Flaypaper Effect pada Dana Alokasu umum (DAU),dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

(1)

SKRIPSI

FLAYPAPER EFFECT PADA DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP

BELANJA DAERAH PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

OLEH: SRI WAHYUNI

110503019

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “flaypaper effect pada Dana Alokasi umum (DAU),dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Desember 2015 Yang membuat pernyataan,

Sri Wahyuni NIM : 110503019


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul ” flaypaper effect pada Dana Alokasu umum (DAU),dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara ”. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orangtua penulis, ayahanda Sahdat Pasaribu dan ibunda Saudah Nasution, yang tidak henti-hentinya mencurahkan kasih sayang, perhatian, bimbingan, motivasi dan do’anya kepada penulis. Terima kasih telah menjadi ayah dan ibu yang terbaik dan juga pahlawan bagi penulis. Kepada abangku Yusrianto Pasaribu dan Zulhamdi Pasaribu, Adikku Nurbasani Pasaribu,Asmul Pauziah Pasaribu, serta keluarga besarku tercinta terima kasih atas cinta, kasih sayang, dan doa yang diberikan selama ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaiakan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam memberikan pengarahan, bimbingan, motivasi, bantuan dan kerja sama sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.


(4)

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak, CA sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si,selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak dan Bapak Drs. Rasdianto, M.Si sebagai Dosen Penguji dan Dosen Pembanding yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU yanng selama ini telah mendidik dan membimbing penulis dengan baik, serta untuk sahabat terbaik saya Fitri Nurlaili Hanif, Maria Ulfah Ritonga, Sri Rahayu, Yuli Anggraini, dan Latifah Hannum Pasaribu yang selalu memberikan motivasi, dorongan dan telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.


(5)

Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya, khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah bersedia membantu penyelesaian skripsi ini. Amiin.

Medan, Desember 2015 Penulis

Sri Wahyuni NIM:110503019


(6)

ABSTRAK

FLYPAPER EFFECT PADA DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP BELANJA DAERAH

PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh dana alokasi umum (DAU) dan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap belanja daerah (BD) di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara, dan untuk mengetahui apakah terjadi fenomena flypaper effect tahun berjalan dan tahun sebelumnya padda pengaruh dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena empiris yang disertai data statistik, karakteristik dan pola hubungan antar variabel. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang diukur dalam skala numerik. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Laporan Anggaran APBD tahun 2010-2014, yang diperoleh dari situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah melalui website (www.djpk.kemenkeu.go.id). Teknik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan alat analisis yaitu regresi berganda (multiple regression) dengan menggunakan program SPSS.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah. Secara simultan dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah. Dalam penelitian ini tidak terjadi fenomena flypaper effect pada pengaruh dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah pada tahun berjalan maupun tahun-tahun sebelumnya.

Kata Kunci : Flypaper Effect, Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Belanja Daerah


(7)

ABSTRACT

FYPAPER EFFECT TO GENERAL ALLOCATION FUND (DAU) AND LOCAL OWN REVENUE IN LOCAL GOVERNMENT EXPENSE AT

DISTRICT/CITY OF NORTH SUMATERA PROVINCE

This study aims to analyze the effect of general allocation fund (DAU) and local own revenue (PAD) to local government expense (BD) at District/City of North Sumatera Province and to determine whether there is a phenomenon of flypaper effect of the current year and previously in the effect of general allocation fund and local own revenue to local government expense at District/City of North Sumatera Province.

This research is a quantitative description that aims to ekplain an empirical phenomenon with statistical data, characteristic and relation between the variables. The data is analyzed in this research is a quantitative data which is measured in a numerical scale. The data are taken from the local government budgetary reports in 2010-2014, through the website directorate-general of local government fiscal balance (www.djpk.kemenkeu.go.id). This research is analyzed using multiple regression and SPSS program.

The result of this research shows that partially general allocation fund and local own revenue are affecting positively and significantly to local government expense. Simultaneously, general allocation fund and local own revenue are affecting positively and significantly. This research indicates that there isn’t occurred flypaper effect in general allocation fund and local own revenue to local government expense of the current year and previously.

Keywords : Flypaper Effect, general allocating fund, local own revenue, local government expense


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori …... ... 7

2.1.1 Otonomi Daerah... ... 7

2.1.2 flypaper effect... ... 9

2.1.3 Identifikasi flypaper effect... 10

2.1.4 Pendapatan Asli Daerah ………. ... 10

2.1.5 Belanja Daerah... ... 14

2.1.6 Dana Alokasi Umum... ... 18

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20

2.3 Kerangka Konseptual ... 23

2.4 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Populasi dan sampel ... 26

3.3 Jenis dan Sumber data... 28

3.4 Definisi Operasional ... 29

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.6 Skala Pengukuran Variabel ... 31

3.7 Teknik Analisis data ... 31

3.7.1 Metode regresi sederhana (simple regression) dan ... 29

Metode Regresi berganda (multiple regression) ... 29

3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 30

3.7.2.1 Uji Normalitas ... 30

3.7.2.2 Uji Multikolinearitas ... 32

3.7.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 32


(9)

3.7.3.2 Uji Signifikan Simultan (uji f) ... 34

3.7.3.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 34

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum ... ……….. 4.2 Analisi Hasil Penelitian………... 35

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 35

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 37

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 37

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 40

4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 41

4.3 Pengujian Hipotesis ... 42

4.3.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 44

4.3.2 Uji F (F test) ... 45

4.3.3 Uji t (t test) ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1 Kesimpulan ... 51

5.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... .. 53 LAMPIRAN ...


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20

3.1 Populasi dan Sampel ... 24

3.2 Skala Pengukuran Variabel ... 29

4.1 Statistik Deskriptif………. 36

4.2 Haji Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov…… 39

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas………. 41

4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas………. 42

4.5 Hasil Analisis Regresi……… 43

4.6 Model Summary………. 44

4.7 Hasil Uji F………. 45


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 2.3 Kerangka Konseptual ... 22


(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Adapaun yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Diamping itu melaui otonomi luas, daerah diharapakan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perubahan Undang Nomor 22 tahun 1999 menjadi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa Pelaksanaan kebijakan Indonesia tentang Otonomi daerah, dimulai secara efektif pada tanggal 1 Januari 2001, merupakan kebijakan yang dipandang sangat


(13)

namun disisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang lebih besar bagi pemerintah daerah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Artinya, pelimpahan beberapa wewenang dari Pusat di daerah juga disertai dengan pelimpahan masalah dan kemiskinan yang selama ini tidak mampu ditangani dan diselesaikan oleh pemerintah Pusat.

Menurut Bird dan Vaillanccourt (Musripah, 2011) menyatakan bahwa ada tiga variasi desentralisasi fiskal dalam kaitannya dengan derajat kemandirian pengambilan keputusan yang dilakukan di daerah yaitu:

1) Desentralisasi, yang berarti pelepasan tanggung jawab yang berada dalam lingkungan pemerintah pusat ke instansi vertikal di daerah atau pemerintah daerah.

2) Delegasi yang berhubungan dengan situasi, yaitu daerah bertindak sebagai perwakilan pemerintah untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu atas nama pemerintah.

3) Devolusi atau pelimpahan yang berhubungan dengan suatu situasi yang bukan saja implementasi tetapi juga kewenangan untuk memutuskan apa yang perlu dikerjakan berada di daerah.

Desentralisasi sendiri mempunyai tujuan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat, pengembangan kehidupan berdemokrasi, keadilan, pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dan antar daerah (Sidik dkk 2002). Dalam UU No.32 Tahun 2004 disebutkan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah, pemerintah pusat akan mentransfer Dana Perimbangan yang terdiri dari


(14)

Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan bagian daerah dari Dana Bagi Hasil yang terdiri dari Pajak dan Sumber daya alam. Disamping dana perimbangan tersebut, pemerintah daerah mempunyai sumber pendanaan sendir berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), pembiayaan, dan lain-lain pendapatan. Kebijakan penggunaan semua dana tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah. Seharusnya dana transfer dari pemerintah pusat diharapkan digunakan secara efektif dan efisien oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula secara transparan dan akuntabel.

Pada praktiknya, transfer dari pemerintah Pusat merupakan sumber dana utama Pemda untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari, yang oleh pemerintah Daerah dilaporkan di perhitungan APBD. Tujuan dari transfer ini adalah untuk mengurangi (kalau tidak mungkin menghilangkan) kesenjangan fiskal antar pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di seluruh negeri, Simanjuntak (dalam Sidik dkk : 2002)

Penelitian sebelumnya telah banyak yang mengangkat permasalahan transfer ini, di Amerika Serikat, persentase transfer dari seluruh pendapatan mencapai 50% untuk pemerintah federal dan 60% untuk pemerintah daerah, Fischer (dalam Maimunah : 2006). Di negara-negara lain persentase transfer atas penngeluaran pemerintah Daerah adalah 85% di Afrika Selatan, 67%-955 di Nigeria, dan 70%-905 di Meksiko. Di Indonesian, pada masa sekarang ini, sesuai dengan UU No. 33 tahun 2004, transfer sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan


(15)

Beberapa peneliti menemukan respon pemeritah daerah berbeda untuk transfer dan pendapatan sendiri (seperti pajak). Ketika penerimaan daerah berasal dari transfer, maka stimulasi atas belanja yang ditimbulkannya berbeda dengan stimulasi yang muncul dari pendapatan daerah (terutama pajak daerah). Oates (dalam Halim : 2002) menyatakan bahwa ketika respon (belanja) daerah lebih besar terhadap transfer daripada pendapatannya sendiri, maka disebut flypaper effect .

Selanjutnya Deller dan Maher (dalam Maimunah : 2006) meneliti kategori pengeluaran daerah dengan fokus pada terjadinya flypaper effect. Mereka menemukan pengaruh unconditional grants pada kategori pengeluaran adalah lebih kuat pada kebutuhan non esensial atau kebutuhan luxury seperti taman dan rekreasi, kebudayaan dan pelayanan pendidikan daripada kebutuhan esensial atau normal seperti keamanan dan proteksi terhadap kebakaran.

Sukriy dan Halim (2002) melakukan pengujian adanya flypaper effects pada belanja daerah pemerintah kabupaten/kota di pulau Jawa dan Bali pada tahun 2001. Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa flypaper effect terjadi pada DAU periode t-1 terhadap Belanja Daerah periode t. Namun hasil penelitian tersebut tidak dapat digeneralisasikan untuk seluruh wilayah Indonesia. Karena menurut Halim (2002) pemerintah daerah kabupaten/kota di Jawa-Bali memiliki kemampuan keuangan berbeda dengan pemerintah daerah kabupaten/kota di luar Jawa-Bali.

Menanggapi hal tersebut, Maimunah (2006) melakukan penelitian yang sama pada pemerintah daerah kabupaten/kota di pulau Sumatera pada tahun


(16)

2003 dan 2004. Hasil yang diperoleh konsisten dengan penelitian Sukriy dan Halim (2002) yaitu DAU periode t-1 memiliki pengaruh lebih besar dari pada PAD periode t-1 terhadap Belanja Daerah periode t. Namun ketika diuji pengaruh DAUt dan PADt secara bersama-sama terhadap Belanja Daerah t, hasilnya PAD tidak signifikan dan DAU berpengaruh terhadap Belanja Daerah.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang dijelaskan diatas, berhubung peneliti kuliah di Universiatas Sumatera Utara maka peneliti tertarik untuk membuat penelitian yang berjudul Flypaper Effect Pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah Pada Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang yang dikemukakan di atas maka yang menjadi permasalahan di dalam penelitian ini adalah:

1) Apakah DAU dan PAD berpengaruh terhadap Belanja Daerah di Kabupaten / Kota Provinsi Sumatera Utara?

2) Apakah terjadi flypaper effect pada Pengaruh DAU dan PAD terhadap Belanja Daerah di Kabupaten / Kota Provinsi Sumatera Utara?

3) Apakah terjadi flypaper effect pada pengaruh DAU dan PAD tahun

sebelumnya terhadap Belanja Daerah tahun berjalan di Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Utara?


(17)

1.3 Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui pengaruh DAU dan PAD terhadap Belanja Daerah di

Kabupaten / Kota Provinsi Sumatera Utara.

2) Untuk mengetahui apakah terjadi flypaper effect pada Pengaruh DAU dan PAD terhadap Belanja Daerah di Kabupaten / Kota Provinsi Sumatera Utara 3) Untuk mengetahui apakah flypaper effect pada pengaruh DAU dan PAD

tahun sebelumnya terhadap Belanja Daerah tahun berjalan di Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Utara .

1.4 Manfaat Penelitian

1) Bagi Peneliti, memperluas pengetahuan dan pamahaman peneliti mengenai Flypaper Effect pada DAU dan PAD terhadap Belanja Daerah.

2) Bagi Akademisi, Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan dan wawasan mengenai Flypaper Effect pada DAU dan PAD terhadap Belanja Daerah.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya, Sebagai bahan referensi dan data tambahan bagi peneliti lainnya yang tertarik pada bidang kajian ini.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Otonomi Daerah

Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah. Otonomi daerah adalah kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri terutama berkaitan dengan pemerintahan umum maupun pembangunan, yang sebelumnya diurus pemerintahan pusat.

Salah satu ketetapan MPR yaitu Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang “Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia” merupakan landasan hukum bagi dikeluarkannya UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (yang kemudian direvisi dengan UU No.32 dan 33 tahun 2004) sebagai dassar penyelenggaraan otonomi daerah.

Otonomi daerah dewasa ini telah menjadi semacam nilai product dari sebuah “industri” bernama pemerintah yang begitu masuk di pasar langsung memperoleh tanggapan sanngat tinggi. Otonomi daerah menjadi sesuatu yang


(19)

Disatu pihak, otonomi daerah memberikan harapan baru terhadap tumbuhnya kesadaran untuk membangun daerah secara lebih optimal, tidak lagi terkonsentrasi di Pusat. Namun di pihak lain, otonomi daerah menghadirkan kekhaatiran munculnya ‘desentralisasi masalah’ dan ‘desentralisasi kemiskinan’. Artinya pelimpahan beberapa wewenang dari Pusat di daerah juga disertai dengan pelimpahan masalah dan kemiskinan yang selama ini tidak mampu ditangani dan diselesaikan oleh perintah Pusat.

Silalahi, et al. (1995) menyatakan bahwa tujuan otonomi daerah adalah meningkatkan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam rangka mewujudkan otonomi daerah. Sumber daya manusia yang dibutuhkan tersebut antara lain adalah :

1) Mempunyai wadah, perilaku, kualitas, tujuan, dan kegiatan yang dilandasi dengan keahlian dan ketrampilan tertentu.

2) Kreatif dalam arti mempunyai jiwa inovatif, serta mampu mengantisipasi tantangan maupun perkembangan, termasuk di dalamnya mempunyai etos kerja yang tinggi.

3) Mampu sebagai penggerak swadaya masyarakat yang mempunyai rasa solidaritas sosial yang tinggi, peka terhadap dinamika masyarakat, mampu kerjasama dan mempunyai orientasi berpikir people centered orientation.

4) Mempunyai disiplin yang tinggi dalam arti berpikir konsisten terhadap program, sehingga mampu menjabarkan kebijaksanaan nasional menjadi program operasional pemerintah daerah sesuai dengan rambu-rambu pengertian program urusan yang ditetapkan.


(20)

2.1.2 Flypaper Effect

Istilah Flypaper Effect diperkenalkan pertama kali oleh Courant, Gramlich, dan Rubinfeld (1979) untuk mengartikulasikan pemikiran Arthur Okun (1930) yang menyatakan “money sticks where it hits”. Flypaper Effect adalah suatu fenomena pada suatu kondisi ketika Pemerintah Daerah merespon belanja daerahnya lebih banyak berasal dari transfer/grants atau spesifiknya pada transfer tidak bersyarat atau unconditional grants daripada pendapatan asli dari daerahnya tersebut sehingga akan mengakibatkan pemborosan dalam Belanja Daerah.

Fenomena Flypaper Effect membawa implikasi lebih luas bahwa transfer dari pemerintah pusat akan meningkatkan belanja pemerintahan daerah yang lebih besar daripada penerimaan transfer itu sendiri (Turnbull dalam Megasari : 2015). Fenomena flypaper effect dapat terjadi dalam dua versi. Pertama merujuk pada peningkatan pajak daerah dan anggaran belanja pemerintah yang berlebihan. Kedua mengarah pada elastisitas pengeluaran terhadap transfer yang lebih tinggi daripada elastisitas pengeluaran terhadap penerimaan pajak daerah (Gorodnichenko dalam Megasari : 2015).

Telaah mengenai Flypaper Effect dapat dikelompokkan menjadi 2 aliran pemikiran, yaitu model birokratik (bureaucratic model) dan ilusi fiskal (fiscal illusion model). Model birokratik menelaah Flypaper Effect dari sudut pandang birokrat, sedangkan model ilusi fiskal mendasarkan kajiannya dari sudut pandang masyarakat yang mengalami keterbatasan informasi terhadap anggaran pemerintahan daerahnya. Dengan demikian, Flypaper Effect terjadi karena


(21)

superioritas pengetahuan birokrat mengenai transfer. Informasi lebih yang dimiliki birokrat memungkinkannya memberikan pengeluaran yang berlebih.

2.1.3 Identifikasi Flypaper Effect

Asumsi penentuan terjadinya flypaper effect pada penelitian ini fokus pada perbandingan pengaruh PAD dan DAU terhadap Belanja Daerah. Melo (2002) dan Venter (2007) yang dikutip oleh Putri (2014) menyatakan bahwa flypaper effect terjadi apabila:

1) Pengaruh/ nilai koefisien DAU terhadap belanja daerah lebih besar dari pada pengaruh PAD terhadap terhadap Belanja Daerah, dan nilai keduanya signifikan.

2) Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh/ respon PAD terhadap Belanja Daerah tidak signifikan, maka dapat disimpulkan terjadi flypaper effect.

2.1.4 Pendapatan Asli Daerah

PAD merupakan sumber penerimaan daerah yang harus terus menerus dipacu pertumbuhannya. Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Daerah sebagai perwujudan desentralisasi. PAD dapat dijadikan sebagai indikator dalam menilai tingkat kemandirian suatu daerah dalam mengelola keuangan daerahnya, makin tinggi rasio PAD dibandingkan dengan total pendapatan makin tinggi tingkat kemandirian suatu daerah. PAD selalu dihubungkan dengan kewenangan daerah untuk memungut pajak (daerah) atau pungutan lainnya seperti retribusi, padahal


(22)

pendapatan asli daerah juga dapat berasal dari sumber lain seperti, hasil pengelolaan perusahaan daerah walaupun hasilnya yang relative kecil. Menurut Undang-undang nomor 33 tahun 2004 PAD terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain PAD yang sah. Pajak daerah dan retribusi daerah bersifat limitatif (closed-list) artinya bahwa Pemerintah daerah tidak dapat memungut jenis pajak dan retribusi selain yang telah di tetapkan dalam undang-undang.

Menurut Pasal 6 Undang-undang No.33 Tahun 2004 pendapatan asli daerah berasal dari:

1) Pajak Daerah

Pajak merupakan iuran yang dapat dipaksakan kepada wajib pajak oleh pemerintah dengan balas jasa yang tidak langsung dapat ditunjuk.

Pada pokoknya pajak memiliki dua peranan utama yaitu sebagai

sumber penerimaan negara (fungsi budget) dan sebagai alat untuk mengatur (fungsi regulator) . Sedangkan menurut Mardiasmo (2004) mendefenisikan pajak daerah adalah pajak yang dipungut daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga daerah tersebut.

Menurut Undang-undang No.34 tahun 2000 pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku


(23)

yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak daerah adalah pajak negara yang diserahkan kepada daerah untuk dipungut berdasarkan peraturan perundangan yang dipergunakan untuk membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik.

Bicara soal pajak daerah, dalam pemerintahan daerah kata pajak daerah selalu dikaitkan dengan retribusi daerah. Retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah pusat karena seseorang atau badan hukum menggunakan jasa dan barang pemerintah yang langsung dapat ditunjuk, Sutrisno (dalam Saputri : 2014).

Pada dasarnya retribusi adalah pajak, tetapi merupakan jenis pajak khusus, karena ciri-ciri dan atau syarat-syarat tertentu masih dapat dipenuhi . Syarat-syarat tertentu tersebut antara lain: berdasarkan undang-undang atau peraturan yang sederajat harus disetor ke kas negara atau daerah dan tidak dapat dipaksakan. Batasan pengertian retribusi ini sendiri merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah karena seseorang dan atau badan hukum menggunakan barang dan jasa pemerintah yang langsung dapat ditunjuk.

2) Bagian Laba Perusahaan Daerah

Perusahaan daerah merupakan salah satu komponen yang diharapkan dalam memeberikan kontribusinya bagi pendapatan daerah, tapi sifat utama dari perusahaan daerah bukanlah berorientasi pada keuntungan, akan tetapi justru dalam memberikan jasa dan menyelenggarakan kemanfaatan umum, atau dengan


(24)

perkataan lain perusahaan daerah menjalankan fungsi ganda yang harus terjamin keseimbangannya yaitu fungsi ekonomi,(kaho dalam saputri : 2014)..

Pemerintah daerah mendirikan perusahaan daerah atas dasar berbagai pertimbangan yaitu menjalankan ideologi yang dianutnya bahwa sarana produksi milik masyarakat; melindungi konsumen dalam hal ada monopoli alami, seperti angkutan umum atau telepon; dalam rangka mengambil alih perusahaan asing; untuk menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi daerah; dianggap cara yang efisien untuk menyediakan

layanan masyarakat, dan/atau menebus biaya, serta untuk

menghasilkan penerimaan untuk pemerintah daerah.

Sumber pendapatan asli daerah yang kedua yaitu adalah laba dari perusahaan daerah. Karena berbentuk perusahaan maka prinsip pengelolaannya berdasarkan atas asas-asas ekonomi perusahaan. Dengan demikian, perusahaan harus mencari keuntungan dan selanjutnya sebagian dari keuntungan tersebut diserahkan ke kas daerah. Fungsi pokok dari perusahaan daerah adalah :

a. Sebagai dinamisator perekonomian daerah, yang berarti perusahaan daerah harus mampu memberikan rangsangan bagi berkembangnya perekonomian daerah.

b. Sebagai penghasil pendapatan daerah yang berarti harus

mampu memberikan manfaat ekonomis sehingga terjadi keuntungan yang dapat diserahkan ke kas daerah.


(25)

Fungsi utama dari dinas-dinas daerah adalah memberikan pelayanan umum kepada masyarakat tanpa terlalu memperhitungkan untung dan ruginya, tetapi dalam batas-batas tertentu dapat didaya gunakan untuk bertindak sebagai organisasi ekonomi yang memberikan pelayanan dengan imbalan jasa. Penerimaan lain-lain membuka kemungkinan bagi pemerintah daerah untuk melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan baik yang berupa materi dalam hal kegiatan bersifat bisnis, maupun non materi dalam hal kegiatan tersebut untuk menyediakan, melapangkan atau memantapkan suatu kebiajakan pemerintah daerah dalam suatu bidang tertentu.

Jadi di satu pihak dapat menghimpun dana sebagai salah satu sumber penerimaan daerah dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, di lain pihak lebih mengarah kepada public service dan bersifat penyuluhan yaitu tidak mengambil keuntungan, melainkan hanya sekedar untuk menutup resiko biaya administrasi yang dikeluarkan.

2.1.5 Belanja Daerah

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah dirinci menurut urusan pemerintah daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib,


(26)

urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.

Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Perlindungan dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dimaksud diujudkan dalam bentuk pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak, serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Belanja daerah harus mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga, tolok ukur kinerj, dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Renyowijoyo: 2008).

Dalam rangka memudahlan penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, belanja menurut kelompok belanja terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program


(27)

Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:

a. Belanja Pegawai, merupakan belanja kompensasi dalam bentuk gaji

dan tunjangan serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

b. Belanja Bunga, digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga

utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang (Principal Outsanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

c. Belanja Subsidi, digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya

produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu yang menghasilkan produk atau jasa pelayanan umum masyarakat agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

d. Belanja Hibah, digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah

dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan yang secara spesifik telah dietapkan peruntukannya. e. Belanja Bantuan Sosial, digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada kelompok/anggota masyarakat dan partai politik.

f. Belanja Bagi Hasil, digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan


(28)

pemerintah daerah. tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

g. Belanja Bantuan Keuangan, digunakan untuk menganggarkan

bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.

h. Belanja Tidak terduga, merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan

bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya,

termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:

a. Belanja Pegawai, digunakan untuk pengeluaran honorarium/upah

dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

b. Belanja barang dan jasa, digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.


(29)

dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan (Warsito, dkk 2008).

2.1.6 Dana Alokasi Umum

Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi (UU No.33 Tahun 2004). Pembagian dana untuk daerah melalui bagi hasil berdasarkan

daerah penghasil cenderung menimbulkan ketimpangan antar daerah

dengan mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah. Alokasi dana alokasi umum bagi daerah yang potensi fiskalnya besar namun kebutuhan fiskalnya kecil akan memperoleh alokasi Dana Alokasi Umum yang relatif kecil. Sebaliknya daerah yang memiliki potensi fiskalnya kecil namun kebutuhan fiskalnya besar akan memperoleh alokasi Dana alokasi umum relatif besar. Dengan maksud melihat kemampuan APBD dalam membiayai kebutuhan-kebutuhan daerah dalam rangka pembangunan daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi dengan belanja pegawai (Halim, 2009).

Halim (2009) mengatakan bahwa ketimpangan ekonomi anatara satu Provinsi dengan Provinsi lain tidak dapat dihindari dengan adanya desentralisasi fiskal. Disebabkan oleh minimnya sumber pajak dan sumber daya alam yang kurang dapat digali oleh Pemerintah Daerah. Untuk menanggulangi ketimpangan tersebut, Pemerintah pusat berinisiatif untuk memberikan subsidi berupa DAU kepada daerah. Bagi daerah yang tingkat kemiskinannya lebih tinggi, akan diberikan DAU lebih besar dibanding daerah yang kaya dan begitu


(30)

juga sebaliknya. Selain itu untuk mengurangi ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan penugasan pajak antara pusat dan daerah telah diatasi dengan adanya kebijakan bagi hasil dan Dana Alokasi Umum minimal sebesar 26 % dari Penerimaan dalam negeri. Dana Alokasi Umum akan memberikan kepastian bagi daerah dalam memperoleh sumber pembiayaan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran yang menjadi tanggung jawab masing-masing daerah.

Adapun cara menghitung DAU menurut ketentuan adalah sebagai berikut (Halim, 2009):

a. DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26 % dari penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN.

b. DAU untuk daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota ditetapkan

masing-masing 10% dan 90% dari Dana Alokasi Umum sebagaimana ditetapkan diatas.

c. DAU untuk suatu Kabupaten/Kota tertentu ditetapkan berdasarkan

perkalian jumlah Dana Alokasi Umum untuk Kabupaten/Kota yang ditetapkan APBN dengan porsi Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

d. Porsi Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud di atas merupakan

proporsi bobot Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.

Menurut UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah bahwa kebutuhan DAU oleh suatu daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Kota) ditentukan dengan menggunakan pendekatan Fiscal Gap, dimana kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan atas kebutuhan daerah dengan


(31)

potensi daerah. Dana Alokasi Umum digunakan untuk menutup celah yang terjadi karena kebutuhan daerah melebihi dari potensi penerimaan daerah yang ada. 2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu

Tabel 2.1 memperlihatkan jurnal-jurnal dan penelitian yang penulis jadikan sebagai referensi dan pedoman dalam penelitian Flypaper Effect Pada Dana Alokasi Umum (DAU) , Dana Alokasi Khusus dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah Pada Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Sukriy dan

Halim (2002)

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)

dan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap belanja pemerintahan daerah: Studi kasus

kabupaten/kota di Jawa dan bali

Bahwa ketika tidak digunakan tanpa lag, pengaruh PAD terhadap Belanja daerah lebih kuat daripada DAU, tetapi dengan digunakan lag, pengaruh DAU terhadap Belanja daerah justru lebih kuat daripada PAD dengan tujuan untuk mengetahui transfer (DAU) dan PAD terhadap belanja pemerintah daerah. Hal ini berarti terjadi Flypaper effect dalam

respon Pemerintah Daerah terhadap DAU

dan PAD.

2 Maimunah

(2006)

Flypaper Effect Pada Dana Alokasi Umum

(DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera

Pertama, hasil pengujian dari hipotesis alternatif pertama dan kedua adalah diterima, artinya besarnya nilai DAU dan PAD mempengaruhi besarnya nilai Belanja daerah (pengaruh positif). Kedua, hasil pengujian hipotesis alternatif ketiga yang tujuannya adalah untuk mengetahui terjadi tidaknya


(32)

flypaper effect, juga diterima. Hal tersebut membuktikan bahwa telah terjadi flypaper effect pada Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Sumatera.

3 Kuncoro

(2007)

Fenomena Flypaper Effect Pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota dan Kabupaten di Indonesia

Peningkatan alokasi transfer pemerintah pusat

dan pertumbuhan belanja pemerintahan daerah diikuti dengan penggalian PAD yang lebih tinggi. Gejala

ini memperlihatkan

bahwa birokrat pemerintah daerah bertindak sangat reaktif terhadap transfer yang diterima dari pusat.

4 Amalia

(2015)

Analisis Flypaper Effect Pada Belanja Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten

Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik secara parsial dan

simultan Pendapatan Asli

Daerah dan Dana Alokasi Umum mempengaruhi Belanja Daerah secara signifikan. Analisis flypaper effect yang dapat disimpulkan dari hasil di atas adalah bahwa meskipunkedua variabel bebas (PAD dan DAU) secara signifikan dapat mempengaruhi variabel terikatnya

(belanja daerah), namun PAD ternyata lebih berpengaruh dibandingkan DAU.


(33)

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu (Erlina, 2008). Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti membuat kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

H1

H2

H3

Undang undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pusat dan Daerah Telah menetapkan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaan wewenang tersebut juga melekat sumber-sumber pembiayaannya. Realisasi kewenangan tersebut adalah diberikannya kewenangan untuk memungut Pajak dan Retribusi kepada daerah, dan diberikannya hak Dana perimbangan kepada daerah (Soekarwo, 2003). Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Dana Alokasi Umum

(DAU) X1

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

X2

Belanja Derah Y


(34)

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah pada dasarnya menuntut kreativitas dari Pemerintah Daerah dalam menjalankan berbagai fungsi daerah. Berdasarkan kewenangan yang ada, maka Pemerintah Daerah Dapat menetapkan berbagai jenis sumber penerimaan daerah. Kuantitas dan kualitas jenis-jenis penerimaan baru tersebut sangat bergantung pada Pemerintah Daerah (Soekarwo, 2003).

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah. Erlina (2011:30), “Menyatakan hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara emoiris”. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Dengan demikian hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.

Dalam beberapa penelitian, hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan daerah mempengaruhi anggaran belanja Pemerintah daerah disebut dengan tax-spend hypotesis. Hipotesis ini mengandung makna bahwa kebijakan Pemerintah Daerah dalam menganggarkan belanja daerah disesuaikan dengan pendapatan daerah yang diterima.Namun di sisi lain, transfer yang diterima dari Pemerintah Pusat juga turut mempengaruhi besarnya anggaran belanja daerah yang akan dianggarkan oleh Pemerintah Daerah. dalam jangka panjang transfer berpengaruh terhadap belanja Daerah.Kebijakan-kebijkan belanja daerah jangka


(35)

diterima. Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H1 : DAUt berpengaruh signifikan terhadap BDt

Flypaper effect merupakan sebuah fenomena yang terjadi saat pemerintah daerah melakukan belanja lebih banyak dengan menggunakan transfer (grants) atau DAU daripada menggunakan kemampuan sendiri atau kapasitas fiskal. Untuk mendeteksi terjadi atau tidaknya flypaper effect, (1) DAU lebih signifikan dimana kedua-duanya signifikan, (2) Kapasitas Fiskal Tidak signifikan secara parsial. Untuk menentukan hubungan DAU sebagai prediksi belanja daerah periode selanjutnya, Hipotesis yang digunakan adalah :

H2 : Pengaruh DAUt-1 terhadap belanja daerah lebih besar daripada pengaruh PADt-1 terhadap BD.

Dalam Sukriy dan Halim (2003) menyatakan bahwa beberapa penelitian mengenai perilaku Pemerintah Daerah dalam merespon transfer Pemerintah Pusat yang telah dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa respon Pemda berbeda untuk transfer dan pendapatan daerahnya sendiri. Ketika respon Pemerintah Daerah lebih besar untuk transfer disbanding pendapatan daerahnya sendiri maka disebut flypaper effect.

Penelitian tentang analisis pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)

dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah (BD) di Indonesia sebelumnya sudah pernah dilakukan yaitu pada Pemerintah kabupaten/kota di pulau Sumatera, Jawa dan Bali. Hasil penelitian pada kabupaten/kota di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa secara terpisah, DAU dan PAD berpengaruh signifikan


(36)

terhadap Belanja Daerah, baik dengan lag maupun tanpa lag. Ketika tanpa menggunakan lag, pengaruh PAD terhadap belanja daerah lebih kuat daripada DAU, tetapi dengan digunakan lag, pengaruh DAU terhadap Belanja Daerah justru lebih kuat daripada PAD. Hal ini berarti terjadi flypaper effect dalam respon Pemda terhadap DAU dan PAD (Sukriy dan Halim 2003). Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa stimulus

untuk melakukan Belanja Daerah pada tahun t dipengaruhi oleh transfer pemerintah pusat yang diterima daerah periode t-1. maka hipotesis untuk mengetahui ada tidaknya flypaper effect adalah:


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena empiris yang disertai data statistik, karakteristik dan pola hubungan antar variabel.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah kabupaten/kota di Sumatera Utara yang berjumlah 33 Kabupaten/Kota yang terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota.

Tabel 3.1

Populasi dan Sampel Penelitian

No Nama Kabupaten/Kota Kriteria Sampel

1 2 3

1 Kabupaten Asahan √ √ X -

2 Kabupaten Dairi √ √ √ Sampel 1

3 Kabupaten Deli Serdang √ √ √ Sampel 2

4 Kabupaten Tanah Karo √ √ X -

5 Kabupaten Labuhan Batu √ √ √ Sampel 3

6 Kabupaten Langkat √ √ √ Sampel 4

7 Kabupaten Mandailing Natal X -


(38)

9 Kabupaten Simalungun √ √ √ Sampel 5

10 Kabupaten Tapanuli Selatan X -

11 Kabupaten Tapanuli Tengah √ √ √ Sampel 6

12 Kabupaten Tapanuli Utara √ √ √ Sampel 7

13 Kabupaten Toba Samosir √ √ √ Sampel 8

14 Kota Binjai √ √ √ Sampel 9

15 Kota Medan √ √ √ Sampel 10

16 Kota Pematang Siantar √ √ √ Sampel 11

17 Kota Sibolga √ √ √ Sampel 12

18 Kota Tanjung Balai X √ -

19 Kota Tebing Tinggi X √ -

20 Kota Padang Sidempuan √ √ √ Sampel 13

21 Kabupaten Pakpak Barat √ √ √ Sampel 14

22 Kabupaten Nias Selatan X √ -

23 Kabupaten Humbang

Hasundutan

√ √ √ Sampel 15

24 Kabupaten Serdang Bedagai X X -

25 Kabupaten Samosir √ √ √ Sampel 16

26 Kabupaten Batu Bara √ √ √ Sampel 17

27 Kabupaten Padang Lawas √ √ √ Sampel 18

28 Kabupaten Padang Lawas

Utara

√ √ √ Sampel 19

29 Kabupaten Labuhan Batu

Selatan

√ X X -


(39)

31 Kabupaten Nias Utara X X X -

32 Kabupaten nias barat X X X -

33 Kota Gunung Sitoli X X X -

Sumber: www.djpk.kemenkeu.go.id

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel dengan memilih sampel berdasarkan kriteria yang sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kabupaten/kota yang telah memasukkan data Laporan Anggaran APBD di situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah tahun 2010-2014. 2. Kabupaten dan Kota yang melaporkan Pendapatan Asli Daerah, DAU, dan

Belanja Daerah yang digunakan sebagai bahan penelitian ini.

3. Jumlah Pendapatan Asli Daerah, DAU dan Belanja Daerah tidak (-) minus dan tidak (0) nol.

Dari 33 daerah kota dan kabupaten yang dijadikan populasi, hanya sebanyak 19 yang memenuhi kriteria untuk ditetapkan sebagai sampel penelitian pada tabel 3.1

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang diukur dalam skala numerik. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Laporan Anggaran APBD tahun 2010-2014, yang diperoleh dari situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah


(40)

Daerah melalui website www.djpk.kemenkeu.go.id. Dari laporan APBD tahun 2010-2014 dapat diperoleh data mengenai jumlah realisasi Belanja Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan DAU.

3.4 Defenisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variabel atau dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

1) Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Belanja Daerah. Yang dimaksud dengan Belanja Daerah dalam penelitian ini adalah angka realisasi Belanja Daerah Pemerintah Daerah di Provinsi Sumatera Utara pada Tahun Anggaran 2010 hingga 2014 dengan nominal mata uang Rupiah (Rp).

2) Variabel Bebas

a. Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum (DAU) dalam penelitian ini adalah angka

realisasi DAU Pemerintah Daerah di Sumatera Utara pada Tahun Anggaran 2010 hingga 2014 dengan nominal mata uang Rupiah (Rp).

b. Pendapatan Asli Daerah

PAD dalam penelitian ini merupakan salah satu variabel independen atau variabel bebas yang merupakan variabel yang mempengaruhi


(41)

dimaksud dengan PAD dalam penelitian ini adalah angka realisasi PAD Pemerintah Daerah di Provinsi Sumatera Utara pada Tahun Anggaran 2010 hingga 2014 dengan nominal mata uang Rupiah (Rp).

Untuk flypaper effect tidak dijabarkan definisi operasionalnya. Hal ini dikarenakan flypaper effect merupakan situasi yang dihasilkan oleh ketiga variabel di atas. Dimana ketika koefisien DAU lebih berpengaruh signifikan terhadap BD daripada PAD maka, situasi ini disebut flypaper effect.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan– bahan yang relevan, akurat dan realistis. Dalam mengumpulkan data sekunder, penulis menggunakan metode, yaitu:

1. Kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan bahan

kepustakaan berupa buku-buku, tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, artikel, dan laporan-laporan penelitian yang bersangkutan.

2. Dokumentasi dari beberapa situs web, dengan berkembangnya teknologi maka muncullah berbagai informasi yang memudahkan penulis dalam mencari data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder bersumber dari dokumen laporan APBD yang diperoleh dari situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah melalui www.djpk.kemenkeu.go.id .


(42)

3.6 Skala Pengukuran Variabel

Untuk mengukur variabel-variabel yang sudah diidentifikasi digunakan instrumen dan alat ukur sebagai berikut:

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Jenis Variabel Nama Variabel

Indikator Kriteria/Ukuran Skala Pengukuran

Dependen Belanja

Daerah (Y)

Laporan APBD Pemkab/ Pemkot Sumut

Anggaran Belanja Modal tahun 2010-2014.

Rasio

Independen PAD (X1) Laporan PAD

Pemkab/ Pemkot Sumut

Anggaran PAD tahun 2010-2014.

Rasio

Independen DAU (X2) Laporan DAU

Pemkab/ Pemkot Sumut

Anggaran DAU tahun 2010-2014.

Rasio

3.7 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan alat analisis yaitu regresi berganda (multiple regression) dengan menggunakan program komputer yang dibuat khusus untuk membantu pengolahan data statistik, yaitu SPSS.

3.7.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Statistik deskriptif pada umumnya digunakan untuk memberikan informasi mengenai variabel penelitian yang utama.


(43)

3.7.2 Uji Asusmsi Klasik

Pengujian data dilakukan dengan pengujian asumsi klasik meliputi: 3.7.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Jika data normal, gunakan statistik parametrik, dan jika data tidak normal, gunakan statistik nonparametrik atau lakukan trestment agar data normal.

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Erlina : 2008). Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal, jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

Ada 2 cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu:

1. Analisis Grafik

Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan plotnya data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.


(44)

2. Analisis Statistik

Uji One Sample Kolomogorov Smirnov digunakan untuk mengetahui distribusi data, apakah mengikuti distribusi normal, poisson, uniform, atau exponential. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah distribusi residual terdistribusi normal atau tidak. Residual berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari 0,05.

3.7.2.2 Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi (yang tinggi) antar variabel bebas (Ghozali, 2011:105). Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF) pada model regresi.

3.7.2.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas (Erlina : 2008). Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model


(45)

ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Prasyarat dalam model regresi adalah tidak adanya masalah heteroskedastisitas.

Dalam penelitian ini untuk mengetahui terjadinya heterokedastisitas digunakan uji uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka c tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

3.7.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda bertujuan untuk memprediksi kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut :

Y = α + β1DAU + β2PAD + e Keterangan:

Y = Belanja Modal

α = Konstanta

β = Slope atau Koefisien Regresi

DAU = Dana Alokasi Umum

PAD = Pendapatan Asli Daerah

e = error


(46)

Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan uji t. Ada empat hipotesis yang akan di uji dengan uji t.

Uji t ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi t-hitung dengan ketentuan:

• Jika t hitung < t tabel pada α = 0,05, maka H1 ditolak,

• Jika t hitung > t tabel pada α = 0,05, maka H1 diterima.

3.7.3.2 Uji Signifikan Simultan ( Uji F Statistik )

Sifnifikansi model regresi secara simultan diuji dengan melihat perbandingan antara F-tabel dan F-hitung. Selain itu akan dilihat nilai signifikansi (sig), dimana jika nilai sig dibawah 0,05 maka variabel independen dinyatakan berpengaruh terhadap variabel dependen.

Uji F ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi F-hitung dengan ketentuan:

• Jika F-hitung < F-tabel pada α = 0,05, maka H1 ditolak,

• Jika F-hitung > F-tabel pada α = 0,05, maka H1 diterima.

3.7.3.3 Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin tinggi nilai R² maka semakin baik pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Ciri-ciri dari R²:

1. Jumlah nilai R² tidak pernah negatif.


(47)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

Populasi dalam penelitian ini adalah 33 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, dengan menggunakan data yang bersumber dari laporan APBD selama periode tahun 2010-2014. Setelah dilakukan pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling, maka diperoleh sebanyak 19 kabupaten/kota yang memenuhi kriteria sampel yang ditetapkan sehingga data penelitian untuk pengamatan selama 5 tahun menjadi 95 unit analisis. Metode analisis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode analisis yang menggunakan persamaan regresi berganda.

4.2 Analisi Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif (descriptive statistic) berfungsi untuk memberi gambaran umum mengenai nilai rata-rata, nilai minimum, nilai maksimum, dan standar deviasi dari data yang digunakan dalam penelitian. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dana alokasi umum (DAU) dan pendapatan asli daerah (PAD), sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah belanja daerah (BD). Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut:

Tabel 4.1


(48)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

BD 95 249122 4524738 899513.27 805138.516

DAU 95 167780 1393505 505874.00 278106.234

PAD 95 4379 1758788 116351.74 294392.005

Valid N (listwise)

95

Berdasarkan data dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah unit analisis (N) dalam penelitian ini adalah sebanyak 95 unit analisis yang terdiri dari 19 daerah dengan waktu pengamatan selama 5 tahun, yakni mulai dari tahun 2010 hingga 2014. Berdasarkan tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai minimum Belanja Daerah (BD) adalah 249.122 terdapat di Kabupaten Pakpak Barat pada tahun 2010. Sedangkan nilai maksimum BD adalah 4.524.738 terdapat di Kota Medan pada tahun 2013. Rata-rata BD selama kurun waktu tahun 2010-2014 adalah 899.513,27. BD memiliki standar deviasi 805.138,516 yang menunjukkan variasi penyebaran data pada variabel tersebut.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai minimum Dana Alokasi Umum (DAU) adalah 167.780 terdapat di Kabupaten Pakpak Barat pada tahun 2010. Sedangkan nilai maksimum DAU adalah 1.393.505 terdapat di Kota Medan pada tahun 2014. Rata-rata DAU selama kurun waktu tahun 2010-2014 adalah 505.874,00. DAU memiliki standar deviasi 278.106,234 yang


(49)

menunjukkan variasi penyebaran data pada variabel pengalokasian anggaran belanja daerah

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai minimum Pendapatan Asli

Daerah (PAD) adalah 4.379 terdapat di Kabupaten Pakpak Barat pada tahun 2010. Sedangkan nilai maksimum PAD adalah 1.758.788 terdapat di Kota Medan pada tahun 2013. Rata-rata PAD selama kurun waktu tahun 2010-2014 adalah 116.351,74. PAD memiliki standar deviasi 294.392,005 yang menunjukkan variasi penyebaran data pada variabel tersebut.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (Situmorang, 2007).

Cara lain menguji normalitas adalah dengan menggunakan pendekatan grafik dengan melihat titik-titik di sepanjang garis diaginal. Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila titik-titik mengikuti data di sepanjang garis diagonal.

Gejala multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas mana saja yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai yang biasa dipakai dalam uji ini adalah jika nilai Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinieritas (Situmorang, 2007).


(50)

Gambar 4.1


(51)

Pada grafik histogram (gambar 4.1) menunjukkan bahwa bahwa data telah berdistribusi normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Pada scatter plot (gambar 4.2) memperlihatkan titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mendekati garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.

Uji normalitas juga dapat dilakukan dengan Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui apakah variabel dana alokasi umum, pendapatan asli daerah, dan belanja daerah berdistribusi normal atau tidak. Apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal sedangkan jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

Tabel 4.2 berikut menyajikan tabel hasil uji Kolmogorov Smirnov. Tabel 4.2

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 95

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.04602302E5

Most Extreme Differences

Absolute .170

Positive .155

Negative -.170

Kolmogorov-Smirnov Z .748

Asymp. Sig. (2-tailed) .683

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(52)

Hasil pengolahan data dengan menggunakan pendekatan 1 sample KS menunjukkan besar nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0.748 dan signifikansi pada 0.683 maka disimpulkan data terdistribusi secara normal karena nilai asymp. Sig. adalah 0.683 dan berada di atas nilai signifikan 0,05. Kesimpulan secara keseluruhan yang dapat diambil adalah bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya.

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model regresiyang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Erlina, 2008).

Gejala multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas mana saja yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai yang biasa dipakai dalam uji ini adalah jika nilai Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinieritas (Situmorang, 2007).


(53)

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 44656.818 26479.222 1.686 .095

DAU 1.522 .056 .526 27.416 .000 .499 2.005

PAD 1.496 .052 .547 28.526 .000 .499 2.005

a. Dependent Variable: BD

Berdasarkan uji multikolinearitas yang terdapat dalam tabel 4.3 tersebut, seluruh variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu DAU dan PAD memiliki angka variance inflaction factor (VIF) lebih kecil dari 5, DAU dan PAD memiliki angka VIF 2,005 Sementara itu, angka tolerance DAU dan PAD menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,1 yaitu 0,499. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolineritas dalam variabel bebasnya.

4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas

Menurut Ghozali (2011:139) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Dalam penelitian ini untuk mengetahui terjadinya heterokedastisitas digunakan uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan cara


(54)

meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

Tabel 4.4

Hasil Uji Heterokedastisitas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 11841.965 20234.831 .585 .560

DAU .104 .042 .346 2.458 .061

PAD .020 .040 .070 .500 .618

a. Dependent Variable: ABS_RES

Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi variabel DAU 0,61 ; vriabel PAD 0,618. Signifikasi kedua variabel independen lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

4.2.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda bertujuan untuk memprediksi kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengolahan data dengan menggunakan regresi linear dilakukan dalam beberapa tahapan untuk mengetahui bagaimana variabel dependen/kriteria dapat diprediksikan melalui variabel independen atau prediktor, secara individual. Dampak dari penggunaan analisis


(55)

dependen dapat dilakukan melalui menaikkan dan menurunkan keadaan variabel independen. Berikut hasil regresi yang ditampilkan dalam tabel 4.5

Tabel 4.5 Analisis Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 44656.818 26479.222 1.686 .095

DAU 1.522 .056 .526 27.416 .000

PAD 1.496 .052 .547 28.526 .000

a. Dependent Variable: BD

Berdasarkan tabel di atas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 44.656,818 + 1,522 DAU + 1,496 PAD + e

Dimana :

Y : Belanja Daerah

DAU : Dana Alokasi Umum PAD : Pendapatan Asli Daerah e : error

Persamaan tersebut dapat diartikan sebagai berikut:

1) Konstanta sebesar 44.656,818 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen (DAU, PAD = 0) maka tingkat belaja daerah sebesar 44.656,818.

2) Koefisien regresi dana alokasi umum (DAU) = +1,522 artinya setiap

penambahan dana alokasi umum sebesar 1% dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan, maka akan menaikkan tingkat belanja daerah sebesar 1,522.

3) Koefisien regresi pendapatan asli daerah (PAD) = +1,496 artinya setiap penambahan pendapatan asli daerah sebesar 1% jika variabel lainnya dianggap konstan , maka akan menaikkan tingkat belanja daerah sebesar 1,496.


(56)

4.2.3.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (�2) merupakan suatu nilai (nilai proporsi) yang mengukur seberapa besar kemampuan variabel-variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi, dalam menerangkan variasi variabel tak bebas (Supranto, 2005:158, Gujarati, 2003:212). Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 dan 1. Nilai koefsien determinasi �2 yang kecil (mendekati nol) berarti kemampuan variabel-variabel bebas secara simultan dalam menerangkan variasi variabel tak bebas amat terbatas. Nilai koefisien determinasi �2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel tidak bebas.

Tabel 4.6

Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .992a .983 .983 105733.171

a. Predictors: (Constant), PAD, DAU b. Dependent Variable: BD

Hasil pengolahan regresi berganda pada tabel 4.8 menujukkan bahwa nilai R adalah 0,992 atau 99,2%, berarti hubungan (relation) antara belanja daerah dengan variabel independennya yaitu dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah sangat erat. R Square sebesar 0,983 berarti 98.3% faktor-faktor belanja daerah dapat dijelaskan oleh dana alokasi umum


(57)

dan pendapatan asli daerah. Sedangkan selebihnya 1.7% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini.

4.2.3.2 Uji F (F test)

Pengujian hipotesis uji F dilakukan untuk melihat apakah secara keseluruhan dana alokasi umum dan kapasitas fiskal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen, yaitu belanja daerah. Dari hasil pengujian simultan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji F

ANOVAb Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5.991E13 2 2.995E13 2679.314 .000a

Residual 1.029E12 92 1.118E10

Total 6.094E13 94

a. Predictors: (Constant), PAD, DAU b. Dependent Variable: BD

Hasil output SPSS diatas menunjukkan Sig 0,000 < α 0,05 berarti signifikan, Fhitung 2679,314 > Ftabel 3,10. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Variabel dana alokasi umum (DAU) dan penapatan asli daerah (PAD) secara bersama berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah (BD).


(58)

4.2.3.3 Uji t (t test)

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Dari hasil

pengujian analisis regresi diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.8

Hasil Uji t Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 44656.818 26479.222 1.686 .095

DAU 1.522 .056 .526 27.416 .000

PAD 1.496 .052 .547 28.526 .000

a. Dependent Variable: BD

Hasil pengujian secara parsial yang terdapat dalam tabel 4.10 diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Dana alokasi umum berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap belanja daerah. Hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05.

2) Pendapatan asli daerah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap belanja daerah. Hal ini terlihat dari nilai signifikans 0,000 lebih kecil dari 0,05.

Berdasarkan kedua hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah secara individu berpengaruh terhadap belanja daerah. Dengan dengan demikian H2 dan H3 dapat diterima.


(59)

Dalam menentukan apakah terjadi flypaper effect ada dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

1) Nilai koefisien DAU lebih besar dari pada nilai koefisien PAD dimana kedua-duanya signifikan.

2) PAD tidak signifikan.

Hasil yang didapat adalah nilai koefisien dana alokasi umum adalah sebesar 27,416 sedangkan nilai koefisien pendapatan asli daerah adalah 28,526. Sementara nilai signifikansi DAU 0,00 dan PAD 0,000. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi flypaper effect pada belanja daerah pemerintah kabupaten/kota di propinsi Sumatera Utara karena nilai koefisien PAD yang lebih besar dari pada DAU (28,526 > 27,416).

Untuk menentukan pengaruh DAU sebagai prediksi belanja daerah periode ke depan, maka dilakukan regresi yaitu dengan meregresikan DAUt-1 dan PADt-1 terhadap BDt.

1) Analisis pengaruh DAU2010 dan PAD2010 terhadap BD2011 Tabel 4.9

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 28934.191 28437.839 1.017 .324

DAU 1.643 .083 .506 19.848 .000

PAD 3.288 .146 .572 22.461 .000

a. Dependent Variable: BD

Hasil uji t menunjukkan nilai koefisien DAU2010 adalah sebesar 19,848 sedangkan nilai koefisien PAD adalah 22,461. Sementara nilai signifikansi


(60)

DAU 0,00 dan PAD 0,000. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi flypaper effect pada belanja daerah pemerintah kabupaten/kota di propinsi Sumatera Utara karena nilai koefisien PAD yang lebih besar dari pada DAU (22,461> 19,848), sehingga H4 ditolak.

2) Analisis pengaruh DAU2011 dan PAD2011 terhadap BD2012 Tabel 4.10

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 5405.390 53237.072 .102 .920

DAU 1.642 .139 .443 11.796 .000

PAD 2.623 .161 .614 16.333 .000

a. Dependent Variable: BD

Hasil uji t menunjukkan nilai koefisien DAU2011 adalah sebesar 11,796 sedangkan nilai koefisien PAD2011 adalah 16,333. Sementara nilai signifikansi DAU 0,00 dan PAD 0,000. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi flypaper effect pada belanja daerah pemerintah kabupaten/kota di propinsi Sumatera Utara karena nilai koefisien PAD yang lebih besar dari pada DAU (16,333> 11,796), sehingga H4 ditolak.


(61)

3) Analisis pengaruh DAU2012 dan PAD2012 terhadap BD2013 Tabel 4.11

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 93309.737 58250.000 1.602 .129

DAU 1.478 .122 .417 12.150 .000

PAD 1.908 .101 .649 18.928 .000

a. Dependent Variable: BD

Hasil uji t menunjukkan nilai koefisien DAU2012 adalah sebesar 12,150 sedangkan nilai koefisien PAD2012 adalah 18,928. Sementara nilai signifikansi DAU 0,00 dan PAD 0,000. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi flypaper effect pada belanja daerah pemerintah kabupaten/kota di propinsi Sumatera Utara karena nilai koefisien PAD yang lebih besar dari pada DAU (18,928> 12,150), sehingga H4 ditolak.

4) Analisis pengaruh DAU2013 dan PAD2013 terhadap BD2014 Tabel 4.12

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 266443.767 91998.173 2.896 .011

DAU 2.120 .169 .649 12.558 .000

PAD 1.030 .125 .426 13.252 .000

a. Dependent Variable: BD

Hasil uji t menunjukkan nilai koefisien DAU2013 adalah sebesar 12,558 sedangkan nilai koefisien PAD2013 adalah 13,252. Sementara nilai signifikansi


(62)

DAU 0,00 dan PAD 0,000. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi flypaper effect pada belanja daerah pemerintah kabupaten/kota di propinsi Sumatera Utara karena nilai koefisien PAD yang lebih besar dari pada DAU (13,252>12,558), sehingga H4 ditolak.


(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara simultan, variabel dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah berpengaruh secara bersama-sama terhadap belanja daerah.

2. Secara parsial, variabel dana alokasi umum berpengaruh secara positif dan signigfikan terhadap belanja daerah, dan variabel pendapatan asli daerah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap belanja daerah.

3. Tidak terjadi fenomena flypaper effect pada belanja daerah pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.

4. Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tidak bertumpu pada DAU dalam menentukan besarnya belanja daerah periode ke depannya.

5.2 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya agar memperbanyak jumlah

sampel kabupaten/kota, khususnya di luar provinsi Sumatera Utara. Hal ini bertujuan agar semakin banyak diketahui daerah yang memungkinkan terjadi fenomena flypaper effect.

2. Bagi peneliti berikutnya untuk menambah variabel-variabel yang


(64)

3. Kepada pemerintah daerah yang bersangkutan. Hasil penelitian ini menunjukkan prestasi pemerintahan kabupaten/kota dalam pembiayaan yang lebih bertumpu pada pendapatan daerah itu sendiri. Namun di sisi lain, peran pemerintah pusat melalui DAU masih cukup besar sehingga pemerintah daerah harus lebih berupaya mengurangi peran DAU, salah satunya melalui memaksimalkan kapasitas pendapatan asli daerah.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Fitri, 2015. “Analisis Flypaper Effect Pada Belanja Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten, Jurnal Organisasi dan Manajemen, Vol 11 No 1 Page 15-25.

Ardhini, 2011. Pengaruh Rasio Keuangan Daerah Terhadap Belanja Modal Untuk Pelayanan Publik Dalam Perspektif Teori Keagenan (Studi Pada Kabupaten Dan Kota Di Jawa Tengah). JurnalSkripsi. Universitas Diponegoro

Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, USU Press, Medan.

Erlina dan Rasdianto, 2013. Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual, Brama Ardian, Medan.

Halim, Abdul, 2002. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah, Salemba Empat, Jakarta.

Renyowijoyo, Muindro, 2008. Akuntansi Sektor Publik Organisasi Non Laba, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Halim, Abdul, 2009. Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Keuangan Daerah ,Salemba Empat, Jakarta.

Kusnandar dan Dodik Siswanto, 2012. “Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal”. Skripsi. Universitas Indonesia, Jakarta. Mardiasmo, 2004. Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Maimunah, M, 2006, “Flypaper Effect Pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera. STIE Musi Palembang. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.

Megasari, Ida A.G.S, 2015. “ Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Selisih Lebih Perhitungan Anggaran dan Flypaper Effect Pada Perilaku Opurtinistik Penyusun Anggaran”. Tesis. Universitas Udayana Denpasar.

Musripah, Siti, 2011. “Pengaruh Perubahan PAD, SiLPA, dan DAU Terhadap Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran”. (Studi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah)


(66)

Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Sidik ,dkk. 2002. Dana Alokasi Umum – Konsep, Hambatan, dan Prospek di Era Otonomi Daerah. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Renyowijoyo, Muindro, 2008. Akuntansi Sektor Publik Organisasi Non Laba, Mitra Wacana Media, Jakarta.

Sukriy, Abdullah., & Halim, Abdul, 2004.” Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah Studi kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali. Yogyakarta”. Jurnal Ekonomi STEI No.2/Th. XIII/25/ April-Juni 2004, Hal 90-109.

Silalahi, et.al., 1995, Otonomi Daerah Peluang dan Tantangan , PT Sinar Agape Press, Jakarta.

Saputri, Marissa Ayu, 2014. “ Flypaper Effect Pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2011-2012”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang.

Ulum, Ihyaul, 2008. Akuntansi Sektor Publik, UMM Press, Malang. Warsito, dkk . 2008. Akuntansi Sektor Publik , Undip, Semarang.


(67)

Lampiran 1 DATA VARIABEL PENELITIAN Data Variabel Belanja Daerah

(dalam jutaan rupiah)

Kabupaten/Kota 2010 2011 2012

Kabupaten Dairi 445.652 491.598

600.877 Kabupaten Deli Serdang 1.320.132

1.666.732

2.036.654 Kabupaten Labuhan Batu 566.427 636.267

710.270 Kabupaten Langkat 942.715

1.151.917

1.382.151 Kabupaten Simalungun 937.543

1.051.209

1.398.050 Kabupaten Tapanuli Tengah 460.485 562.181

630.111 Kabupaten Tapanuli Utara 499.411 652.013

703.080 Kabupaten Toba Samosir 456.920 418.103

576.915 Kota Binjai 433.170 494.812

652.252 Kota Medan 2.357.353

2.931.392

3.825.134 Kota Pematang Siantar 484.336 606.538

657.341 Kota Sibolga 313.885 405.896

398.940 Kota Padang Sidempuan 355.006 425.814

493.747 Kabupaten Pakpak Barat 249.122 290.032

328.123 Kabupaten Humbang Hasundutan 381.875 453.363

529.132 Kabupaten Samosir 368.499 421.586

440.324 Kabupaten Batu Bara 443.293 559.664

649.717


(1)

Lampiran 2

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

BD 95 249122 4524738 899513.27 805138.516

DAU 95 167780 1393505 505874.00 278106.234

PAD 95 4379 1758788 116351.74 294392.005

Valid N (listwise)

95

Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas


(2)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 95

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 1.04602302E5

Most Extreme Differences

Absolute .170

Positive .155

Negative -.170

Kolmogorov-Smirnov Z .748

Asymp. Sig. (2-tailed) .683

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

Lampiran 4

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1(Consta nt)

44656.81 8

26479.222 1.686 .095

DAU 1.522 .056 .526 27.416 .000 .499 2.005

PAD 1.496 .052 .547 28.526 .000 .499 2.005

a. Dependent Variable: BD

Lampiran 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 11841.965 20234.831 .585 .560

DAU .104 .042 .346 2.458 .061

PAD .020 .040 .070 .500 .618

a. Dependent Variable: ABS_RES


(4)

Lampiran 6 Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 44656.818 26479.222 1.686 .095

DAU 1.522 .056 .526 27.416 .000

PAD 1.496 .052 .547 28.526 .000

a. Dependent Variable: BD

Lampiran 7 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .992a .983 .983 105733.171

a. Predictors: (Constant), PAD, DAU b. Dependent Variable: BD

Lampiran 8 Hasil Uji F

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5.991E13 2 2.995E13 2679.314 .000a

Residual 1.029E12 92 1.118E10

Total 6.094E13 94

a. Predictors: (Constant), PAD, DAU b. Dependent Variable: BD


(5)

Lampiran 9 Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1(Constant) 44656.818 26479.222 1.686 .095

DAU 1.522 .056 .526 27.416 .000

PAD 1.496 .052 .547 28.526 .000

a. Dependent Variable: BD

Lampiran 10 Hasil Uji DAUt-1 dan PADt-1 terhadap BDt

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 28934.191 28437.839 1.017 .324

DAU 1.643 .083 .506 19.848 .000

PAD 3.288 .146 .572 22.461 .000

a. Dependent Variable: BD

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 5405.390 53237.072 .102 .920

DAU 1.642 .139 .443 11.796 .000

PAD 2.623 .161 .614 16.333 .000


(6)

Coefficients

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 93309.737 58250.000 1.602 .129

DAU 1.478 .122 .417 12.150 .000

PAD 1.908 .101 .649 18.928 .000

a. Dependent Variable: BD

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 266443.767 91998.173 2.896 .011

DAU 2.120 .169 .649 12.558 .000

PAD 1.030 .125 .426 13.252 .000


Dokumen yang terkait

Analisis Flypaper Effect Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja Daerah Terhadap Efisiensi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

3 74 100

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

1 80 82

Flypaper Effect Pada Unconditional Grant Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

0 45 80

Pengaruh Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Peningkatan Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

1 54 73

Analisis Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2013

2 47 77

Flaypaper Effect pada Dana Alokasu umum (DAU),dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

1 42 76

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Transfer Terhadap Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

0 52 85

Analisis Flypaper Effect Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja Daerah Terhadap Efisiensi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

0 0 15

Analisis Flypaper Effect Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja Daerah Terhadap Efisiensi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

0 0 11

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

0 2 11