Pengukuran Beban Kerja Karyawan PJW Dengan Menggunakan Metode NASA-TLX Di UPBJJ (Unit Pengajaran Belajar jarak Jauh) Universitas Terbuka Medan

(1)

PENGUKURAN BEBAN KERJA KARYAWAN

MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI UPBJJ

UNIVERSITAS TERBUKA MEDAN

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh:

NILDA NOVIANTI NIM 090403036

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah sebagai rasa syukur tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat-nya kepada penulis sehingga dapt menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini dengan baik.

Kegiatan penelitian ini dilakukan di UPBJJ (Unit Pengajaran Belajar jarak Jauh) Universitas Terbuka Medan yang terletak di jalan Bromo No 29 Medan, Sumatera Utara yang dijadikan tempat penelititan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul Tugas Sarjana ini adalah “Pengukuran Beban Kerja

Karyawan PJW Dengan Menggunakan Metode NASA-TLX Di UPBJJ (Unit Pengajaran Belajar jarak Jauh) Universitas Terbuka Medan”.

Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna dan masih terdapat kekurangan. Oleh Karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini dan penulis berharap agar laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Maret 2014

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN

SERTIFIKAT EVALUASI DRAFT TUGAS SARJANA ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv BAB I PENDAHULUAN ... I-1

1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Rumusan Masalah ... I-6 1.3 Tujuan Penelitian ... I-6 1.4 Manfaat Penelitian ... I-6 1.5 Batasan Masalah dan Asumsi ... I-7 1.6 Sistematika Penulisan Laporan ... I-7

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1 Sejarah Perusahan ... II-1 2.2 Visi, Misi, Tujuan dan Sistem Pembelajaran UPBJJ

Universitas Terbuka Medan ... II-1 2.2.1 Visi dan Misi ... II-1 2.2.2 Tujuan ... II-2 2.2.3 Sistem Pembelajaran Universitas Terbuka ... II-2 2.3 Struktur Organisasi ... II-5


(6)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

HALAMAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... III-1

3.1 Manusia dan Pekerjaannya ... III-1 3.2 Beban Kerja ... III-2 3.3.1 Beban Kerja Mental ... III-3 3.3.2 Beban Kerja Fisik ... III-7 3.3 Pengukuran Denyut Jantung ... III-7 3.4 Metode NASA-TLX (National Aeronautics and Space

Administration Task Load Index) ... III-9 3.5 Work Sampling ... III-15

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2 Rancangan Penelitian ... IV-1 4.3 Intrumen Penelitian ... IV-1 4.4 Metode Pengumpulan Data ... IV-2 4.4.1 Data Primer ... IV-2 4.4.2 Data Sekunder ... IV-2 4.5 Populasi dan Sampel ... IV-3 4.6 Kerangka Berpikir ... IV-3 4.7 Pelaksanaan Penelitian ... IV-3

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1 Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1 Pengumpulan Data dengan Metode Work Sampling ... V-1


(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

HALAMAN

5.1.1.1 Penentuan Rating Factor ... V-6 5.1.1.3 Penentuan Allowance ... V-14 5.1.2 Pengumpulan Data dengan Metode NASA-TLX ... V-21 5.1.3 Pengumpulan Data Pengukuran Denyut Nadi ... V-23 5.2 Pengolahan Data ... V-24 5.2.1 Pengolahan Data dengan Work Sampling ... V-24 5.2.1.1 Pengukuran Produktivitas ... V-24 5.2.1.2 Uji Keseragaman Data ... V-27 5.2.1.3 Uji Kecukupan Data ... V-34 5.2.1.4 Perhitungan Derajat Ketelitian ... V-37 5.2.1.5 Perhitungan Waktu Normal dan

Waktu Standart ... V-39 5.2.2 Perhitungan Beban Kerja Mental dengan

Menggunakan NASA-TLX ... V-40 5.2.3 Perhitungan Beban Kerja Fisik dengan

Menggunakan Pengukuran Denyut Nadi ... V-42 5.2.3.1 Metode Penilaian Secara Langsung ... V-42 5.2.3.2 Metode Penilaian Secara Tidak

Langsung Perhitungan %CVL ... V-43 5.2.4 Perhitungan Total Beban Kerja ... V-45

BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1 Analisis Beban Kerja Karyawan PJW

(Penanggungjawab) ... VI-1 6.1.1 Analisis Beban Kerja Mental Karyawan PJW


(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

HALAMAN

6.1.2 Analisis Beban Kerja Fisik Karyawan PJW

Dengan Pengukuran Denyut Nadi ... VI-2 6.2 Analisis Jumlah Karyawan PJW Optimal ... VI-3

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1 Kesimpulan ... VII-1 7.2 Saran ... VII-1

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

3.1 Indikator dalam Metode NASA-TLX ... III-12 5.1 Waktu Pengamatan... V-2 5.2 Rekapitulasi Pengamatan Work Sampling ... V-5 5.3 Rating Factor Karyawan PJW Nias Utara ... V-12 5.4 Rating Factor Karyawan PJW Nias ... V-12 5.5 Rating Factor Karyawan PJW Nias Barat ... V-12 5.6 Rating Factor Karyawan PJW Nias Selatan ... V-12 5.7 Rating Factor Karyawan PJW Asahan ... V-13 5.8 Rating Factor Karyawan PJW BatuBara ... V-13 5.9 Rating Factor Karyawan PJW Simalungun ... V-13 5.10 Tabel Kelonggaran ... V-14 5.11 Allowance Karyawan PJW Nias Utara ... V-17 5.12 Allowance Karyawan PJW Nias ... V-18 5.13 Allowance Karyawan PJW Nias Barat ... V-18 5.14 Allowance Karyawan PJW Nias Selatan ... V-18 5.15 Allowance Karyawan PJW Asahan ... V-19 5.16 Allowance Karyawan BatuBara ... V-19 5.17 Allowance Karyawan PJW Simalungun ... V-19 5.18 Rekap Data Kuesioner Pemberian Rating ... V-20 5.19 Rekap Data Tally dari Pembobotan... V-21 5.20 Tabel Pembobotan NASA-TLX Karyawan PJW Nias Utara ... V-22 5.21 Rekap Data dari Pembobotan ... V-22 5.22 Rekap Data Pengukuran Denyut Nadi ... V-23 5.23 Rekapitulasi Persentase Produktivitas Karyawan PJW Nias Utara ... V-24 5.24 Rekapitulasi Persentase Produktivitas Karyawan PJW Nias ... V-24 5.25 Rekapitulasi Persentase Produktivitas Karyawan PJW Nias Barat ... V-24


(10)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.26 Rekapitulasi Persentase Produktivitas Karyawan PJW Nias Selatan .... V-25 5.27 Rekapitulasi Persentase Produktivitas Karyawan PJW Asahan ... V-25 5.28 Rekapitulasi Persentase Produktivitas Karyawan BatuBara ... V-25 5.29 Rekapitulasi Persentase Produktivitas Karyawan PJW Simalungun ... V-26 5.30 Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Karyawan PJW ... V-35 5.31 Rekapitulasi Uji Derajat Ketelitian Untuk Tiap Karyawan PJW ... V-38 5.32 Rekapitulasi Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Standart

Karyawan PJW ... V-39 5.33 Rekapitulasi Beban Kerja Mental Karyawan PJW Nias Utara ... V-40 5.34 Rekapitulasi WWL Karyawan PJW ... V-40 5.35 Hasil Perhitungan Konsumsi Energi dan Kategori Beban Kerja

Pada Karyawan PJW ... V-42 5.36 Hasil Perhitungan %CVL dan Klasifikasi Beban Kerja

Pada Karyawan PJW ... V-43 5.37 Rekapitulasi Total Beban Kerja Karyawan PJW UPBJJ

Universitas Terbuka Medan ... V-46 6.1 Jumlah Karyawan PJW Optimal ... VI-4


(11)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Struktur Organisasi UPBJJ Universitas Terbuka Medan ... II-6 4.1 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian... IV-7 5.1 Peta Kontrol Produktivitas Karyawan PJW Nias Utara ... V-28 5.2 Peta Kontrol Produktivitas Karyawan PJW Nias ... V-29 5.3 Peta Kontrol Produktivitas Karyawan PJW Nias Barat ... V-30 5.4 Peta Kontrol Produktivitas Karyawan PJW Nias Selatan ... V-31 5.5 Peta Kontrol Produktivitas Karyawan PJW Asahan ... V-32 5.6 Peta Kontrol Produktivitas Karyawan PJW BatuBara ... V-33 5.7 Peta Kontrol Produktivitas Karyawan PJW Simalungun ... V-34


(12)

Abstrak. Perkembangan teknologi yang pesat, baik di bidang komunikasi

maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya cara baru dalam menawarkan pendidikan di samping cara konvensional tatap muka yang selama ini dikenal. Pendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ), yang saat ini berkembang merupakan salah satu alternatif dalam memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan dalam hal ketersediaan pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Universitas Terbuka perlu melakukan pengukuran beban kerja karyawan penanggungjawab daerah dikarenakan jumlah mahasiswa dari tiap tahun mengalami kenaikan fluktuatif. Dampak yang terjadi akibat peningkatan jumlah mahasiswa ini, karyawan diluar jabatan penanggungjawab daerah (PJW) ikut membantu diluar jobdesk. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung jumlah karyawan PJW optimal berdasarkan beban kerja. Penelitian dilakukan dengan metode NASA-TLX (National Aeronautics and Space Administration Task Load Index) dan %CVL (Cardiovascular Load). Hasil dari NASA-TLX menunjukkan bahwa kebutuhan fisik yang lebih dominan mempengaruhi karyawan PJW, sedangkan %CVL menunjukkan rata-rata klasifikasi pekerjaan pada karyawan PJW diperlukan perbaikan.

Abstract. Rapid technological developments, both in the field communication

and instructional fields has enabled the availability of a new way of offering education in addition to conventional face-to-face means that as long as this is knows. Open and distance education (higher education), which nowdays is one of the alternative in meeting the needs of stakeholders in terms of availability of education, especially higher education. Open University need to do responsible employee workload measurement are due to the number of students from the fluctuating increase every year. The impact that result from an increase in the number of students, employees outside the office responsible for the area (PJW) helped outside jobdesk. This research aims to calculate the optimal number of employees PJW based on workload. Research done by the method of NASA-TLX (National Aeronautics and Space Administration Task Load Index) and %CVL (Cardiovascular Load). Result of the NASA-TLX showed that physical needs of the more dominant influence employees PJW, while %CVL shows the average employee job classification at PJW needed repairs.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Nugraheni (2009), Perkembangan teknologi yang pesat, baik di bidang komunikasi maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya cara baru dalam menawarkan pendidikan di samping cara konvensional tatap muka yang selama ini dikenal. Pendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ), yang saat ini berkembang merupakan salah satu alternatif dalam memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan dalam hal ketersediaan pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Daya jangkau yang luas, institusi PTJJ sekaligus dituntut untuk menyampaikan pendidikan dengan kualitas yang tinggi, yang mencakup produk, cara penyampaian, proses, dan pelayanannya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelanggannya. Kualitas telah menjadi pertimbangan penting bagi para pengguna kepentingan dalam memilih institusi pendidikan. Institusi PTJJ harus merespons dengan tepat kebutuhan masyarakat yang berubah tersebut antara lain dengan menerapkan sistem penjaminan mutu.

Universitas Terbuka merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang pendidikan. Universitas Terbuka memiliki dua jurusan yaitu pendidikan dasar dan non pendidikan dasar. Jumlah mahasiswa dari tahun 2011 sampai 2013 untuk non pendidikan dasar sebanyak 7.673 mahasiswa, sedangkan untuk pendidikan dasar sebanyak 94.356 mahasiswa. Sistem perkuliahan pada jurusan


(14)

pendidikan dasar dilakukan tatap muka sebanyak 8 kali pertemuan selama satu semester, sedangkan pada sistem perkuliahan non pendidikan dasar dipergunakan modul. Modul yang digunakan sesuai dengan jumlah SKS, satu sks disetarakan dengan tiga modul bahan ajar cetak. Satu modul terdiri atas 40-50 halaman, sehingga bahan ajar dengan bobot 3 sks berkisar antara 360-450 halaman, tergantung pada jenis mata kuliahnya. Universitas Terbuka Medan terletak di jalan Bromo No. 29 Medan merupakan perguruan tinggi negeri. Universitas Terbuka menerapkan sistem belajar jarak jauh dan terbuka. Istilah jarak jauh berarti pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka, melainkan menggunakan media, baik media cetak (modul) maupun non-cetak (audio/video, komputer/internet, siaran radio, dan televisi).

Data jumlah mahasiswa sebelumnya didapatkan persentase jumlah mahasiswa yang mengalami peningkatan secara fluktuatif, seperti di Kabupaten Nias Utara dari tahun 2011 semester 1 sampai tahun 2013 semester 2 yaitu 5,8%, 29,5%, 19,3%, 13,3%, 14,9%. Penanggungjawab daerah untuk satu daerah kabupaten hanya ada satu orang, dengan satu orang pembantu PJW (penanggungjawab) yang tinggal di daerah. Data yang didapatkan menunjukkan peningkatan jumlah mahasiswa yang fluktuatif setiap tahunnya untuk satu kabupaten. Tidak adanya penambahan karyawan sebagai penanggungjawab daerah menyebabkan keadaan ini sering dikeluhkan oleh karyawan PJW yang memiliki umur 40 tahun keatas, karyawan PJW mengalami lembur seperti pada saat persiapan modul untuk tutorial dan persiapan ujian. Keluhan-keluhan tersebut dirasakan seperti pada saat ujian berlangsung dan masa turorial PJW harus turun


(15)

langsung ke daerah. Keadaan-keadaan ini menyebabkan beban kerja yang didapat satu orang karyawan berlebih dan mengakibatkan karyawan dengan jabatan diluar PJW ikut membantu pekerjaan PJW.

Universitas Terbuka Medan pada saat ini memiliki 28 kelompok belajar yang tersebar di 28 kabupaten di Sumatera Utara. Penanggung jawab daerah bertugas merekapitulasi jumlah matakuliah yang diambil mahasiswa pada saat registrasi pertama, mengatur pertemuan tatap muka (tutorial) sebanyak 8 kali pertemuan selama satu semester, melakukan registrasi ujian, registrasi wisuda, datang ke daerah pada saat tutorial dan ujian.

Penelitian yang akan dilakukan adalah penentuan jumlah karyawan PJW optimum di satu daerah. Penentuan jumlah karyawan berkaitan dengan aktivitas kerja dan waktu yang dibutuhkan karyawan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan Job Description yang diberikan oleh UPBJJ Universitas Terbuka berdasarkan Kep.Men.PAN Nomor : KEP/75/M.PAN/7/2004 pedoman perhitungan kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi pegawai negeri sipil (PNS). Satu orang karyawan juga tidak maksimal memberikan kualitas pelayanan terhadap kebutuhan mahasiswa, seperti pada saat registrasi awal, registrasi ujian dan pengambilan ijazah. Pengukuran beban kerja diperlukan pada karyawan penanggungjawab daerah di UPBJJ Universitas Terbuka agar tidak merugikan pelayanan yang diberikan pada mahasiswa.

Menurut Susetyo dkk (2012) beban kerja fisik karyawan home industry sangat dominan, ditambah dengan tuntutan target produksi membuat karyawan


(16)

mengalami tekanan (pressure) yang tinggi sehingga menimbulkan beban kerja mental. Pada saat seorang karyawan mengalami beban mental yang berlebih maka akan mengalami stres kerja. Hubungannya dilihat dengan pekerjaan, dampak dari stres kerja akan menjurus pada menurunnya performansi, efisiensi, dan produktivitas kerja yang bersangkutan. Beban kerja mental karyawan dapat diukur menggunakan metode NASA-Task Load Index (TLX). Hasil penelitian menunjukkan karyawan yang mengalami beban kerja mental tinggi adalah 91% dan 9% mengalami beban kerja mental sangat tinggi. Karyawan yang mengalami stres kerja tinggi adalah 36%, dan 64% mengalami stres sedang. Stres kerja karyawan dipengaruhi oleh beban kerja mental sebesar 42,8% dan 57,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Menurut Baulk dkk (2007) kelelahan pada shift kerja sebagian besar berfokus pada panjang waktu dan shift, khususnya berkonsentrasi pada efek dari shift sistem 12 jam. Studi-studi ini telah memeriksa kesempatan tidur, kuantitas dan kualitas, serta kelelahan dan efek pada performance. Keuntungan kerja hari minggu, telah mencatat bahwa di beberapa industri yang menerapkan shift 12 jam berarti eksposur diperpanjang untuk faktor-faktor seperti suhu tinggi, bahan kimia berbahaya, ruang tertutup atau lingkungan yang membutuhkan pakaian pelindung yang luas atau peralatan. Beberapa penelitian juga mencatat pentingnya sifat pekerjaan dan tugas yang berbeda dilakukan. NASA sebagai alat evaluasi beban kerja yang melihat dalam tugas perbedaan antara peserta. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang lemah antara beban kerja dan kelelahan, yang menjadi lebih jelas sebagai tingkat kelelahan. Hubungan antara beban kerja dan


(17)

kelelahan, seperti yang ditunjukkan oleh studi ini, mungkin memiliki implikasi untuk pengelolaan risiko kelelahan, namun lebih banyak data dari pengaturan organisasi yang berbeda adalah diperlukan sebelum kesimpulan yang pasti dapat dibuat.

Menurut Hima (2011) untuk mengukur beban kerja ada berbagai cara yang diusulkan oleh para penelti ergonomi. Penentuan beban kerja fisik, salah satu metode yang dapat digunakan adalah dengan metode analisis cardiovascular load (CVL), yaitu perbandingan peningkatan denyut nadi dengan denyut nadi maksimum. Pengukuran beban kerja mental dapat digunakan metode NASA-TLX, yaitu berdasarkan persepsi subyektif responden yang mengalami beban kerja tersebut. Penerapan metode ini diperlukan penilaian responden terhadap pekerjaannya. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah 10 operator mesin yang bekerja di Departemen LVP (Log and Veeneer Preparation). Operator pada Departemen LVP melakukan pekerjaan terus-menerus selama 7,5 jam tanpa berhenti kecuali waktu istirahat. Data yang dikumpulkan ada dua, yaitu data denyut jantung dan data hasil kuesioner NASA-TLX. Pengukuran denyut nadi dilakukan pada pagi hari sebelum operator memulai aktivitas kerja di pabrik dan pada saat melakukan aktivitas kerja, yaitu pada jam 9.30, kira-kira separuh shift pagi. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu: pulsemeter yang digunakan untuk mengukur denyut jantung per menit, dan kuesioner NASA-TLX untuk mengukur beban kerja mental. Hasil pengukuran dengan metode CVL dan NASA-TLX diperoleh beban kerja fisik terberat dialami operator mesin rotary dengan prosentase CVL sebesar 29,39%, sedangkan beban kerja mental terberat


(18)

dialami operator mesin slicer1 dengan indeks WWL sebesar 81,33. Kedua metode pengukuran beban kerja, yaitu CVL dan NASA-TLX mendapatkan hasil analisis yang berbeda karena elemen kerja kerja yang harus dilakukan oleh operator berbeda.

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan beban tanggung jawab yang berat oleh seorang karyawan penanggungjawab daerah di UPBJJ Universitas Terbuka, maka rumusan masalah pada penelitian adalah seberapa besar beban kerja fisik dan beban kerja mental karyawan PJW untuk menentukan jumlah karyawan PJW optimal.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah menentukan jumlah karyawan penanggungjawab daerah yang optimal berdasarkan beban kerja. pada UPBJJ Universitas Terbuka Medan

2. Tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Menentukan weighted workload (WWL) karyawan. b. Menentukan % produktivitas kerja karyawan. c. Menentukan % Cardiovasculair Load karyawan.

d. Menentukan jumlah karyawan penanggugjawab yang optimal pada setiap satu daerah kelompok belajar.


(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah :

1. Menambah referensi mengenai pengukuran beban kerja dengan menggunakan metode NASA- Task Load Index bagi mahasiswa.

2. UPBJJ Universitas Terbuka Medan dapat mengetahui keadaan beban kerja karyawan dan jumlah karyawan penanggungjawab optimal untuk setiap satu daerah kelompok belajar agar perusahaan dapat melakukan perbaikan didalam perusahaan.

1.5 Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Pengukuran beban kerja fisik dilakukan dengan metode pengukuran denyut nadi.

2. Pemilihan karyawan penanggungjawab daerah yang menjadi objek penelitian berdasarkan jumlah mahasiswa setiap daerah yang mengalami tingkat fluktuatif.

3. Penelitian dari pukul 09.00 wib - 17.00 wib.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Dalam melakukan pengukuran, responden tidak dipengaruhi oleh pihak lain. 2. Karyawan diangap sudah mengetahui dan paham terhadap prosedur kerja


(20)

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Sistematika penulisan laporan tugas sarjana, yaitu :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini meliputi uraian tentang latar belakang timbulnya masalah dengan melihat keadaan real di perusahaan tentang apa yang terjadi dan kenapa terjadi, perumusan masalah didapat dari hasil latarbelakang, tujuan penelitian yang dilakukan sebagai pemecahan masalah diperusahaan, manfaat penelitian sebagai bahan perbaikan untuk perusahaan, batasan masalah untuk tidak membuat penelitian terlalu lebar dan asumsi penelitian.

BAB II : Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini berisi tentang gambaran umum perusahaan secara keseluruhan seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, visi dan misi, dan menguraikan kinerja perusahaan saat ini.

BAB III : Landasan Teori

Bab ini menguraikan mengenai tinjauan pustaka yang berisi teori-teori dan konsep pengukuran beban kerja sebagai landasan utama dalam melakukan analisa dan pembahasan masalah penulisan.

BAB IV : Metodologi Penelitian

Bab ini memaparkan metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi penjelasan tahapan penelitian secara ringkas disertai diagram alirnya.


(21)

BAB V : Pengumpulan dan Pengolahan Data

Bab ini berisi data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah.

BAB VI : Analisis Pemecahan Masalah

Bab ini berisi proses pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah dan melakukan analisis hasil pengolahan data dan pemecahan masalah.

BAB VII : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.


(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

Universitas Terbuka adalah Perguruan Tinggi Negeri ke-45 di Indonesia yang diresmikan pada tanggal 4 September 1984, berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 41 Tahun 1984.

2.2 Visi, Misi, Tujuan dan Sistem Pembelajaran UPBJJ Universitas Terbuka Medan.

2.2.1 Visi dan Misi

UPBJJ Universitas Terbuka sebagai perguruan tinggi negeri memiliki visi dan misi. Visi Universitas Terbuka adalah pada tahun 2021 Univesitas Terbuka menjadi institusi Perguruan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh (PTTJJ) berkualitas dunia dalam menghasilkan produk perguruan tinggi maupun dalam menyelenggarakan, mengembangkan, dan menyebarkan informasi PTTJJ. Untuk mencapai visi tersebut, UT memiliki misi sebagai berikut :

1. Menyediakan akses pendidikan tinggi berkualitas dunia bagi semua lapisan masyarakat, melalui penyelenggaran berbagai program PTTJJ.

2. Mengkaji dan mengembangkan sistem PTTJJ.

3. Memanfaatkan dan mendiseminasikan hasil kajian keilmuan dan kelembagaan untuk menjawab tantangan kebutuhan pembangunan nasional.


(23)

2.2.2 Tujuan

Universitas Terbuka didirikan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Memberikan kesempatan yang luas bagi warga negara Indonesia dan warga negara asing, di mana pun tempat tinggalnya, untuk memperoleh pendidikan tinggi.

2. Memberikan layanan pendidikan tinggi bagi mereka, yang karena bekerja atau karena alasan lain, tidak dapat melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi tatap muka.

3. Mengembangkan program pendidikan akademik dan profesional sesuai dengan kebutuhan nyata pembangunan yang belum banyak dikembangkan oleh perguruan tinggi lain.

2.2.3 Sistem Pembelajaran Universitas Terbuka

Universitas Terbuka menerapkan sistem belajar jarak jauh dan terbuka. Istilah jarak jauh berarti pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka, melainkan menggunakan media, baik media cetak (modul) maupun non-cetak (audio/video, komputer/internet, siaran radio, dan televisi). Makna terbuka adalah tidak ada pembatasan usia, tahun ijazah, masa belajar, waktu registrasi, dan frekuensi mengikuti ujian. Batasan yang ada hanyalah bahwa setiap mahasiswa Universitas Terbuka harus sudah menamatkan jenjang pendidikan menengah atas (SMA atau yang sederajat). Mahasiswa Universitas Terbuka diharapkan dapat belajar secara mandiri. Cara belajar mandiri menghendaki mahasiswa untuk belajar atas prakarsa atau inisiatif sendiri. Belajar mandiri dapat dilakukan secara


(24)

sendiri ataupun berkelompok, baik dalam kelompok belajar maupun dalam kelompok tutorial.

Universitas Terbuka menyediakan bahan ajar yang dibuat khusus untuk dapat dipelajari secara mandiri. Mahasiswa juga diharuskan dapat mengambil inisiatif untuk memanfaatkan perpustakaan, mengikuti tutorial baik secara tatap muka maupun melalui internet, radio, dan televisi, serta menggunakan sumber belajar lain seperti bahan ajar berbantuan komputer dan program audio/video. Mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar dapat meminta informasi tentang bantuan belajar kepada Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka (UPBJJ-UT) setempat.

Belajar mandiri dalam banyak hal ditentukan oleh kemampuan belajar secara efektif. Kemampuan belajar bergantung pada kecepatan membaca dan kemampuan memahami isi bacaan. Mahasiswa untuk dapat belajar mandiri secara efektif dituntut memiliki disiplin diri, inisiatif, dan motivasi belajar yang kuat. Mahasiswa juga dituntut untuk dapat mengatur waktunya dengan efisien, sehingga dapat belajar secara teratur berdasarkan jadwal belajar yang ditentukan sendiri. Mahasiswa agar dapat berhasil belajar di Universitas Terbuka dengan cepat, maka calon mahasiswa harus siap untuk belajar secara mandiri.

Sistem Kredit Semester (SKS) juga diterapkan di Universitas Terbuka sama dengan perguruan tinggi yang lain, untuk menetapkan beban studi mahasiswa. Sistem ini mengharuskan beban studi diselesaikan dalam satu program studi diukur dengan satuan kredit semester (sks). Setiap mata kuliah diberi bobot 1-6 sks. Satu semester adalah satuan waktu kegiatan belajar selama


(25)

kurang lebih 16 minggu. Sistem pendidikan jarak jauh mengharuskan mahasiswa mengalokasikan waktu yang sama dengan mahasiswa tatap muka (2 jam per minggu per sks). Kegiatan belajarnya lebih banyak dilakukan secara mandiri (belajar sendiri, belajar berkelompok, atau tutorial).

Khusus untuk Universitas Terbuka, satu sks disetarakan dengan tiga modul bahan ajar cetak. Satu modul terdiri atas 40-50 halaman, sehingga bahan ajar dengan bobot 3 sks berkisar antara 360-450 halaman, tergantung pada jenis mata kuliahnya. Hasil penelitian didapatkan bahwa kemampuan membaca dan memahami rata-rata mahasiswa adalah 5-6 halaman per jam sehingga untuk membaca dan memahami bahan ajar dengan bobot 3 sks diperlukan waktu sekitar 75 jam (360-450 halaman dibagi 5-6 halaman). Satu semester mempunyai waktu 16 minggu, maka waktu yang diperlukan untuk membaca dan memahami bahan ajar dengan bobot 3 sks adalah 75 jam dibagi 16 minggu, atau kurang lebih 5 jam per minggu, misalnya mahasiswa mengambil 15 sks/semester, maka yang bersangkutan harus mengalokasikan waktu belajar sebanyak 15 sks dibagi 3 sks kali 5 jam = 25 jam per minggu atau kira-kira 5 jam per hari (1 minggu dihitung 5 hari belajar).

Sistem belajar seperti ini mahasiswa UT diharapkan mengalokasikan waktu belajar sesuai dengan beban sks yang diambil, atau mengambil beban sks setiap semester sesuai dengan waktu belajar yang dapat dialokasikan, serta mempertimbangkan kemampuan akademik masing-masing.


(26)

2.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi dalam sebuah perusahaan mempunyai bentuk dan corak yang berbeda perusahaan lainnya. Bentuk struktur organisasi tergantung pada jenis dan luas ruang lingkup organisasi tersebut. Struktur organisasi merupakan bentuk susunan yang menggambarkan secara jelas dan tegas tentang tugas dan tanggung jawab dari masing-masing anggota organisasi serta dapat diketahui sejauh mana batas dan tanggung jawab kekuasaannya.

Struktur organisasi UPBJJ Universitas Terbuka Medan berdasarkan Permendiknas nomor 23/2007 tentang Statuta Universitas Terbuka. Sebagai unit teknis Universitas Terbuka di daerah, UPBJJ Universitas Terbuka Medan memiliki fungsi dan tugas sebagai pusat pelayanan mahasiswa yang mencakup: 1. Melaksanakan kegiatan pelayanan administrasi akademik yang meliputi

kegiatan registrasi dan pengujian.

2. Melaksanakan kegiatan kemahasiswaan dan bantuan belajar yang meliputi pelaksanaan tutorial, ko dan ekstra kurikuler, hubungan masyarakat, dan lain-lain.

3. Melaksanakan kegiatan pelayanan administrasi umum yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, penjualan benda-benda UT dan lain-lain.

4. Mengembangkan dan membina kerja sama dengan berbagai instansi.

Struktur organisasi UPBJJ Universitas Terbuka Medan dapat dilihat pada Gambar 2.1


(27)

Sumber : UPBJJ UT Medan, 2011

Gambar 2.1 Struktur Organisasi UPBJJ Universitas Terbuka Medan Rektor Univ Pembina Rektor UT

Kepala UPBJJ UT

Kasubag TU

ICT Bendahara

Koord Registrasi &

Pengujian Koord BBLBA

Pj. Registrasi Pj. Pengujian Pj. Bantuan Belajar

Pj. Layanan Bahan Ajar

Pj. Pascasarjana Pj. Penelitian Pj. PBA Pj. Pendas Pj. Non Pendas

PJW Daerah PJW Daerah PJW Daerah


(28)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Manusia dan Pekerjaannya1

Sistem kerja yang terdiri atas manusia, bahan, mesin dan peralatan, serta lingkungan kerja baik tunggal maupun sebagai suatu kesatuan akan mempengaruhi hasil kerja. Kriteria yng digunakan untuk mengukur keberhasilan dapat berupa kriteria ongkos, kualitas dan waktu penyelesaian yang berhubungan dengan kuantitas keluaran. Manusia adalah pusat dari sistem itu, baik manusia sebagai pecinta sistem, maupun karena manusia harus berinteraksi dengan sistem guna untuk mengendalikan proses yang sedang berlangsung dalam proses tersebut, maka banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerjanya. Faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok faktor diri (individual) terdiri dari faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pekerja sendiri dan seringkali sudah ada sebelum pekerja tersebut memasuki lingkungan kerja tersebut. Kelompok yang termasuk adalah aptitude, sifat, sistem nilai, karakteristik fisik, minat, motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, dan lain-lain. Kecuali pendidikan dan pengalaman, semua faktor diatas tidak dapat diubah dan kelompok faktor luar terdiri atas faktor-faktor yang hampir sepenuhnya berada di luar diri pekerja dan umumnya dalam penguasaan pimpinan perusahaan untuk mengubahnya. Semua faktor dalam kelompok ini dapat diubah dan diatur. Secara garis besar faktor situasional ini terbadi menjadi faktor-faktor fisik, seperti: mesin, peralatan kerja, bahan, lingkungan kerja, pengawasan, perupahan, lingkungan sosial dan sebagainya.

1


(29)

3.2 Beban Kerja2

Perhitungan beban kerja setidaknya dapat dilihat dari 3 aspek, yakni fisik, mental, dan penggunaan waktu. Aspek fisik meliputi perhitungan beban kerja berdasarkan kriteria-kriteria fisik manusia. Aspek mental merupakan perhitungan beban

Workload atau beban kerja merupakan usaha yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk memenuhi “permintaan” dari pekerjaan tersebut. Kapasitas adalah kemampuan/kapasitas manusia. Kapasitas ini dapat diukur dari kondisi fisik maupun mental seseorang. Beban kerja yang dimaksud adalah ukuran (porsi) dari kapasitas operator yang terbatas yang dibutuhkan untuk melakukan kerja tertentu. Misalkan, suatu pekerjaan kuli angkut mempunyai “demand” berupa mengangkat 100 karung per hari. Jika pekerja hanya mampu mengangkat 50 karung per hari, berarti pekerjaan tersebut melebihi kapasitasnya.

Mesin juga mempunyai kapasitas dan jika beban yang diterima melebihi kapasitasnya, maka akan menurunkan usia pakai mesin tersebut dan menjadi rusak. Manusia juga demikian, jika ia diberikan beban kerja yang berlebihan, maka akan menurunkan kualitas hidup (kelelahan, dan sebagainya) dan kualitas kerja orang tersebut (tingginya error rate dsb), dan juga dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja.

Analisis beban kerja ini banyak digunakan diantaranya dapat digunakan dalam penentuan kebutuhan pekerja (man power planning); analisis ergonomi; analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); hingga ke perencanaan penggajian.

2

Adelina Simanjuntak, Risma. (2010), Analisis beban kerja mental dengan metode Nasa-TLX. Teknik industri, Institusi sains & Teknologi AKPRIND.


(30)

kerja dengan mempertimbangkan aspek mental (psikologis). Sedangkan pemanfaatan waktu lebih mempertimbangkan pada aspek penggunaan waktu untuk bekerja.

Secara umum, beban kerja fisik dapat dilihat dari 2 sisi, yakni sisi fisiologis dan biomekanika. Sisi fisiologis melihat kapasitas kerja manusia dari sisi fisiologi tubuh (faal tubuh), meliputi denyut jantung, pernapasan, dan lain-lain. Namun, biomekanika lebih melihat kepada aspek terkait proses mekanik yang terjadi pada tubuh, seperti kekuatan otot, dan sebagainya.

Perhitungan beban kerja berdasarkan pemanfaatan waktu bisa dibedakan antara pekerjaan berulang (repetitif) atau pekerjaan yang tidak berulang (non-repetitif). Pekerjaan repetitif biasanya terjadi pada pekerjaan dengan siklus pekerjaan yang pendek dan berulang pada waktu yang relatif sama. Contohnya adalah operator mesin di pabrik-pabrik. Sedangkan pekerjaan non-repetitif mempunyai pola yang relatif “tidak menentu”. Seperti pekerjaan administratif, tata usaha, sekretaris, dan pegawai-pegawai kantor pada umumnya.

3.2.1 Beban Kerja Mental3

Menurut Henry R. Jex (1998) beban kerja mental yaitu selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental seseorang dalam kondisi termotivasi. Aspek psikologis dalam suatu pekerjaan berubah setiap saat. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan aspek psikologis dapat berasal dari dalam diri sendiri (internal) atau dari luar diri sendiri seperti pekerjaan dan lingkungan (eksternal). Faktor internal maupun eksternal sulit dilihat dari kasat mata sehingga dalam pengamatan hanya dilihat dari hasil pekerjaan atau faktor yang dapat

3


(31)

diukursecara obyektif ataupun dari tingkah laku dan penuturan si pekerja sendiri yang dapat diidentifikasi. Selain itu beberapa individu memiliki kondisi tubuh dan melakukan yang sama, secara obyektif menunjukan tingkat performansi yang sama. Sebagian individu berpendapat bahwa pekerjaan yang dilakukan ringan dan tidak menguras otak sementara individu lainnya berpendapat sebaliknya. Hai ini mendasari munculnya ide mengenai beban kerja mental.

Beban kerja yang bersifat mental harus pula dinilai setelah beban kerja fisik telah dinilai. Penilaian beban kerja mental tidaklah semudah menilai beban kerja fisik. Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh. Berdasarkan aspek fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan sehingga kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga lebih rendah. Padahal secara moral dan tanggung jawab, aktivitas mental jelas lebih berat dibandingkan dengan aktivitas fisik, karena lebih melibatkan kerja otak (white-collar) dari pada kerja otot (Blue-collar). Dewasa ini aktivitas mental lebih banyak didominasi oleh pekerja-pekerja kantor, supervisor dan pimpinan sebagai pengambil keputusan dengan tanggung jawab yang lebih besar.

Menurut Grandjean (1993) setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur persepsi, interpretasi dan proses mental dari suatu informasi yang diterima oleh organ sensor untuk diambil suatu keputusan atau proses mengingat informasi yang lampau. Permasalahan yang ada pada manusia adalah kemampuan untuk memanggil kembali atau mengingat informasi yang disimpan. Proses mengingat kembali ini sebagian besar menjadi masalah bagi orang tua. Kemampuan orang tua mengalami banyak penurunan seperti penurunan daya ingat. Demikian penilaian beban kerja mental lebih tepat menggunakan penilaian terhadap tingkat ketelitian, kecepatan maupun konstansi kerja.


(32)

Jenis pekerjaan yang lebih memerlukan kesiapsiagaan tinggi seperti petugas air traffic controllers di Bandara udara adalah sangat berhubungan dengan pekerjaan mental yang memerlukan konsentrasi tinggi. Semakin lama orang berkonsentrasi maka akan semakin berkurang tingkat kesiapsiagaannya. Uji yang lebih tepat untuk menilai kesiapsiagaan tinggi adalah tes waktu reaksi. Waktu reaksi sering dapat digunakan sebagai cara untuk menilai kemampuan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan mental. Menurut MacCormick dan Sanders (1988) pelaksanaan pengukuran beban kerja mental memiliki beberapa kriteria yaitu:

1. Sensitivity

Dalam pengukuran beban kerja mental seharusnya mencirikan sesuatu yang berbeda dalam situasi pekerjaan tertentu.

2. Selectivity

Pengukuran beban mental sebaiknya tidak dipengarui oleh faktor-faktor selain dari beban mental itu seperti fisik dan emosional.

3. Interference

Dalam pelaksanaan pengukuran beban kerja mental hendaknya tidak mempengaruhi atau mengintrupsi kepada beban kerja yang telah diprediksi.

4. Reliability

Mengukur beban kerja hendaknya dapat dipercaya hasil pengukurannya. 5. Acceptability

Hasil pengukuran beban kerja dapat diterima masyarakat umumnya dan khususnya untuk tempat diambilnya penelitian.

Pengukuran beban kerja mental atau psikologis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :


(33)

1. Pengukuran beban mental secara objektif

Pengukuran beban kerja psikologis secara obyektif dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:

a. Pengukuran denyut jantung

Secara umum, peningkatan denyut jantung berkaitan dengan meningkatnya level pembebanan kerja.

b. Pengukuran waktu kedipan mata

Secara umum, pekerjaan yang membutuhkan atensi visual berasosiasi dengan kedipan mata yang lebih sedikit dan durasi kedipan lebih pendek.

c. Pengukuran dengan metode lain

Pengukuran dilakukan dengan alat flicker, berupa alat yang memiliki sumber cahaya yang berkedip makin lama makin cepat sehingga pada suatu saat sukar untuk diikuti oleh mata biasa.

2. Pengukuran beban mental secara subyektif

Pengukuran beban kerja psikologis secara subjektif dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:

a. NASA-Task Load Index (TLX)

b. Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) c. Modief Cooper Harder Scaling (MCH)

3.2.2 Beban Kerja Fisik

Konsep beban kerja fisik pertama kali dikemukakan oleh Frederick W. Taylor. Beban kerja fisik ditimbulkan oleh pekerjaan yang didominasi oleh aktivitas fisik. Beban kerja fisik relatif lebih mudah diukur untuk tenaga kerja langsung karena adanya


(34)

output yang mudah terukur. Namun pengukuran beban kerja fisik dapat pula diterapkan untuk tenaga kerja tidak langsung dengan pendekatan yang sedikit berbeda. Dalam materi ini akan dijelaskan penggunaan formulir-formulir yang diperlukan dalam pengukuran sampai dengan interpretasi hasil pengukuran. Aplikasi pengukuran beban kerja fisik di beberapa perusahaan akan disajikan di bagian akhir sebagai studi kasus dan latihan.

3.3 Pengukuran Denyut Jantung4

Derajat beratnya beban kerja tidak hanya tergantung pada jumlah kalori yang dikonsumsi, akan tetapi juga bergantung pada jumlah otot yang terlibat pada pembebanan otot statis. Sejumlah konsumsi energi tertentu akan lebih berat jika hanya ditunjang oleh sejumlah kecil otot relatif terhadap sejumlah besat otot. Begitu juga untuk konsumsi energi dapat juga untuk menganalisis pembebanan otot statis dan dinamis. Peningkatan denyut jantung dapat dikarenakan oleh:

1. Temperatur sekeliling yang tinggi. 2. Tingginya pembebanan otot statis.

3. Semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja.

Pengukuran denyut jantung selama kerja merupakan suatu metode untuk nilai cardiovascular strain. Salah satu peralatan yang digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri dengan menggunakan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG). Apabila peralatan tersebut tidak tersedia, maka dapat dicatat secara manual memakai stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon,1992). Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut :

4


(35)

60 n Perhitunga Waktu

Denyut 10

Nadi

Denyut = x denyut/menit

Muller (1962) memberikan beberapa definisi sebagai berikut :

1. Denyut jantung pada saat istirahat (resting pulse) adalah rata-rata denyut jantung sebelum suatu pekerjaan di mulai.

2. Denyut jantung selama bekerja (working pulse) adalah rata-rata denyut jantung selama (pada saat) seorang bekerja.

3. Denyut jantung untuk kerja (work pulse) adalah selisih antara denyut jantung selama bekerja dan selama istirahat.

4. Denyut jantung selama istirahat total (total recovery cost or recovery cost)

adalah jumlah aljabar denyut jantung dari berhentinya denyut pada saat suatu pekerjaan selesai dikerjakan sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya.

5. Denyut kerja total (total work pulse or cardiac cost) adalah jumlah denyut

jantung dari mulainya suatu pekerjaan sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya.

3.4 Metode NASA-TLX (National Aeronautics and Space Administration Task Load Index) 5

Metode NASA-TLX dikembangkan oleh Sandra G. dari NASA research center dan Lowell E. Staveland dari San Jose State University pada tahun 1981. Metode ini di kembangkan berdasarkan munculnya kebutuhan pengukuran subjektif yang terdiri dari skala sembilan faktor ( kesulitan tugas, tekanan waktu, jenis aktivitas, usaha fisik, usaha

5


(36)

mental, performansi, frustasi, stress dan kelelahan). Dari Sembilan faktor ini disederhanakan lagi menjadi 6 yaitu:

Kebutuhan Fisik (FK), kebutuhan waktu (KW), performansi (P), usaha (U) dan tingkat stress (TF). Hart dan Staveland (1991), merumuskan masalah pembuatan skala peringkat beban kerja sebagai berikut :

1. Memilih kumpulan subskala masalah yang paling tepat.

2. Menentukan bagaimana menghubungkan subskala tersebut untuk memperoleh nilai beban kerja yang berbeda, baik diantara tugas maupun diantara pemberi peringkat. 3. Menentukan prosedur terbaik untuk memperoleh nilai numerik untuk sub skala

tersebut.

Ada tiga katagori pemilihan sub skala yaitu :

1. Skala yang berhubungan dengan tugas ( kesulitan tugas, tekanan waktu dan jenis aktivitas).

Peringkat yang diberikan pada kesulitan tugas memberikan informasi langsung terhadap persepsi kebutuhan subjek yang dibebankan oleh tugas. Tekanan waktu dinyatakan sebagi faktor utama dalam defenisi dan model beban kerja yang paling operasional dikuantifikasi dengan membandingkan waktu yang diperlukan serangkaian tugas dalam eksperimen. Peringkat yang diberikan pada jenis aktivitas ternyata tidak pernah berkorelasi secara signifikan untuk beban kerja keseluruhan. Dengan demikian, pada skala yang berhubungan dengan tugas hanya faktor kesulitan tugas dan tekanan waktu yang memberikan informasi yang signifikan mengenai beban kerja.

2. Skala yang berhubungan dengan tingkah laku ( usaha fisik, usaha mental dan performansi )


(37)

Faktor usaha fisik mencerminkan manipulasi eksperimen dengan faktor kebutuhan fisik sebagai komponen beban kerja utama. Hasil eksperimen menunjukan bahwa faktor usaha fisik tidak memiliki korelasi yang tinggi dan tidak member konstribusi yang signifikan terhadap beban kerja keseluruhan. Namun faktor ini ternyata berhubungan kuat dengan faktor tekanan waktu (tugas dengan tekanan waktu yang tinggi memerlukan tingkat respon yang tinggi pula) dan faktor stress (untuk tugas yang lebih kompleks). Faktor usaha mental merupakan kontribusi penting pada beban kerja pada saat jumlah tugas operasional meningkat karena tanggung jawab operator berpindah dari pengendalian fisik langsung menjadi pengawasan. Peringkat usaha mental berkorelasi dengan peringkat beban keseluruhan dalam setiap kategori eksperimen dan merupakan faktor kedua yang paling tinggi korelasinya dengan beban kerja keseluruhan. Peringkat ini diberikan faktor performansi sehingga memberikan informasi yang berguna dan signifikan tentang bagaimana subjek merasakan performansi mereka. Peringkat performansi berkorelasi secara signifikan dengan peringkat beban kerja keseluruhan.

3. Skala yang berhubungan dengan subjek (frustasi, stress dan kelelahan)

Frustasi merupakan faktor beban kerja beban kerja ketiga yang paling sesuai. Peringkat frustasi korelasi dengan peringkat beban kerja keseluruhan secara signifikan pada semua katagori eksperimen. Peringkat stress mewakili manipulasi yang mempengaruhi peringkat kerja beban keseluruhan merupakan skala yang independen. Sementara faktor kelelahan tidak berhubungan dengan beban kerja.

Dalam pengukuran beban kerja mental dengan menggunakan metode NASA TLX, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :


(38)

1. Pemberian rating

Pada bagian pertama responden diminta memberi rating terhadap keenam indikator beban mental. Indikator tersebut terlihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Indikator dalam Metode NASA-TLX

SKALA RATING KETERANGAN

MENTAL DEMAND (MD)

Rendah,Tinggi Seberapa besar aktivitas mental dan perceptual yang dibutuhkan untuk melihat, mengingat dan mencari. Apakah pekerjaan tsb mudah atau sulit, sederhana atau kompleks, longgar atau ketat .

PHYSICAL DEMAND (PD)

Rendah, Tinggi Jumlah aktivitas fisik yang dibutuhkan (mis.mendorong, menarik, mengontrol putaran, dll) TEMPORAL

DEMAND (TD)

Rendah, tinggi Jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu yang dirasakan selama elemen pekerjaan berlangsung. Apakah pekerjaan perlahan atau santai atau cepat dan melelahkan

PERFORMANCE (OP)

Tidak tepat, Sempurna

Seberapa besar keberhasilan seseorang di dalam pekerjaannya dan seberapa puas dengan hasil kerjanya

FRUSTATION LEVEL (FR)

Rendah,tinggi Seberapa tidak aman, putus asa, tersinggung, terganggu, dibandingkan dengan perasaan aman, puas, nyaman, dan kepuasan diri yang dirasakan. EFFORT (EF) Rendah, tinggi Seberapa keras kerja mental dan fisik yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan

2. Pembobotan

Pada bagian kedua responden diminta untuk melingkari salah satu dari dua indikator yang dirasakan lebih dominan menimbulkan beban kerja mental terhadap pekerjaan tersebut. Kuesioner yang diberikan berbentuk perbandingan berpasangan yang terdiri dari 15 indikator perbandingan berpasangan. Dari kuesioner ini dihitung jumlah tally dari setiap indikator yang dirasakan paling berpengaruh kemudian dibagikan dengan 15 . Jumlah tally ini kemudian akan menjadi bobot untuk tiap indikator beban kerja mental.


(39)

Untuk mendapatkan skor beban kerja mental NASA TLX, bobot dan rating dikalikan untuk setiap indikator.

Keterangan : Bobot = Jumlah tally/15

Rating = skor yang diberikan responden pada 6 indikator pertanyaan

Berdasarkan penjelasan Hart dan Staveland (1988) dalam teori NASA-TLX, skor beban kerja yang diperoleh terbagi dalam tiga bagian yaitu pekerjaan menurut para responden tergolong agak berat jika nilai >80, nilai 50-80 menyatakan beban pekerjaan sedang, sedangkan nilai <50 menyatakan beban pekerjaan agak ringan. Output yang dihasilkan dari pengukuran dengan NASA-TLX ini berupa tingkat beban kerja mental yang dialami oleh pekerja. Hasil pengukuran ini biasa menjadi pertimbangan manajemen untuk melakukan langkah lebih lanjut, misalnya dengan mengurangi beban kerja untuk pekerjaan yang memiliki skor diatas 80, kemudian mengalokasikannya pada pekerjaan yang memiliki beban kerja dibawah 50 atau langkah-langkah yang lainnya. Keterangan 6 indikator NASA-TLX yaitu sebagai berikut:

1. Mental Demand, merupakan kemampuan tiap-tiap orang dalam memproses informasi terbatas, hal ini mempengaruhi tingkat kinerja perorang yang dapat dicapai. Hubungan antara beban kerja dan kinerja dapat dilihat pada kurva u yang terbalik. Kinerja manusia pada tingkat rendah tidak juga baik, jika tidak banyak hal yang biasa dikerjakan, orang akan mudah bosan dan cendrung kehilangan ketertarikan terhadap pekerjaan yang dilakasanakannya. Dalam kondisi dapat dikatakan underload, peningkatan beban kerja setelah titik ini akan menyebabkan


(40)

degradasi dalam kinerja. Pada tingkat beban kerja yang sangat tinggi atau overload, pada kondisi ini informasi penting akan hilang akibat dari penyederhanaan atau pemfokusan perhatian hanya satu aspek dari pekerjaan.

2. Physical Demand, merupakan dimensi mengenai kebutuhan fisik pada NASA-TLX memiliki deskripsi yaitu tentang seberapa banyak aktivitas fisik yang dibutuhkan seperti mendorong, menarik, memutar, mengontrol, mengoperasikan dan sebagainya. Selanjutnya mengenai tugas fisik yang dilakukan tersebut apakah termasuk dalam kategori mudah atau sulit untuk dikerjakan, gerakan yang dilakukan selama aktivitas cepat atau lambat, serta melelahkan atau tidak.

3. Temporal Demand, merupakan dimensi kebutuhan waktu hal ini tergantung dari ketersediaan waktu dan kemampuan melengkapi dalam menjalankan suatu aktivitas. Hal ini berkaitan erat dengan analisis batas waktu yang merupakan metode primer untuk mengetahui apakah subjek dapat menyelesaikan tugas dalam batas waktu yang diberikan.

4. Performance, merupakan dimensi yang memiliki pengertian tentang seberapa berhasil atau sukseskah pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya yang telah ditetapkan oleh atasannya. Serta apakah pekerja puas dengan performansi dirinya sendiri dalam menyelesaikan pekerjaannya.

5. Effort, merupakan dimensi usaha dimana seberapa besar usaha yang dilakukan oleh pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dalam hal ini usaha yang dilakukan meliputi usaha mental dan fisik.

6. Frustration Demand, merupakan dimensi yang berkaitan dengan kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya kebingungan, frustasi dan ketakutan selama melaksanakan suatu pekerjaan menyebabkan lebih sulit dilakukan dari pada


(41)

sebenarnya. Pada keadaan stress rendah, orang cendrung satai. Sejalan dengan meningkatnya stress, maka terjadi pengacauan konsentrasi terhadap aspek yang relevan dari suatu pekerjaan yang lebih, hal ini disebabkan adanya faktor individual subjek. Faktor-faktor ini antara lain motivasi, kelelahan, ketakutan, tingkat keahlian, suhu, kebisingan, getaran, dan kenyamanan.

3.4 Work Sampling6

1. Activity and delay sampling untuk mengukur manusia atau mesin keadaan bekerja atau menganggur. Sebagai contoh, untuk menentukan persentase seseorang yang bekerja dan seseorang yang tidak bekerja.

Work sampling pertama sekali digunakan oleh L.H.C Tippet di industri tekstil British dan work sampling ini diperkenalkan ke negara lain dengan nama “ratio delay” pada tahun 1940. Work sampling mempunya 3 bagian utama :

2. Perfomance sampling untuk mengukur waktu kerja dan waktu tidak bekerja seseorang dalam melakukan kegiatan manual dan menetapkan indeks perfomance seseorang selama bekerja.

3. Work measurement untuk menetapakan waktu standart untuk sebuah operasi. Work sampling mempunyai beberapa kegunaan lain di bidang produksi, selain untuk menghitung waktu penyelesaian. Kegunaan-kegunaan dari work sampling adalah sebagai berikut7

1. Mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja atau kelompok kerja.

:

2. Mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di pabrik.

6

Ralph, Barnes. (1980), Motion and Time Study Design and Measurement of Work 7


(42)

3. Menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tidak langsung. 4. Memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.

Pada dasarnya, langkah-langkah dalam melakukan sampling pekerjaan tidak berbeda dengan cara jam henti. Langkah-langkah yang dilakukan sebelum melakukan work sampling, yaitu :

1. Menetapkan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa sampling dilakukan, menentukan besarnya tingkat ketelitian dan keyakinan.

2. Melakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya sistem kerja yang baik.

3. Memilih operator.

4. Pelatihan bagi operator agar terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan. 5. Melakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan.

6. Menyiapkan peralatan yang diperlukan berupa papan pengamatan, lembaran-lembaran pengamatan, alat tulis.

Pengamatan yang dilakukan dalam work sampling haruslah ditentukan secara acak (random). Oleh karena itu, maka penggunaan tabel angka acak merupakan metode yang terbaik guna menjamin bahwa sampel pengamatan yang diambil benar-benar dipilih secara acak. Tabel angka acak terutama sekali dapat dipakai sebagai alat untuk menetapkan waktu setiap harinya, dimana pengamatan harus dilaksanakan.


(43)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada UPBJJ Universitas Terbuka Medan beralamat di Jalan Bromo No. 29 Medan. Waktu penelitian ini mulai dari bulan September 2013 sampai April 2014.

4.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian bersifat deskriptif secara umum, secara khusus jenis penelitian adalah job and activity analysis. Menurut Sukaria (2011), penelitian job and activity analysis adalah suatu penelitian deskriptif yang ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan seseorang atau sekelompok orang agar mendapatkan rekomendasi untuk berbagai keperluan.

4.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Kuesioner

Kuesioner yang disebarkan kepada karyawan Universitas Terbuka merupakan kuesioner pengukuran beban kerja, dimana variabel yang ukur pada penelitian ini adalah mental demand, physical demand, temporal demand, performance, frustation level, dan effort.


(44)

2. Stopwatch

Stopwatch digunakan untuk melakukan pengukuran waktu kerja dari karyawan Universitas Terbuka Medan

3. Omron Heart Rate Monitor

Omron Heart Rate Monitor digunakan untuk mengukur denyut jantung karyawan UPBJJ Universitas Terbuka Medan pada saat bekerja.

4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari hasil wawancara secara langsung maupun dari hasil penyebaran kuesioner yang diisi oleh karyawan yang dipilih untuk mengukur beban kerja secara subjektif. Pengukuran denyut nadi karyawan untuk mengukur beban kerja secara objektif, dan data pengukuran waktu kerja.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder berisikan data umum perusahaan yang menyangkut visi, misi, sejarah perusahaan, struktur organisasi dan informasi-informasi lainnya. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara informal secara tidak langsung yang digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi secara umum yang berlangsung di perusahaan. Data mahasiswa non pendidikan dasar dari tahun 2011 sampai tahun 2013. Setelah data dikumpulkan, dilakukan pengolahan data untuk digunakan sebagai sumber informasi dalam melaksanakan analisa terhadap masalah.


(45)

4.5 Populasi dan Sampel

Jenis pengambilan sampel untuk pengukuran waktu (work sampling) yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis Probability Sampling, yakni systematic sampling. Menurut Sukaria (2011), pada systematic sampling metode pengambilan sampel dari populasi dengan cara menarik elemen setiap kelipatan ke n dari populasi tersebut mulai dari urutan yang dipilih secara random di antara no 1 hingga n.

4.6 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian adalah jumlah mahasiswa tiap daerah dan tugas-tugas tanggungjawab karyawan PJW mempengaruhi beban kerja. Besarnya beban kerja digunakan untuk penentuan jumlah karyawan PJW optimal.

Pemecahan masalah yang dilakukan adalah dengan mengukur beban kerja karyawan Universitas Terbuka Medan menggunakan metode NASA-TLX, pengukuran denyut nadi dan pengukuran waktu.

4.7 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dalam melakukan pengamatan dan pengumpulan data dilaksanakan dengan urutan kegiatan sebagai berikut.

1. Pengamatan pendahuluan pada UPBJJ Universitas Terbuka Medan adalah dengan menentukan masalah yang akan diteliti dengan cara wawancara langsung kepada kepala UPBJJ Universitas Terbuka Medan.

2. Berdasarkan hasil wawancara langsung kemudian dicari data pendukung untuk menguatkan masalah yang akan diteliti yaitu data jumlah mahasiswa untuk 28 kabupaten dari tahun 2011 sampai tahun 2013.


(46)

3. Berdasarkan data pendukung tersebut didapat bahwa perbedaan jumlah mahasiswa pada setiap daerah terlihat signifikan sedangkan tugas dan tanggungjawab PJW yang sama pada setiap daerah sehingga didapat ada 7 PJW daerah menjadi objek peelitian.

4. Melakukan pre work sampling yaitu : a. Penentuan Jumlah Pengamatan.

Pada penentuan jumlah pengamatan didapat berdasarkan rumus penentuan jumlah sample dan kemudian dilakukan pembangkitan bilangan random untuk mendapatkan waktu pengamatan. Jumlah pengamatan yang dilakukan sebanyak 205 pengamatan.

b. Penentuan waktu pengamatan

Pada penentuan waktu pengamatan dilakukan berdasarkan jumlah jam kerja yang disesuaikan dengan interval waktu yang ditetapkan. Yang hasilnya kemudian di acak menetapkan waktu pengamatan mulai dari jam 09.00 WIB-17.00 WIB dengan waktu istirahat 12.00 WIB - 13.00 WIB terpilih sebanyak 205 pengamatan. Pengamatan dilakukan oleh 4 orang.

c. Penentuan aktivitas work dan idle.

Pada penentuan aktivitas work dan idle dilakukan untuk memisahkan kegiatan-kegiatan yang termasuk kategori work atau idle

5. Penentuan rating factor dan allowance

Pada penentuan rating factor dan allowance dilakukan untuk mengetahui seberapa besar rating factor dan allowance yang dilakukan.

6. Memberikan kuesioner NASA-TLX beban kerja mental dengan 6 pertanyaan berdasarkan 6 indikator dari metode NASA-TLX yaitu Mental Demand, Physical


(47)

Demand, Perfomance, Temporal Demand, Frustation, dan Effort. Kuesioner diberikan sebanyak 7 kepada karyawan penanggungjawab daerah UPBJJ Universitas Terbuka Medan.

7. Melakukan pengukuran denyut nadi kepada 7 orang karyawan penanggungjawab daerah pada saat sebelum bekerja pada jam 09.00 WIB dan sesudah bekerja pada jam 17.00 WIB untuk mengetahui konsumsi jumlah energi yang dikeluarkan dan klasifikasi beban kerja. Berikut diagram alir pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1


(48)

Perumusan Masalah

Penetapan Tujuan

Studi Pendahuluan

1. Kondisi Perusahaan 2. Informasi pendukung

Data Sekunder

1. Gambaran umum Universitas Terbuka - Struktur organisasi

- Visi dan misi - Sejarah Perusahaan

Pengolahan Data I. Mengukur beban kerja dengan metode Nasa-TLX

II. Pegukuran beban kerja dengan mengukur denyut nadi

II.Pengukuran Work Sampling

Analisis Pemecahan Masalah

Kesimpulan dan Saran

Studi Literatur

1. Metode pemecahan masalah 2. Teori pendukung

Data Primer

1. Data beban kerja pegawai penanggungjawab daerah 2. Data denyut nadi pegawai penanggungjawab daerah 2. Data waktu kerja pegawai penanggungjawab daerah

Pengumpulan Data


(49)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Pengumpulan Data

5.1.1 Pengumpulan Data dengan Metode Work Sampling

Pengamatan dilakukan mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB kemudian dilanjutkan lagi pada pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. Dengan interval waktu pengamatan selama 1 menit. Penentuan jadwal pengamatan diperoleh melalui metode randominisasi yakni dengan menggunakan Microsoft Excel.

Untuk menentukan banyaknya bilangan random yang dibutuhkan maka dilakukan perhitungan sebagai berikut.

N =

=

= 420

Maka satu hari kerja (7 jam) mempunyai 420 satuan waktu. Ini berarti jumlah pengamatan per hari tidak lebih dari 420 kali. Untuk mengetahui jumlah sampel pengamatan maka dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

n

=

=

= 204,87 ≈ 205 pengamatan


(50)

Tabel 5.1 Rekapitulasi Pengamatan Work Sampling Karyawan Aktivitas Hari

I II III IV V

Nias Utara

Work 174 165 180 173 178

Idle 31 40 25 32 27

Jumlah 205 205 205 205 205 Nias

Work 184 184 183 186 186

Idle 21 21 22 19 19

Jumlah 205 205 205 205 205 Nias Barat

Work 186 187 179 181 184

Idle 19 18 26 24 21

Jumlah 205 205 205 205 205 Nias

Selatan

Work 185 185 180 186 183

Idle 20 20 25 19 22

Jumlah 205 205 205 205 205 Asahan

Work 179 186 181 183 186

Idle 26 19 24 22 19

Jumlah 205 205 205 205 205 Batubara

Work 185 181 186 177 185

Idle 20 24 19 28 20

Jumlah 205 205 205 205 205 Simalungun

Work 186 188 181 184 176

Idle 19 17 24 21 29

Jumlah 205 205 205 205 205

Sumber : Hasil pengamatan

5.1.1.1 Penentuan Rating Factor

Penentuan Rating Factor untuk pengukuran waktu ini menggunakan metode Westinghouse. Penilaian dilakukan berdasarkan 4 faktor penting yang menentukan kewajaran dalam bekerja yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi.

Rating factor karyawan PJW Nias Utara dapat dilihat pada Tabel 5.3

Tabel 5.3 Rating Factor Karyawan PJW Nias Utara No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Average (D) 0.00 2 Usaha Average (D) 0.00 3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02 4 Konsistensi Good (C) 0.01


(51)

Rating factor karyawan PJW Nias dapat dilihat pada Tabel 5.4

Tabel 5.4 Rating Factor Karyawan PJW Nias No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Excelent (B2) 0.08

2 Usaha Good (C1) 0.05

3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02 4 Konsistensi Good (C) 0.01

Jumlah 0.16

Rating factor karyawan PJW Nias Barat dapat dilihat pada Tabel 5.5

Tabel 5.5 Rating Factor Karyawan PJW Nias Barat No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Good (C1) 0.06

2 Usaha Good (C1) 0.05

3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02 4 Konsistensi Good (C) 0.01

Jumlah 0.14

Rating factor karyawan PJW Nias Selatan dapat dilihat pada Tabel 5.6

Tabel 5.6 Rating Factor Karyawan PJW Nias Selatan No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Excelent (B2) 0.08

2 Usaha Good (C1) 0.05

3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02 4 Konsistensi Excelent (B) 0.03


(52)

Rating factor karyawan PJW Asahan dapat dilihat pada Tabel 5.7

Tabel 5.7 Rating Factor Karyawan PJW Asahan No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Good (C1) 0.06

2 Usaha Good (C1) 0.05

3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02 4 Konsistensi Average (D) 0.00

Jumlah 0.13

Rating factor karyawan PJW Batu Bara dapat dilihat pada Tabel 5.8

Tabel 5.8 Rating Factor Karyawan PJW Batu Bara No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Good (C1) 0.06

2 Usaha Good (C1) 0.05

3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02 4 Konsistensi Average (D) 0.00

Jumlah 0.13

Rating factor karyawan PJW Simalungun dapat dilihat pada Tabel 5.9

Tabel 5.9 Rating Factor Karyawan PJW Simalungun No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Average (D) 0.00 2 Usaha Average (C1) 0.00 3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02 4 Konsistensi Good (D) 0.01

Jumlah 0.03

5.1.1.2 Penentuan Allowance

Ada beberapa allowance yang diberikan kepada tenaga kerja antaranya adalah kelonggaran untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fitique serta hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.


(53)

Berikut rekapitulasi allowance karyawan PJW Nias Utara pada Tabel 5.11

Tabel 5.11 Allowance Karyawan PJW Nias Utara

No. Allowance Nilai

1 Tenaga yang dikeluarkan 7

2 Sikap kerja 0

3 Gerakan kerja 0

4 Kelelahan mata 8,5

5 Keadaan temperatur tempat kerja 0

6 Keadaan atmosfer 0

7 Keadaan lingkungan 0

8 Kebutuhan pribadi 1

Total 16,5

Berikut rekapitulasi allowance karyawan PJW Nias pada Tabel 5.12

Tabel 5.12 Allowance Karyawan PJW Nias

No. Allowance Nilai

1 Tenaga yang dikeluarkan 7

2 Sikap kerja 1

3 Gerakan kerja 0

4 Kelelahan mata 7,5

5 Keadaan temperatur tempat kerja 0

6 Keadaan atmosfer 0

7 Keadaan lingkungan 0

8 Kebutuhan pribadi 0

Total 15,5

Berikut rekapitulasi allowance karyawan PJW Nias Barat pada Tabel 5.13

Tabel 5.13 Allowance Karyawan PJW Nias Barat

No. Allowance Nilai

1 Tenaga yang dikeluarkan 6

2 Sikap kerja 1

3 Gerakan kerja 0

4 Kelelahan mata 8

5 Keadaan temperatur tempat kerja 0

6 Keadaan atmosfer 0

7 Keadaan lingkungan 0

8 Kebutuhan pribadi 2


(54)

Berikut rekapitulasi allowance karyawan PJW Nias Selatan pada Tabel 5.14

Tabel 5.14 Allowance Karyawan PJW Nias Selatan

No. Allowance Nilai

1 Tenaga yang dikeluarkan 7

2 Sikap kerja 1

3 Gerakan kerja 0

4 Kelelahan mata 7,5

5 Keadaan temperatur tempat kerja 0

6 Keadaan atmosfer 0

7 Keadaan lingkungan 0

8 Kebutuhan pribadi 0

Total 15,5

Berikut rekapitulasi allowance karyawan PJW Asahan pada Tabel 5.15

Tabel 5.15 Allowance Karyawan PJW Asahan

No. Allowance Nilai

1 Tenaga yang dikeluarkan 6

2 Sikap kerja 1

3 Gerakan kerja 0

4 Kelelahan mata 7,5

5 Keadaan temperatur tempat kerja 0

6 Keadaan atmosfer 0

7 Keadaan lingkungan 0

8 Kebutuhan pribadi 0

Total 14,5

Berikut rekapitulasi allowance karyawan PJW Batu Bara pada Tabel 5.16

Tabel 5.16 Allowance Karyawan PJW Batu Bara

No. Allowance Nilai

1 Tenaga yang dikeluarkan 7,5

2 Sikap kerja 1

3 Gerakan kerja 0

4 Kelelahan mata 7,5

5 Keadaan temperatur tempat kerja 0

6 Keadaan atmosfer 0

7 Keadaan lingkungan 0

8 Kebutuhan pribadi 1


(55)

Berikut rekapitulasi allowance karyawan PJW Simalungun pada Tabel 5.17

Tabel 5.17 Allowance Karyawan PJW Simalungun

No. Allowance Nilai

1 Tenaga yang dikeluarkan 7

2 Sikap kerja 1

3 Gerakan kerja 0

4 Kelelahan mata 7,5

5 Keadaan temperatur tempat kerja 0

6 Keadaan atmosfer 0

7 Keadaan lingkungan 0

8 Kebutuhan pribadi 0

Total 15,5

1.1.2 Pengumpulan Data dengan Metode NASA-TLX

Pada pengumpulan data dengan menggunakan metode NASA-TLX terdiri dari

dua langkah yaitu. 1. Pemberian Rating

Pemberian rating ini diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh setiap karyawan. Pada Tabel 5.18 rekap data kuesioner pemberian rating.

Tabel 5.18 Rekap Data Kuesioner Pemberian Rating Karyawan

Indikator

Nias

Utara Nias

Nias Barat

Nias

Selatan Asahan Batu Bara Simalungun

Mental Demand 95 90 100 85 90 80 85

Physical Demand 98 95 100 90 100 90 85

Temporal

Demand 95 87 50 80 98 85 90

Performance 90 90 75 99 85 70 95

Frustration 95 75 90 65 90 80 60


(56)

2. Pembobotan

Pembobotan ini dilakukan oleh karyawan dengan mengisi kuesioner. Berikut rekap data Tally dari pembobotan dapat dilihat pada Tabel 5.19

Tabel 5.19 Rekap Data Tally dari Pembobotan

Karyawan Indikator

Nias

Utara Nias

Nias Barat

Nias

Selatan Asahan Batu Bara Simalungun

Mental Demand 2 1 3 2 2 2 2

Physical Demand 0 2 1 4 2 1 2

Temporal

Demand 4 2 3 3 2 3 4

Performance 3 5 1 2 2 4 2

Frustration 3 4 4 0 5 0 2

Effort 3 1 3 4 1 5 3

Setelah mendapatkan nilai tally dari masing-masing indikator maka selanjutnya melakukan pembobotan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Sehingga diperoleh hasil pembobotan NASA-TLX dari karyawan PJW Nias Utara yang dapat dilihat pada Tabel 5.20

Berikut Rekapitulasi dari pembobotan NASA-TLX dapat dilihat Tabel 5.21

Tabel 5.21 Rekap Data dari Pembobotan Karyawan

Indikator

Nias

Utara Nias

Nias Barat

Nias

Selatan Asahan

Batu

Bara Simalungun

Mental Demand 0,13 0,07 0,20 0,13 0,13 0,13 0,13 Physical Demand 0 0,13 0,07 0,27 0,13 0,07 0,13 Temporal Demand 0,26 0,13 0,20 0,20 0,13 0,20 0,27 Performance 0,2 0,33 0,07 0,13 0,13 0,27 0,13 Frustration 0,2 0,27 0,27 0,00 0,33 0,00 0,13 Effort 0,2 0,07 0,20 0,27 0,07 0,33 0,20

1.1.3 Pengumpulan Data Pengukuran Denyut Nadi

Pada pengumpulan data pengukuran denyut nadi dilakukan dengan menggunakan alat Omron Heart Rate Monitor

.

Cara pengukuran dilakukan dengan dua


(57)

tahap yaitu mengukur terlebih dahulu DNI (Denyut Nadi Istirahat) karyawan PWJ pada saat sebelum melakukan aktivitas, selanjutnya karyawan PWJ tersebut melakukan pekerjaannya dan dilakukan pengukuran denyut nadi kerjanya (DNK) setelah karyawan PWJ tersebut selesai melaksanakan pekerjaannya. Berikut data pengukuran dapat dilihat pada Tabel 5.22

Tabel 5.22 Rekap Data Pengukuran Denyut Nadi Karyawan

PJW

Umur

(tahun) DNI DNK

DN Maks Pria Wanita

Nias Utara 51 84 114 169 -

Nias 48 104 188 172 -

Nias Barat 54 82 118 166 -

Nias Selatan 35 72 107 185 -

Asahan 54 88 121 - 146

BatuBara 46 74 120 - 154

Simalungun 45 84 130 175 -

Sumber : Data Pengamatan

5.2 Pengolahan Data

5.2.1 Pengolahan Data dengan Work Sampling 5.2.1.1 Pengukuran Kemampuan Produktif Karyawan

Perhitungan produktif karyawan PJW dilakukan untuk mengetahui persentase produktif, sehingga diketahui rata-rata persentase produktif seluruh karyawan PJW. Perhitungan produktif ini juga diketahui seberapa besar persentase aktivitas tidak bekerja (idle). Persentase produktif karyawan PJW dapat dicari dengan menggunakan rumus dibawah ini.

Berikut rekapitulasi persentase produktif karyawan PJW Nias Utara dapat dilihat pada Tabel 5.23


(58)

Tabel 5.23 Rekapitulasi Persentase Produktif Karyawan PJW Nias Utara Hari Aktivitas Jumlah Persentase

Produktif Work Idle

Senin 174 31 205 0,85

Rabu 165 40 205 0,80

Kamis 180 25 205 0,88

Jumat 173 32 205 0,84

Sabtu 178 27 205 0,87

Rata-rata 0,85

Berikut rekapitulasi persentase produktif karyawan PJW Nias dapat dilihat pada Tabel 5.24

Tabel 5.24 Rekapitulasi Persentase Produktif Karyawan PJW Nias Hari Aktivitas Jumlah Persentase

Produktif Work Idle

Senin 184 21 205 0,90

Rabu 184 21 205 0,90

Kamis 183 22 205 0,89

Jumat 186 19 205 0,91

Sabtu 186 19 205 0,91

Rata-rata 0,90

Berikut rekapitulasi persentase produktif karyawan PJW Nias Barat dapat dilihat pada Tabel 5.25

Tabel 5.25 Rekapitulasi Persentase Produktif Karyawan PJW Nias Barat Hari Aktivitas Jumlah Persentase

Produktif Work Idle

Senin 186 19 205 0,91

Rabu 187 18 205 0,91

Kamis 179 26 205 0,87

Jumat 181 24 205 0,88

Sabtu 184 21 205 0,90

Rata-rata 0,89

Berikut rekapitulasi persentase produktif karyawan PJW Nias Selatan dapat dilihat pada Tabel 5.26


(59)

Tabel 5.26 Rekapitulasi Persentase Produktif Karyawan PJW Nias Selatan Hari Aktivitas Jumlah Persentase

Produktif Work Idle

Senin 185 20 205 0,90

Rabu 185 20 205 0,90

Kamis 180 25 205 0,88

Jumat 186 19 205 0,91

Sabtu 174 31 205 0,85

Rata-rata 0,89

Berikut rekapitulasi persentase produktif karyawan PJW Asahan dapat dilihat pada Tabel 5.27

Tabel 5.27 Rekapitulasi Persentase Produktif Karyawan PJW Asahan Hari

Aktivitas

Jumlah Persentase Produktif Work Idle

Senin 179 26 205 0,87

Rabu 186 19 205 0,91

Kamis 181 24 205 0,88

Jumat 183 22 205 0,89

Sabtu 186 19 205 0,91

Rata-rata

0,89

Berikut rekapitulasi persentase produktif karyawan PJW BatuBara dapat dilihat pada Tabel 5.28

Tabel 5.28 Rekapitulasi Persentase Produktif Karyawan PJW BatuBara Hari

Aktivitas

Jumlah Persentase Produktif Work Idle

Senin 185 20 205 0,90

Rabu 181 24 205 0,88

Kamis 186 19 205 0,91

Jumat 177 28 205 0,86

Sabtu 185 20 205 0,90

Rata-rata


(60)

Berikut rekapitulasi persentase produktif karyawan PJW Simalungun dapat dilihat pada Tabel 5.29

Tabel 5.29 Rekapitulasi Persentase Produktif Karyawan PJW Simalungun Hari Aktivitas Jumlah Persentase

Produktif Work Idle

Senin 186 19 205 0,91

Rabu 188 17 205 0,92

Kamis 181 24 205 0,88

Jumat 184 21 205 0,90

Sabtu 176 29 205 0,86

Rata-rata 0,89

5.2.1.2.Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan telah seragam atau belum dengan melihat data berada in control atau out of control. Uji keseragaman data dilakukan pada tingkat keyakinan 95 % dan tingkat ketelitian 5 % . Rumus keseragaman data digunakan sebagai berikut.

BKA = P + 2

n p

p(1− )

BKB = P - 2

n p

p(1− )

Dimana : P = Produktif rata-rata karyawan PJW

n = Jumlah pengamatan yang dilakukan per siklus waktu kerja

Sehingga di peroleh hasil perhitungan untuk uji keseragaman data sebagai berikut.


(61)

1. Karyawan PJW Nias Utara

BKA = 0,85 + 2 0,90

205 ) 85 , 0 1 ( 85 , 0 = −

BKB = 0,85 - 2 0,80

205 ) 85 , 0 1 ( 85 , 0 = −

Dengan menggunakan data diatas maka dibuat peta kontrol uji keseragaman untuk karyawan PJW Nias Utara yang ditunjukan pada Gambar 5.1

Gambar 5.1 Peta Kontrol Produktif Karyawan PJW Nias Utara

Dari perhitungan batas kontrol yang diperoleh maka diketahui bahwa tidak ada data yang out of control.

2. Karyawan PJW Nias

BKA = 0,90 + 2 0,94

205 ) 90 , 0 1 ( 90 , 0 = −

BKB = 0,90 - 2 0,86

205 ) 90 , 0 1 ( 90 , 0 = −

Dengan menggunakan data diatas maka dibuat peta kontrol uji keseragaman untuk karyawan PJW Nias yang ditunjukan pada Gambar 5.2


(62)

Gambar 5.2 Peta Kontrol Produktif Karyawan PJW Nias

Dari perhitungan batas kontrol yang diperoleh maka diketahui bahwa tidak ada data yang out of control.

3. Karyawan PJW Nias Barat

BKA = 0,89 + 2 0,94

205 ) 89 , 0 1 ( 89 , 0

= −

BKB = 0,89 - 2 0,85

205 ) 89 , 0 1 ( 89 , 0

= −

Dengan menggunakan data diatas maka dibuat peta kontrol uji keseragaman untuk karyawan PJW Nias Barat yang ditunjukan pada Gambar 5.3


(63)

Gambar 5.3 Peta Kontrol Produktif Karyawan PJW Nias Barat

Dari perhitungan batas kontrol yang diperoleh maka diketahui bahwa tidak ada data yang out of control.

4. Karyawan PJW Nias Selatan

BKA = 0,89 + 2 0,93

205 ) 89 , 0 1 ( 89 , 0

= −

BKB = 0,89 - 2 0,84

205 ) 89 , 0 1 ( 89 , 0

= −

Dengan menggunakan data diatas maka dibuat peta kontrol uji keseragaman untuk karyawan PJW Nias Selatan yang ditunjukan pada Gambar 5.4


(64)

Gambar 5.4 Peta Kontrol Produktif Karyawan PJW Nias Selatan

Dari perhitungan batas kontrol yang diperoleh maka diketahui bahwa tidak ada data yang out of control.

5. Karyawan PJW Asahan

BKA = 0,89 + 2 0,94

205 ) 89 , 0 1 ( 89 , 0

= −

BKB = 0,89 - 2 0,85

205 ) 89 , 0 1 ( 89 , 0

= −

Dengan menggunakan data diatas maka dibuat peta kontrol uji keseragaman untuk karyawan PJW Asahan yang ditunjukan pada Gambar 5.5


(65)

Gambar 5.5 Peta Kontrol Produktif Karyawan PJW Asahan

Dari perhitungan batas kontrol yang diperoleh maka diketahui bahwa tidak ada data yang out of control.

6. Karyawan PJW BatuBara

BKA = 0,89 + 2 0,94

205 ) 89 , 0 1 ( 89 , 0

= −

BKB = 0,89 - 2 0,85

205 ) 89 , 0 1 ( 89 , 0

= −

Dengan menggunakan data diatas maka dibuat peta kontrol uji keseragaman untuk karyawan PJW BatuBara yang ditunjukan pada Gambar 5.6


(66)

Gambar 5.6 Peta Kontrol Produktif Karyawan PJW BatuBara

Dari perhitungan batas kontrol yang diperoleh maka diketahui bahwa tidak ada data yang out of control.

7. Karyawan PJW Simalungun

BKA = 0,89 + 2 0,94

205 ) 89 , 0 1 ( 89 , 0

= −

BKB = 0,89 - 2 0,85

205 ) 89 , 0 1 ( 89 , 0

= −

Dengan menggunakan data diatas maka dibuat peta kontrol uji keseragaman untuk karyawan PJW Simalungun yang ditunjukan pada Gambar 5.7


(67)

Gambar 5.7 Peta Kontrol Produktif Karyawan PJW Simalungun

Dari perhitungan batas kontrol yang diperoleh maka diketahui bahwa tidak ada data yang out of control.

5.2.1.3 Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan telah mencukupin atau belum. Uji kecukupan data dilakukan pada tingkat keyakinan 95 % dan tingkat ketelitian yang dikehendaki 5 %.. Nilai N’ ≤ N maka data telah mencukupi dan pengamatan dihentikan. Jika N’ ≥ N maka data belum mencukupi dan pengamatan harus dilanjutkan hingga data mencukupi. Data yang dikumpulkan telah seragam, selanjutnya dilakukan uji kecukupan data dengan menggunakan rumus berikut ini.

( )

P P x

z Ni

−       =

1

2

Dimana : z = Tingkat Kepercayaan x = Tingkat Ketelitian


(68)

P = Produktif rata-rata karyawan PJW ( bentuk desimal)

Dari hasil perhitungan uji kecukupan data untuk tiap karyawan PJW dapat dilihat pada Tabel 5.30

Tabel 5.30 Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Karyawan PJW

Karyawan N N’ P Keterangan

Nias Utara 1025 285 0,85 Cukup

Nias 1025 177 0,90 Cukup

Nias Barat 1025 188 0,89 Cukup Nias Selatan 1025 202 0,89 Cukup

Asahan 1025 192 0,89 Cukup

BatuBara 1025 194 0,89 Cukup

Simalungun 1025 192 0,89 Cukup

5.2.1.4 Perhitungan Derajat Ketelitian

Langkah selanjutnya setelah uji kecukupan data adalah perhitungan derajat ketelitian. Kegunaan dari perhitungan derajat ketelitian adalah untuk menentukan apakah hasil pengamatan yang didapatkan bisa di katagorikan cukup teliti. Perhitungan dilakukan dengan mengguakan tingkat keyakinan sebesar 95%. Untuk itu rumus yang digunakan dalam menghitung derajat ketelitian adalah sebagai berikut.

            − = P N P P k S ) 1 (

Dimana : P = Produktif rata-rata karyawan PJW ( bentuk desimal) S = Tingkat ketelitian hasil pengamatan


(69)

N = Jumlah pengamatan yang telah dilakukan untuk sampling kerja K = Harga indeks yang besarnya tergantung pada tingkat kepercayaanyang di

ambil.

Dari hasil perhitungan uji derajat ketelitian untuk tiap karyawan PJW dapat dilihat pada Tabel 5.31

Tabel 5.31 Rekapitulasi Uji Derajat Ketelitian Untuk Tiap Karyawan PJW Karyawan PJW S Keterangan

Nias Utara 2,6 % Memenuhi

Nias 2,0 % Memenuhi

Nias Barat 2,0 % Memenuhi Nias Selatan 2,2 % Memenuhi

Asahan 2,2 % Memenuhi

BatuBara 2,2 % Memenuhi

Simalungun 2,2 % Memenuhi

5.2.2 Perhitungan Beban Kerja Mental dengan Menggunakan NASA-TLX

Setelah melakukan pengumpulan data dari kuisioner, maka untuk melakukan perhitungan nilai dari beban kerja maka dilakukan perhitungan dengan rumus berikut ini.

WWL = Rating x Bobot Faktor

Berikut rekapitulasi dari jumlah weighted workload (WWL) karyawan PJW pada Tabel 5.34


(70)

Tabel 5.34 Rekapitulasi WWL Karyawan PJW Karyawan Total Workload

Nias Utara 93,65 Nias 86,42 Nias Barat 86,55 Nias Selatan 89,87 Asahan 98,98 BatuBara 83,95 Simalungun 82,55

5.2.3 Perhitungan Beban Kerja Fisik dengan Menggunakan Pengukuran Denyut Nadi

5.3.2.2 Metode Penilaian secara Tidak Langsung Perhitungan %CVL

Metode penilaian secara tidak langsung dilakukan dengan dua cara yaitu berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler (Cardiovascular Load = %CVL).

Cardiovasculair Load (%CVL) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ist irahat nadi Denyut maksimum nadi Denyut

ist irahat ) nadi Denyut kerj a nadi (Denyut 100 %CVL − − × =

Di mana denyut nadi maksimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan (200-umur) untuk wanita. Dari perhitungan % CVL kemudian akan dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut:

< 30% = Tidak terjadi kelelahan 30-<60% = Diperlukan perbaikan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adelina Simanjuntak, Risma. 2010, Analisis beban kerja mental dengan metode Nasa-TLX. Teknik industri, Institusi sains & Teknologi AKPRIND:

Yogyakarta

Barnes, Ralph M. 1980. Motion And Time Study Desing And Measurement Of Work. University of California : California

D Baulk, Stuart. Dkk. 2007. “Does Variation in Workload Affect Fatigue in Reguler 12-Hour Shift System?”. Institute for Sleep Health, Repatriation General Hospital , Adelaide : South Australia

Faikhotul, Amalia Hima. 2011. Evaluasi Beban Kerja Operator Mesin Pada Departemen Log and Veeneer Preparation di PT.XYZ. Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura : Madura

Nugraheni, Endang. 2009. Peranan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh Dalam

Meningkatkan Daya Jangkau Pendidikan Tinggi di Asia Tenggara. Universitas Terbuka

Nurmianto, Eko. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Graha Ilmu : Yogyakarta

Raras, Asri Mayang dan Pratiwi Sri Gunani. 2012. Analisis Beban Kerja untuk Menentukan Jumlah Optimal Karyawan dan Pemetaan Komptensi Karyawan Berdasarkan Pada Job Description. ITS

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metodologi Penelitian. Medan : USU Press. Sutalaksana, I.Z., dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung


(6)

Susetyo, Joko, dkk. 2012. Pengaruh Beban Kerja Mental Dengan Menggunakan Metode NASA-Task Load Index (TLX) Terhadap Stress Kerja. Teknik industri, Institusi sains & Teknologi AKPRIND: Yogyakarta