Klasifikasi dan Gejala Kelainan Respiratorik

2.3 Klasifikasi dan Gejala Kelainan Respiratorik

Kelainan respiratorik yang disebabkan infeksi terdiri dari akut dan kronis. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung hingga 14 hari. 15 Secara umum kelainan respiratorik yang disebabkan infeksi diklasifikasikan dalam infeksi saluran nafas atas seperti common cold, rinitis, faringitis, otitis media dan konjungtivitis sedangkan infeksi saluran nafas bawah seperti croup, laryngitis, trakeobronkitis, bronkiolitis dan pneumonia. Pada infeksi respiratorik akut, sekitar 30 sampai 40 gejala yang terjadi adalah demam kurang dari 3 hari atau maksimal 5 sampai 6 hari. Virus menjadi penyebab yang terbanyak. Infeksi saluran respiratorik dapat melibatkan saluran respiratorik dari hidung sampai alveoli. Kelainan respiratorik menurut mekanismenya terbagi dua yaitu obstruktif dan restriktif. Kelainan obstruktif terdiri dari asma, bronkiolitis, aspirasi benda asing dan croup. Sedangkan restriktif terdiri dari pneumonia, edema paru, edema insterstitial, pneumonitis, fibrosis paru dan tuberkulosis. 16 Manifestasi klinis respiratorik yang harus diwaspadai dan berhubungan manifestasi klinis yang kronis antara lain: demam persisten, aktivitas terbatas, gagal tumbuh, gagal mencapai berat badan sesuai proporsi, jari tabuh, takipnu persisten, sputum purulen kronis, hiperinflasi persisten, hipoksemia, infiltrat pada foto toraks, fungsi paru abnormal yang persisten, riwayat keluarga yang menderita penyakit paru yang parah serta terdapat 10,13 Universitas Sumatera Utara sianosis dan hiperkarbia. Jika tidak ada gejala demikian maka proses respiratorik yang kronis ini biasanya ringan. Namun gejala klinis yang ringan tetapi persisten biasanya berhubungan dengan masalah saluran respiratorik bawah yang perlu diobservasi lebih lanjut, sebaliknya beberapa anak misalnya asma yang berhubungan dengan infeksi memiliki episode penyakit yang dapat membahayakan hidupnya dapat muncul tanpa gejala dalam interval tertentu. Sehingga pemeriksaan berulang pada anak yang terlihat sehat dan ketika anak dengan gejala dapat membantu menentukan tingkat keparahan dan tingkat kronis penyakit respiratorik. Gejala saluran respiratorik berupa batuk, wheezing dan stridor sering muncul atau ada dalam waktu yang lama, bahkan dapat ditemukan infiltrat paru yang persisten dengan atau tanpa gejala pada sejumlah anak. 17 2.3.1 . Batuk rekuren atau persisten 17 Batuk adalah refleks dari saluran respiratorik bawah untuk menstimulasi reseptor batuk atau iritan pada mukosa saluran nafas. Penyebab yang paling sering adalah asma. Karena reseptor batuk juga berada pada faring, sinus paranasal, lambung dan kanal auditori eksterna maka sumber batuk persisten sebaiknya dilihat juga diluar paru. Stimulus dari saluran nafas bawah yang spesifik termasuk sekret yang banyak, aspirasi benda asing, terhirup debu atau gas yang berbahaya dan respon inflamasi terhadap agen infeksi atau proses alergi. Informasi tambahan yang penting yang dapat Universitas Sumatera Utara dimasukkan adalah kondisi atopi, variasi musim atau intensitas batuk, riwayat keluarga atopi, semua hal yang menunjukkan penyebab alergi, gejala malabsorpsi atau riwayat keluarga yang mengindikasikan kistik fibrosis, gejala yang berhubungan dengan makan, riwayat aspirasi seperti tersedak atau aspirasi benda asing, kepala pusing atau wajah sembab berhubungan dengan sinusitis dan riwayat merokok pada anak yang lebih tua dan remaja atau adanya perokok di rumah. 2.3.2 . Wheezing rekuren atau persisten 17 Wheezing rekuren hampir selalu merupakan manifestasi dari obstruksi pada saluran nafas bawah anak. Wheezing pada anak usia 2 sampai 3 tahun disebabkan oleh bronkospasme, edema mukosa dan akumulasi dari sekresi berlebihan memiliki yang efek obstruktif yang relatif besar pada saluran respiratorik yang lebih kecil. Wheezing rekuren dan persisten pada anak merupakan tanda dari gangguan paru yang reaktif. Faktor lingkungan yang tidak spesifik seperti asap rokok menjadi kontributor yang penting. 2.3.3 . Stridor rekuren atau persisten 17 Stridor, suara keras yang bernada medium, merupakan suara inspirasi yang berhubungan dengan obstruksi pada area laring atau ekstratorakal dari trakea. Pada beberapa anak memiliki stridor rekuren atau stridor persisten sejak awal kehidupannya. Sebagian besar anomali kongenital saluran nafas memiliki gejala stridor segera setelah lahir. Peningkatan stridor saat anak Universitas Sumatera Utara posisi supine menunjukkan laringomalasia atau tracheomalasia. Riwayat suara serak atau afoni menunjukkan keterlibatan pita suara. 2.3.4 . Infiltrat persistan pada pemeriksaan foto toraks 17 Pada pneumonia akut, infiltrat paru secara radiologis akan hilang selama 1 sampai 3 minggu, tetapi pada sejumlah anak terutama bayi, sering mengalami kegagalan pembersihan infiltrat secara komplit selama 4 minggu. Kemungkinan anak akan mengalami demam atau tidak demam dengan bermacam gejala dan tanda respiratorik. 17

2.4. Diagnosis Kelainan respiratorik