Sumberdaya Tingkat Keberhasilan Program Bantuan Pendidikan .1 Komunikasi
mendapatkan pendidikan atau pengajaran
ada juga yang nggak. Sikapnya ya baik sama saya, ramah-ramah juga mbak
b. Melakukan pengarsipan dokumen administrasi.
c. Membuat laporan.
3 Bidang Manajemen Kasus
a. Melakukan kegiatan berdasarkan intervensi mulai dari pendekatan awal,
assessment, dan perencanaan intervensi. b.
Menyiapkan perangkat penanganan kasus dan mendokumentasikan seluruh kegiatan.
c. Mengorganisir kelompok profesi bantu untuk kepentingan manajemen
kasus. d.
Mendukung dan memberi informasi terhadap bidang pelayanan dalam melakukan intervensi.
e. Membuat laporan kegiatan kepada pimpinan.
4 Bidang Pelayanan
a. Melaksanakan intervensi berdasarkan hasil pembahasan kasus.
b. Mengatur dan menyediakan jenis-jenis pelayanan pada anak.
c. Mengorganisir kelompok profesi bantu untuk kepentingan pelayanan.
d. Melakukan pemantauan proses pelayanan intervensi yang dilakukan.
e. Membuat laporan kegiatan kepada pimpinan.
5 Bidang Pengasuhan
a. Membuka pendampingan dan asuhan pada anak.
b. Mengorganisir kelompok profesi bantu untuk kepentingan pengasuhan.
c. Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan rekreasi yang bersifat edukatif.
d. Memberikan penjelasan dan bimbingan kepada anak untuk penyesuaian
diri dan keterlibatan dalam proses pelayanan dan penanganan masalah. e.
Membuat laporan kegiatan kepada pimpinan. 6
Bidang Rujukan a.
Mengidentifikasi dan menyiapkan lembagakeluarga asli maupun pengganti untuk reunifikasi anak setelah terminasi.
b. Mengorganisir kelompok profesi bantu untuk kepentingan rujukan.
c. Mengidentifikasi dan menyiapkan pantikeluarga lain untuk reunifikasi.
d. Menempatkan anak pada keluarga atau panti yang sesuai.
e. Melakukan monitoring setelah anak mendapat terminasi.
f. Membuat laporan kegiatan kepada pimpinan.
7 Kelompok Profesi Bantu
Merupakan tenaga-tenaga professional yang terdiri dari dokter, psikolog, psiater, guru, ahli agama, pengacara, polisi, terapis, dan lainnya. Kelompok ini
bertanggung jawab kepada pimpinan sedangkan tugasnya membantu pekerja sosial sebagai profesi utama dalam proses pelayanan.
Dari struktur organisasai, tidak semua pekerja sosial masih aktif sampai saat ini. Beberapa diantaranya sudah
tidak aktif lagi. Sampai saat ini yang masih aktif adalah pimpinan, Bapak Dwi Priyanto, Agustina Merdekawati dan Septi
Kurniawati. Dalam juklisnya, ketiganya mampunyai peran masing-masing sesuai dengan ketetapan. Namun dalam praktek sehari-hari pekerja sosial yang masih
aktif menjalankan tugas bersama-sama mengingat sedikitnya pekerja sosial yang masih aktif.
4.2 Pembahasan 4.2.1 Implementasi Program Bantuan Pendidikan
Anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis, dan mempunyai ciri dan sifat khusus
yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu
mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan
upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan
tanpa diskriminasi termasuk juga anak jalanan. Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk
mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dan tempat umum lainnya. Dalam penelitian ini anak jalanan yang menjadi responden beraktivitas di jalan dengan
ngamen dan mengelap mobil di sekitar traffic light. Anak jalanan ini mencari uang dan biasanya digunakan untuk membantu orang tua mereka dan untuk keperluan
lainnya. Beberapa permasalahanpenyebab anak turun ke jalanan, yaitu kemiskinan,
mentalitas, kebodohan, ikut-ikutan teman, butuh uang sakutransport sekolah, broken home, disuruh dikaryakan oleh orang tua, tidak mempunyai pekerjaan,
tidak mempunyai tempat bermain, korban trafficking, konflik bersenjata, kerusuhan, bencana, dan orang tua dipenjara ataupun orang tua meninggal. Dari
kelima responden anak jalanan yang sudah diwawancarai, kebanyakan dari
mereka turun ke jalan karena faktor ekonomi. Mayoritas berasal dari keluarga yang kurang mampu.
Pada batas-batas tertentu memang tekanan kemiskinan merupakan kondisi yang mendorong anak-anak hidup di jalanan selain faktor-faktor lainnya. Namun,
bukan berarti kemiskinan merupakan satu-satunya faktor yang menyebabkan anak hidup di jalanan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Justika S.B. dalam Suyanto,
2003:197 yang menyatakann bahwa sekitar 60 persen penyebab anak jalanan turun ke jalan adalah karena dipaksa oleh orang tuanya.
Fungsi dari rumah singgah RPSA adalah untuk membantu anak jalanan, memperbaiki atau membetulkan sikap dan perilaku yang keliru, memberi proteksi,
mengatasi masalah, dan menyediakan berbagai informasi yang berkaitan dengan anak jalanan. Di RPSA inilah anak jalanan dibantu dengan program-program yang
dilaksanakan. Dalam penelitian ini anak-anak jalanan dibantu mengatasi masalah yang dihadapinya salah satunya dengan memberikan bantuan pendidikan agar
anak jalanan bisa bersekolah. Dari beberapa permasalahan anak jalanan tersebut metode penanganan
anak jalanan yang digunakan untuk membantu anak-anak jalanan mengatasi masalahnya adalah berbeda-beda. Hal ini dikarenakan setiap anak memiliki
masalah dan latar belakang yang berbeda-beda pula. Selain itu potensi antara satu anak dengan anak yang lain juga tidaklah sama. Salah satu metode penanganan
yang diberikan oleh RPSA Gratama untuk mengatasi permasalahan anak jalanan adalah dengan memberikan bantuan pendidikan bagi beberapa anak jalanan.
Program bantuan pendidikan di RPSA Gratama Semarang ini memberikan bantuan pendidikan formal untuk anak jalanan. Pendidikan formal, yaitu
pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat, dan mengikuti syarat- syarat tertentu secara ketat. Pendidikan ini berlangsung di sekolah. Dalam
penelitian ini anak-anak jalanan yang mendapatkan bantuan pendidikan disekolahkan di sekolah formal agar anak dapat tumbuh berkembang secara
normal. Program ini merupakan salah satu bentuk implementasi kebijakan Pemerintah Kota Semarang terkait masalah sosial, yaitu penanganan anak jalanan.
Program ini bertujuan untuk membantu anak jalanan mendapatkan haknya yaitu hak mendapatkan pendidikan. Ini sesuai dengan pasal 31 ayat 1 Undang-Undang
Dasar 1945, menyebutkan bahwa
langsung anak jalanan merasa bahwa dirinya tidak termarjinalkan dan tidak dikucilkan oleh masyarakat. Hal ini tentu merupakan awal yang baik dalam
melakukan pendekatan dengan anak jalanan. Dengan begitu, akan mudah untuk menyampaikan dan mengajak mereka mengikuti program-program yang akan
dilaksanakan RPSA. Pendekatan yang dilakukan oleh RPSA Gratama dalam upaya penanganan
anak jalanan bermacam-macam dan berbeda-beda antara satu anak dengan anak yang lainnya. Pendekatan yang dipakai ini tergantung dari kondisi anak jalanan itu
sendiri. Ada beberapa anak diajak berdialog, mereka didampingi, dan selanjutnya para pekerja sosial mancoba memahami situasi, latar belakang, dan kondisi anak
jalanan tersebut. Setelah itu, anak-anak jalanan ini diberi materi pendidikan dan keterampilan. Dalam pendekatan ini para pekerja sosial di RPSA Gratama
mencoba memberikan kehangatan bagi anak-anak jalanan agar mereka merasa nyaman dan pada akhirnya tidak merasa terpaksa mengikuti program-program
yang dilaksanakan oleh RPSA Gratama. Pendekatan ini menurut Tata Sudrajat dalam suyanto, 2003:201 dapat disebut dengan pendekatan street based.
Menurutnya, pendekatan ini lebih cocok untuk anak-anak jalanan yang masih ada hubungan dengan keluarga, tetapi jarang berhubungan atau tinggal dengan orang
tua maupun keluarganya. Pendekatan lain yang dipakai adalah dengan memasukkan anak-anak
jalanan ke RPSA maupun ke panti-panti untuk direhabilitasi. Disini anak-anak jalanan ini diberikan perlindungan serta perlakuan yang hangat dari para pekerja
sosial. Bahkan mereka juga mendapatkan makanan gratis dan tempat untuk