Beban Kerja Pengukuran Beban Kerja Karyawan PJW Dengan Menggunakan Metode NASA-TLX Di UPBJJ (Unit Pengajaran Belajar jarak Jauh) Universitas Terbuka Medan

3.2 Beban Kerja

2 Perhitungan beban kerja setidaknya dapat dilihat dari 3 aspek, yakni fisik, mental, dan penggunaan waktu. Aspek fisik meliputi perhitungan beban kerja berdasarkan kriteria-kriteria fisik manusia. Aspek mental merupakan perhitungan beban Workload atau beban kerja merupakan usaha yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk memenuhi “permintaan” dari pekerjaan tersebut. Kapasitas adalah kemampuankapasitas manusia. Kapasitas ini dapat diukur dari kondisi fisik maupun mental seseorang. Beban kerja yang dimaksud adalah ukuran porsi dari kapasitas operator yang terbatas yang dibutuhkan untuk melakukan kerja tertentu. Misalkan, suatu pekerjaan kuli angkut mempunyai “demand” berupa mengangkat 100 karung per hari. Jika pekerja hanya mampu mengangkat 50 karung per hari, berarti pekerjaan tersebut melebihi kapasitasnya. Mesin juga mempunyai kapasitas dan jika beban yang diterima melebihi kapasitasnya, maka akan menurunkan usia pakai mesin tersebut dan menjadi rusak. Manusia juga demikian, jika ia diberikan beban kerja yang berlebihan, maka akan menurunkan kualitas hidup kelelahan, dan sebagainya dan kualitas kerja orang tersebut tingginya error rate dsb, dan juga dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja. Analisis beban kerja ini banyak digunakan diantaranya dapat digunakan dalam penentuan kebutuhan pekerja man power planning; analisis ergonomi; analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3; hingga ke perencanaan penggajian. 2 Adelina Simanjuntak, Risma. 2010, Analisis beban kerja mental dengan metode Nasa-TLX. Teknik industri, Institusi sains Teknologi AKPRIND. Universitas Sumatera Utara kerja dengan mempertimbangkan aspek mental psikologis. Sedangkan pemanfaatan waktu lebih mempertimbangkan pada aspek penggunaan waktu untuk bekerja. Secara umum, beban kerja fisik dapat dilihat dari 2 sisi, yakni sisi fisiologis dan biomekanika. Sisi fisiologis melihat kapasitas kerja manusia dari sisi fisiologi tubuh faal tubuh, meliputi denyut jantung, pernapasan, dan lain-lain. Namun, biomekanika lebih melihat kepada aspek terkait proses mekanik yang terjadi pada tubuh, seperti kekuatan otot, dan sebagainya. Perhitungan beban kerja berdasarkan pemanfaatan waktu bisa dibedakan antara pekerjaan berulang repetitif atau pekerjaan yang tidak berulang non-repetitif. Pekerjaan repetitif biasanya terjadi pada pekerjaan dengan siklus pekerjaan yang pendek dan berulang pada waktu yang relatif sama. Contohnya adalah operator mesin di pabrik- pabrik. Sedangkan pekerjaan non-repetitif mempunyai pola yang relatif “tidak menentu”. Seperti pekerjaan administratif, tata usaha, sekretaris, dan pegawai-pegawai kantor pada umumnya.

3.2.1 Beban Kerja Mental

3 Menurut Henry R. Jex 1998 beban kerja mental yaitu selisih antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental seseorang dalam kondisi termotivasi. Aspek psikologis dalam suatu pekerjaan berubah setiap saat. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan aspek psikologis dapat berasal dari dalam diri sendiri internal atau dari luar diri sendiri seperti pekerjaan dan lingkungan eksternal. Faktor internal maupun eksternal sulit dilihat dari kasat mata sehingga dalam pengamatan hanya dilihat dari hasil pekerjaan atau faktor yang dapat 3 Ibid, hal 25-27 Universitas Sumatera Utara diukursecara obyektif ataupun dari tingkah laku dan penuturan si pekerja sendiri yang dapat diidentifikasi. Selain itu beberapa individu memiliki kondisi tubuh dan melakukan yang sama, secara obyektif menunjukan tingkat performansi yang sama. Sebagian individu berpendapat bahwa pekerjaan yang dilakukan ringan dan tidak menguras otak sementara individu lainnya berpendapat sebaliknya. Hai ini mendasari munculnya ide mengenai beban kerja mental. Beban kerja yang bersifat mental harus pula dinilai setelah beban kerja fisik telah dinilai. Penilaian beban kerja mental tidaklah semudah menilai beban kerja fisik. Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh. Berdasarkan aspek fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan sehingga kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga lebih rendah. Padahal secara moral dan tanggung jawab, aktivitas mental jelas lebih berat dibandingkan dengan aktivitas fisik, karena lebih melibatkan kerja otak white-collar dari pada kerja otot Blue-collar. Dewasa ini aktivitas mental lebih banyak didominasi oleh pekerja-pekerja kantor, supervisor dan pimpinan sebagai pengambil keputusan dengan tanggung jawab yang lebih besar. Menurut Grandjean 1993 setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur persepsi, interpretasi dan proses mental dari suatu informasi yang diterima oleh organ sensor untuk diambil suatu keputusan atau proses mengingat informasi yang lampau. Permasalahan yang ada pada manusia adalah kemampuan untuk memanggil kembali atau mengingat informasi yang disimpan. Proses mengingat kembali ini sebagian besar menjadi masalah bagi orang tua. Kemampuan orang tua mengalami banyak penurunan seperti penurunan daya ingat. Demikian penilaian beban kerja mental lebih tepat menggunakan penilaian terhadap tingkat ketelitian, kecepatan maupun konstansi kerja. Universitas Sumatera Utara Jenis pekerjaan yang lebih memerlukan kesiapsiagaan tinggi seperti petugas air traffic controllers di Bandara udara adalah sangat berhubungan dengan pekerjaan mental yang memerlukan konsentrasi tinggi. Semakin lama orang berkonsentrasi maka akan semakin berkurang tingkat kesiapsiagaannya. Uji yang lebih tepat untuk menilai kesiapsiagaan tinggi adalah tes waktu reaksi. Waktu reaksi sering dapat digunakan sebagai cara untuk menilai kemampuan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan mental. Menurut MacCormick dan Sanders 1988 pelaksanaan pengukuran beban kerja mental memiliki beberapa kriteria yaitu: 1. Sensitivity Dalam pengukuran beban kerja mental seharusnya mencirikan sesuatu yang berbeda dalam situasi pekerjaan tertentu. 2. Selectivity Pengukuran beban mental sebaiknya tidak dipengarui oleh faktor-faktor selain dari beban mental itu seperti fisik dan emosional. 3. Interference Dalam pelaksanaan pengukuran beban kerja mental hendaknya tidak mempengaruhi atau mengintrupsi kepada beban kerja yang telah diprediksi. 4. Reliability Mengukur beban kerja hendaknya dapat dipercaya hasil pengukurannya. 5. Acceptability Hasil pengukuran beban kerja dapat diterima masyarakat umumnya dan khususnya untuk tempat diambilnya penelitian. Pengukuran beban kerja mental atau psikologis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Pengukuran beban mental secara objektif Pengukuran beban kerja psikologis secara obyektif dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu: a. Pengukuran denyut jantung Secara umum, peningkatan denyut jantung berkaitan dengan meningkatnya level pembebanan kerja. b. Pengukuran waktu kedipan mata Secara umum, pekerjaan yang membutuhkan atensi visual berasosiasi dengan kedipan mata yang lebih sedikit dan durasi kedipan lebih pendek. c. Pengukuran dengan metode lain Pengukuran dilakukan dengan alat flicker, berupa alat yang memiliki sumber cahaya yang berkedip makin lama makin cepat sehingga pada suatu saat sukar untuk diikuti oleh mata biasa. 2. Pengukuran beban mental secara subyektif Pengukuran beban kerja psikologis secara subjektif dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu: a. NASA-Task Load Index TLX b. Subjective Workload Assesment Technique SWAT c. Modief Cooper Harder Scaling MCH

3.2.2 Beban Kerja Fisik

Konsep beban kerja fisik pertama kali dikemukakan oleh Frederick W. Taylor. Beban kerja fisik ditimbulkan oleh pekerjaan yang didominasi oleh aktivitas fisik. Beban kerja fisik relatif lebih mudah diukur untuk tenaga kerja langsung karena adanya Universitas Sumatera Utara output yang mudah terukur. Namun pengukuran beban kerja fisik dapat pula diterapkan untuk tenaga kerja tidak langsung dengan pendekatan yang sedikit berbeda. Dalam materi ini akan dijelaskan penggunaan formulir-formulir yang diperlukan dalam pengukuran sampai dengan interpretasi hasil pengukuran. Aplikasi pengukuran beban kerja fisik di beberapa perusahaan akan disajikan di bagian akhir sebagai studi kasus dan latihan.

3.3 Pengukuran Denyut Jantung