BAB IV KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA
TERHADAP PERJANJIAN NONPROLIFERASI NUKLIR NPT
A.  Posisi Dasar Kebijakan Luar Negeri Indonesia
Pada dasarnya kebijakan luar negeri Indonesia tidak terlepas dari kepentingan nasional yang dimanatkan dalam konstitusi dan perundang-undangan. Posisi dasar
kebijakan luar negeri Indonesia adalah berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945.
Dalam kebijakan luar negeri Indonesia, terdapat interaksi dengan aktoraktor hubungan internasional baik pada tingkat negara ataupun nonnegara, dalam perihal
perjanjian internasional dan  landasannya mengacu pada rujukan konstitusi pasal 11 UUD 1945 hasil amandemen yang menegaskan sebagai berikut:
a.  presiden  dengan  persetujuan  Dewan  Perwakilan  Rakyat  menyatakan perang, membuat perdamain dan perjanjian dengan negara lain.
b.  presiden dalam membuat perjanjian nasional lainnya yang menimbulkan akibat  luas  dan  mendasar  bagi  kehidupan  rakyat  yang  terkait  dengan
beban  keuangan  negara  danatau  mengharuskan  perubahan  atau pembentukan  undang-undang  harus  dengan  persetujuan  Dewan
Perwakilan Rakyat.
c.  ketentuan  lebih  lanjut  tentang  perjanjian  internasional  diatur  dalam undang-undang.
Berkaitan dengan pasal 11 ayat 3 UUD 1945 menyatakan adanya ketentuan perjanjian internasional yang diatur Undang-Undang. Berkaitan dengan ketentuan
tersebut sudah tertuang dalam perundang-undangan yaitu Undang-Undang No. 24 Tahun  2000  tentang  Perjanjian  Internasional.    Dalam  undang-undang  tersebut
dijelaskan  bahwa  sebelum  perjanjian  internasional  berlaku  dan  mengikat  di Indonesia  maka  perjanjian  perlu  disahkan.  Pengesahan  yang  dimaksud  Pasal  1
angka 2 UU No. 24 Tahun 2000 adalah perbuatan hukum untuk mengikatkan diri pada suatu perjanjian internasioanl dalam bentuk ratifikasi, aksesi, penerimaan, dan
penyetujuan. Pasal 9 ayat 2 UU No. 20 tahun 2000 menyatakan bahwa pengesahan perjanjian internasional dilakukan dengan undang-undang atau keputusan presiden.
Penjelasan  pasal  9  ayat  2  UU  Pejanjian  Internasional  mengatakan  bahwa: Pengesahan  perjanjian  internasional  dengan  undang-undang  memerlukan
persetujuan  DPR;  adapun  pengesahan  dengan  keputusan  presiden  selnjutnya diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Setelah diundangkannya  UU No.
10  tahun  2004  tentang  Pembentukan  Peraturan  Perundang-undangan,  khusunya pada ketentuan pasal 46 ayat 1 huruf c butir 1,  pengesahana perjanjian antara negara
Republik  Indonesia  dan  negara  lain  atau  badan  internasional  tidal  lagi  dapat dilakukan dengan Keputusan Presiden Kepres tapi dengan Peraturan Presiden.
Susilo  Bambang  Yudhoyono  dalam  pidato  pelantikannya  sebagai  presiden Republik Indonesia mengatakan bahwa visi dari kebijakan luar negeri akan tetap
menegakkan prinsip bebas aktif politik luar negeri Indonesia yang bertekad menjadi suara  untuk  mempromosikan  perdamaian,  meningkatkan  kesejahteraan  dan
membela  keadilan.  Prinsip  bebas  dan  aktif    menegaskan  kembali  elemen  yang konstan dalam retorika politik luar negeri Indonesia. Pertama diartikulasikan pada
tahun 1948 oleh Mohammad Hatta, wakil presiden Indonesia yaitu dalam konteks Perang  Dingin  dikatakan  mengenai  gerakan  nonblok  Indonesia.
176
Secara operasional,  bebas  dan  aktif  mendefinisikan  kebijakan  luar  negeri  demi
kepentingan  nasional  yang  ditentukan  oleh  rezim  incumbent.  Keberhasilan  atau kegagalan  dalam  mempromosikan  kepentingan-kepentingan  bukan  merupakan
176
Donald E Weatherbee. 2005.  INDONESIAN FOREIGN POLICY: A Wounded Phoenix. No. 21. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. hal. 150-170
fungsi dari daya tarik retorika prinsip tetapi mobilisasi dan penyebaran kemampuan yang dilakukan secara nyata adalah fungsi dari prinsip bebas dan aktif.
203
Akan tetapi pada kenyataannya situasi di dunia internasional yang kompleks mengakibatkan  posisi  Indonesia  yang  ingin  menerapkan  kebijakan  luar  ngeri
berdasarkan prinsip politik bebas dan aktif memunculkan pertanyaan apakah prinsip itu masih sesuai dengan kondisi kompleks di dunia internasional. Karena apabila
dikaitkan  dengan  prinsip  bebas  aktif  maka  akan  terdapat  posisi  dimana kepemimpinan Indonesia di dunia internasional masih dipertanyakan karena masih
dominannya peran negara maju di dalam dunia internasional.
B. Posisi dan Kebijakan Luar Negeri Indonesia terhadap Perjanjian Nonpoliferasi Nukilr NPT