bawang merah, sedangkan unsur trend keseluruhan belum terlihat secara jelas. Untuk memastikan trend keseluruhan harga bawang merah apakah menaik atau
menurun maka akan dilakukan uji trend, dan untuk memastikan ada tidaknya unsur musiman akan dilakukan plot ACF dan PACF pada data harga bawang
merah.
5.2.1 Identifikasi unsur trend dan pola musiman
Untuk melihat ada tidaknya unsur trend maka dilakukan uji regresi antara harga bawang merah terhadap waktu Lampiran 3.
Yt = 4297 + 11.3 t Yt = Harga bawang merah Rpkg
t = Periode Minggu Dengan mengambil taraf nyata, a = 5 persamaan regresi tersebut dapat
dipastikan memiliki trend yang signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas dari konstanta dan koefisien regresi yang lebih kecil dari dua kali
taraf nyatanya. Dari persamaan regresi tersebut terlihat kecenderungan trend harga bawang merah yang meningkat, ketika t naik satu satuan waktu maka akan
meningkatkan harga sebesar Rp 11,3 atau setiap 1 minggu harga bawang merah
mengalami peningkatan sebesar Rp 11,3 kg.
Untuk melihat ada tidaknya unsur musiman pada pola data harga, dapat dilakukan dengan cara identifikasi pola data secara statistik dengan mengamati
plot ACF dan PACF Lampiran 4. Dari plot tersebut terlihat bahwa ACF memiliki pola dying down atau spike menurun secara lambat, sedangkan pola
PACF nya terlihat mengalami cut off hal ini ditunjukkan pada lag ke 2 dimana spike
langsung mengalami penurunan drastis dibandingkan lag sebelumnya.
Unsur musiman tidak terlihat jelas dari plot ACF dan PACF karena tidak adanya spike
yang signifikan pada beberapa time lag tertentu tidak mempunyai jarak yang sistematis misalnya 4,8,12.
Identifikasi ada tidaknya unsur musiman pada data dapat terlihat secara jelas apabila data telah distasionerkan. Dari hasil penstasioneran data, kemudian
dilihat kembali pola dari ACF dan PACF nya Lampiran 5. Hasil dari pola ACF dan PACF dari data yang telah stasioner tersebut, pola musiman pada data tidak
terlihat secara jelas, hal ini ditunjukkan dengan tidak terdapatnya beberapa paku yang signifikan pada beberapa lag tertentu, namun demikian pengamatan awal
terhadap pola ACF dan PACF tersebut belum cukup untuk mengatakan bahwa data tidak mempunyai unsur musiman, karena dari identifikasi awal pola data
dijelaskan bahwa harga bawang merah mempunyai pola tertentu yaitu mempunyai trend harga yang menurun tepatnya antara bulan Mei hingga bulan September
terutama pada tahun 2003, 2004, dan 2006. Dugaan awal dari penyebab trend menurunnya harga bawang merah pada periode tersebut ialah karena peningkatan
jumlah produksi nasional bawang merah, karena bertepatan dengan masa panen bawang merah, hal ini dapat ditunjukkan dengan jumlah impor bawang merah
yang cukup kecil pada selang periode tersebut. Adanya pola musiman pada data harga bawang merah tentunya sangat sesuai dengan asumsi umum yang sering
digunakan dalam komoditas pertanian yang mengatakan bahwa harga komoditas pertanian sangat dipengaruhi oleh musim. Namun demikian dari identifikasi awal
terlihat bahwa jumlah pasokan yang masuk ke PIKJ, nampaknya tidak terlalu dipengaruhi oleh jumlah produksi bawang merah nasional, hal ini dibuktikan
dengan konstannya jumlah pasokan yang masuk ke PIKJ pada saat musim kosong
panen yaitu pada bulan Mei hingga September. Hal ini disebabkan karena selain menerima pasokan bawang merah dari daerah-daerah, PIKJ juga mengimpor
bawang merah dari luar, sehingga ketika pasokan bawang yang masuk dari daerah – daerah sedang sedikit, maka PIKJ akan mengimpornya dari luar, sehingga dalam
hal ini dapat disimpulkan bahwa pasokan bawang merah yang masuk ke PIKJ tidak mempunyai pengaruh yang besar terhadap fluktuasi harga bawang merah
yang masuk ke PIKJ. Kesimpulan akhir yang dapat dihasilkan dari identifikasi pola data harga bawang merah yaitu harga bawang merah mengandung unsur
trend meningkat secara keseluruhan dan mempunyai unsur musiman.
5.3 Penerapan Metode Peramalan