individu tentang bagaimana mereka menerima kompensasi. Apabila tidak ada kemungkinan memebri pilihan kepada individu, sekolah
yang memebrikan tunjangan tinggi, akhirnya sering mengeluarkan uang yang lebih banyak daripada perusahaan yang tunjangannya
lebih rendah, akan tetapi mereka tidak menerima kembali hasil yang memadai atas pengeluaran tambahan mereka.
Adalah tidak mudah untuk menganekaragamkan tunjangan berdasarkan kinerja. Akibatnya, uang yang seyogyanya dipakai untuk
mendorong kinerja menjadi lenyap. Semua ini menunjukkan dalam berbagai keadaan, lebih baik membayar dengan tunai daripada
berbentuk tunjangan. Namun, masih perlu dibuat analisis tentang berbagai keadaan, sebelum mengambil keputusan untuk membayar
uang tunai. Jenis sistem imbalan bagaimana yang diperlukan bagi tenaga
pendidik dan kependidikan? Belum ditemukan jawaban yang pasti. Meskipun bagi sekolah terutama perusahaan besar, hal ini harus
ditemukan jawabannya, karena efektivitas sistem imbalan bergantung pada disgnosis yang baik mengenai keadaan setempat. Namun
demikian, di sini dapat diberikan beberapa patokan umum agar efektif. Patokan umum yang diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam
praktek sistem kompensasi, meliputi individualistis, proses keputusan terbuka, imbalan berdasarkan kinerja, dan sistem kepnatasan yang
merata.
1. Individualistis
Sistem kompensasi perlu dicocokkan dengan kebutuhan dan gaya individu tenaga pendidik dan kependidikan, maupun keadaan
lingkungan bertugasnya. Peningkatan kebutuhan disebabkan
181
beraneka ragamnya kebutuhan tenaga pendidik dan kependidikan. Semakin besar kebutuhan dan gaya hidupnya, semakin besar
keinginan mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Dengan demikian, imbalan yang dikeluarkan dari seluruh paket kompensasi
semakin besar. Sistem kompensasi dengan imbalan yang sama dari setiap tenaga pendidik dan kependidikan, menggunakan rencana
upah dasar yang sama dan seterusnya, tidak lagi cocok dengan keragamaman kondisi angakatan kerja dan keanekaragaman bidang
yang digumuli sekolah. Pada saat mendatang sistem kompensasi yang ideal adalah
adanya kontrak individual antara majikan dan tenaga pendidik dan kependidikan yang meliputi rencana tunjangan, jam kerja, kaitan
imbalan dengan kinerja, dan seterusnya. Dewasa ini, hal demikian sering kali dilakukan pimpinanKepsek puncak dari luar tetapi sudah
tidak bisa dipraktekan dalam berbagai kondisi. Akan tetapi perlu ditemukan jalan tengah antara kontrak individualdan sistem imbalan
yang membayarsetiap tnaga kerja dengan cara yang sama. Suatu pendekatan yang dipandang paling menguntungkan adalah
mengkombinasikan tunjangan yang elastis dengan kenaikan sejumlah uang tunai. Kedua pendekatan tersebut dapat memberikan pilihan
yang sangat luas kepada individu tenaga pendidik dan kependidikan.
2. Proses Keputusan Terbuka
Pendekatan klasik terhadap pengambilan keputusa kompensasi adalah pendekatan yang sifatnya tidak transparan dari atas kebawah,
dan mekanismenya tidak dapat diganggu gugat. Namun, lambat laun pendekatan ini mengalami proses perubahan meski tanpa disadari.
182
Banyak tenaga pendidik dan kependidikan saat ini yang diberi kesempatan lebih banyak untuk memberi masukan pada keputusan
dan diberi informasi lebih banyak mengenai sifat keputusan tersebut. Namun demikian, untuk memenuhi harapan yang mengikat tenaga
pendidik dan kependidikan dari pemerintah terhadap perusahaan untuk mengadakan keputusan sistem imbalan, perusahaan perlu
mengambil keputusan kompensasi secara terbuka, partisipatif, dan memasukkan sistem yangmemberi perlindungan hak.
Dengan peningkatan ketrbukaan, partisipatif, dan perlindugan hak, sistem imbalan perusahaan mungkin akan cocok dengan
perubahan pada ciri angkatan kerja dan jenis tuntutan pemerintah yang mungkin diajukan kepada peerusahaan dalam masyarakat kita
yang sadar akan hak.
3. Imbalan Berdasarkan Kinerja