Jenis-Jenis Berbicara Kerangka Teoretis

20 persendian juncture. Jika dilakukan dengan tatap muka, gerak tangan dan mimik juga berperan. Berdasarkan beberapa paparan itu dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan komunikasi dengan menyampaikan pesan melalui media lisan atau verbal berupa bunyi-bunyi artikulasi kepada orang lain.

2.2.2 Jenis-Jenis Berbicara

Berbicara merupakan bagian dari ilmu bahasa Linguistik. Menurut Hendrikus 1990:16-17, berbicara dikelompokkan dalam dua jenis yaitu monologika dan dialogika. Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog, dalam proses ini hanya seorang yang berbicara. Bentuk- bentuk yang tergolong dalam monologika adalah pidato, kata sambutan, kuliah, makalah, ceramah, dan deklamasi. Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, di mana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab, perundingan, percakapan, dan debat. Sebagian besar kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari dilakukan dengan komunikasi verbal, sehingga dapat terjadi bermacam- macam jenis kegiatan berbicara. Pada setiap kesempatan dapat terjadi proses berbicara yang berbeda sesuai dengan para pelakunya. Menurut Tarigan 1997:47-56, berbagai jenis kegiatan berbicara pada dasarnya menggunakan 21 titik pandang berupa situasi, tujuan, metode penyampaian, jumlah penyimak, dan peristiwa khusus. Aktivitas berbicara selalu terjadi atau berlangsung dalam suatu situasi dan lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal atau nonformal. Pelaku pembicara dituntut untuk menguasai keterampilan tertentu dalam setiap situasi. Dalam situasi formal pembicara dituntut untuk berbicara secara formal, demikian pula dalam situasi nonformal pembicara dituntut untuk berbicara secara nonformal. Pada bagian akhir pembicaraan, yang diinginkan pembicara adalah mendapat tanggapan dari pendengarnya. Tanggapan dari pendengar yang diharapkan adalah tanggapan yang sesuai dengan tujuan berbicara tersebut. Pada umumnya, tujuan berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan atau menggerakkan pendengarnya. Pembicaraan baik dalam situasi formal maupun nonformal dilakukan dengan berbagai cara atau metode. Penyampaian pembicaraan secara mendadak terjadi karena seseorang tanpa direncanakan sebelumnya harus berbicara di depan umum. Sejumlah pembicara menggunakan catatan kecil berupa butir-butir penting sebagai pedoman berbicara. Dalam tahap belajar pembicara menyampaikan bahan pembicaraan dengan menghafalkan kata demi kata teks yang telah disiapkan. Berbicara yang dilakukan berdasarkan naskah resmi dilaksanakan dalam situasi yang menuntut kepastian, dan menyangkut kepentingan umum. 22 Komunikasi lisan selalu melibatkan dua pihak, yakni pendengar dan pembicara. Jumlah peserta yang berperan sebagai penyimak dalam komunikasi lisan bervariasi, misalnya satu orang, beberapa orang, dan banyak orang. Berdasarkan jumlah penyimaknya berbicara dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu berbicara antar pribadi, berbicara dalam kelompok kecil, dan berbicara dalam kelompok besar. Dalam kehidupan manusia sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai kegiatan. Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, atau istimewa. Peristiwa khusus dapat terjadi di semua tempat. Dalam peristiwa khusus tersebut dilakukan upacara tertentu berupa sambutan atau pidato singkat seperti presentasi, penyambutan, perpisahan, jamuan, perkenalan, dan nominasi. Sesuai dengan peristiwanya, pidato harus mengena pada peristiwa yang berlangsung.

2.2.3 Kemampuan Menyampaikan Penjelasan sebagai Keterampilan Berbicara

Dokumen yang terkait

The Effectiveness Of Using Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Techniques in Teaching Reading

1 16 116

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS PROSES BELAJAR SISWA MELALUI METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS Upaya Peningkatan Aktivitas Proses Belajar Siswa Melalui Metode Student Teams Achievement Divisions (STAD)pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA N

0 1 15

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) PADA SISWA KELAS V SD N 1 SEDAYU BANTUL.

0 1 162

Student Teams Achievement Divisions STA

0 0 3