Lembar Observasi Analisis Data Penelitian

Daya Pembeda Perhitungan daya beda soal digunakan untuk membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda dari tiap butir soal adalah sebagai berikut : ฀฀ ฀ ̅ ฀฀ ฀̅ ฀฀ ฀฀฀฀ ฀฀฀฀ , Arifin, 2009: 133 Keterangan DP = daya beda ฀ ̅ ฀฀ = rata-rata dari kelompok atas ฀ ̅ ฀฀ = rata-rata dari kelompok bawah Skor maks = skor maksimum Kriteria daya pembeda soal : 0,40 ke atas = sangat baik 0,30 - 0,39 = baik 0,20 – 0,29 = cukup, soal perlu diperbaiki 0,19 ke bawah = kurang baik, soal harus dibuang Dari hasil analisis, soal siklus I diperoleh 6 soal kurang baik, 3 soal cukup, 7 soal baik, dan 2 soal amat baik. pada siklus II diperoleh 4 soal kurang baik, 5 soal cukup, 3 soal baik, dan 2 soal amat baik. perhitungan dapat dilihat pada lampiran 9.

c. Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini ada tiga jenis yaitu untuk mengukur kemampuan mengevaluasi siswa saat diskusi kelas, lembar observasi kemampuan afektif, dan lembar observasi kemampuan psikomotorik siswa. Lembar observasi menggunakan skala nilai 1 sampai 3. Skala tersebut juga digunakan untuk menilai LKS sebagai alat untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 22, 23, dan 24. Lembar observasi pada penelitian ini telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing sehingga sudah memenuhi syarat suatu alat evaluasi yang baik.

3.5. Analisis Data Penelitian

Data yang diperoleh dari penelitian ini terdiri dari data kuantitatif. Oleh karena itu, analisis data yang dilakukan berupa analisis kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui tes dan lembar observasi. Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut: Kemampuan Berpikir Kritis Untuk mengetahui nilai kemampuan berpikir kritis siswa, digunakan tiga alat ukur, yang pertama adalah lembar penilaian kemampuan berpikir kritis dengan rentang skala 1 sampai 3, ini digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis yang tertuang dalam LKS. Alat untuk mengukur kemampuan berpikir kritis yang kedua adalah dengan menggunakan tes uraian. Sedangkan yang ketiga adalah lembar observasi untuk mengukur kemampuan mengevaluasi siswa saat proses diskusi kelas berlangsung. Penilaian berpikir kritis setiap indikatornya secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Indikator berpikir kritis Penilaian Mengamati LKS Menghipotesis LKS Merancang penyelidikan LKS + Soal Evaluasi Mengukur LKS Mengklasifikasi LKS + Soal Evaluasi Menyimpulkan LKS + Soal Evaluasi Menginterpretasi data LKS + Soal Evaluasi Menganalisis LKS + Soal Evaluasi Mengevaluasi observasi + Soal Evaluasi Untuk menghitung prosentase berpikir kritis dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: 100     maksimal skor diperoleh yang skor Nilai Kemampuan berpikir kritis dibedakan mejadi 4 kategori : 81,25 100   x = kategori sangat kritis. 62,50 25 , 81   x = kategori kritis 43,75 50 , 62   x = kategori kurang kritis 25,00 75 , 43   x = kategori sangat kurang kritis Dengan x adalah nilai yang diperoleh Ali, 2003: 184 Prosentase Ketuntasan Belajar Klasikal Prosentase ketuntasan belajar klasikal siswa dihitung dengan menggunakan rumus deskriptif persentase sebagai berikut. 100   N n Sudjana, 2002:184 Keterangan : = persentase n = jumlah siswa yang tuntas secara klasikal N = jumlah seluruh siswa Nilai Rata-Rata Siswa Nilai rata-rata siswa dicari dengan menggunakan rumus : ̅ ∑ , Sudjana, 2002: 109 Keterangan : ̅ : nilai rata-rata ∑ : jumlah nilai seluruh N : banyaknya siswa Dengan rentang ketuntasan siswa sebagai berikut : ̅ = belajar belum tuntas ̅ = belajar tuntas Uji Gain Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis, dari satu siklus ke siklus berikutnya digunakan faktor Hake sebagaimana disebutkan dalam Wiyanto 2008:86 sebagai berikut:           awal awal akhir x x x g 100 Keterangan : g 0,7 = kategori peningkatan tinggi 0, 3  g  0.7 = kategori peningkatan sedang g 0,3 = kategori peningkatan rendah

3.6. Indikator Keberhasilan

Dokumen yang terkait

Penerapan model cooperative learning teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar akutansi siswa ( penelitian tindakan kelas di MAN 11 jakarta )

0 6 319

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Penerapan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian tindakan kelas di Kelas IV-1 SD Dharma Karya UT

1 4 173

Pengaruh metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa

2 17 0

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DI SEKOLAH DASAR.

0 3 32

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN IPS.

3 10 76

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 45

11.005 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

0 0 10