlampung yang terletak di Jalan Ra. Basit Labuhan Dalam Bandarlampung. Lokasi sekolah sangat strategis karena berada di dekat pemukiman penduduk. Di depan kelas terdapat beberapa pohon yang rindang sehingga kelas terasa asri dan nyaman untuk belajar.

Di dalam kelas, siswa duduk secara berpasangan. Tempat duduk siswa terdiri dari 4 baris dan 4-5 banjar. Fasilitas yang tersedia di kelas tersebut cukup lengkap. Siswa yang berada di kelas VII H sebagian kecil berasal dari siswa bina lingkungan. Di sekolah ini menggunakan sistem pembagian waktu masuk pagi dan masuk siang. Sistem pembagian waktu pagi dan waktu siang tersebut membuat peraturan siswa kelas VII dan IX masuk pagi, dan siswa kelas VIII masuk siang. Pada pembagian waktu pagi proses pembelajaran dimulai pukul 07.15-12.30 WIB, sedangkan pada pembagian waktu siang proses pembelajaran dimulai pukul 12.30-17.45 WIB.


(51)

32

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data tentang disposisi representasi matematis siswa yang berkaitan dengan indikator disposisi representasi matematis selama proses pembelajaran. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu :

1. Observasi atau Pengamatan

Observasi atau pengamatan yang dilakukan di kelas VII H SMP Negeri 20 Bandarlampung dengan cara mengamati dan mencatat secara langsung keadaan apa yang terjadi dan bentuk-bentuk sikap yang tampak pada subjek penelitian yang berhubungan dengan disposisi representasi matematis siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Observasi atau pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas, pada saat siswa memerhatikan guru menjelaskan, pada saat tahap berpikir secara individu, serta pada saat tahap diskusi kelompok. Hasil pengamatan tersebut dijadikan dasar untuk melakukan wawancara baik wawancara secara langsung atau tidak langsung. Hasil observasi atau pengamatan tersebut juga dituangkan dalam bentuk catatan lapangan setiap kali dalam pembelajaran di kelas. Catatan lapangan digunakan untuk memperoleh gambaran secara detail dengan mencatat segala hal yang muncul selama pembelajaran berlangsung yang berkaitan dengan disposisi representasi matematis siswa.


(52)

33

2. Dokumentasi

Dokumentasi pada penelitian ini berupa foto-foto, rekaman, atau video. Peneliti mendokumentasikan jawaban-jawaban siswa pada saat siswa mengerjakan di papan tulis serta mendokumentasikan kegiatan siswa pada saat diskusi kelompok. Peneliti merekam video dari saat guru memulai pembelajaran hingga mengakhiri pembelajaran untuk setiap pertemuan. Peneliti merekam kejadian maupun aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa di kelas yang dianggap penting selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk memberikan keterangan atau bukti yang menggambarkan suasana kelas terkait disposisi representasi matematis ketika proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipeThink Pair Share. Teknik dokumentasi ini juga digunakan untuk melengkapi data-data dari wawancara dan catatan lapangan yang diambil dari setiap pertemuan dalam pembelajaran.

3. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini berupa tanya jawab secara langsung antara observer dengan siswa mengenai klarifikasi penyebab munculnya disposisi representasi matematis serta tanggapan siswa mengenai pembelajaran model kooperatif tipe Think Pair Share. Wawancara dilakukan kepada sebagian siswa yang dianggap perlu diwawancara mengenai berbagai bentuk sikap yang muncul pada saat pembelajaran. Wawancara dilakukan di waktu yang berbeda, yaitu saat proses pembelajaran berlangsung dan juga setelah usai pembelajaran sesuai dengan keperluan observer dalam mengungkap suatu


(53)

34

fenomena yang melibatkan subjek penelitian. Wawancara dilakukan secara terstruktur dengan mengacu pada pertanyaan yang telah ditetapkan sebelum melakukan wawancara. Selain wawancara terstruktur, observer juga melakukan wawancara tidak terstruktur yang bertujuan untuk memberikan klarifikasi dan menjelaskan sebab dari tindakan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

E. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen-instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Lembar Catatan Lapangan

Lembar catatan lapangan adalah lembaran kertas yang digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran ber-langsung. Hal-hal yang dituliskan pada lembar catatan lapangan pada pe-nelitian ini adalah berupa interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan perilaku-perilaku siswa yang terkait dengan disposisi representasi matematis siswa. Pada penelitian ini, peneliti selalu mempersiapkan lembar catatan lapangan untuk setiap pertemuan, selama 7 pertemuan dengan 7 lem-bar catatan lapangan.

2. Alat Perekam

Alat perekam pada penelitian ini adalah alat yang digunakan untuk merekam selama proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model


(54)

35

kooperatif tipe Think Pair Share. Alat perekam yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat perekam gambar, perekam video, dan perekam suara. Alat perekam digunakan untuk melengkapi informasi yang diperoleh. Dengan adanya alat perekam ini, informasi selama proses pembelajaran berlangsung bisa didapat secara lengkap. Alat perekam gambar digunakan peneliti pada saat siswa menulis jawaban di papan tulis serta pada saat diskusi kelompok berlangsung. Alat perekam video digunakan peneliti dari awal pembelajaran hingga di akhir pembelajaran berlangsung, kapan saja peneliti bisa melengkapi data dengan cara mengulang-ulang memutar rekaman tersebut. Alat perekam suara digunakan peneliti pada saat melakukan wa-wancara kepada siswa.

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan serangkaian pertanyaan yang digunakan pada saat proses wawancara. Pedoman wawancara dalam penelitian ini di-buat berdasarkan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dan disesuaikan dengan indikator-indikator disposisi representasi matematis siswa yang di-teliti. Pada penelitian ini, peneliti mewawancarai tiga orang siswa dengan pedoman wawanvara yang berbeda-beda.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan kata-kata sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Data yang diperoleh dalam


(55)

36

penelitian ini berupa data disposisi representasi matematis siswa dari hasil observasi atau pengamatan, hasil wawancara, dan dokumentasi. Sebelum meng-analisis data, terlebih dahulu menguji keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi sumber. Sutopo (Damayanti, 2015) juga mengatakan bahwa triangu-lasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif. Dengan menggunakan teknik triangulasi sumber, dapat mengarahkan peneliti dalam mengambil data harus menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda dengan metode yang berbeda juga. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya apabila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.

Setelah data selesai dilakukan triangulasi, maka data siap untuk dianalisis. Pada penelitian ini tahap analisis data yang digunakan menggunakan model Miles dan Huberman (1992:16), yaitu sebagai berikut:

1. Koding Data

Koding data yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengubah data nama siswa yang sebenarnya menjadi suatu simbol. Koding dilakukan untuk mem-permudah penulisan dan bertujuan untuk menjaga kerahasiaan subjek penelitian. Pada penelitian ini, peneliti melakukan koding data untuk nama siswa yaitu dengan kode B1-B33 dengan nama urutan absen.

2. Reduksi Data

Reduksi data yang dilakukan pada penelitian ini adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, serta memfokuskan pada fokus penelitian yaitu enam


(56)

37

indikator disposisi representasi matematis yang digunakan. Reduksi data ini dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Oleh karena itu, data yang direduksi akan memperjelas serta mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data. Pada penelitian ini, peneliti mereduksi data siswa sekelas dari pertemuan pertama hingga pertemuan terakhir sehingga diperoleh empat orang siswa yang benar-benar memunculkan disposisi representasi matematis. Dalam mereduksi data, dipandu dengan tujuan pe-nelitian ini yaitu untuk mengetahui bentuk-bentuk disposisi representasi matematis yang muncul selama proses pembelajaran dengan model kooperatif tipeThink Pair Share.

Oleh karena itu, dari 33 orang siswa yang menjadi subjek penelitian, telah direduksi menjadi empat orang siswa yang memunculkan sikap disposisi representasi matematis. Pemilihan data dilakukan dengan memilih beberapa subjek penelitian yang selama proses pembelajaran berlangsung telihat memunculkan bentuk-bentuk disposisi representasi matematis. Dari subjek penelitian yang terpilih tersebut selanjutnya dideskripsikan mengenai bentuk disposisi representasi matematisnya yang menjadi fokus penelitian.

3. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka selanjutnya yaitu menyajikan data. Penyajian data pada penelitian ini adalah mendeskripsikan sekumpulan informasi tersusun yang telah dipilih, sehingga mempermudah dalam penarikan


(57)

38

kesimpulan atau tindakan. Penyajian data disajikan dalam bentuk teks naratif dan dialog untuk memperjelas fenomena yang terjadi.

4. Penarikan Kesimpulan

Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Data-data yang didapat pada hasil observasi, hasil wawancara maupun hasil dokumentasinya disimpulkan dan diverifikasi. Penarikan kesimpulan yang dilakukan pada penelitian ini adalah menemukan makna dari data yang telah disajikan.

G. Tahap-tahap Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tahap Persiapan

a. Identifikasi Masalah

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 20 Bandarlampung. Peneliti mengidentifikasi masalah dengan melakukan wawancara dengan guru matematika dan penelitian pendahuluan di SMP Negeri 20 Bandarlampung. Berdasarkan hasil wawancara awal dapat disimpulkan bahwa secara umum siswa belum memiliki disposisi representasi matematis yang baik.

b. Menyiapkan instrumen penelitian

Peneliti menyiapkan instrumen atau alat yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian yaitu pedoman wawancara, catatan lapangan, dan alat perekam.


(58)

39

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memahami dan memasuki lapangan

Pada tahap ini peneliti telah mempersiapkan diri untuk mulai melakukan tahap mengumpulkan data/informasi dari subjek penelitian. Diantaranya memahami latar penelitian, yaitu melihat karakteristik siswa dan situasi atau keadaan lingkungan kelas serta lingkungan sekolah, serta disposisi representasi matematis siswa pada proses pembelajaran dengan model kooperatif tipeThink Pair Shareberlangsung.

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan dimana data tersebut ditulis semuanya di dalam lembar catatan lapangan selama proses pembelajaran berlangsung. Pengumpulan data dengan wawancara juga di-lakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan atau setelah selesai jam pelajaran. Pengumpulan data dengan dokumentasi juga dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran di kelas

3. Pengolahan Data

Selanjutnya peneliti melakukan analisis data sesuai dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan pada bagian metode analisis data sebelumnya. Setelah itu, peneliti membuat kesimpulan makna dari hasil penelitian yang diperoleh.


(59)

105

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan model kooperatif tipeThink Pair Sharepada siswa kelas VII-H SMPN 20 Bandarlampung tahun pelajaran 2015/2016 dapat memunculkan disposisi representasi matematis siswa.

2. Indikator disposisi representasi matematis yang paling banyak muncul pada pembelajaran dengan model kooperatif tipeThink Pair Share adalah kepercayaan diri dalam berpikir, sedangkan indikator disposisi representasi matematis yang paling sedikit muncul adalah analitis.

3. Siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedang, dan tinggi ternyata dapat memunculkan indikator representasi matematis siswa, hanya saja lebih sering dimunculkan oleh siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi. Setelah di-lakukan reduksi terhadap subjek penelitian diperoleh bahwa hanya muncul dan digambarkan oleh seperlima dari 33 orang siswa di kelas.

4. Disposisi representasi matematis siswa dengan indikator kepercayaan diri dalam berpikir, analitis serta pencarian kebenaran dapat muncul ketika guru memberikan


(60)

106 serangkaian pertanyaan sebagai validasi kebenaran jawabannya atau ketika guru memberikan suatu pernyataan yang dimana oleh guru sengaja disalahkan. Se-dangkan, indikator analitis dan sistematis dapat muncul dengan pembelajaran yang memberikan keleluasaan kepada siswa untuk merepresentasi sendiri pe-ngetahuan mereka baik secara individu maupun diskusi kelompok.

5. Beberapa siswa tidak memunculkan indikator disposisi representasi matematis. Hal ini disebabkan saat berhadapan dengan soal representasi matematis yang terlalu rumit dan dengan soal yang panjang, sehingga siswa mengalami kesulitan dengan soal yang diberikan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta proses yang telah dilakukan, dapat dikemukakan saran yaitu sebagai berikut.

1. Kepada guru, disarankan ketika proses pembelajaran guru memberikan pertanya-an atau permasalahpertanya-an ypertanya-ang berkaitpertanya-an dengpertanya-an kemampupertanya-an representasi matematis dalam bentuk yang sederhana dan mudah dipahami, sehingga siswa yang me-miliki kemampuan rendah, sedang, dan tinggi dapat memunculkan indikator dis-posisi representasi matematis.

2. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang deskripsi disposisi representasi matematis siswa dengan model kooperatif tipe think pair share disarankan dalam pembuatan instrumen pembelajaran agar lebih sederhana dan mudah untuk dipahami oleh siswa.


(61)

107

DAFTAR PUSTAKA

Alhadad. 2010.Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel Matematis dan Self Esteem Siswa SMP Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended. Bandung: Disertasi Doktor pada SPs UPI: tidak diterbitkan.

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas

Fitriani, A.E. 2014. Meningkatkan Keaktifan Belajar dan Pemahaman Konsep dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS).[Jurnal].[online]. Diakses pada tanggal 14 Desember 2015 pukul 19.00 WIB.

Hendrawati, S. 2010.Berpikir Sistematik Matematika. Bandung: Tarsito.

Herlina, E. 2013. Meningkatkan Disposisi Berpikir Kreatif Matematis Melalui Pendekatan Apos.Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIPSiliwangi Bandung, Volume 2 Nomor 2. [Online]. Tersedia:http://ejournal. stkipsiliwangi.ac.id. Bandung: STKIP Siliwangi. Diakses pada tanggal 28 September 2015 pukul 07.00 WIB.

Hudiono. 2005. Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Siswa SMA Melalui Model Pembelajaran Mathematics Project. Skripsi FPMIPA UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Jones, A.D. (2000) The fifth process standard: An argument to include representation in standar 2000. [online]. Available: http://www.math.umd. edu/~dac/650/jonespaper.html.

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Lie, A. 2002.Cooperative Learning. Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang Kelas.Jakarta: Grafindo.


(62)

108 Luitel, B.C. 2001.Multiple Representations of Mathematical Learning. Diakses

pada tanggal 28 November 2015, pada http://www.matedu.cinvestav.mx/-adalira.pdf.

Mahmudi, A. 2010. Tinjauan Asosiasi antara Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Disposisi Matematis (Makalah Disposisi pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika). [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/ sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S.Pd,%20M.Pd,%20Dr./M akalah%2012%20LSM%20April%202010%20_Asosiasi%20KPMM%20dan %20Disposisi%20Matematis_.pdf. September 2015.

Mailiana, A.S. 2014. Analisis Kemampuan Representasi Matematis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Komposisi Fungsi dan Invers pada Siswa Kelas XI IPA 3 MAN Rejotangan. [Skripsi].[online]. Diakses pada tanggal 14 Desember 2015 pukul 14.00 WIB.

Mandur, K. 2013. Kontribusi Kemampuan Koneksi, Kemam-puan Representasi, dan Disposisi Matematis Terhadap Pres-tasi Belajar Matematika Siswa SMA Swasta di Kabupaten Manggarai. Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Matematika,Vol. 2 Th. 2013. [Online]. Tersedia di http://pasca.undiksha.ac.id. Diakses pada 4 Januari 2016.

Margono, S. 2002.Metodologi Penelitian Pendidikan.: Jakarta: Rineka Cipta. Maulana. 2013. Mengukur dan Mengembangkan Disposisi Kritis dan Kreatif

Guru dan Calon Guru Sekolah Dasar. Jurnal Mimbar Pendidikan Dasar,Volume 4, Nomor 2. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2015 pukul 15.00 WIB.

Maxwell, K. 2001. Positive Learning Dipoition in Mathematics. [online]. Tersedia:http://www.education.auckland.ac.nz/webdav/site/education/shared/ about/research/docs/FOED%20Papers/Issue%2011/ACE_Paper_3_Issue_11. doc. [08 Oktober 2015].

Miles, M.B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.

Natalia. 2013. Menumbuhkan Keberanian Siswa Untuk Aktif dalam Pembelajar-an.[Online]. Tersedia: https://natalia778.wordpress.com/2013/01/16/

menumbuhkan-keberanian-siswa-untuk-aktif-dalam-pembelajaran/. 01 Maret 2016.

NCTM. 2000.Principles and Standards for School Mathematics. NCTM: Virginia.


(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan model kooperatif tipeThink Pair Sharepada siswa kelas VII-H SMPN 20 Bandarlampung tahun pelajaran 2015/2016 dapat memunculkan disposisi representasi matematis siswa.

2. Indikator disposisi representasi matematis yang paling banyak muncul pada pembelajaran dengan model kooperatif tipeThink Pair Share adalah kepercayaan diri dalam berpikir, sedangkan indikator disposisi representasi matematis yang paling sedikit muncul adalah analitis.

3. Siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedang, dan tinggi ternyata dapat memunculkan indikator representasi matematis siswa, hanya saja lebih sering dimunculkan oleh siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi. Setelah di-lakukan reduksi terhadap subjek penelitian diperoleh bahwa hanya muncul dan digambarkan oleh seperlima dari 33 orang siswa di kelas.

4. Disposisi representasi matematis siswa dengan indikator kepercayaan diri dalam berpikir, analitis serta pencarian kebenaran dapat muncul ketika guru memberikan


(2)

yang memberikan keleluasaan kepada siswa untuk merepresentasi sendiri pe-ngetahuan mereka baik secara individu maupun diskusi kelompok.

5. Beberapa siswa tidak memunculkan indikator disposisi representasi matematis. Hal ini disebabkan saat berhadapan dengan soal representasi matematis yang terlalu rumit dan dengan soal yang panjang, sehingga siswa mengalami kesulitan dengan soal yang diberikan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta proses yang telah dilakukan, dapat dikemukakan saran yaitu sebagai berikut.

1. Kepada guru, disarankan ketika proses pembelajaran guru memberikan pertanya-an atau permasalahpertanya-an ypertanya-ang berkaitpertanya-an dengpertanya-an kemampupertanya-an representasi matematis dalam bentuk yang sederhana dan mudah dipahami, sehingga siswa yang me-miliki kemampuan rendah, sedang, dan tinggi dapat memunculkan indikator dis-posisi representasi matematis.

2. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang deskripsi disposisi representasi matematis siswa dengan model kooperatif tipe think pair share disarankan dalam pembuatan instrumen pembelajaran agar lebih sederhana dan mudah untuk dipahami oleh siswa.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alhadad. 2010.Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel Matematis dan Self Esteem Siswa SMP Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended. Bandung: Disertasi Doktor pada SPs UPI: tidak diterbitkan.

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas

Fitriani, A.E. 2014. Meningkatkan Keaktifan Belajar dan Pemahaman Konsep dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS).[Jurnal].[online]. Diakses pada tanggal 14 Desember 2015 pukul 19.00 WIB.

Hendrawati, S. 2010.Berpikir Sistematik Matematika. Bandung: Tarsito.

Herlina, E. 2013. Meningkatkan Disposisi Berpikir Kreatif Matematis Melalui Pendekatan Apos.Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIPSiliwangi Bandung, Volume 2 Nomor 2. [Online]. Tersedia:http://ejournal. stkipsiliwangi.ac.id. Bandung: STKIP Siliwangi. Diakses pada tanggal 28 September 2015 pukul 07.00 WIB.

Hudiono. 2005. Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Siswa SMA Melalui Model Pembelajaran Mathematics Project. Skripsi FPMIPA UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Jones, A.D. (2000) The fifth process standard: An argument to include representation in standar 2000. [online]. Available: http://www.math.umd. edu/~dac/650/jonespaper.html.

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Lie, A. 2002.Cooperative Learning. Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang Kelas.Jakarta: Grafindo.


(4)

Matematis dan Disposisi Matematis (Makalah Disposisi pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika). [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/ sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S.Pd,%20M.Pd,%20Dr./M akalah%2012%20LSM%20April%202010%20_Asosiasi%20KPMM%20dan %20Disposisi%20Matematis_.pdf. September 2015.

Mailiana, A.S. 2014. Analisis Kemampuan Representasi Matematis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Komposisi Fungsi dan Invers pada Siswa Kelas XI IPA 3 MAN Rejotangan. [Skripsi].[online]. Diakses pada tanggal 14 Desember 2015 pukul 14.00 WIB.

Mandur, K. 2013. Kontribusi Kemampuan Koneksi, Kemam-puan Representasi, dan Disposisi Matematis Terhadap Pres-tasi Belajar Matematika Siswa SMA Swasta di Kabupaten Manggarai. Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Matematika,Vol. 2 Th. 2013. [Online]. Tersedia di http://pasca.undiksha.ac.id. Diakses pada 4 Januari 2016.

Margono, S. 2002.Metodologi Penelitian Pendidikan.: Jakarta: Rineka Cipta. Maulana. 2013. Mengukur dan Mengembangkan Disposisi Kritis dan Kreatif

Guru dan Calon Guru Sekolah Dasar. Jurnal Mimbar Pendidikan Dasar,Volume 4, Nomor 2. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2015 pukul 15.00 WIB.

Maxwell, K. 2001. Positive Learning Dipoition in Mathematics. [online]. Tersedia:http://www.education.auckland.ac.nz/webdav/site/education/shared/ about/research/docs/FOED%20Papers/Issue%2011/ACE_Paper_3_Issue_11. doc. [08 Oktober 2015].

Miles, M.B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.

Natalia. 2013. Menumbuhkan Keberanian Siswa Untuk Aktif dalam Pembelajar-an.[Online]. Tersedia: https://natalia778.wordpress.com/2013/01/16/

menumbuhkan-keberanian-siswa-untuk-aktif-dalam-pembelajaran/. 01 Maret 2016.

NCTM. 2000.Principles and Standards for School Mathematics. NCTM: Virginia.


(5)

http://www.pdii.lipi.go.id. Diakses pada tanggal 20 Desember 2015.

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.

Permendiknas Nomor 20. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. [Online]. Tersedia: https://asefts63.files.wordpress.com/2011/ 01/ permendiknas-no-22-tahun-2006-standar-isi.pdf. Oktober 2015.

Pertiwi, W.C. 2011. Keefek-tifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Berbasis Investigasi Berbantuan CD Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Materi Pokok Bidang Datar Siswa Kelas VII Semester 2 Tahun 2009/2010.Jurnal Pendidikan Matematika,Th. 2010. [Online]. Tersedia di http://lib.unnes.ac.id. Diakses pada 4 Januari 2016. Pratiwi, D.E. 2013.Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs)

Untuk Meningkatkan Kemampuan. Representasi Matematis Siswa SMP UPI. Tidak diterbitkan.

Riyatno, Y. 2012.Paradigma baru pembelajaran: sebagai referensi bagi guru/pendidik dalam implementasi pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Jakarta: Pranada Media.

Simanjuntak, L. (1993). Metode Mengajar Matematika Jilid 1. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R.E. 2010.Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Sudrajat, A. 2009. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. [Online].

Tersedia:https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/undang-undang-no-20-tentang-sisdiknas.pdf. Oktober 2015.

Suherman, E. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Suparlan. 2013.Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Bumi Aksara.

Suryana, A. 2012. Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Lanjut (Advanced Mathematical Thinking) Dalam Kuliah Statistika Matematika 1. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/7491/1/P%20-%205.pdf. (24 November 2015)

Widarti, A. 2007.Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Think-Pair-Share terhadap Hasil Belajar Pokok Bahasan Segi Empat Siswa Kelas VII Semester 2. Skripsi. Digilib UNNES.

Widyantini, T. 2006.Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Yogyakarta: DEPDIKNAS.


(6)

Yunarti, T. 2011.Pengaruh Metode Socrates terhadap Kemampuan Disposisi Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA. Disertasi. Bandung: UPI.


Dokumen yang terkait

Pengaruh model cooperative learning teknik think-pair-share terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem peredaran darah : kuasi eksperimen di smp pgri 2 ciputat

0 11 202

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

1 25 62

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

0 10 49

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DENGAN TIPE THINK PAIR SHARE

4 14 55

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE BERBANTUAN AUTOGRAPH.

0 2 39

Meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa madrasah tsanawiyah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

0 0 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTs THAMRIN YAHYA RAMBAH HILIR

0 0 5