pemasaran, 3 kelembagaan tidak dapat bekerja secara maksimal, 4 kebijakan otonomi daerah yang kurang memperhatikan sektor pertanian
sebagai sektor ekonomi riil, 5 kurangnya investasi publik, dan 6 adanya tantangan liberalisasi perdagangan Saptana, 2005.
Daryanto 2009 menilai bahwa strategi peningkatan daya saing pertanian termasuk peternakan dari perspektif mikro dapat dilakukan antara lain : 1
peningkatan efisiensi dan produktivitas dengan perubahan teknologi, efisiensi teknis, dan skala usaha, 2 menciptakan iklim investasi yang
kondusif, 3 menerapkan transformasi pertanian yaitu proses perubahan, bukan hanya pergeseran sektoral, namun perubahan dinamika sosial
ekonomi masyarakat secara keseluruhan dan, 4 membuat kebijakan yang kondusif.
3. Analisis Kebijakan Pemerintah
Pemerintah menetapkan suatu kebijakan dengan tujuan utama yaitu efsiensi, pemerataan dan ketahanan. Suatu efisiensi akan tercapai bila
dengan memanfaatkan sumberdaya yang langka mampu menghasilkan pendapatan yang maksimal dan penggunaan barang maupun jasa dapat
menghasilkan tingkat kepuasan konsumen yang tinggi. Suatu pemerataan akan tercapai bila distribusi pendapatan dalam suatu wilayah atau antara
kelompok masyarakat merata, dan tujuan yang terakhir yaitu ketahanan akan meningkat apabila terjadi kestabilan politik dan ekonomi yang
memungkinkan produsen dan konsumen meminimumkan biaya penyesuaian Pearson dkk., 2005
Menurut Pearson dkk 2005, kebijakan yang mempengaruhi sektor pertanian termasuk peternakan dapat digolongkan dalam tiga kategori
yaitu kebijakan makroekonomi, kebijakan investasi publik dan kebijakan harga. Terdapat tiga kategori kebijakan yang bersifat makroekonomi yaitu
kebijakan fiskal dan moneter, kebijakan nilai tukar dan kebijakan harga faktor domestik, sumberdaya alam dan tataguna lahan. Kebijakan
berikutnya yang mempengaruhi sektor pertanian adalah investasi publik, yaitu investasi publik yang didanai oleh pemerintah dalam rangka
menurunkan biaya produksi dan meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia keterampilan dan kondisi status kesehatan produsen dan
konsumen. Kebijakan harga yang ditetapkan oleh pemerintah dapat diberlakukan pada input dan output yang menyebabkan terjadinya
perbedaan harga input dan output privat maupun sosialnya. Berikut di bawah ini penjelasan mengenai kebijakan harga pada input dan output :
3.1. Kebijakan Harga Input
Kebijakan pemerintah pada harga input tradabel dan non tradabel dapat berupa subsidi positif dan subsidi negatif pajak, sedangkan
kebijakan hambatan perdagangan tidak diterapkan pada input domestik non tradabel. Gambar 2. menunjukkan intervensi berupa
subsidi atau pajak pada input.
a S-II b S+II
Gambar 2. Subsidi atau pajak pada input Sumber : Monke dan Pearson 1995
Keterangan : Pw
: harga Q di pasar dunia S-II
: pajak input impor S+II
: subsidi untuk input impor
Gambar 2 a memperlihatkan pengaruh pajak terhadap input tradabel yang menyebabkan biaya produksi meningkat sehingga pada harga
output yang sama, output domestik turun dari Q
1
ke Q
2
dan garis S bergeser ke atas menjadi S’. Efisiensi ekonomi yang hilang adalah
segitiga ABC yang merupakan selisih antara nilai output yang hilang dari Q
2
CAQ
1
dengan biaya produksi dari output Q
2
BAQ
1
.
Gambar 2 b memperlihatkan pengaruh adanya subsidi input menyebabkan hargainput maupun biaya produksi menjadi lebih rendah
sehingga kurva supply S bergeser ke bawah S’ dan produksi C
A
B
Q
2
S’ S
A B
C S’
S
Q
1
Q
3
Q
1
Q
2
Q
3
P
w
P
w
meningkat dari Q
2
menjadi Q
3
. Efisiensi ekonomi yang hilang sebesar segitiga ABC yang merupakan selisih antara biaya produksi setelah
terjadi peningkatan output Q
1
ACQ
2
dan peningkatan penerimaan output Q
1
ABQ
2
.
a S-N b S+N
Gambar 3. Dampak subsidi dan pajak terhadap input non tradabel Sumber : Monke dan Pearson 1995
Keterangan : S-N
: pajak untuk barang non tradabel S+N
: subsidi untuk barang non tradabel
Pada input non tradabel, intervensi pemerintah dalam bentuk hambatan perdagangan tidak nampak karena input non tradabel hanya diproduksi
dan dikonsumsi di dalam negeri. Pada gambar 3 a memperlihatkan bahwa, sebelum adanya subsidi negatif atau pajak input, harga dan
jumlah keseimbangan berada pada Pw-Q
1
, dengan adanya subsidi Q
2
Q
1
Q
1
Q
2
D B
C A
S S
C B
A D
P
c
P
d
P
p
P
c
P
w
P
p