3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Pengumpulan data di lapangan dilaksanakan selama 20 hari, dimulai dari tanggal 27 Juli sampai 16 Agustus 2004 di Pantai Nampu Kecamatan Paranggupito,
Kabupaten Wonogiri Lampiran 1. Pengoperasian krendet ujicoba dilakukan di lokasi penangkapan Karangbang, karena kondisi gelombang dan arus yang tidak
terlalu besar serta memiliki topografi dasar berkedung, sehingga kedua macam konstruksi krendet dapat dioperasikan walaupun musim penangkapan masih paceklik.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1 10 unit krendet dengan konstruksi berbentuk lingkaran;
2 10 unit krendet dengan konstruksi berbentuk empat persegi panjang; 3 Alat pengukur bobot hasil tangkapan berupa timbangan dengan daya timbang 2
kg Gambar 3. Untuk mengukur skala timbang yang relatif kecil, timbangan
menggunakan pemberat tambahan berupa produk bumbu masak dalam kemasan 10-50 gram;
4 Alat ukur dimensi krendet berupa meteran gulung dengan skala ukur terbesar 5 m, serta alat pengukur panjang hasil tangkapan berupa penggaris dengan skala ukur
terbesar 30 cm; 5 Kamera photo; dan
6 Jam tangan, digunakan untuk menentukan lama perendaman krendet ujicoba.
Gambar 3 Timbangan untuk menimbang bobot hasil tangkapan.
15 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umpan berupa krungken
chiton. Chiton banyak terdapat di pantai lokasi penelitian dan untuk mendapatkannya nelayan tidak perlu membelinya. Chiton hidup di celah-celah batuan
karang tidak jauh dari cekungan dasar perairan tempat spiny lobster mencari makan.
Umpan yang digunakan setiap unit krendet berjumlah sepuluh ekor chiton. 3.3 Alat Tangkap Krendet
Alat tangkap krendet terdiri atas tali krendet, tali umpan, bingkai frame krendet, badan jaring dan pemberat. Krendet yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri atas dua macam bentuk konstruksi, yaitu lingkaran dan empat persegi panjang. Kedua bentuk ini dipilih dengan pertimbangan antara lain, bahan pembuat alat
diusahakan sama, baik harga maupun efisiensi penggunaan, tingkat kesulitan pembuatan alat sama dan ketepatan alat jika dipasang di lokasi berkedung.
Rancangan konstruksi krendet lingkaran dan empat persegi panjang yang digunakan adalah sebagai berikut
1 Bingkai frame
Bingkai terbuat dari besi masif berdiameter 4 mm, dibentuk menjadi sebuah lingkaran berdiameter 80 cm, sehingga luas bidangnya menjadi 3,14 x 40 cm x 40 cm
= 5024 cm² . Bingkai frame krendet empat persegi panjang juga terbuat dari besi masif dengan ukuran dia meter yang sama, namun dibentuk menjadi sebuah empat
persegi panjang berukuran p x l = 120 cm x 41,8 cm, sehingga luas bidangnya
menjadi 5024 cm². Desain bingkai krendet ujicoba dapat dilihat pada Gambar 4.
16
besi masif Ø 4 mm besi masif Ø 4 mm
41,8 cm
80 cm 120 cm
Gambar 4 Bingkai frame krendet lingkaran dan empat persegi panjang.
2 Badan jaring Bahan jaring yang digunakan adalah polyamide PA monofilament dengan
mesh size berukuran 5,5 inchi. Lembaran jaring yang digunakan dibagi menjadi dua
lapis dari jumlah total mata jaring 21 x 26. Pemakaian jaring PA monofilament
berukuran mata 5,5 inchi sebanyak dua lapis dengan ukuran yang sama, yaitu 21 x 26
mata. Posisi kedua lapis jaring bertumpuk dengan posisi mata bersilangan Gambar 5.
Gambar 5 Posisi jaring yang akan dipasang pada bingkai krendet non skala.
21 mata
26 mata 21 mata
26 mata
17
3 Tali pengikat pengangkat
Tali ini berfungsi untuk mengikatkan badan krendet dengan ujung tebing maupun bibir kedung batuan karang. Tali pengikat atau pengangkat menggunakan
bahan polyethylene PE multifilament berdiameter 3 mm. Panjang tali pengikat pengangkat yang digunakan adalah 40-50 depa atau lebih kurang 65 meter. Posisi
tali pengikat pada krendet empat persegi panjang dipasang pada salah satu sisi bingkai krendet berdasarkan posisi kedung. Jika posisi kedung memanjang sejajar
dengan pantai, maka tali pengikat dipasang pada salah satu sisi terpanjang dari bingkai krendet. Sebaliknya jika posisi kedung memanjang tidak sejajar pantai, maka
tali pengikat dipasang pada salah satu sisi terpendek bingkai krendet.
4 Tali umpan
Tali umpan menggunakan bahan polyethylene PE multifilament berdiameter 2 mm dengan panjang 80 cm untuk krendet lingkaran dan 120 cm untuk krendet empat
persegi panjang. Tali umpan berfungsi sebagai tempat untuk mengikatkan umpan di tengah-tengah badan krendet.
5 Tali pengikat umpan
Tali pengikat umpan menggunakan tali rafia dengan panjang 20 - 40 cm. Tali pengikat umpan diikatkan di tengah-tengah tali umpan setelah umpan dirangkai.
6 Pemberat
Pemberat berfungsi untuk mempercepat tenggelamnya krendet sampai ke dasar perairan dan mempertahankan posisi krendet terhadap gerakan arus. Bobot pemberat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 0,5 - 1 kg. Bahan pemberat yang digunakan adalah bongkahan batu tebing. Posisi pemberat pada krendet empat persegi
panjang dipasang pada salah satu sisi bingkai krendet berdasarkan posisi kedung. Jika posisi kedung memanjang sejajar dengan pantai, maka pemberat dipasang pada salah
satu sisi terpanjang dari bingkai krendet. Sebaliknya jika posisi kedung mema njang tidak sejajar pantai, maka pemberat dipasang pada salah satu sisi terpendek bingkai
krendet.
18 Desain krendet lingkaran dan empat persegi panjang dapat dilihat dalam
Gambar 6 dan Gambar 7.
Gambar 6 Desain krendet lingkaran.
Gambar 7 Desain krendet empat persegi panjang.
3.4 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji coba penangkapan spiny
lobster experimental fishing menggunakan dua macam konstruksi krendet dengan
bentuk yang berbeda sebanyak dua belas kali ulangan. Hasil tangkapan dari kedua konstruksi krendet yang berbeda bentuk dibandingkan untuk mengetahui bentuk
80 cm PE Ø 3 mm
60 – 70 m pemberat
0.5 – 1 kg PE Ø 3 mm
10 – 20 cm besi masif Ø 4 mm
PE Ø 2 mm 80 cm
rafia Ø 3 mm 20 – 40 cm
PA monofilament 5.5 inchi
21 x 26 2 lapis
120 cm 41.87 cm
PA monofilament 5.5 inchi
21 x 26 2 lapis besi masif Ø 4 mm
rafia Ø 3 mm 20 – 40 cm
PE Ø 2 mm 120 cm
pemberat 0.5 – 1 kg
PE Ø 3 mm 60 – 70 m
PE Ø 3 mm 10 – 20 cm
19 konstruksi krendet yang dapat memberikan jumlah hasil tangkapan terbanyak. Data
yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan cara melakukan operasi penangkapan spiny lobster
menggunakan dua jenis krendet yang berbeda bentuk, yaitu 10 unit krendet lingkaran dan 10 unit krendet empat persegi panjang. Data sekunder berupa informasi yang
diperoleh dari nelayan, pengumpul, Dinas Kehewanan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Wonogiri, serta studi pustaka lainnya.
Pengoperasian krendet dilakukan dari tebing. Data yang diambil berupa jumlah, bobot dan panjang karapas spiny lobster. Posisi pemasangan krendet lingkaran dan
empat persegi panjang disusun secara acak dengan sistem pengundian menggunakan koin dua mata. Hasil tangkapan dari setiap unit krendet per ulangan dicatat untuk
kemudian dibandingkan.
3.4.1 Metode pengoperasian krendet
Pengoperasian alat tangkap krendet di tebing terdiri atas beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, peninjauan kondisi perairan daerah penangkapan spiny lobster,
penurunan krendet setting, perendaman krendet soaking dan tahap pengangkatan krendet hauling. Sketsa penampilan krendet ujicoba saat dioperasikan dapat dilihat
dalam Gambar 8.
Gambar 8 Posisi krendet pada saat dioperasikan non skala.
± 60 m ± 60 m
Krendet lingkaran
dasar perairan
kedung kedung
Permukaan air laut
Krendet empat persegi panjang
dasar perairan
Permukaan air laut
20
1 Tahap persiapan
Persiapan yang dilakukan sebelum berangkat menuju daerah penangkapan, yaitu pemeriksaan alat tangkap, alat bantu penangkapan, bahan perbekalan dan
pencarian umpan. Persiapan mulai dilakukan pada pukul 13.00 WIB.
2 Tahap peninjauan kondisi daerah penangkapan
Umumnya setiap nelayan pantai Nampu, Wonogiri telah mengklaim daerah penangkapannya masing- masing, sehingga tidak perlu melakukan pencarian daerah
penangkapan lagi. Peninjauan daerah penangkapan dilakukan untuk mengetahui keadaan air laut, apakah air laut bergelombang besar atau kecil. Jika air laut
bergelombang kecil, maka nelayan akan membawa banyak perbekalan, karena operasi penangkapan akan memakan waktu sampai dengan pagi hari. Sebaliknya jika
air laut bergelombang besar, nelayan membawa bekal tidak terlalu banyak, karena hasil tangkapan yang akan diperoleh diperkirakan sedikit, sehingga operasi
penangkapan tidak dilakukan sampai pagi hari. Peninjauan daerah penangkapan spiny lobster
dilakukan pukul 16.00 WIB.
3 Tahap penurunan krendet setting
Setelah sampai di daerah penangkapan spiny lobster, lalu krendet disusun untuk kemudian diturunkan dari tebing pada ketinggian 60-70 meter. Penurunan krendet
dilakukan dengan bantuan galah bercagak untuk lokasi kedung yang cukup jauh dari tebing, sedangkan penurunan krendet untuk kedung yang dekat dari tebing tidak
menggunakan bantuan galah Gambar 9. Setting dilakukan mulai pukul 17.30 WIB.
Gambar 9 Proses penurunan krendet setting tanpa bantuan galah.
21
4 Tahap perendaman krendet soaking
Setelah krendet diturunkan, kemudian nelayan mencari tempat untuk beristirahat dan mempersiapkan umpan untuk setting selanjutnya. Krendet direndam
selama 3-4 jam untuk masing- masing ulangan. Lama perendaman krendet yang dioperasikan di tebing berlangsung hanya 3-4 jam, karena diduga banyak sebangsa
semut laut, gurita predator pemangsa spiny lobster di sekitar lokasi terpasangnya krendet. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk melakukan operasi penangkapan
dengan lama perendaman krendet yang efektif, yaitu selama 3-4 jam.
5 Tahap pengangkatan krendet hauling
Setelah krendet direndam selama 3 jam, kemudian dilakukan pengangkatan krendet. Pengangkatan dimulai dari krendet yang dipasang di lokasi yang cukup
mudah, kemudian diakhiri dengan pengangkatan krendet yang dipasang di lokasi yang cukup sulit. Setiap pengangkatan satu unit krendet memakan waktu antara 5-10
menit Gambar 10.
Gambar 10 Proses pengangkatan krendet hauling.
3.4.2 Metode pengumpulan data
Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data utama dan data tambahan. Data utama yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dalam uji coba penangkapan. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kehewanan, Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Wonogiri.
22 Data primer yang dikumpulkan dari operasi penangkapan spiny lobster
meliputi: 1 jumlah individu hasil tangkapan;
2 bobot hasil tangkapan yaitu jumlah bobot tubuh spiny lobster; dan
3 ukuran panjang karapas spiny lobster Gambar 11.
Gambar 11 Bagian panjang karapas l spiny lobster yang diukur.
Data sekunder mengenai alat tangkap krendet dan hasil tangkapannya selama kurun waktu 5 tahun diambil dari Dinas Kehewanan, Perikanan dan Kelautan,
Kabupaten Wonogiri. Data tambahan yang diambil adalah data dan informasi mengenai ukuran bahan krendet. Informasi tersebut didapatkan dari nelayan setempat.
3.4.3 Metode analisis data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap. Data yang diperoleh ditabulasikan dan dibuat ke dalam bentuk grafik.
Data yang diolah berupa jumlah, panjang dan bobot spiny lobster. Bentuk krendet lingkaran dan empat persegi panjang sebagai perlakuan.
Menurut Mattjik dan Sumertajaya 2002, bentuk umum dari model aditif rancangan acak lengkap dapat dituliskan sebagai berikut
ij
Y =
µ +
i
τ +
ij
ε atau
ij
Y =
i
µ +
ij
ε
l
23 Keterangan
i = 1,2,3,...,t;
j = 1,2,3,...,r;
ij
Y = pengamatan pada perlakuan ke- i dan ulangan ke- j ;
µ = rataan umum;
i
τ = pengaruh perlakuan ke- i ; dan
ij
ε = pengaruh acak pada perlakuan ke- i ulangan ke- j .
Asumsi dalam analisis ini adalah : 1 komponen
, ,
i
τ µ
dan
ij
ε bersifat aditif;
2
ij
ε bersifat bebas satu sama lain;
3 τ
bersifat acak; dan 4
ij
ε menyebar normal dan ragam kuadrat mendekati nol.
Struktur data yang diambil seperti tersaji dalam Tabel 2. Analisis ragam yang dilakukan disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 2 Struktur data
Ulangan Perlakuan
Total ulangan
1 2
... ... i
1
11
Y
21
Y ... ...
1 i
Y
1 .
Y 2
12
Y
22
Y ... ...
2 i
Y
2 .
Y ... ...
... ... ... ...
... ... ... ...
... ... j
j
Y
1 j
Y
2
... ...
ij
Y
j
Y
.
Total perlakuan
. 1
Y
. 2
Y ... ...
. i
Y ..
Y Keterangan
. 1
Y = pengamatan pada perlakuan ke-1 ulangan ke- j ;
1 .
Y = pengamatan pada perlakuan ke- i ulangan ke-1;
ij
Y = pengamatan pada perlakuan ke- i ulangan ke- j ; dan
.. Y
= total pengamatan pada perlakuan ke- i ulangan ke- j .
24
Tabel 3 Tabel sidik ragam TSR SK
db JK
KT
hitung
F
tabel
F Perlakuan
i -1
JKP KTP
KTP KTS Sisa
i j -1
JKS KTS
Total ij
-1 JKT
Keterangan i
= perlakuan; j
= ulangan; SK
= sumber keragama n; db
= derajat bebas; JKT
= jumlah kuadrat total; JKS
= jumlah kuadrat sisa; JKP
= jumlah kuadrat perlakuan; KTP
= kuadrat tengah perlakuan; dan KTS
= kuadrat tengah sisa. Perhitungan-perhitungan yang dilakukan dalam analisis ragam adalah
Fk =
ij Y
2
= ij
Y
ij 2
∑ JKP
= Fk
j Y
i
−
∑
2 .
JKT =
Fk Y
ij
−
∑
2
JKS =
JKP JKT
− Keterangan
Fk = faktor koreksi.
Setelah me lakukan perhitungan melalui tahap-tahap di atas, kemudian hipotesis yang akan diuji melalui model analisis ini dapat ditentukan dengan ketentuan
1 H
:
1
τ =
2
τ =...=
i
τ = 0, perlakuan bentuk krendet tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap komposisi jumlah hasil tangkapan spiny lobster; 2
H :
1
τ =
2
τ =...=
i
τ = 0, perlakuan bentuk krendet tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap komposisi bobot hasil tangkapan spiny lobster; dan
25 3
H :
1
τ =
2
τ =...=
i
τ = 0, perlakuan bentuk krendet tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap komposisi panjang karapas hasil tangkapan spiny lobster. Untuk jumlah hasil tangkapan spiny lobster, bila
hitung
F lebih besar daripada
tabel
F , maka tolak
H , sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan bentuk
konstruksi krendet memberikan pengaruh yang nyata terhadap komposisi jumlah hasil tangkapan spiny lobster. Akan tetapi bila
hitung
F lebih kecil daripada
tabel
F , maka
gagal tolak H
, sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan bentuk konstruksi krendet tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap komposisi jumlah hasil
tangkapan spiny lobster. Untuk bobot hasil tangkapan spiny lobster, bila
hitung
F lebih besar daripada
tabel
F , maka tolak
H , sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan bentuk
konstruksi krendet memberikan pengaruh yang nyata terhadap komposisi bobot hasil tangkapan spiny lobster. Akan tetapi bila
hitung
F lebih kecil daripada
tabel
F , maka
gagal tolak H
, sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan bentuk konstruksi krendet tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap komposisi bobot hasil
tangkapan spiny lobster. Untuk panjang karapas hasil tangkapan spiny lobster, bila
hitung
F lebih besar
daripada
tabel
F , maka tolak
H , sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan bentuk
konstruksi krendet memberikan pengaruh yang nyata terhadap komposisi panjang karapas hasil tangkapan spiny lobster. Akan tetapi bila
hitung
F lebih kecil daripada
tabel
F , maka gagal tolak
H , sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan bentuk
konstruksi krendet tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap komposisi panjang karapas hasil tangkapan spiny lobster.
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah spiny lobster di perairan lokasi penelitian menyebar merata, kedalaman dan kondisi alam saat penelitian
dianggap sama serta lama perendaman krendet saat penelitian dianggap sama.
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Kondisi Umum Wilayah 4.1.1 Kondisi geografi dan topografi
Secara geografis Kabupaten Wonogiri terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Tengah. Ditinjau dari segi astronomis, Kabupaten Wonogiri terletak pada posisi
7°32’-8°15’ LS dan 110°41’-111°18’ BT dengan luas wilayah kurang lebih 182.236,02 ha. Batas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut
- sebelah barat berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta - sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Ponorogo
- sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia - sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo.
Berdasarkan kondisi topografinya, Kabupaten Wonogiri adalah daerah berbukit, bergunung dengan tingkat ketinggian yang bervaria si, berpantai terjal dengan
terumbu karang yang cukup luas. Lokasi penelitian dilakukan di Pantai Karangbang, Desa Gunturharjo, Kecamatan Paranggupito. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada
Lampiran 1. 4.1.2 Kondisi fisik daerah
Kabupaten Wonogiri beriklim tropis dengan musim hujan dan kemarau setiap tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Oktober hingga Januari, yaitu
mencapai 100,5 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada Bulan Agustus
hingga September. Suhu udara rata-rata di daerah ini berkisar antara 24-32°C. 4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap
Potensi sumberdaya perikanan laut yang dapat dikembangkan di Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri adalah usaha penangkapan spiny lobster dan
pengumpulan rumput laut. Dari potensi yang tersedia, masih sebagian kecil yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, mengingat sangat minimnya sarana
dan prasarana penangkapan ikan yang dimiliki oleh masyarakat. Luas desa pesisir, jumlah penduduk dan jumlah nelayan setiap desa pesisir di Kecamatan Paranggupito,
27
Kabupaten Wonogiri pada kurun waktu tahun 2000-2004 dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4 Luas desa-desa pesisir dan kepadatan penduduk di Kecamatan Paranggupito tahun 2003
Sumber: Kantor Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri 2004
Tabel 5 Jumlah nelayan per desa di Kecamatan Paranggupito tahun 2000-2004
Jumlah nelayan orangtahun No.
Desa 2000
2001 2002
2003 2004
1 Paranggupito
70 80
85 90
126 2
Gunturharjo 30
30 30
30 153
3 Gudangharjo
25 25
25 25
25 Jumlah
125 135
140 145
304
Sumber: Kantor Kecamatan Paranggupito Kabupaten Wonogiri 2005
Usaha penangkapan spiny lobster dan pengumpulan rumput laut di Perairan Wonogiri masih dilakukan secara tradisional, yaitu menggunakan krendet, jaring
hampar dan alat pengumpul rumput laut. Jumlah dan jenis alat penangkap spiny lobster
di Perairan Wonogiri pada kurun waktu tahun 2000-2004 dapat dilihat pada
Tabel 6 . Jumlah alat tangkap krendet meningkat dalam periode tersebut, sedangkan
jumlah alat tangkap jaring hampar tidak dapat diketahui barometer peningkatan atau penurunannya, karena pendataan baru dilakukan pada tahun 2004 Wid iarso 2005.
Tabel 6 Jumlah dan jenis alat penangkap spiny lobster di Perairan Wonogiri
tahun 2000-2004
Jumlah alat tangkap unittahun No.
Jenis Alat Tangkap
2000 2001
2002 2003
2004
1 Krendet
1.250 1.350
1.400 1.450
2.747 2
Jaring hampar -
- -
- 878
Jumlah 1.250
1.350 1.400
1.450 3.625
Sumber: Widiarso 2005
No. Desa
Luas Wilayah Ha Jumlah Penduduk jiwa
1 Paranggupito
1.073,80 3.064
2 Gudangharjo
777,90 1.797
3 Gunturhajo
1.057,89 3.464
28
4.3 Fasilitas Penunjang Perikanan Tangkap