21
4 Tahap perendaman krendet soaking
Setelah krendet diturunkan, kemudian nelayan mencari tempat untuk beristirahat dan mempersiapkan umpan untuk setting selanjutnya. Krendet direndam
selama 3-4 jam untuk masing- masing ulangan. Lama perendaman krendet yang dioperasikan di tebing berlangsung hanya 3-4 jam, karena diduga banyak sebangsa
semut laut, gurita predator pemangsa spiny lobster di sekitar lokasi terpasangnya krendet. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk melakukan operasi penangkapan
dengan lama perendaman krendet yang efektif, yaitu selama 3-4 jam.
5 Tahap pengangkatan krendet hauling
Setelah krendet direndam selama 3 jam, kemudian dilakukan pengangkatan krendet. Pengangkatan dimulai dari krendet yang dipasang di lokasi yang cukup
mudah, kemudian diakhiri dengan pengangkatan krendet yang dipasang di lokasi yang cukup sulit. Setiap pengangkatan satu unit krendet memakan waktu antara 5-10
menit Gambar 10.
Gambar 10 Proses pengangkatan krendet hauling.
3.4.2 Metode pengumpulan data
Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data utama dan data tambahan. Data utama yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dalam uji coba penangkapan. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kehewanan, Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Wonogiri.
22 Data primer yang dikumpulkan dari operasi penangkapan spiny lobster
meliputi: 1 jumlah individu hasil tangkapan;
2 bobot hasil tangkapan yaitu jumlah bobot tubuh spiny lobster; dan
3 ukuran panjang karapas spiny lobster Gambar 11.
Gambar 11 Bagian panjang karapas l spiny lobster yang diukur.
Data sekunder mengenai alat tangkap krendet dan hasil tangkapannya selama kurun waktu 5 tahun diambil dari Dinas Kehewanan, Perikanan dan Kelautan,
Kabupaten Wonogiri. Data tambahan yang diambil adalah data dan informasi mengenai ukuran bahan krendet. Informasi tersebut didapatkan dari nelayan setempat.
3.4.3 Metode analisis data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap. Data yang diperoleh ditabulasikan dan dibuat ke dalam bentuk grafik.
Data yang diolah berupa jumlah, panjang dan bobot spiny lobster. Bentuk krendet lingkaran dan empat persegi panjang sebagai perlakuan.
Menurut Mattjik dan Sumertajaya 2002, bentuk umum dari model aditif rancangan acak lengkap dapat dituliskan sebagai berikut
ij
Y =
µ +
i
τ +
ij
ε atau
ij
Y =
i
µ +
ij
ε
l
23 Keterangan
i = 1,2,3,...,t;
j = 1,2,3,...,r;
ij
Y = pengamatan pada perlakuan ke- i dan ulangan ke- j ;
µ = rataan umum;
i
τ = pengaruh perlakuan ke- i ; dan
ij
ε = pengaruh acak pada perlakuan ke- i ulangan ke- j .
Asumsi dalam analisis ini adalah : 1 komponen
, ,
i
τ µ
dan
ij
ε bersifat aditif;
2
ij
ε bersifat bebas satu sama lain;
3 τ
bersifat acak; dan 4
ij
ε menyebar normal dan ragam kuadrat mendekati nol.
Struktur data yang diambil seperti tersaji dalam Tabel 2. Analisis ragam yang dilakukan disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 2 Struktur data
Ulangan Perlakuan
Total ulangan
1 2
... ... i
1
11
Y
21
Y ... ...
1 i
Y
1 .
Y 2
12
Y
22
Y ... ...
2 i
Y
2 .
Y ... ...
... ... ... ...
... ... ... ...
... ... j
j
Y
1 j
Y
2
... ...
ij
Y
j
Y
.
Total perlakuan
. 1
Y
. 2
Y ... ...
. i
Y ..
Y Keterangan
. 1
Y = pengamatan pada perlakuan ke-1 ulangan ke- j ;
1 .
Y = pengamatan pada perlakuan ke- i ulangan ke-1;
ij
Y = pengamatan pada perlakuan ke- i ulangan ke- j ; dan
.. Y
= total pengamatan pada perlakuan ke- i ulangan ke- j .
24
Tabel 3 Tabel sidik ragam TSR SK
db JK
KT
hitung
F
tabel
F Perlakuan
i -1
JKP KTP
KTP KTS Sisa
i j -1
JKS KTS
Total ij
-1 JKT
Keterangan i
= perlakuan; j
= ulangan; SK
= sumber keragama n; db
= derajat bebas; JKT
= jumlah kuadrat total; JKS
= jumlah kuadrat sisa; JKP
= jumlah kuadrat perlakuan; KTP
= kuadrat tengah perlakuan; dan KTS
= kuadrat tengah sisa. Perhitungan-perhitungan yang dilakukan dalam analisis ragam adalah
Fk =
ij Y
2
= ij
Y
ij 2
∑ JKP
= Fk
j Y
i
−
∑
2 .
JKT =
Fk Y
ij
−
∑
2
JKS =
JKP JKT
− Keterangan
Fk = faktor koreksi.
Setelah me lakukan perhitungan melalui tahap-tahap di atas, kemudian hipotesis yang akan diuji melalui model analisis ini dapat ditentukan dengan ketentuan
1 H
:
1
τ =
2
τ =...=
i
τ = 0, perlakuan bentuk krendet tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap komposisi jumlah hasil tangkapan spiny lobster; 2
H :
1
τ =
2
τ =...=
i
τ = 0, perlakuan bentuk krendet tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap komposisi bobot hasil tangkapan spiny lobster; dan
25 3
H :
1
τ =
2
τ =...=
i
τ = 0, perlakuan bentuk krendet tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap komposisi panjang karapas hasil tangkapan spiny lobster. Untuk jumlah hasil tangkapan spiny lobster, bila
hitung
F lebih besar daripada
tabel
F , maka tolak
H , sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan bentuk
konstruksi krendet memberikan pengaruh yang nyata terhadap komposisi jumlah hasil tangkapan spiny lobster. Akan tetapi bila
hitung
F lebih kecil daripada
tabel
F , maka
gagal tolak H
, sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan bentuk konstruksi krendet tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap komposisi jumlah hasil
tangkapan spiny lobster. Untuk bobot hasil tangkapan spiny lobster, bila
hitung
F lebih besar daripada
tabel
F , maka tolak
H , sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan bentuk
konstruksi krendet memberikan pengaruh yang nyata terhadap komposisi bobot hasil tangkapan spiny lobster. Akan tetapi bila
hitung
F lebih kecil daripada
tabel
F , maka
gagal tolak H
, sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan bentuk konstruksi krendet tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap komposisi bobot hasil
tangkapan spiny lobster. Untuk panjang karapas hasil tangkapan spiny lobster, bila
hitung
F lebih besar
daripada
tabel
F , maka tolak
H , sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan bentuk
konstruksi krendet memberikan pengaruh yang nyata terhadap komposisi panjang karapas hasil tangkapan spiny lobster. Akan tetapi bila
hitung
F lebih kecil daripada
tabel
F , maka gagal tolak
H , sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan bentuk
konstruksi krendet tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap komposisi panjang karapas hasil tangkapan spiny lobster.
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah spiny lobster di perairan lokasi penelitian menyebar merata, kedalaman dan kondisi alam saat penelitian
dianggap sama serta lama perendaman krendet saat penelitian dianggap sama.
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Kondisi Umum Wilayah 4.1.1 Kondisi geografi dan topografi