Jika kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus II belum meningkat, maka akan dilakukan tindakan pada siklus berikutnya.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, digunakan dua teknik pengumpulan data. Sugiyono 2009: 308 menyatakan bahwa teknik pengumpulan
data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
3.4.1. Jenis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu hasil tes kemampuan berpikir kritis yang merupakan hasil belajar kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa.
3.4.2. Cara Pengambilan Data
Cara pengambilan data disesuaikan dengan jenis data yang diambil, data tentang kemampuan berpikir kritis siswa diambil melalui lembar penilaian kriteria
kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan dalam LKS dan soal evaluasi. Data hasil belajar kognitif siswa diambil melalui soal evaluasi yang diberikan
pada setiap akhir siklus. Data hasil belajar psikomotorik dan afektif siswa diambil melalui lembar observasi.
a. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen
– dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik Sukmadinata, 2009: 221. Dokumentasi dilakukan
untuk memperoleh daftar nilai siswa yang termasuk dalam subyek penelitian yaitu nilai siswa kelas X-1 SMA N 1 Rembang Purbalingga.
b. Tes
Tes merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat mengukur. Menurut Arikunto 2006: 150 tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan
serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mempelajari materi, berupa soal
– soal uraian. Beberapa nomor tes uraian yang digunakan mengandung indikator
berpikir kritis yang meliputi merancang penyelidikan, mengklasifikasi, menyimpulkan, menginterpretasi data, menganalisis, dan mengevaluasi.
Sebuah tes yang baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, diantaranya adalah validitas dan realibilitas. Untuk menganalisis soal tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
Uji validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen Arikunto, 2006: 168. Instrumen dapat
dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang diinginkan. Instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, dan sebaliknya jika instrumen tidak valid,
maka instrumen tersebut mempunyai validitas yang rendah. Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas suatu instrumen adalah rumus korelasi
product moment Arikunto, 2006: 170.
Adapun rumus untuk mengukur validitas adalah sebagi berikut : ∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑
∑ ∑
Keterangan: r
xy
= koefisien korelasi antara X dengan Y X = skor tiap item
Y = skor total N = jumlah subjekpeserta didik yang diteliti
Kriteria untuk melihat valid atau tidaknya dibandingkan dengan harga r pada table product moment dengan taraf signifikansi 5 suatu butir dikatakan
valid jika harga Arikunto, 2007: 75.
Dari hasil analisis uji coba, untuk soal siklus I dan II, masing – masing
dari jumlah seluruh soal 33 soal diperoleh 20 butir soal yang valid dan 13 butir soal yang tidak valid. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 9.
Uji Reliabilitas tes
Reliabilitas instrumen adalah ketetapan alat evaluasi dalam mengukur. Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan
mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap Arikunto, 2007: 86. Tetapi jika hasilnya berubah-ubah maka
dapat dikatakan tidak berarti, sehingga pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes.
Adapun rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal tes bentuk uraian adalah rumus alpha, yaitu:
∑
, Arikunto, 2007 :109
Keterangan: r
11
= reliabilitas yang dicari ∑
= jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total
n = banyaknya butir soal
Rumus varians butir soal, yaitu
∑
∑
Arikunto, 2007 :110 Keterangan:
∑ = jumlah butir soal ∑
= jumlah kuadrat butir soal N = banyak subyek pengikut tes
Kriteria pengujian reliabilitas yaitu setelah didapatkan harga ,
kemudian harga tersebut dikonsultasikan dengan harga r product moment pada
tabel. Jika maka item tes yang di uji cobakan reliabel Arikunto,
2007 :112. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, didapatkan bahwa
adalah 0,8119 pada siklus I dan 0,972 pada siklus II. Sedangkan untuk
dengan jumlah peserta sebanyak 35 dan taraf kesalahan 5 didapatkan sebesar 0,334.
Hal ini didapatkan bahwa sehingga soal merupakan soal yang
reliable. Perhitungan reliabel soal disajikan pada lampiran 9.
Taraf Kesukaran Soal
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran Arikunto, 2007:207. Besarnya indeks kesukaran antara 0,0
sampai 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks
1,0 menunjukkan bahwa soalnya mudah. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar.
Teknik perhitungan tingkat kesukaran butir soal uraian adalah dengan menghitung berapa persen testi yang gagal menjawab benar atau ada di bawah
batas lulus passing grade untuk tiap-tiap item. Rumus yang digunakan adalah: , Arifin, 1991: 135.
Interpretasi nilai tingkat kesukaran itemnya dapat digunakan tolak ukur sebagai berikut :
1 Jika jumlah testi yang gagal ≤ 27, termasuk mudah.
2 Jika 27 jumlah testi yang gagal ≤ 72, termasuk sedang.
3 Jika jumlah testi yang gagal 72, termasuk sukar.
Batas lulus ideal adalah 6 untuk skala 0-10. Dari hasil analisis soal uji coba yang terdiri dari 18 soal pada siklus I dan
15 soal ada siklus II, soal siklus I diperoleh 6 butir soal mudah, 8 butir soal yang sedang, dan 4 butir soal sukar. Sedangkan uji coba soal siklus II diperoleh 5 butir
soal mudah, 8 butir soal sedang, dan 2 butir soal sukar. Sebagai contoh perhitungan dapat dilihat pada tabel perhitungan taraf kesukara Lampiran 9.
Daya Pembeda
Perhitungan daya beda soal digunakan untuk membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Rumus yang digunakan untuk
menghitung daya beda dari tiap butir soal adalah sebagai berikut :
̅ ̅
, Arifin, 2009: 133 Keterangan
DP = daya beda
̅
= rata-rata dari kelompok atas
̅ = rata-rata dari kelompok bawah
Skor maks = skor maksimum Kriteria daya pembeda soal :
0,40 ke atas = sangat baik
0,30 - 0,39 = baik
0,20 – 0,29 = cukup, soal perlu diperbaiki
0,19 ke bawah = kurang baik, soal harus dibuang Dari hasil analisis, soal siklus I diperoleh 6 soal kurang baik, 3 soal cukup,
7 soal baik, dan 2 soal amat baik. pada siklus II diperoleh 4 soal kurang baik, 5 soal cukup, 3 soal baik, dan 2 soal amat baik. perhitungan dapat dilihat pada
lampiran 9.
c. Lembar Observasi