IMPLEMENTASI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK JALANAN (PKS-ANJAL) SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN HAK DASAR PENDIDIKAN ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DAN BELAJAR DIPONEGORO SLEMAN YOGYAKARTA.

(1)

IMPL JALANA PENDID LEMENTA AN (PKS-A DIKAN ANA DIP D gu PROGRA JUR ASI PROGR NJAL) SEB AK JALAN PONEGOR Diajukan kep Univer untuk Mem una Memper S.N N

AM STUD RUSAN PEN

FAKULT O

RAM KESE BAGAI UP NAN DI RU RO SLEMA SKRIP pada Fakult rsitas Neger menuhi Seba roleh Gelar Oleh Nur Zaenatu NIM 111022 DI PENDID NDIDIKAN TAS ILMU OKTOBER EJAHTER PAYA PEM UMAH SIN AN YOGYA PSI

tas Ilmu Pen ri Yogyakar agian Persy Sarjana Pe h un Aisah 241045 DIKAN LUA N LUAR S

PENDIDIK R 2015 RAAN SOS MENUHAN NGGAH D AKARTA ndidikan rta yaratan ndidikan AR SEKOL SEKOLAH KAN IAL ANAK N HAK DA

AN BELAJ

LAH K ASAR


(2)

(3)

(4)

(5)

 

MOTTO

 Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang yang beriman (Terjemahan Thoha 3:139)

 Sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan dan sesungguhnya dalam kemudahan itu ada kesulitan maka apabila kamu selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan lainnya dan hanya kepada Tuhan kamu dapat berharap (Penulis)


(6)

 

PERSEMBAHAN  

                     

Atas Karunia Allah SWT

Karya ini akan saya persembahkan untuk:

1.Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar.

2.Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan pengalaman yang luar biasa.

3.Ayahanda, Ibunda tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya dan memanjatkan doa-doa yang mulia untuk keberhasilan penulis dalam menyusun karya ini.


(7)

 

IMPLEMENTASI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK JALANAN (PKS-ANJAL) SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN HAK DASAR

PENDIDIKAN ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DAN BELAJAR DIPONEGORO SLEMAN YOGYAKARTA

Oleh

S. Nur Zaenatun Aisah NIM 11102241045

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Implementasi (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan Di RSBD. 2) Hasil yang ingin dicapai dari peran RSBD melalui PKSA. 3) Bentuk-bentuk pelayanan LPKSA melalui pemanfatan dana PKSA. 4) faktor penghambat Implementasi PKSA di RSBD. 5) Faktor pendukung Implementasi PKSA di RSBD.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian yaitu pengelola, pendamping, anak binaan, dan orangtua anak di RSBD. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi sumber dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan berbagai sumber/ narasumber dalam mencari informasi yang dibutuhkan.

Hasil penelitian ini antara lain: 1). Implementasi PKS-Anjal di RSBD yaitu dengan memberikan pelayanan pemenuhan hak dasar pendidikan anak jalanan dengan pemanfaatkan dana dukungan PKSA, 2). Hasil yang ingin dicapai dari peran RSBD melalui PKSA antara lain anak bisa mendapatkan hak untuk memperoleh pendidikan baik itu melalui pendidikan formal maupun dengan mengikuti program Kesetaraan paket A, B, kegiatan pelatihan RSBD serta Program pendampingan belajar dengan harapan anak tidak lagi melakukan aktifitas di jalanan, 3). Bentuk-bentuk pelayanan LPKSA melalui pemanfaatan dana PKSA meliputi Layanan Pemantapan Belajar (Remedial Course) dan Layanan Perantaraan dan/ atau Penghantaran Pre Remedial Course (Bridging Course), 4). Faktor penghambat Implementasi PKSA di RSBD antara lain masih kurangnya SDM, 5). Faktor pendukung Implementasi PKSA di RSBD antara lain adanya dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak baik itu dari Kemensos RI, lembaga-lembaga terkait. Kata kunci: Program Kesejahteraan Sosial Anak, Pendidikan, Anak Jalanan


(8)

 

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan di Rumah Singgah Dan Belajar Diponegoro Kab Sleman, Yogyakarta”.

Penulis menyadari bahwa karya ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, bantuan, motivasi dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melaksanakan kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi saya berjalan lancar. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kelancaran di

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Aloysius Setya Rohadi, M.Kes, selaku pembimbing skripsi yang telah berkenan mengarahkan dan membimbing penyusunan skripsi.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.

6. Bapak Fauzan Setyanegara M.Ag. selaku Pimpinan Rumah Singgah Dan Belajar Diponegoro, yang telah memberikan ijin dan bantuan untuk penelitian. 7. Bapak dan Ibu Pendamping, wali anak dampingan serta anak dampingan

Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro yang telah berkenan membantu dalam penelitian.

8. Bapak, Ibu, Kakak dan adik-adik ku atas do’a, perhatian, kasih sayang, dan segala dukungannya.


(9)

 

9. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan masukan dan motivasi untuk penulisan penelitian serta dukungan yang diberikan selama ini.

10. Teman-teman Jurusan Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2011 yang memberikan bantuan dan motivasi perjuangan meraih kesuksesan.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu-persatu, yang telah membantu dan mendukung penyelesaian penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga seluruh dukungan yang diberikan dapat menjadi amal dan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak terutama pemerhati Pendidikan Luar Sekolah dan pendidikan masyarakat serta para pembaca umumnya. Amin.

Yogyakarta, 3 September 2015


(10)

 

PERSEMBAHAN  

                     

Atas Karunia Allah SWT

Karya ini akan saya persembahkan untuk:

1.Ayahanda, Ibunda tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya dan memanjatkan doa-doa yang mulia untuk keberhasilan penulis dalam menyusun karya ini.

2.Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan pengalaman yang luar biasa.

3.Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar.


(11)

 

vii 

IMPLEMENTASI PROGRAM KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK JALANAN (PKS-ANJAL) SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN HAK DASAR

PENDIDIKAN ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DAN BELAJAR DIPONEGORO SLEMAN YOGYAKARTA

Oleh

S. Nur Zaenatun Aisah NIM 11102241045

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Implementasi (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro. (2) Hasil yang ingin dicapai dari peran Rumah Singgah melalui PKSA. (3) Bentuk-bentuk pelayanan LPKSA melalui pemanfatan dana PKSA. (4) faktor penghambat Implementasi PKSA. (5) Faktor pendukung Implementasi PKSA.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian yaitu pengelola, pendamping, anak binaan, dan orangtua anak di RSBD. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. triangulasi sumber dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan berbagai sumber/ narasumber dalam mencari informasi yang dibutuhkan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) implementasi Program kesejahteraan sosial anak jalanan dilaksanakan dengan pemberian pelayanan-pelayanan untuk pemenuhan hak dasar pendidikan meliputi transportasi anak, pembelian perlengkapan sekolah serta pemenuhan nutrisi dan gizi anak, (2) implementasi PKSA memiliki tujuan antara lain anak jalanan memperoleh pendidikan baik formal maupun non formal, mengikuti program pelatihan, program pendampingan belajar serta anak tidak beraktifitas dijalanan, (3) bentuk pelayanan melalui dana PKSA dilaksanakan dengan program Layanan Pemantapan Belajar (Remedial Course) dan Layanan Perantaraan dan Penghantaran Pre Remedial Course (Bridging Course), (4) implementasi Program kesejahteraan sosial anak memiliki faktor penghambat antara lain masih kurangnya Sumber Daya Manusia di Rumah Singgah Diponegoro, (5) implementasi program kesejahteraan sosial anak memiliki faktor pendukung antara lain adanya dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak yaitu dari Kemensos RI, lembaga-lembaga terkait, orang tua anak penerima dana PKSA serta partisipasi anak jalanan penerima dana PKSA. Kata kunci: Program Kesejahteraan Sosial Anak, Pendidikan, Anak Jalanan


(12)

 

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan di Rumah Singgah Dan Belajar Diponegoro Kab Sleman, Yogyakarta”.

Penulis menyadari bahwa karya ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, bantuan, motivasi dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melaksanakan kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi saya berjalan lancar. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kelancaran di

dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Aloysius Setya Rohadi, M.Kes, selaku pembimbing skripsi yang telah berkenan mengarahkan dan membimbing penyusunan skripsi.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.

6. Bapak Fauzan Setyanegara M.Ag. selaku Pimpinan Rumah Singgah Dan Belajar Diponegoro, yang telah memberikan ijin dan bantuan untuk penelitian. 7. Bapak dan Ibu Pendamping, wali anak dampingan serta anak dampingan

Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro yang telah berkenan membantu dalam penelitian.

8. Bapak, Ibu, Kakak dan adik-adik ku atas do’a, perhatian, kasih sayang, dan segala dukungannya.


(13)

 

9. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan masukan dan motivasi untuk penulisan penelitian serta dukungan yang diberikan selama ini.

10. Teman-teman Jurusan Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2011 yang memberikan bantuan dan motivasi perjuangan meraih kesuksesan.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu-persatu, yang telah membantu dan mendukung penyelesaian penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga seluruh dukungan yang diberikan dapat menjadi amal dan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak terutama pemerhati Pendidikan Luar Sekolah dan pendidikan masyarakat serta para pembaca umumnya. Amin.

Yogyakarta, 3 September 2015


(14)

 

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 13

C. Batasan Masalah ... 14

D. Rumusan Masalah ... 14

E. Tujuan Penelitian ... 15

F. Manfaat Penelitian ... 16

G. Batasan Istilah ... 17

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka... ... 19

1. Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)... 19

a. Pengertian PKSA ... 19

b. Tujuan PKSA ... 23

c. Sasaran PKSA ... 23

d. Kebijakan ... 25

e. Kriteria Penerima Manfaat ... 26


(15)

 

g. Prasyarat dan Kewajiban Penerima layanan ... 27

2.Anak Jalanan ... 28

a. Pengertian Anak Rawan ... 28

b. Pengertian Anak Jalanan ... ... 29

c. Faktor Penyebab Keberadaan Anak Jalanan ... 30

3. Hak Dasar Anak Jalanan ... 31

a. Hak Dasar Anak ... 31

b. Hak Dasar Pendidikan ... 35

4. Tinjauan Tentang Rumah Singgah ... 38

a. Pengertian Rumah Singgah ... 38

b. Tujuan Rumah Singgah ... 39

c. Prinsip-prinsip Rumah Singgah ... 39

d. Pendekatan Pelayanan Rumah singgah ... 39

e. Tahapan-tahapan Pelayanan Rumah Singgah ... 40

B. Penelitian yang Relevan ... 43

C. Kerangka Pikir... ... 46

D. Pertanyaan Penelitian... 48

BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 50

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 51

C. Instrumen Penelitian ... 52

D. Sampel Sumber Data ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 53

F. Teknik Analisis Data ... 57

G. Pengujian Keabsahan Data ... 58

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 62

1. Deskripsi Lembaga ... 62

a. Profil Rumah Singgah Dan Belajar Diponegoro .. 62

b. Visi dan Misi RSBD ... 63


(16)

 

d. Program Kegiatan RSBD ... 64

e. Sumber Daya Manusia RSBD ... 65

f. Sarana/ Fasilitas RSBD ... 69

g. Dukungan Dana dan Kemitraan ... 71

B. Data Hasil Penelitian ... 77

1. Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Anak Jalanan ... 77

2. Hasil yang ingin dicapai dari peran RSBD Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) ... 92

3. Bentuk-bentuk Pelayanan Lembaga Program Kesejahteraan Sosial Anak (LPKSA) RSBD Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan Melalui Pemanfatan Dana PKSA ... 93

4. Faktor Penghambat Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan di RSBD ... 105

5. Faktor Pendukung Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan di RSBD ... 107

C. Pembahasan ... 109

1. Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan Di Rumah Singgah Dan Belajar Diponegoro ... 109

2. Hasil yang ingin dicapai dari peran Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak ... 113


(17)

 

3. Bentuk-bentuk pelayanan Lembaga Program Kesejahteraan Sosial Anak (LPKSA) RSB Diponegoro sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan melalui pemanfatan dana

PKSA ... 115

4. Faktor penghambat Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan anak jalanan di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro ... 118

5. Faktor pendukung Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak sebagai upaya pemenuhan Hak Dasar pendidikan Anak Jalanan di Rumah Singgah Dan Diponegoro ... 119

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 121

B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126


(18)

 

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Sarana dan Prasarana RSBD Diponegoro ... 73

Tabel 2. Dukungan Dana RSB Diponegoro ... 74

Tabel 3. Daftar instansi ... 76

Tabel 4. Panduan Penggunaan Operasional PKSA ... 94

Tabel 5. Pedoman Observasi ... 135

                     


(19)

 

DAFTAR GAMBAR

           hal

Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 48

                           


(20)

 

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 135

Lampiran 2. Catatan Lapangan ... 150

Lampiran 3. Analisis Data... 175

Lampiran 4. Hasil Dokumentasi ... 200

Lampiran 5. Struktur Organisasi ... 209

Lampiran 6. Sumber Daya Manusia RSBD ... 210

Lampiran 7. Data Anak PKSA ... 211


(21)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perubahan pembangunan di sektor ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia telah menghasilkan perkembangan yang cukup pesat. Namun, selama pembangunan dan perubahan itu berlangsung, tidak dapat dipungkiri menghasilkan dampak yang kurang baik, antara lain munculnya kesenjangan sosial di Indonesia, baik di level nasional maupun daerah. Kesenjangan sosial merupakan sesuatu yang menjadi sebuah momok atau tugas besar bagi pemerintah untuk diselesaikan. Dimana kesenjangan sosial merupakan masalah yang sukar untuk diselesaikan karena menyangkut aspek-aspek yang harus diketahui secara mendalam dan pendekatan lebih dalam serta adanya saling keterkaitan berbagai aspek. Kesenjangan sosial sebuah keadaan ketidak seimbangan sosial yang ada di masyarakat misalnya, kesenjangan antara orang kaya dan miskin.

Kesenjangan sosial tersebut memunculkan permasalahan di Indonesia khususnya pedesaan maupun perkotaan yang masalahnya lebih komplek. Dari sekian dampak perubahan pembangunan nasional yang tidak merata, mengakibatkan permasalahan. Salah satunya ialah masalah kemiskinan yang belum teratasi secara efektif secara memberikan konstribusi pada ketelantaran anak. Selain itu menjadi pendorong banyak anak yang terpaksa beraktifitas di jalanan untuk mencari uang, salah satunya adalah munculnya anak jalanan. Memang tidak bisa di sama ratakan. Dilihat dari sebab, sangat dimungkinkan tidak semua anak jalanan


(22)

berada di jalan karena tekanan ekonomi keluarga, boleh jadi karena pergaulan, pelarian, atau atas dasar pilihannya sendiri.

Keadaan anak jalanan sangat menyimpang dari fungsi sosial anak, ini terlihat dari aktifitas mereka yang menghabiskan sebagian besar waktu dijalan untuk mengais dan mengumpulkan pundi-pundi rupiah, dimana seharusnya anak mendapatkan pendidikan layak di usianya yang tergolong muda, karena dipaksa atau terpaksa turun kejalan dengan alasan tertentu, sehingga kebutuhan hak dasar anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak tidak terpenuhi. Setiap anak memiliki hak yang sama untuk hidup, tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan potensinya. Berikut sebagian besar hak-hak anak yang belum terpenuhi antara lain: pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, kehidupan normal atau standar seperti masyarakat pada umumnya, belum terpenuhinya makanan dan tempat untuk hidup yang layak, belum terpenuhinya air bersih, belum terlindungi dari eksploitasi sex, ekonomi, penyalahgunaan dan peredaraan narkoba, mendapatkan perlindungan hukum dan memperoleh informasi serta bimbingan untuk mengoptimalkan peran sesuai dengan tingkat usianya.

Secara berlapis, dimulai dari tingkat keluarga dan kerabat, masyarakat sekitar, pemerintah lokal sampai pusat, hingga masyarakat internasional yang berkewajiban untuk menghormati, melindungi, dan mengupayakan pemenuhan atas hak-hak anak. Undang-undang No 35


(23)

Tahun 2014, Perubahan Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak :

Pasal 21 (1) Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati pemenuhan Hak Anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum, urutan kelahiran, dan kondisi fisik dan/atau mental.

Banyak program yang diupayakan pemerintah untuk memenuhi hak-hak anak dan meningkatkan kesejahteraan sosial khususnya kesejahteraan sosial anak. Pembangunan kesejahteraan sosial ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional dimana pembangunan kesejahteraan sosial berperan aktif dalam meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Kesejahteraan sosial merupakan program pelayanan maupun pertolongan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini karena pada prinsipnya konstruksi pembangunan kesejahteraan sosial terdiri atas serangkaian aktivitas yang direncanakan untuk memajukan kondisi kehidupan manusia melalui koordinasi dan keterpaduan antara pemerintah daerah dan masyarakat dalam upaya penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam mengatasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) menjadi kerangka kegiatan yang utuh, menyeluruh, berkelanjutan dan bersinergi, sehingga kesejahteraan sosial masyarakat lambat laun dapat meningkat salah satunya ialah masalah kesejahteraan sosial anak.

Perubahan kebijakan dan program kesejahteraan sosial anak selaras dengan Istruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan


(24)

Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, diperlukan penyempurnaan program bantuan sosial berbasis keluarga khususnya bidang kesejahteraan sosial anak untuk balita terlantar, anak jalanan, anak dengan kecacatan, anak berhadapan dengan hukum, dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus. Berdasarkan ketetapan Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, ditetapkan Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) sebagai program prioritas nasional yang meliputi Program Kesejahteraan Sosial klaster Anak Balita, Program Kesejahteraan Sosial klaster Anak Jalanan, Program Sosial Anak yang Berhadapan dengan Hukum, Program Kesejahteraan Sosial Anak Dengan Kecacatan dan Program Kesejahteraan Sosial Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus.

Definisi Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) sendiri adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial dan bantuan kesejahteraan sosial anak bersyarat (conditional cash transfer) yang meliputi :

1. Bantuan sosial/subsidi pemenuhan hak dasar (akte kelahiran, tempat tinggal, nutrisi, air bersih, dll.)

2. Peningkatan aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar (akses pendidikan dasar, akses pelayanan kesehatan, akses pelayanan rehabilitasi sosial, dll.)

3. Pengembangan potensi diri dan kreativitas anak.

4. Penguatan tanggung jawab orang tua/keluarga dalam pengasuhan dan perlindungan anak.

5. Penguatan kelembagaan kesejahteraan sosial anak. (Pedoman PKSA, 2011 : 15-16)


(25)

Tujuan PKSA adalah terwujudnya pemenuhan hak dasar anak dan perlindungan terhadap anak dari keterlantaran, kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi, sehingga tumbuh kembang, kelangsungan hidup dan partisipasi anak dapat terwujud. (Pedoman PKSA, 2011 : 11-12).

Program Kesejahteraan Sosial Anak Kluster (kelompok) Anak Jalanan (PKS-Anjal) adalah program kesejahteraan sosial anak yang diperioritaskan kepada anak-anak jalanan dengan komponen program bantuan sosial/Subsidi Hak Dasar Anak, meliputi : 1) pemenuhan kebutuhan identitas anak yaitu: pembuatan akte kelahiran anak. 2) pemenuhan kebutuhan fisik yaitu : makanan, pakaian, sarana dan perumahan. 3) pemenuhan kebutuhan emosional yaitu : kasih sayang dari orang tua dan keluarga, peningkatan rasa percaya diri, kemampuan mengenali dan memecahkan masalah. 4) pemenuhan kebutuhan sosial yaitu: berteman, berelasi dengan orang lain yang ada di lingkungan, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan kehidupannya. (Pedoman PKSA, 2011)

Hanya jika setiap lapisan pemangku tugas tersebut dapat berfungsi dengan baik dan mampu menjalankan kewajiban dan tanggungjawabnya, maka anak akan dapat memiliki kehidupan berkualitas yang memungkinkannya tumbuh-kembang secara optimal sesuai dengan potensinya. Namun meskipun banyak upaya telah dilakukan, masih banyak anak Indonesia harus hidup dalam beragam situasi sulit yang


(26)

membuat kualitas tumbuh kembang dan kelangsungan hidupnya terancam. Salah satunya adalah munculnya anak jalanan.

Secara psikologis anak jalanan adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentuk mental emosional yang kuat, sementara pada saat yang sama harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial, dimana lebilitas, emosi dan mental anak jalanan ditunjang dengan penampilan yang kumuh melahirkan pencitraan positif dan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan. Citra positif anak jalanan membantu ekonomi keluarga yang sangat lemah, citra negatif anak jalanan identik dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka mencuri, dan sampah masyarakat yang harus diasingkan.

Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah di jalanan, pusat kegiatan ekonomi dan pusat keramaian. Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.

Anak adalah sesorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. (Kemensos RI, 2011:9).


(27)

Children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi, sebagai pekerja anak di jalan, namun masih punya hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Dalam kategori ini anak-anak rawan terhadap tindak kekerasan/perlakuan salah, baik secara emosional-sosial, fisik maupun seksual. Children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan mereka bisa ditemui di kolong-kolong jembatan, rumah-rumah liar di kereta api atau tepi sungai.

Anak jalanan merupakan anak yang membutuhkan perlindungan khusus, karena rentan dari tindak kekerasan fisik dan psikis, eksploitasi secara ekonomi dan atau seksual. Kompleksnya permasalahan anak jalanan juga diantaranya berhadapan dengan hukum baik sebagai korban maupun sebagai pelaku, menjadi korban trafiking anak, menjadi korban perlakuan salah serta ketelantaran lainnya. Kondisi anak yang hidup dan bekerja dijalanan ini berada dalam keadaan pilihan yang tidak menyenangkan, tidak layak untuk berkembang, ketidakpastian masa depan, dan tidak jarang menjadi permasalahan berbagai pihak.

Komposisi masyarakat yang terlantar umumnya terdiri dari anak-anak dan lansia. Pada tahun 2006 terdapat 78,96 juta anak-anak di bawah usia 18 tahun, 35,5% dari total seluruh penduduk Indonesia. Sebanyak 40% atau 33,16 juta diantaranya tinggal di perkotaan dan 45,8 juta sisanya tinggal di perdesaan. Sebagian besar anak-anak ini berasal dari keluarga miskin dan tertinggal, yang tidak mempunyai kemampuan untuk memberdayakan dirinya, sehingga rentan terhadap kekerasan, eksploitasi, ketimpangan gender, perdagangan anak dan lain-lain. Menurut laporan


(28)

Depsos pada tahun 2004, sebanyak 3.308.642 anak termasuk ke dalam kategori anak terlantar.

Menurut Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufri menyatakan bahwa pada 2014 atau saat masa berakhirnya Kabinet Indonesia Bersatu II, Indonesia terbebas dari anak jalanan yang sekarang secara nasional jumlahnya 230.000 orang.

Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Kementrian Sosial mencatat jumlah anak jalanan tahun 2007 sebanyak 230.000 jiwa. Adapun BPS bersama ILO mengestimasi jumlah aak jalanan sebanyak 320.000 pada tahun 2009. (pedoman PKSA Kemensos RI, 2011 : 3).

Data Penyandang masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) DIY menyatakan bahwa Anak Jalanan pada Tahun 2008 sebanyak 1.200, Tahun 2009 sebanyak 1.200, Tahun 2010 sebanyak 448, Tahun 2011 sebanyak 312, dan pada Tahun 2012 sebanyak 497 anak.

Anak jalanan merupakan salah satu aset bangsa dan penerus masa depan bangsa. Keberadaannya dijalanan perlu dientaskan dan salah satu cara mengentaskannya adalah dengan menyelenggarakan rumah singgah. Di dalam rumah singgah anak jalanan diberikan pelayanan kesejahteraan sosial diantaranya melalaui pemberdayaan anak jalanan. Pemberdayaan pada anak jalanan dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh rumah singgah.

Menurut Depsos RI, rumah singgah adalah wahana yang dipersiapkan sebagai perantara, antara anak jalanan dengan pihak-pihak


(29)

yang membantu mereka. Rumah singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana resosialisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Rumah singgah diharapkan akan menjadi tahap awal bagi seorang anak untuk memperoleh pelayanan selanjutnya. Karena itu ditekankan pentingnya menciptakan rumah singgah sebagai tempat yang aman, menarik dan menyenangkan bagi anak jalanan. (Yayasan Lembaga Pengkajian Sosial Humana, hal 65).

Lembaga Pelayanan Sosial Anak jalanan atau Rumah singgah adalah suatu wahana yang menyediakan pelayanan sosial bagi anak jalanan, baik yang bersifat rehabilitasi, pengembangan, maupun tindak lanjut baik yang diselenggarakan oleh lembaga milik pemerintah maupun lembaga milik masyarakat. (Depsos RI. 2008 : 7)

Rumah disadari sebagai kebutuhan bagi anak hidup di jalan. Selain dimaksudkan sebagai tempat bernaung. Rumah juga diharapkan menjadi basis bagi pelayanan berikutnya, seperti pelayanan kesehatan dan pendidikan, pendampingan serta konseling bagi anak yang sedang bermasalah. Selain itu, rumah juga diharapkan menjadi ruang komunikasi yang harmonis antara anak dan pihak yang menaruh perhatian pada kehidupan anak. (YLPS Humana, hal 64-65).

Salah satu cara yang dipakai dalam rangka menangani anak-anak jalanan adalah pemberdayaan anak jalanan dengan menyediakan rumah singgah bagi mereka seperti Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro (RSB Diponegoro). Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro adalah


(30)

lembaga yang merupakan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak memiliki peran untuk mencapai tujuan PKS-Anjal. RSB Diponegoro yang berada di Jl. Gudang Pusri No.9 A Kembang, RT/01 RW/61, Kel. Maguwoharjo, Kec. Depok, Kab. Sleman, Provinsi DIY. Merupakan lembaga yang bergerak dibidang Sosial, Pendidikan dan Keagamaan. Berdiri sejak tahun 1999 secara terus-menerus memberikan pelayanan sosial, kesehatan, maupun keterampilan kepada para warga binaan.

RSB Diponegoro merupakan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang didirikan sebagai sayap lembaga Yayasan Pondok Pesantren Diponegoro yang menangani pengamen anak, yatim/piatu dan dhu’afa dengan akta notaris No.36 Tanggal 21/Juli/YPPP Diponegoro/1999/Muhammad Agus Hanafi, SH. RSB Diponegoro didirikan sebagai bentuk kepedulian dan tindakan terhadap permasalahan anak jalanan dan terlantar. Bentuk kegiatan yang dilakukan oleh RSB berupa :

1. Pengamatan masalah anak jalanan 2. Identifikasi dan pendampingan anak 3. Pelatihan dan penyuluhan kepada anak 4. Konseling anak

5. Sekolah rakyat

6. Advokasi kesehatan dan pelayanan pendidikan

Dengan Visi “ 1) Memberikan pelayanan kepada anak-anak jalanan, anak-anak terlantar dan kaum dhu’afa untuk mengembangkan


(31)

aspek individu dan mencapai kematangan emosional dan spiritual. 2) Membantu anak jalanan dalam pengembangan aktualisasi diri guna mencapai kemampuan hidup dan pengembangan diri dalam upaya mempersiapkan masa depan yang lebih baik”, dan mempunyai Misi “1) Memberikan pelayanan sosial kepada anak jalanan untuk memperoleh pendidikan yang memadai, hak untuk menikmati kehidupan anak-anak dan perlindungan. 2) Memberikan ruang aktualisasi diri kepada anak dalam upaya pengembangan diri. 3) Memberikan pendidikan kepada anak untuk membentuk kemampuan hidup agar dapat bertahan dan mandiri di tengah kehidupan bermasyarakat. 4) Meminimalisir pemanfaatan anak yang dapat mengganggu perkembangan psikologis mereka”.

Program Pokok yang direncanakan oleh Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro (RSB Diponegoro) antara lain :

1. Sekolah MURAH dan layanan belajar 2. Pengamatan masalah anak jalanan 3. Identifikasi dan pendampingan anak 4. Pelatihan dan penyuluhan kepada anak 5. Advokasi dan pelayanan kesehatan

6. Pengembalian anak ke lingkungan keluarga 7. Program referal/ layanan rujukan

Lembaga tersebut melakukan pemberian bantuan kepada masyarakat dan khususnya anak jalanan.


(32)

Anak jalanan yang menjadi binaan Rumah Singgah Diponegoro yang menerima manfaat dana PKSA yaitu berjumlah 60 anak, anak tersebut tidak hanya berasal dari jogja tetapi juga dari luar jogja yang beraktifitas di jogja. Syarat dasar penerima manfaat dana PKSA yaitu anak yang beraktifitas di jalan (anak jalanan). kemudian dana tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan pendampingan anak. Pendampingan tersebut tersebar di beberapa titik dampingan yaitu di titik monjali, titik badran, titik uin (ambarukmo), dan Demak ijo. Disetiap titik rata-rata ada sekitar 8 – 10 anak yang mengikuti kegiatan pendampingan yang berlangsung yaitu kegiatan belajar mengajar, membantu anak dalam kegiatan belajar. Tujuan dari pendampingan tersebut adalah untuk mengurangi aktifitas anak dijalan. Dana tersebut juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak, seperti membantu biaya pendidikan, membeli tas, membeli buku, kegiatan rekreasi dan kegiatan-kegiatan lain di sekolah ataupun diluar sekolah. Tujuan dana PKSA secara luas yaitu untuk memenuhi kebutuhan hak dasar anak. Anak yang menerima dana PKSA sebagian masih bersekolah di pendidikan formal. Bagi anak yang tidak bersekolah di pendidikan formal, RSB Diponegoro menyediakan layanan program kesetaraan paket A, Paket B dan paket C.

Dari latar belakang masalah di atas, penulis memutuskan untuk membahas Implemantasi Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan di Rumah Singgah dan Belajar Diponogoro di wilayah Sleman Yogyakarta sebagai


(33)

judul dalam penyususnan skripsi ini penulis mengambil lokasi penelitian di Rumah Singgah dan Belajar (RSB) Diponegoro di Jl. Gudang Pusri No. 9 A Kembang, RT/01 RW/61, Kel. Maguwoharjo, Kec. Depok, Kab. Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti lebih memfokuskan untuk meneliti Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan Di RSB Diponegoro Sleman Yogyakarta dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Pembangunan nasional yang kurang merata menimbulkan permasalahan sosial salah satunya fenomena anak jalanan yang sering menggangu ketertiban masyarakat.

2. Masih tingginya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial anak yag meliputi rendahnya gizi, pendidikan dan kesehatan, masalah kemiskinan yang belum dapat diatasi secara efektif memberikan kontribusi pada ketelantaran anak, kenakalan anak yang masih meresahkan masyarakat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak yang membutuhkan perlindungan khusus karena mengalami kekerasan, anak yang menjadi korban eksploitasi seksual.

3. Kesulitan ekonomi keluarga, yang memaksa anak turun kejalan untuk membantu perekonomian orang tua.


(34)

4. Meningkatnya jumlah anak jalanan pertahun, sehingga membawa bentuk permasalahan di dalam lingkungan anak jalanan itu sendiri maupun permasalahan dengan masyarakat dan pemerintah.

5. Kondisi anak-anak jalanan yang kian terpuruk hanya teramati dari tampilan fisiknya, disebabkan makin rumitnya krisis ekonomi, hukum, dan moral yang melanda Indonesia.

6. Aktivitas sehari-hari anak jalanan yang menghabiskan waktu di jalanan dapat membahayakan anak jalanan itu sendiri maupun masyarakat umum yang menggunakan jalanan.

7. Hak-hak anak jalanan tidak terpenuhi, rentan akan exploitasi sex, ekonomi dan penyalahgunaan narkoba dan perdagangan manusia.

8. Mendapatkan hak-hak dasar anak perlindungan hukum untuk anak masih kurang teroptimal.

C. Batasan Masalah

Identifikasi permasalahan di atas tidak semuanya dibahas dalam penelitian ini, penelitian ini lebih terfokus dan mendalam pada Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro Sleman Yogyakarta.


(35)

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah serta batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam program penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan Di Rumah Singgah Dan Belajar Diponegoro?

2. Bagaimana hasil yang ingin dicapai dari peran Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak ?

3. Bagaimana bentuk-bentuk pelayanan Lembaga Program Kesejahteraan Sosial Anak (LPKSA) RSB Diponegoro sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan melalui pemanfatan dana PKSA?

4. Apa saja yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan Program Kesejahteraan Sosial Anak sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan anak jalanan di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro? 5. Apa saja yang menjadi faktor pendukung Pelaksanaan Program

Kesejahteraan Sosial Anak sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan anak jalanan di rumah singgah diponegoro?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan Di Rumah Singgah Dan Belajar Diponegoro?


(36)

2. Untuk mengetahui hasil yang ingin dicapai dari peran Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak ?

3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelayanan Lembaga Program Kesejahteraan Sosial Anak (LPKSA) RSB Diponegoro sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan melalui pemanfatan dana PKSA? 4. Untuk mengetahui faktor penghambat Implementasi Program

Kesejahteraan Sosial Anak sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan anak jalanan di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro? 5. Untuk mengetahui faktor pendukung Implementasi Program

Kesejahteraan Sosial Anak sebagai upaya pemenuhan Hak Dasar pendidikan Anak Jalanan di Rumah Singgah Dan Diponegoro?

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

a) Memperkaya kajian tentang ilmu Pendidikan Luar Sekolah khususnya ilmu tentang kesejahteraan sosial dan menambah pengetahuan bagi peneliti yang tertarik pada studi anak jalanan yang mengupayakan perlindungan dan pemberdayaan anak dan kehidupan sosialnya.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pengelola Pendidikan Luar Sekolah dan pengamat anak jalanan dalam upaya mengentaskan anak jalanan serta meningkatkan sumber daya manusia.


(37)

c) Memberikan masukan kepada penelitian lebih lanjut tentang kesejahteraan sosial khususnya kesejahteraan sosial anak.

2. Manfaat praktis

a) Penelitian ini berguna bagi pengembangan PKS-Anjal di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro secara langsung khususnya dalam melihat apakah Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro sudah memberikan Hak Dasar Anak Jalanan sesuai dengan pedoman Program Kesejahteraan Sosial Anak yang diberikan Kementerian Sosial.

b) Memberikan masukan serta wawasan bagi lembaga lain sejenis yang juga menjalankan program PKS-Anjal.

c) Penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan dalam mengembangkan serta menangani permasalahan anak jalanan di Yogyakarta dan Indonesia secara keseluruhan serta menjadi saran bagi pemerintah untuk menjalankan program PKS-Anjal labih baik lagi.

9. Batasan Istilah

1. Program Kesejahteraan sosial Anak (PKSA) adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar anak, yang meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, aksesibilitas pelayanan sosial dasar,


(38)

peningkatan potensi diri, dan kreativitas anak, penguatan orang tua/keluarga dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak. 2. Hak Dasar Pendidikan Anak adalah setiap anak berhak

memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat.

3. Anak adalah orang yang belum berusia 18 Tahun, termasuk juga anak yang masih dalam kandungan.

4. Anak Jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.

5. Rumah singgah adalah suatu tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang membantu anak jalanan.


(39)

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Kajian tantang Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) a. Pengertian PKSA

Sebelum masuk ke definisi Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) sebaiknya kita mengetahui apa definisi Kesejahteraan Sosial Secara Umum. Menurut Toton Witono dalam jurnal ilmu kesejahteraan Sosial (2012 : 119) :

Cita-cita nasional bangsa Indonesia untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur memerlukan prasyarat kesejahteraan sosial (kessos). Cita-cita mulia ini telah dirumuskan para pendiri (founding father) Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, pancasila, dan UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa Pemerintah Negara Indonesia dibentuk dalam rangka “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.” Pencasila juga menegaskan hal berikut dalam sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Menurut Friendlander dalam Zaenudin (2012 : 2) kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan institusi-institusi yang dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok-kelompok guna mencapai standar hidup dan kesehatan yang memadai dan relasi-relasi personal dan sosial sehingga memungkinkan mereka dapat mengembangkan kemampuan dan kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakatnya.


(40)

Pengertian itu juga selaras dengan isi UU Kesejahteraan Sosial nomor 11 tahun 2009 pada bab 1 pasal 1 yang menyebutkan kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mempu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Kesajahteraan sosial menurut zaztrow (dalam yogi pratama, 2012 : 14) kesejahteraan sosial adalah memenuhi finansial, sosial, kesehatan, rekreasional yang terdapat pada setiap individu di dalam masyarakat.

Secara substansial pengertian kesejahteraan sosial diatas sejalan dengan pandangan Islam tentang Kesejahteraan Sosial, yaitu pada prinsipnya Islam dalam lewat al-Qur’an dan Hadist menganjurkan hidup yang lebih baik, sejahtera lahir dan batin dengan bekerja keras untuk mensejahterakan keluarga. (Hadis Riwayat Abu Hurairah dalam Muhammad Fuad A. 2005 : 182). Menurut Maulana Muhammad Ali (dalam Zaenudin, 2012 : 10) di dalam Al-Qur’an juga banyak ayat yang menjelaskan kehidupan sejahtera atau kehidupan yang baik (hasanah), di dunia dan akhirat. Menurut teori diatas, peneliti dapat menguraikan bahwa menurut Islam kesejahteraan sosial itu terkait dengam kebutuhan material dan spiritual, oleh karena itu orang yang terpenuhi kebutuhan pokok kehidupan sehari-harinya dia akan disebut dengan sejahtera lahir batin.

Kesejahteraan sosial anak adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial anak agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.


(41)

(Kemensos RI, 2011 : 9 ). Menurut Mulia Astuti dkk (2013 :1-2) bahwa kesejahteraan dan perlindungan anak di Indonesia telah diatur oleh berbagai kebijakan dan program, antara lain mulai dari Undang Undang Dasar 1945, dimana anak terlantar dan fakir miskin dipelihara oleh Negara. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak telah mengatur tentang hak anak yaitu “anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar”, dan tanggung jawab orangtua yaitu bahwa “orangtua bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak” Kemensos RI (2011 : 9) anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang msih dalam kandungan.

Dalam kesejahteraan sosial anak ini tercangkup pula pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak agar mereka dapat berkembang dan terpenuhi kebutuhan hak dasarnya. Kesejahteraan anak sangat penting karena mencangkup usaha-usaha untuk membantu mensejahterakan pertumbuhan dan perkembangan anak. Dan meningkatkan kehidupan keluarga sebagaimana yang tertuang dalam UU nomor 4 tahun 1979 Tentang kesejahteraan anak. Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan perlindungan anak yang tidak menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. (bab 1 pasal 1).


(42)

Pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak ditujukan untuk membantu memperbaiki kondisi anak dan keluarga, serta membantu dalam memenuhi kebutuhan hak dasar anak. Dibuatlah program kesejahteraan sosial anak (PKSA). Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) merupakan wahana untuk membangun sistem bantuan sosial berbasis keluarga dan mengimplementasikan penguatan tanggung jawab orang tua/ keluarga. Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) merupakan :

Upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar anak, yang meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, aksesibilitas pelayanan sosial dasar, peningkatan potensi diri, dan kreativitas anak, penguatan orang tua/keluarga dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak. (Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Nomor : 29/RS-KSA/KEP/2011 : 9-10).

Menurut Mulia Astuti dkk (2013) Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) merupakan bagian dari sistem Kesejahteraan Sosial secara luas. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial. Kesejahteraan sosial sendiri adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dalam konsep kesejahteraan sosial, harus terdapat aspek pencegahan (primer), penanganan resiko (sekunder), maupun penanganan korban (tersier). Program Kesejahteraan Sosial Anak juga mencakup aspek perlindungan anak. Disini, titik berat ada pada penanganan masalah yang dialami anak. Konsep ini masuk dalam pelayanan tersier. Dalam PKSA,


(43)

Terlantar, Anak Terlantar yang tercakup di dalamnya Anak Jalanan, Anak Berhadapan dengan Hukum, Anak dengan Kedisabilitasan, dan Anak Memerlukan Perlindungan Khusus.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Program Kesejahteraan Sosial Anak adalah Upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar anak, yang meliputi bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, aksesibilitas pelayanan sosial dasar, peningkatan potensi diri, dan kreativitas anak, penguatan orang tua/keluarga dan penguatan lembaga kesejahteraan sosial anak. Serta mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

b. Tujuan PKSA

Tujuan Program Kesejahteraan Sosial Anak adalah terwujudnya pemenuhan hak dasar anak dan perlindungan terhadap anak dari keterlantaran, kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi sehingga tumbuh kembang, kelangsungan hidup dan partisispasi anak dapat terwujud. (Kemensos RI, 2011 : 11)

c. Sasaran PKSA

Sasaran PKSA diprioritaskan kepada anak-anak yang miliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial seperti kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan,


(44)

ketunaan soaial dan penyimpangan perilaku, korban bencana, dan/ atau korban tindak kekrasan, eksploitasi dan diskriminasi.

Menurut Kementrian Sosial RI dalam buku pedoman PKSA ( 2011 : 13) sasaran penerima manfaat dibagi dalam 6 (enam) kelompok, meliputi:

1) Anak balita/usia dini yang terlantar/ tanpa asuhan yang layak a) Anak yang berasal dari keluarga sangat miskin / miskin b) Anak yang kehilangan hak asuh dari orangtua/ keluarga c) Anak yang mengalami perlakuan salah dan diterlantarkan

oleh orangtua/ keluarga

d) Anak yang di eksploitasi secara ekonomi seperti anak balita yang disalahgunakan orangtua menjadi pengemis di jalanan.

e) Anak yang menderita gizi buruk atau kurang. 2) Anak terlantar/ tanpa asuhan yang layak, meliputi :

a) Anak yang mengalami perlakuan salah dan ditelantarkan oleh orang tua/ keluarga, atau

b) Anak kehilangan hak asuh dari orang tua/ keluarga. 3) Anak terpaksa bekerja di jalanan, meliputi :

a) Anak yang rentan bekerja di jalanan b) Anak yang bekerja di jalanan

c) Anak yang bekerja dan hidup di halanan. 4) Anak yang berhadapan dengan hukum, meliputi:

a) Anak yang diindikasikan melakukan pelanggaran hukum b) Anak yang mengikuti proses peradilan

c) Anak yang berstatus diversi

d) Anak yang menjalanai masa hukuman pidana

e) Anak yang menjadi korban perbuatan pelanggaran hukum f) Anak yang berperilaku nakal

5) Anak dengan kecacatan, dengan kategori : a) Mampu didik dan mampu latih

b) Cacat ringan dan sedang, meliputi: anak dengan kecacatan fisik, anak dengan kecacatan mental, anak dengan cacat fisik dan mental

c) Cacat berat yang belum diakses Program Jaminan Sosial oarang dengan kecacatan

6) Anak yang memerlukan perlindungan khusus lainnya, meliputi: a) Anak dalam situasi darurat dan berada dalam lingkungan

yang buruk/ diskriminasi


(45)

c) Anak korban kekrasan, baik fisik dan/ atau mental dan seksual

d) Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, serta dari komunitas adat terpencil

e) Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotopika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) f) Anak yang terinfeksi HIV/ AIDS.

Sasaran PKSA yang akan dicapai dalam periode RPJMN II (tahun 2010-2014) adalah :

1) Meningkatnya presentase anak dan balita terlantar, anak jalanan, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dengan kecacatan dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus untuk memperoleh akses pelayanan sosial dasar.

2) Meningkatnya presentase orangtua/keluarga yang bertanggung jawab dalam pengasuhan dan perlindungan anak.

3) Menurunnya prosentase anak yang mengalami masalah sosial. 4) Meningkatnya lembaga kesejahteraan sosial yang memberikan

perlindungan terhadap anak.

5) Meningkatnya Pekerja Sosial Profesional, tenaga Kesejahteraan Sosial dan Relawan Sosial terlatih, yang memberikan pendampingan di bidang pelayanan kesejahteraan sosial anak.

6) Meningkatnya peranan Pemerintah Daerah (provinsi /kabupaten/ kota) dalam mensinergiskan PKSA dengan program kesejahteraan dan perlindungan anak yang bersumber dari APBD.

7) Meningkatnya produk hukum pengasuhan dan perlindungan anak sebagai landasan hukum pelaksanana PKSA.

d. Kebijakan

1) Mengedepankan kemitraan dengan berbagai pihak dalam mewujudkan sistem kesejaheraan sosial anak yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan,

2) Mengupayakan perluasan jangkauan layanan untuk seluruh anak yang mengalami masalah sosial,

3) Mengedepankan pengembangan sistem pelayanan dan program kesejahteraan sosil yang melembaga dan profesional,


(46)

4) Menempatkan keluarga sebagai pusat pelayanan dalam rangka memperkuat tanggung jawab orang tua/ keluarga dalam memberikan pengasuhan dan perlindungan bagi anak,

5) Mendorong peningkatan kemampuan dan keterlibatan masyarakat dalam upaya mensejahterakan dan melindungi anak.

e. Kriteria Penerima Manfaat

Sasaran PKSA diprioritaskan kepada anak-anak yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial seperti kemiskinan, ketelentaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku, korban bencana, dan/atau korban tindak kekerasan, ekspoitasi dan diskriminasi. (pedoman PKSA, 2011 : 13).

f. Program-program PKSA

PKSA dibagi menjadi 6 kelompok (kluster) Program, yaitu : 1) Program Kesejahteraan Sosial Anak balita (PKS-AB) 2) Program Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar (PKS-Antar) 3) Program Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal)

4) Program Kesejahteraan Sosial Anak yang Berhadapan dengan Hukum (PKS-ABH)

5) Program Kesejahteraan Sosial Anak dengan Kecacatan (PKSA-ADK)

6) Program Kesejahteraan Sosial Anak Dengan Perlindungan Khusus (PKS-AMPK)

PKSA dirancang sebagai upaya yang terarah, Terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan


(47)

masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial dan bantuan kesejahteraan sosial anak bersyarat (conditional cash transfer) yang meliputi:

1) Bantuan Sosial/ subsidi pemenuhan hak dasar (akte kelahiran, tempat tinggal, nutrisis, air bersih, dll.)

2) Peningkatan aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar (akses pendidikan dasar, akses pelayanan kesehatan, akses oelayanan rehabilitasi sosial, dll)

3) Pengembangan potensi diri dan kretifitas anak.

4) Penguatan tanggung jawab orang tua/ keluarga dalam pengasuhan dan perlindungan anak.

5) Penguatan kelembagaan kesejahteraan sosial anak g. Prasyarat dan Kewajiban Penerima layanan

Sasaran penerima layanan PKSA : anak, orang tua/ keluarga maupun lembaga kesejahteraan sosial yang menjadi mitra pendamping, harus memenuhi persyaratan (conditionalities) sebagai berikut :

1) Adanya perubahan sikap dan perilaku sosial anak ke arah positif 2) Intensitas kehadiran anak dalam layanan sosial dasar dari

berbagai organisasi/lembaga semakin meningkat.

3) Intensitas kehadiran anak dalam kegiatan pengembangan potensi diri/ kreativitas anak semakin meningkat.

4) Tanggung jawab orang tua/ keluarga dalam pengasuhan dan perlindungan anak semakin meningkat.


(48)

5) Peran Lembaga Kesejahteraan Sosial anak yang bermitra dengan Kementerian Sosial semakin efektif dalam mendampingi anak sehingga anak dapat terhindar dari penelantaran, eksploitasi, kekerasan dan diskriminasi.

2. Kajian tentang Anak Jalanan a. Pengertian Anak Rawan

Sebelum menjelaskan mengenai pengertian anak jalanan, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian anak rawan itu sendiri, apa yang dimaksud dengan anak rawan, ciri-ciri anak rawan serta kategori penggolongan anak rawan.

1) Pengertian anak rawan

Anak rawan sendiri pada dasarnya adalah sebuah istilah untuk menggambarkan kelompok anak-anak yang karena situasi, kondisi, dan tekanan-tekanan kultur maupun struktur menyebabkan mereka belum atau tidak terpenuhi hak-haknya, dan bahkan acap kali pula dilanggar hak-haknya (Bagong, 2010: 3-4).

2) Ciri-ciri anak rawan

Inferior, rentan dan marginal adalah beberapa ciri yang umumnya diidap oleh anak-anak rawan. Dikatakan inferior, karena mereka biasanya tersisih dari kehidupan normal dan terganggu proses tumbuh kembangnya secara wajar. Adapun dikatakan rentan karena mereka sering menjadi korban situasi dan bahkan terlempar dari masyarakat (displaced children). Sementara itu, anak-anak rawan


(49)

tersebut tergolong marginal karena dalam kehidupan sehari-harinya biasanya mereka mengalami berbagai bentuk eksploitasi dalam diskriminasi, mudah diperlakukan salah dan bahkan acap kali pula kehilangan kemerdekaannya (Bagong, 2010: 3-4).

3) Penggolongan anak rawan

Penggolongan anak rawan diantaranya: anak korban perkosaan, anak-anak yang dilacurkan, buruh anak, anak jalanan, pengungsi anak, anak yang ditelantarkan, anak korban kekerasan, dan anak-anak yang mempunyai perlindungan khusus (Children in Need of Special Protection) sesungguhnya adalah kelompok manusia yang rawan diperlakukan salah. Mereka bukan saja sering tidak dipenuhi ahak dasarnya dan ditelantarkan, tetapi juga sering dilanggar hak-haknya: diperlakukan kasar dan menjadi korban Child abuse.

Anak-anak yang terkategori rawan ini biasanya memang tidak kelihatan dan suaranya pun nyaris tak terdengar, mereka tersembunyi di kolong jembatan, hidup dirumah-rumah petak yang berhimpitan dengan gedung bertingkat, dan ditampung di camp-camp pengungsi.dan berserakan diwilayah pedesaan yang terisolasi (Bagong, 2010: 2-3)

b. Pengertian Anak Jalanan

Anak Jalanan : Anak Jalanan, tekyan, arek kere, anak gelandangan, atau kadang disebut juga secara eufemistis sebagai anak mandiri. Usulan Rano karno tatkala ia menjabat sebagai Duta Besar UNICEF. Sesungguhnya mereka adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan


(50)

dengan lingkungan kota yang keras , dan bahkan sangat tidak bersahabat (Bagong, 2010: 185-186).

Anak jalanan yakni adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak dijalan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalan diberikan kepada orang tuanya (Soedijar, 1984; Sanusi, 1995; Bagong, 2010), menurut UU Tentang Perubahan atas UU No 23 Tahun 2002 pasal 1 ayat 6 Tentang Perlindungan Anak. Anak Terlantar adalah Anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.

Anak jalanan adalah yang berusia dibawah 18 tahun melewatkan atau memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan termasuk dilingkungan pasar, pertokoan dan pusat-pusat keramaian lainnya. (Depsos RI. 2008 : 7)

Menurut uraian tentang pengertian anak jalanan diatas dapat disimpulkan bahwa anak jalanan merupakan anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja dijalan, anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras.


(51)

Menurut Aan T. Subhansyah Dkk: Faktor pendorong hadirnya anak hidup di jalan ditenggarai sebagaian besar berasal dari masalah kemiskinan dan kekerasan dalam keluarga.

Faktor Penyebab Keberadaan Anak Jalanan yaitu: Kesulitan keuangan keluarga atau tekanan kemiskinan, Ketidak harmonisan keluarga/tekanan orang tua, Pengaruh teman atau kerabat/pergaulan, Sebagai pelarian dari keluarga, Pilihan hidup anak itu sendiri

3. Hak Dasar Anak Jalanan a. Hak Dasar Anak

Anak di Indonesia berhak atas hak dasarnya dalam memenuhi kebutuhan hidup selayaknya anak normal. Hak dasar tersebut seharusnya diketahui oleh setiap lapisan masyarakat guna menciptakan partisipasi mereka dalam pemenuhan hak dasar anak. Dinamika kehidupan sosial sering kali membuat anak tidak bisa mendapatkan haknya. Dinamika sosial tersebut akhirnya membentuk permasalahan anak yang sampai sekarang tidak bisa hilang dimuka bumi. Maka dari itu perlu dibuat peraturan perundangan yang menjadi landasan terciptanya pemenuhan kebutuhan hak dasarnya.

Menurut Undang – Undang Dasar 1945 dengan amandemen menyebutkan,“anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara”. Dengan kata lain negara memiliki tanggung jawab terhadap kesejahteraan, perlindungan serta hak – hak anak terlantar tersebut.


(52)

Hak asasi anak terlantar pada umumnya sama dengan hak asasi manusia lain, seperti tercantum dalam Undang – Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Menurut UU Tentang Perubahan atas UU No 23 Tahun 2002 pasal 1 ayat 6 Tentang Perlindungan Anak bahwa Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh Orang Tua, Keluarga, masyarakat, negara, pemerintah, dan pemerintah daerah. Setiap anak di indonesia berhak atas hak dasarnya dalam memenuhi kebutuhan hidup selayaknya anak normal. Anak jalanan kurang terpenuhi kebutuhan hak dasar anak seperti pendidikan, kebutuhan tumbuh kembang, partisipasi, dan perlindungan. (Depsos RI, 2008 :31). Menurut sekjen PBB pada tanggal 20 November 1989 dan konvensi PBB ini berlaku pada tanggal 2 September 1990 khususnya pada artikel 32 ayat 1 berbunyi: “pihak Negara mengakui hak anak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi dan dari melakukan setiap pekerjaan yang mungkin akan berbahaya atau menggangu pendidikan anak, atau membahayakan kesehatan atau perkembangan fisik dan mental, spiritual, moral atau sosial anak”.

Menurut Kemensos (2010 : 10) Hak-hak anak merupakan bagian integral dari HAM, berkaitan dengan peranan negara, maka tiap negara mengembankan kewajiban yaitu : 1) melindungi (to protect), 2) memenuhi (to fulfill), 3) dan menghormati (to respect).


(53)

Hak-hak anak berdasarkan kewajiban negara dimaksud maka sistem kesejahteraan anak dan keluarga diimplementasikan dalam kerangka kebijakan yang sifatnya kontinum dari tingkat makro sampai mikro.

Kementrian Sosial RI dalam Pedoman Operasional Bantuan Sosial Melalui LKSA (2013 : 3) dijelaskan bahwa:

Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan kasih sayang dari keluarga, hak mendapat perlindungan dari segala bentuk kekrasan dan eksploitasi, hak mendapatkan pendidikan, layanan kesehatan, identitas diri dan hak partisipasi. Hal ini sangat penting diperoleh dari keluarga sebagai fondasi bagi tumbuh kembang anak. Namun, maslah kemiskinan yang dihadapi banyak keluarga telah menyebabkan ketidakmampuan keluarga menjalankan peran pengasuhan sehingga hak-hak anak menjadi tidak terpenuhi, hal ini menyebabkan anak terpaksa turun ke jalan untuk hidup dan bekerja di jalan.

Pemenuhan hak dasar seperti pemenuhan gizi/ nutrisi/ susu, perawatan, kesehatan dasar di rumah, penyediaan pakaian sehari-hari, penyediaan peralatan mandi, penyediaan alat permaianan edukatif,dll. (Kemensos RI, 2011 : 39). Menurut Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 4 Bahwa anak memiliki hak untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang. (Depsos RI, 2008 : 33)

Menurut uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh Orang Tua, Keluarga, masyarakat, negara, pemerintah, dan pemerintah daerah. Setiap anak berhak atas hak dasarnya dalam memenuhi kebutuhan hidup selayaknya anak normal. Anak jalanan kurang terpenuhi kebutuhan hak dasar anak seperti


(54)

pendidikan, kebutuhan tumbuh kembang, partisipasi, dan perlindungan. Maka dari itu perlu dibuat peraturan perundangan yang menjadi landasan terciptanya pemenuhan kebutuhan hak dasarnya. Terkait pemenuhan hak dasar anak diindonesia, permasalahan anak jalanan menjadi salah satu permasalahan anak yang belum bisa mendapatkan hak-hak dasarnya. Kementrian Sosial RI, dalam tujuan pedoman pelaksanaan PKS-Anjal dijelaskan beberapa poin mengenai upaya penanganan masalah anak jalanan. Pemenuhan hak dasar ini diharapkan bisa menekan anak jalanan untuk melakukan aktivitas ekonomi dijalan berikut adalah empat hak dasar yang menjadi prioritas program untuk mengatasi permasalahn anak jalanan (Pedoman PKSA, 2011 : 39) :

1) Pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pemenuhan gizi/ nutrisi/ susu, perawatan kesehatan dasar di rumah, penyediaan pakaian sehari-hari, penyediaan peralatan mandi, penyediaan alat permainan edukatif, dll.

2) Aksesibilitas terhadap layanan sosial dasar, seperti untuk mengurusan akte kelahiran, penyediaan pakaian seragam, penyediaan sepatu sekolah, penyediaan buku-buku sekolah yang tidak dibiayai Biaya Operasional Sekolah (BOS), transportasi dalam mengakses layanan kesehatan dipuskesmas/ rumah sakit, sarana aksesibilitas/ peralatan bantu bagi anak dengan kecacatan, dll. Layanan sosial dasar dari program-pogram berbagai sektor pemerintah tidak selayaknya menggunakan tabungan anak, seperti Jamkesmas, BOS, biaya administrasi Akte Kelahiran, dll. 3) Peningkatan potensi diri dari kretivitas anak, meliputi biaya

untuk : (a) kegiatan kesenian (transport atau biaya mengikuti latihan keterampilan musik, kerajinan tangan/ handi craf, melukis, menari, drama/ teater, dll), pengadaan sarana/ peralatan kretivitas anak (alat musik/ gitar, alat musik tradisioanal, bahan-bahan pelatihan keterampilan, dll.); (b) kegiatan oleh raga (peralatan olah raga yang disukai anak, transport/ biaya ikut klub oleh raga, dll); (3)


(55)

kegiatan bimbingan mental spiritual (alat dan pakaian ibadah, transport ke tempat ibadah pada hari-hari besar, dll) 4) Pengutan tanggung jawab orang tua/ keluarga (seperti

akses/ transport mengantar anak mengurus pelayanan kesehatan dasar, perbaikan nutrisi ibu hamil korban kekrasan di rumah, layanan akses konseling/ peservasi orang tua, dll.). layanan yang seharusnya diperoleh dari program-program pemberdayaan keluarga miskin dari berbagai sektor pemerintah tidak selayaknya mengguakan tabungan anak, seperti pembelian Raskin, Modal Usaha dari PNPM, Usaha Ekonomi Produktif KUBE, pembuatan KTP, dll. Selama proses pelaksanaan PKSA, maka LKSA harus menupayakan agar para orang tua, wali mempunyai tabungan sendiri, sehingga pemanfaatan tabungan anak dapat sepenuhnya diperuntukkan untuk kepentingan anak.

b. Hak Dasar Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan telah dimulai sejak manusia berada di muka bumi ini, dengan berkembangnya kehidupan dan peradaban manusia maka perkembangan penyelenggaraan pendidikan sejalan dengan kehidupan manusia. Pendidikan mempunyai peran untuk membentuk pribadi-pribadi manusia menjadi lebih baik dan terarah.

Pendidikan mempunyai beberapa artian diantanya menurut T. Sulistyono (2011 : 1) Pendidikan sebagai usaha sadar bagi pengembangan manusia dan masyarakat, mendasarkan pada pemikiran tertentu. Dengan kata lain, upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan. Undang-Undang No 35 tahun 2014 pasal 9 ayat 1 : “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat”. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan


(56)

secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. (Sugihartono dkk, 2007 : 3)

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah

“usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Dalam memenuhi hak dasar anak untuk memperoleh pendidikan PKSA memberikan pelayanan Aksesibilitas Pelayanan Sosial Dasar adalah kemampuan menjangkau pelayanan sosial dasar untuk anak penerima manfaat PKSA berupa pelayanan kesehatan dasar, pendidikan, identitas diri, peningkatan keterampilan, sarana, tempat tinggal, air bersih, rekreasi, dan kebutuhan dasar lainnya. (Pedoman PKSA, 2011 : 11)

Menurut Undang-undang Tentang Perubahan Atas UU No 23 Th 2002 Tentang Perlindungan Anak, Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat. Anak jalanan harus diberikan pendidikan guna pengembangan mental dan kecerdasan. Terkait dengan masalah pendidikan, UU tersebut juga pada Pasal 9 ayat 1 menyatakan bahwa: “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan


(57)

pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.” Anak jalanan sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Pada dasarnya mereka memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan dan pengajaran sesuai minat dan bakatnya. seperti anakanak lainnya. Untuk itu, pendidikan harus diberikan kepada masyarakat tanpa memandang status sosial, ekonomi, jenis kelamin dan lain sebagainya termasuk anak jalanan.

Menurut uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan sebagai usaha sadar bagi pengembangan manusia dan masyarakat, mendasarkan pada pemikiran tertentu. Setiap Anak berhak memperolah pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat anak. Diantara hak-hak mendasar bagi anak-anak adalah tercukupinya kesempatan pendidikan, dan kebutuhan untuk mengapresiasikan diri dalam konteks mereka sebagai anak-anak. Beberapa problem spesifik anak-anak jalanan yang mencegah keikutsertaan anak-anak jalanan dalam pendidikan formal adalah rendahnya kesadaran tentang arti pendidikan serta masih adanya diskriminasi yang muncul dari masyarakat ketika mereka mengikuti pendidikan formal tertentu. Hal ini sangat mengganggu berbagai upaya pemerintah dan beberapa kelompok masyarakat untuk memberikan pendidikan formal kepada anak-anak jalanan. Sementara, pembiaran anak-anak jalanan untuk tetap tidak memiliki basis pendidikan tertentu akan menciptakan


(58)

problem baru dimasa yang akan datang. Untuk pencapaian pemenuhan hak pendidikan tersebut, maka Rumah Singgah dan Belajar (RSB) Diponegoro telah merancang program pemenuhan kebutuhan pendidikan anak bagi anak-anak jalanan.

4. Tinjauan Tentang Rumah singgah a. Pengertian Rumah Singgah

Lembaga Pelayanan Sosial Anak jalanan adalah suatu wahana yang menyedakan pelayanan sosial bagi anak jalanan, baik yang bersifat rehabilitasi, pengembangan, maupun tindak lanjut baik yang diselenggarakan oleh lembaga milik pemerintah maupun lembaga milik masyarakat. (Depsos RI. 2008 : 7).

Rumah Singgah sebagaimana tertuang dalam dalam petunjuk pelaksanaan Pembinaan kesejahteraan Sosial anak Jalanan (Departemen Sosial RI) adalah suatu wahana yang dipersiapkan sebagai perantara, antara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membentu meraka. Rumah singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana resosialisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Rumah singgah diharapkan akan menjadi tahap awal bagi seorang anak untuk memperoleh pelayanan selanjutnya. Karena itu ditekankan pentingnya menciptakan rumah singgah sebagai tempat yang aman, menarik dan menyenangkan bagi anak jalanan. (Yayasan Lembaga Pengkajian Sosial Humana, hal 65).


(59)

b. Tujuan Rumah Singgah

Peraturan Menteri Sosial RI No 184 Tahun 2011 Tentang Lembaga Kesejahteraan Sosial, BAB II pasal 2-3 :

Pasal 2 : “Tujuan pendirian LKS sebagai wujud peran masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.” Pasal 3 : “Ruang lingkup Peraturan ini meliputi Kedudukan, Peran dan Fungsi, Lingkup Wilayah dan Tipologi, Syarat dan Tata Cara Pendaftaran dan Perizinan LKS, Sumber Daya, Koordinasi, Kewenangan, Pendanaan, Pelaporan, Pembinaan dan Pengawasan, Pemantauan dan Evaluasi, Penghargaan dan Dukungan, dan Sanksi Administrasi.”

c. Prinsip-prinsip Rumah Singgah

Prinsip rumah singgah disusun sesuai dengan karakteristik pribadi maupun kehidupan anak jalanan untuk memenuhi fungsi dan mendukung strategi. Prinsip rumah singgah adalah :

1) Semi institutional yaitu anak jalanan sebagai penerima pelayanan boleh bebas keluar masuk baik untuk tinggal sementara maupun hanya mengikuti kegiatan.

2) Pusat kegiatan rumah singgah merupakan tempat kegiatan, pusat informasi dan akses semua kegiatan yang dilakukan didalam maupun diluar rumah singgah.

3) Terbuka 24 jam yaitu anak jalanan boleh datang kapan saja. 4) Hubungan informasi dalam rumah singgah bersifat informal

seperti perkawanan dan kekeluargaan. 5) Bermain dan belajar.

6) Persinggaan dari perjalanan ke rumah atau alternatif lain. Rumah singgah merupakan persinggahan anak jalanan dari situasi jalanan menuju situasi lain yang dipilih dan ditentukan oleh anak (Zulfadli, 2004).

d. Pendekatan Pelayanan Rumah singgah

Pendekatan pelayanan rumah singgah yang mendasari standar, Pendekatan Ekologi dan Psikososial, Perspektif Kekuatan (Strength Perspective) serta Perlindungan Hak Anak, standar dikembangkan


(60)

dengan memanfaatkan pendekatan ekologi, psikososial, perspektif kekuatan dan perlindungan anak. Dengan memadukan pendekatan-pendekatan tersebut, anak diposisikna sebagai aktor dalam lingkungan sosialnya yang dipengaruhi oleh dan mempengaruhi berbagai sistem, baik keluarga, komunitas, masyarakat maupun kebijakan-kebijakan yang mendukung kehidupan anak. Posisi ini pula yang memungkinkan anak dihargai secara individual, mendapatkan kesempatan yang berpartisipasi dalam terpenuhinya hak-hak mereka sebagai anak yang membutuhkan perlindungan. (Standar Nasional Pengasuhan Untuk lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, hal 8).

e. Tahapan-tahapan Pelayanan Rumah Singgah Tahapan pelayan rumah singgah yaitu :

1) Tahap I : Penjangkauan

Pada tahap ini dilakukan penjangkauan terhadap anak-anak jalanan yang akan diberikan pelayanan melalui Rumah singgah. Pelaksana hendaknya turun ke jalan untuk bertemu dan berkenalan dengan anak-anak yang berada di wilayah sasaran. Proses ini bisa berlangsung pada tiga bulan pertama secara intensif, namun berlangsung selama pelayanan, hanya saja bulan-bulan berikutnya bisa dikurangi atau mengaktifkan anak-anak yang sudah dikenal untuk menghubungi anak-anak lain. Kegiatan penting tahap ini adalah :


(61)

a) Menyusun rencana penjangkauan yang meliputi kantong anak, kelengkapan surat, pengumpulan dataawal, kontak person, koordinasi dengan pihak terkait.

b) Perkenalan dengan anak-anak jalanan.

c) Membuat pemetaan wilayah sasaran dan gambaran keadaan anak jalanan di wilayah tersebut.

d) Identifikasi anak-anak jalanan di wilayah tersebut secara kelompok atau menyeluruh seperti jenis kegiatan, asal daerah, kebiasaan di jalanan, dan lainlain.

e) Pengelompokan anak berdasarkan kegiatan dan ruang gerak anak di kantong anak jalanan.

f) Mengupayakan rumah singgah di dekat lokasi kantong anak jalanan bersama anak jalanan.

g) Mensosialisasikan manfaat rumah singgah kepada anak-anak jalanan.

h) Menumbuhkan kepercayaaan anak jalanan kepada pekerja sosial.

2) Tahap II : Masuk Rumah Singgah

a) Mengajak anak jalanan ke rumah singgah baik digunakan pendekatan perorangan maupun kelompok.

b) Memberikan kesempatan kepada anak jalanan untuk mengenal lebih dekat rumah singgah dan lingkungannnya. c) Identifikasi awal terhadap anak jalanan.


(62)

d) Menjelaskan peran yang harus dilakukan oleh anak dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah singgah.

e) Melakukan kesepakatan pelayanan yang akan diterima anak jalanan.

3) Tahap III : Persiapan Menerima Kegiatan

a) Menciptakan susanan rumah singgah sebagai suatu keluarga dimana satu sama lain saling memahami dan bersikap terbuka.

b) Membuat peraturan/ tata tertib rumah singgah bersama anak.

c) Membimbing anak untuk berperilaku secara normatif. d) Menyusun jadwal pemeriksaan kesehatan bulanan.

e) Pekerja sosial membagi penanganan anak jalanan berdasarkan masalah dan kebutuhannya.

f) Menyiapkan anak memperoleh pelayanan tersebut. 4) Tahap IV : Penerima Kegiatan

a) Menghubungi sistem sumber yang akan dijaldikan mitra. b) Membuat kesepakatan kemitraan antara rumah singgah

dengan sistem sumber. c) Anak memperoleh pelayanan.

d) Memonitoring dan evaluasi anak selama memperoleh pelayanan dari sistem sumber.


(63)

5) Tahap V : Pengakhiran Pelayanan

Pengakhiran pelayanan adalah selesainya pelayanan terhadap anak. Pengakhiran dapat dilakukan, jika:

a) Anak pergi tanpa kabar.

b) Anak jalanan kembali ke keluarga.

c) Anak jalanan dapat dirujuk ke keluarga pengganti dan lembaga penerima rujukan.

d) Anak jalanan yang telah selesai mengikuti seluruh proses pelayanan rumah singgah.

e) Anak jalanan terdapat pekerjaan tetap.

(Petunjuk Teknis Pelayanan Sosial Anak Jalanan, 2005 : 15-18 )

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah penelitian Muhammad Lucky Lukman Dolly (2012).

Muhammad Lucky Lukman Dolly melakukan penelitian tentang Kehidupan Anak Jalanan di Rumah Singgah Anak Mandiri Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah pengelola rumah singgah, pendamping, tutor, dan anak binaan rumah singgah. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.


(64)

Hasil penelitian menunjukan bahwa kehidupan anak jalanan di Rumah Singgah Anak Mandiri Yogyakarta di lakukan dengan tiga bentuk 1) karakteristik kehidupan Anak jalanan pada umumnya tidak berbeda dengan anak-anak pada umumnya, mandi, cuci, kakus serta makan, hanya yang membedakan antara anak jalanan dan anak normal adalah karakter fisik dan psikis, 2) style yang diterapkan anak jalanan dalam kehidupan sehari-hari berpenampilan lusuh dan rambut kemerahan, sedangkan gaya hidup yang diterapkan antara lain: merokok, mewarnai rambut, mabuk-mabukan namun setelah masuk rumah singgah kebiasan itu telah ditinggalkan oleh anak, 3) interaksi dalam pendidikan anak jalanan, bentuk interaksi dalam pendidikan yang di berikan anak jalanan oleh pihak rumah singgah antara lain: a) program pelatihan berupa program life skill, b) program pendampingan memberikan pengajaran atau pendampingan belajar kepada anak jalanan, c) program PKSA adalah serangkaian layanan khusus berupa layanan pemenuhan kebutuhan dasar. Tindak lanjut dari hasil penelitian ini diharapkan perlu adanya penambahan pendamping dan tutor yang berpengalaman dalam pelaksanaan program pemberdayaan untuk anak jalanan.

Dari penelitian dengan judul kehidupan anak jalanan diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA), jika pada penelitian diatas menggunakan tempat di Rumah Singgah Anak Mandiri Yogyakarta


(65)

maka peneliti menggunakan tempat di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro Yogyakarta.


(66)

C. Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Berfikir D.

Penerima Manfaat Dana PKSA

Ada 60 Anak Binaan Penerima Manfaat Dana

PKSA di RSB Diponegoro Masalah Anak

Jalanan

Rumah Singgah dan Belajar Diponegro

Pelaksanaan Bantuan Program Kesejahteraan Sosial

Anak

Pemenuhan Hak Dasar Anak, salah satunya yaitu Upaya Pemenuhan Hak Pendidikan

Dasar Anak Jalanan

Anak Terpenuhi Kebutuhan Dasar dan


(67)

Berdasarkan bagan kerangka berpikir yang ada di atas, maka penjelasan kerangka berpikir tersebut yaitu sebagai berikut :

Perubahan pembangunan disektor ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghasilkan perkembangan yang cukup pesat. Namun tidak dapat dipungkiri menghasilkan dampak yang kurang baik yaitu munculnya kesenjangan sosial di Indonesia. kesenjangan sosial tersebut memunculkan permasalahan di Indonesia khususnya pedesaan maupun perkotaan yang masalahnya lebih komplek. Dari sekian dampak perubahan pembangunan nasional yang tidak merata, mengakibatkan permasalahan. Salah satunya ialah masalah kemiskinan yang belum teratasi secara efektif secara memberikan kontribusi pada ketelantaran anak. Menjadi pendorong banyak anak yang terpaksa beraktifitas di jalanan untuk mencari uang, salah satunya yaitu munculnya anak jalanan.

Keadaan anak jalanan yang sebagian besar menghabiskan waktu dijalan untuk mengais dan mengumpulkan pundi-pundi rupiah, dimana seharusnya anak mendapatkan pendidikan layak di usianya yang tergolong muda, karena dipaksa atau terpaksa turun ke jalan dengan alasan tertentu, sehingga kebutuhan hak dasar anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak tidak terpenuhi. Setiap anak memiliki hak yang sama untuk hidup, tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan potensinya.

Anak jalanan merupakan salah satu aset bangsa dan penerus masa depan bangsa. Keberadaannya dijalanan perlu dientaskan dan salah satu cara mengentaskannya adalah dengan menyelenggarakan rumah singgah.


(68)

Di dalam rumah singgah anak jalanan diberikan pelayanan kesejahteraan sosial diantaranya melalui pemberdayaan anak jalanan. Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro (RSB) sebagai Lembaga Pelayanan Sosial Anak Jalanan untuk memperoleh pendidikan yang memadai, hak untuk menikmati kehidupan anak-anak dan perlindungan. Rumah Singgah sebagai penerima dan pelaksana manfaat dana PKSA klaster Anak Jalanan adalah program kesejahteraan sosial anak yang diperioritaskan kepada anak-anak jalanan dengan komponen program bantuan sosial/Subsidi Hak Dasar Anak, meliputi: Bantuan sosial/subsidi pemenuhan hak dasar (akte kelahiran, tempat tinggal, nutrisi, air bersih, dll), Peningkatan aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar (akses pendidikan dasar, akses pelayanan kesehatan, akses pelayanan rehabilitasi sosial, dll.), Pengembangan potensi diri dan kreativitas anak, Penguatan tanggung jawab orang tua/keluarga dalam pengasuhan dan perlindungan anak, Penguatan kelembagaan kesejahteraan sosial anak.

Anak jalanan yang menjadi binaan Rumah Singgah Diponegoro yang menerima manfaat dana PKSA yaitu berjumlah 60 anak, anak tersebut tidak hanya berasal dari Yogyakarta tetapi juga dari luar Yogyakarta yang beraktifitas di Yogyakarta. Syarat dasar penerima manfaat dana PKSA yaitu anak yang beraktifitas di jalan (anak jalanan). Diharapkan dengan pemanfaatan bantuan dana PKSA tersebut anak dapat memperoleh hak pendidikan dasar dan anak tidak lagi kejalan.


(69)

1. Bagaimana Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan anak jalanan melalui pemanfaatan dana PKSA di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro?

2. Bagaimana hasil yang ingin dicapai dari peran Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak?

3. Bagaimana bentuk-bentuk pelayanan Lembaga Program Kesejahteraan Sosial Anak (LPKSA) RSB Diponegoro sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan melalui pemanfatan dana PKSA?

4. Apa saja yang menjadi faktor penghambat Pelaksanaan Program Kesejahteraan Sosial Anak sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan anak jalanan di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro?

5. Apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan Program Kesejahteraan Sosial Anak sebagai upaya pemenuhan hak dasar pendidikan anak jalanan di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro?


(70)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode, dan alasan menggunakan metode

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan ini dikarenakan ingin mengetahui gambaran lebih dalam terkait dengan Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak jalanan (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan di Rumah Singgah Dan Belajar (RSB) Diponegoro Yogyakarta. Menurut Sugiyono (2007:9):

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Menurut Best (1982:119) dalam Sukardi (2011:157), Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi objek sesuai dengan apa adanya.

Peneliti menggunakan pendekatan dekriptif kualitatif karena permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan angka-angka tetapi berupa kata-kata baik tertulis maupun lisan. Dengan tujuan yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Dengan demikian diharapkan peneliti dapat mendeskripsikan, menguraikan, dan menggambarkan bagaimana Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak jalanan (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan di Rumah


(71)

Singgah Dan Belajar (RSB) Diponegoro Yogyakarta secara menyeluruh, yaitu mengenai implementasi, situasi dan keadaan yang dialami informan. sehingga penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik kualitatif dipakai sebagai pendekatan dalam penelitian ini, karena teknik ini untuk memahami realitas rasional sebagai realitas subyektif khususnya adalah anak jalanan. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat gambaran (deskripsi) mengenai situai-situasi atau kejadian.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian mengenai studi deskripsi tentang Implementasi Program Kesejahteraan Sosial Anak jalanan (PKS-Anjal) Sebagai Upaya Pemenuhan Hak Dasar Pendidikan Anak Jalanan di Rumah Singgah Dan Belajar (RSB) Diponegoro Yogyakarta. Lokasi penelitian dilaksanakan di Rumah Singgah Dan Belajar Diponegoro Yogyakarta yang beralamat Jl. Gudang Pusri No.9 A Kembang RT.01 RW 61 Kelurahan Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Tahap pengumpulan data awal.

yaitu melakukan observasi awal untuk mengetahui tempat, aktifitas anak jalanan di Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro. Dan wawancara formal pada obyek yang akan diteliti.


(1)

 

212   

49 Naufal Sabibi Malang, 8 Oktober

2006

Pinggiran Selokan Mataran (Seturan)

Nurholis Rifatulhasa

nah

Penjual Es

Batu IRT

Tidak Sekolah

50 Nikodemus Wahyu

Hantoro

Gunung Kidul, 5 April

1996 Gowok

Heribertus

Suparno Sunarni

Tukang

Becak Serabutan

SMP Yohanes Bosco

51 Nur Windi Jogjakarta, 22

Desember 2000 Karjono Waliyem - - MI Bego

52 Rahmat Muarif Sleman, 18 Juli 2002

Gledongan Tambakbay an

Klimin

Riyono Suparmi

Tukang

Becak IRT

SDN Babarsari

53 Rusdiana

Nurcahyana

Gunung Kidul, 11 April 2003

Karang Bendo Banguntapa n

Karjono Sri Asih Tukang

Becak IRT

SDN Nogopuro

54 Sapto Nur Nugroho Jogjakarta, 20 April

2001

Gondolayu Kidul

Wahono

(Alm) Durwati -

Penjual Telur Keliling

SDN Gondolayu

55 Setya Ayu Ning

Tyas Jogjakarta, 27 Februari 2002 Karang Asem, Condong Catur Waltono

(Alm) Juwani - PRT

SDN Minomartan i 2

56 Ubaidi Rozaky Magelang Terminal

Terban Pemulung Pemulung

57 Wawan Kurniyanto Sleman, April 2004 Jambu,

Kepuharjo Semijo Sri Lestari

Penambang


(2)

 

213   

58 Wiwin Ardiyanto Sleman, 13 Agustus

1998

Jambu,

Kepuharjo Jemadi Winarsih Tani Tani

SDN Petung

59 Yausika Duhri

Salsabila Sleman, 18 Juli 2003 Mundusaren Rubanto Siti Lestari Angkringan IRT

TK TUNAS WISATA

60 Davit Sleman, 10 april 2005 Ambarukm


(3)

 

214   


(4)

(5)

(6)