berventilasi baik memiliki angka insiden kelainan respiratorik yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang di rumah dengan
ventilasi buruk. Orang tua yang merokok menyebabkan anaknya rentan terhadap
pneumonia.
15
15
Tingkat keparahan kelainan respiratorik khususnya bronkiolitis dan wheezing berhubungan juga dengan paparan asap rokok.
20,21
Ibu perokok ternyata dapat meningkatkan eksaserbasi asma anak dan
meningkatnya kebutuhan rawat inap pada asma.
22
2.6. Uji Fungsi Paru
Tujuan pemeriksaan uji fungsi paru antara lain menentukan disfungsi paru pada anak dengan gejala respiratorik, menentukan derajat disfungsi paru,
menentukan jenis disfungsi paru obstruktif, restriktif atau gabungan keduanya, membantu menentukan letak obstruksi saluran respiratorik sentral
atau perifer, deteksi hipereaktivitas saluran respiratorik, evaluasi risiko prosedur diagnostik dan terapi, monitor efek samping kemoterapi atau terapi
radiasi pada paru, prediksi prognosis disfungsi paru, investigasi efek kelainan respiratorik kronis dan akut pada perkembangan paru.
Uji fungsi paru dapat menggunakan spirometri, teknik dilusi gas, dan pletyhsmography.
23
23
Spirometri merupakan alat yang relatif sederhana, metode yang tidak invasif untuk pengukuran aliran dan volume udara paru
Universitas Sumatera Utara
saat inspirasi maksimal dalam waktu yang ditentukan menggunakan manuver ekspirasi maksimal.
24-26
Alat ini biasanya digunakan sebagai prosedur skrining dan merupakan uji baku emas untuk mendiagnosis kelainan paru
obstruktif oleh National Heart Lung and Blood NLHEP, National Heart Lung and Blood Institute NHLBI, dan World Health Organization WHO.
Pada pemeriksaan spirometri, anak sebaiknya tidak menggunakan bronkodilator kerja cepat selama 4 jam sebelum tes dilakukan. Istirahat
selama lima atau sepuluh menit diperlukan sebelum tes dilakukan. Setelah menerima instruksi anak diminta untuk memulai tes. Inspirasi maksimal
diperlukan diikuti dengan ekspirasi maksimal. Tes dilakukan dengan posisi berdiri menggunakan klip hidung.
27
Untuk mendapatkan hasil spirometri yang akurat diperlukan:
25
a. Alat harus dikalibrasi sesuai populasi subjek sebelum dipakai untuk pemeriksaan.
b. Persiapan subjek: anak tidak diperkenankan merokok pada hari pemeriksaan, tidak makan terlalu kenyang, berpakaian longgar,
mengerti prosedur yang akan dilakukan, sebaiknya berdiri tegak saat pemeriksaan.
26,27
c. Penilaian: maksimal delapan kali manuver, minimal terdapat 3 spirogram yang memenuhi syarat dan 2 nilai terbesar VEP1 atau
27
Universitas Sumatera Utara
FEV1 dan KVP atau FVC tidak berbeda lebih dari 5 atau 150 ml atau 100 ml jika KVP bernilai 1 L atau kurang.
Prosedur tindakan spirometri:
26,27
- Pengisian identitas subjek, usia, dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan, ras dan jenis kelamin kemudian menentukan besar nilai prediksi
berdasarkan nilai standar fungsi paru Pneumobile Project Indonesia
26,27
- Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dalam posisi berdiri Pemeriksaan yang dapat diterima acceptability adalah yang memenuhi ke
empat ketentuan sebagai berikut : a. Pemeriksaan dilakukan sampai selesai
26,27
b. Waktu ekspirasi minimal 3 detik c. Permulaan pemeriksaan harus cukup baik sesuai kriteria American
Thoracic Society – European ATS – ERS yakni volume – time tracing harus dimulai setidaknya 0.25 detik sebelum ekshalasi dimulai
d. Grafik flow volume mempunyai puncak grafik Hal yang menunjukkan bahwa pemeriksaan tidak dilakukan dengan baik
apabila di dapatkan : a. Permulaan ekspirasi yang tidak baik di tandai dengan keragu-raguan
dan permulaan yang lambat.
27
b. Batuk selama detik pertama manuver sehingga mempengaruhi nilai VEP
1.
Universitas Sumatera Utara
c. Manuver valsava penutupan glotis. d. Akhir ekspirasi yang cepat. Pada orang normal biasanya ekspirasi ini
berlangsung 6 detik. e. Terdapat kebocoran.
f. Mouthpiece tersumbat oleh lidah atau gigi palsu dan lain-lainnya. Pada gambar 2.6.1 menunjukkan pernafasan normal diikuti manuver vital
capacity yang menunjukkan subdivisi dari volume paru diagram interpretasi
penilaian pada spirometri. Manuver ini dimulai dengan pernafasan biasa kemudian inspirasi sampai pengisian paru maksimal. Kemudian diikuti usaha
ekspirasi maksimal dan diakhiri dengan pernafasan biasa.
23
Secara tradisional telah dikenal empat volume dan empat kapasitas. Jumlah total
udara yang dapat ditampung oleh paru dapat dibagi kedalam empat volume tersendiri. Empat kombinasi spesifik volume paru ini dipergunakan untuk
membuat kapasitas. Terdapat empat volume yaitu volume tidal VT atau Tidal volume VT yaitu jumlah udara normal yang masuk kedalam dan keluar
paru dalam satu kali pernapasan tenang, Volume Cadangan Inspirasi VCI atau Inspiratory Reserve Volume IRV atau yaitu jumlah udara yang dapat
dihirup secara maksimum setelah inspirasi biasa, Volume Cadangan Ekspirasi VCE atau Expiratory Reserve Volume ERV atau yaitu jumlah
udara yang dapat dikeluarkan secara maksimal setelah ekspirasi biasa, Volume Residual VR atau Residual Volume RV atau yaitu volume udara
Universitas Sumatera Utara
yang masih tetap tinggal di dalam paru-paru setelah ekspirasi maksimum. Terdapat empat kapasitas, masing-masing mengandung dua atau lebih
volume primer yakni: Kapasital Total Paru KTP atau Total Lung Capacity TLC atau yaitu jumlah udara yang terdapat di dalam paru-paru pada saat
inspirasi maksimum, Kapasitas Vital KV atau Vital Capacity VC yaitu volume udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru secara
paksa setelah inspirasi maksimum, tanpa memperhitungkan waktu, Kapasitas Residual Fungsional KRF atau Fuctional residual capacity FRC adalah
volume gas yang terdapat di dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal, Kapasitas Inspirasi KI atau Inspiratory Capacity IC adalah volume udara
maksimum yang dapat dihirup setelah ekspirasi normal.
23
Gambar 2.6.1 Pernafasan normal diikuti manuver vital capacity yang menunjukkan subdivisi dari volume paru
23
Universitas Sumatera Utara
Volume statik yang dapat diperoleh dengan spirometri yang sederhana adalah TV, KV, KI, VCI dan VCE. Sedangkan volume statis yang tidak dapat
diukur dengan spirometri sederhana adalah: VR, KRF dan KTP. Pada spirometri beberapa variabel yang dapat diperiksa adalah VEP1
dan KVP. Kapasita Vital Paksa KVP adalah volume maksimal dari udara ekspirasi dengan manuver ekspirasi paksa maksimal yang diinisiasi setelah
manuver inspirasi maksimal. Vital ekspirasi paksa detik pertama VEP1 adalah jumlah udara yang bisa diekspirasi maksimal secara paksa pada detik
pertama. Volume ekspirasi paksa detik pertama dapat diukur dengan perasat yang sama dengan pengukuran KVP dan biasanya kedua pengukuran
tersebut dilakukan sekaligus.
23,28-29
28
Nilai VEP1 merupakan volume maksimal dari udara eskprasi dalam detik pertama dari manuver KVP. Keduanya dalam
satuan liter.
30
Pada pemeriksaan KVP memiliki alur berikut dibawah ini: - Subjek menghirup udara semaksimal mungkin dengan cepat kemudian
udara segera dikeluarkan sebanyak – banyaknya. Pastikan bibir pasien melingkup sekeliling mouth piece sehingga tidak ada kebocoran.
28
- Pemeriksaan dilakukan paling banyak 8 kali dan didapatkan paling sedikit 3 nilai yang reproducible dan acceptable.
- Nilai yang dapat diterima adalah yang memenuhi 3 kriteria berikut yaitu: 1. Pemeriksaan dilakukan sampai selesai
2. Waktu ekspirasi minimal 6 detik
Universitas Sumatera Utara
3. Awal uji dilakukan harus cukup baik, ekspirasi paksa tidak ragu – ragu dan cepat mencapai puncak yang tajam.
-
Uji dapat dikatakan reproducible jika perbedaan antara 2 nilai terbesar VEP1 atau FEP1 dan KVP atau FVC tidak berbeda lebih dari 5 atau 150
ml atau 100 ml jika KVP bernilai 1 L atau kurang. Rasio VEP1 dan KVP dikenal berguna untuk mengukur fungsi paru.
Kalkulasi keduanya merupakan hasil pengukuran dari pemeriksaan tunggal.
23,25
Selain volume, flow juga diperhitungkan pada spirometri. Interpretasi hasil uji fungsi paru secara kuantitatif, parameter yang
diukur dapat dianalisis dengan membandingkan hasil pengukuran terhadap suatu nilai baku atau prediktif dan menentukan suatu indeks atau rasio
dengan jalan membandingkan suatu parameter dengan parameter lain dari orang yang sama.
23
26
Referensi penilaian spirometri untuk anak – anak memiliki data yang terbatas namun ada studi yang memeriksakan nilai
spirometri pada usia 6 sampai 20 tahun. Pada studi ini tinggi badan, berat badan dan jenis kelamin menjadi faktor yang mempengaruhi nilai fungsi
paru. Pengukuran fungsi paru pada balita dan anak usia lebih muda sulit
karena tidak kooperatif. Beberapa usaha telah diciptakan untuk mengatasi keterbatasan dengan membuat uji standar yang tidak membutuhkan
partisipasi aktif pasien.
30
17
Dari aspek mekanika pernafasan terdapat dua
Universitas Sumatera Utara
macam kelainan ventilasi, yaitu kelainan obstruktif atau kelainan yang menyebabkan terhalangnya kelancaran arus udara air flow yang masuk
atau keluar paru. Kelainan restriktif, yang menyebabkan berkurangnya volume paru lung
volume, kelainan umumnya terletak di luar saluran respiratorik.
26
26
Kelainan restriktif biasanya terjadi penurunan KTP TLC. Kapasitas paru hanya dapat
diukur secara tidak langsung dengan metode dilusi gas yaitu plethysomgraphy. Kelainan restriktif juga menurunkan kapasitas vital.
Kapasitas vital dapat diukur dengan spirometri dan sejenisnya. Kelainan obstruktif menyebabkan udara yang terperangkap sehingga meningkatnya
VR RV dan KFR FRC, khususnya ketika pengukuran mempertimbangkan KTP TLC. Obstruksi saluran nafas sering dievaluasi dari akhir aliran udara
pada manuver forced expiratory. Aliran puncak ekspirasi berkurang pada kelainan obstruktif.
17
Begitu juga pada restriktif, aliran puncak ekpirasi menurun. Pada gambaran kurva effort – dependent restriktif hampir sama
dengan paru normal. Bahkan nilai VEP1KVP atau FEV1FVC normal atau di atas normal karena nilai VEP1 atau FEV1 dan KVP atau FVC menurun
karena paru mengalami penurunan volume. Pada obstruktif, kurva effort – dependent mengalami penurunan didalam depressed inward karena terjadi
penurunan aliran paru pada setiap volume paru.
11
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran aliran udara lain membutuhkan anak untuk menarik nafas pada KTP TLC dan membuang nafas sepanjang mungkin untuk beberapa
detik. Kerjasama dan kekuatan otot yang bagus diperlukan untuk pengukuran yang dapat dipercaya. Volume Ekspirasi Detik Pertama VEP1 atau FEV1
berhubungan dengan keparahan kelainan obstruktif. Nilai mid expiratory flow maksimal, rata – rata aliran lebih besar dari pertengahan 50 forced vital
capacity menjadi indikator obstruksi saluran nafas ringan. Sensitivitasnya pada perubahan volume residu dan kapasital vital namun penggunaannya
terbatas pada anak dengan penyakit yang lebih parah.
17
2.7 Faktor risiko penurunan fungsi paru