promosi dengan para tenaga pendidik dan kependidikan yang telah memulai karier mereka di sekolah.
d Hubungan akrab yang suduh lama terjalin cenderung menghasilkan konsensus apakah tenaga pendidik dan
kependidikanan harus atau tak harus dikerjakan. Kelompok cenderung berpegang teguh pada apa yang
sudah lazim dan menentang pembaruan. Hal ini secara ekonomis akan sangat mahal apabila terjadi perubahan
teknologis yang cepat atau tekanan ekonomis.
7. Promosi Melalui Prosedur Pencalonan
Pencalonan oleh manajemen SDM adalah proses penunjang guna mengajukan bawahan tertentu untuk dipromosikan. Tidak dapat
disangsikan bahwa prosedur ini tidak sistematis dan mudah keliru, tetapi bagaimanapun juga proses inilah yang paling luas digunakan
dalam perusahaan untuk menyelidiki tenaga pendidik dan kependidikan yang akan dipromosikan.
Pencalonan dalam promosi diliputi oleh mitologi. Cerita lama yang sudah sering dibicarakan sehingga kekalahannya hanya dapat
dihubungkan dengan kebutuhan untuk mempercayainya. Bahwa pimpinan dianugerahi kemampuan untuk menentukan potensi
seorang tenaga pendidik dan kependidikan bagi sekolah. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar pimpinan sama tidak tahunya
tentang potensi para tenaga pendidik dan kependidikan seperti orang lain. Artinya, mereka hanya tahu tentang apa yang mereka sukai dan
tidak mereka sukai, tidak lebih dari itu. Suatu versi yang agak lebih canggih tentang cerita yang sama
adalah karena pimpinan berada dalam kedudukan yang terbaik untuk
173
mengenali tenaga pendidik dan kependidikanan bawahan mereka, apakah memenuhi syarat untuk menilai implikasi tenaga pendidik dan
kependidikanan tersebut bagi promosi. Dasar pemikiran tersebut sebagian besar tetap, tetapi konklusinya kurang logis. Memiliki
informasi saja bukanlah jaminan orang dapat membedakan yang relevan dari yang tidak relevan.
8. Promosi Melalui Prosedur Seleksi
Prosedur lain yang ditempuh dalam rangka promosi tenaga pendidik dan kependidikan adalah melalui proses seleksi. Biasanya
proses seleksi bagi sekolah besar menggunakan berbagai jenis ujian psikologis untuk tujuan ini. Para calon yang akan dipromosikan
dihimpun lalu dipilih sesuai dengan kualifikasi yang telah ditetapkan. Cara ini sebenarnya kurang mendapatkan tanggapan positif dari para
tenaga pendidik dan kependidikan karena prosedur dianggap terlalu berbelit-belit dengan beberapa tahapan yang harus dilalui oleh
seseorang yang akan dipromosikan, dan belum tentu peserta seleksi akan lulus. Akibatnya, banyak waktu dan tenaga yang terbuang
dengan sia-sia.
174
BAB VII PENGELOLAAN KESEJAHTERAAN TENAGA PENDIDK DAN
KEPENDIDIKAN
Secara sosiologis, adanya pengakuan recognition terhadap suatu profesi itu pada dasarnya secara implisit mengimplikasikan
adanya penghargaan, meskipun tidak selalu berarti financial uang melainkan dapat juga bahkan terutama mengandung makna status
sosial. Tidak mengherankan karenanya, banyak dari warga masyarakat, terutama golongan menengah, yang memandang bahwa
menjadi seorang perofesional itu merupakan dambaan yang menjanjikan.
Wujud dan derajat besarnya imbalan sebagai manifestasi dari penghargaan tersebut ternyata bervariasi, tergantung kepada derajat
kepuasan yang dirasakan oleh para pengguna jasa pelayanan yang bersangkutan. Wujudnya mungkin ada yang hanya berupa sebuah
piagam atau pernyataan terima kasih saja, namun ada juga yang berupa bayaran finansial atau bentuk lainnya. Dalam hal ini jenis
bidang tenaga pendidik dan kependidikanan kedinasan yang diselenggarakan oleh pemerintah negara, imbalan pokoknya
lazimnya berupa gaji salaries di samping imbalan keprofesian yang lazim disebut sebgai tunjangan keahlian atau tunjangan jabatan
fungsional yang besarnya sesuai dengan status dan peringkat jabatannya. Sedangkan dalam hal jenis bidang tenaga pendidik dan
kependidikanannya merupakan sesuatu yang bersifat mandiri independent seperti notaris, akuntan, pengacara, dokter, dsb.
lazimnya ketentuan besarnya imbalan termaksud diatur oleh sekolah
175