KAROTENOID TINJAUAN PUSTAKA A. MINYAK KELAPA SAWIT DAN PRODUK TURUNANNYA

11 Rasio metanol-minyak sebesar 6:1 optimal untuk menghasilkan rendemen metil ester sekitar 95, dimana katalis yang digunakan NaOH 1. Minyak sawit yang digunakan telah mengalami perlakuan pendahuluan berupa proses pemurnian meliputi degumming, netralisasi, bleaching, dan deodorisasi Boocock et al., 1998.

D. KAROTENOID

Karotenoid merupakan kelompok pigmen yang berwarna kuning, jingga, merah jingga, dan bersifat larut dalam minyak. Karotenoid terdapat dalam kloroplast 0.5 bersama-sama dengan klorofil 9.3 terutama pada bagian permukaan atas daun, dekat dengan dinding sel palisade Winarno, 1991. Menurut Meyer 1966, karotenoid dibagi atas empat golongan, yaitu: 1 karotenoid hidrokarbon, C 40 H 56 seperti α, β, dan karoten dan likopen; 2 xantofil dan derivat karoten yang mengandung oksigen dan hidroksil antara lain kriptosantin, C 40 H 55 OH dan lutein, C 40 H 54 OH 2 ; 3 asam karotenoid yang mengandung gugus karboksil; dan 4 ester xantofil asam lemak. Karotenoid termasuk senyawa lipida yang tidak tersabunkan, larut dengan baik dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air Ranganna, 1969. Menurut Meyer 1966, sifat fisika dan kimia karotenoid adalah larut dalam minyak dan tidak larut dalam air, larut dalam kloroform, benzena, karbon disulfida, dan petroleum eter, tidak larut dalam etanol dan metanol dingin, tahan terhadap panas apabila dalam keadaan vakum, peka terhadap oksidasi, autooksidasi dan cahaya, dan mempunyai ciri khas absorpsi cahaya. Sifat-sifat tersebut penting untuk pemisahan karotenoid dari bahan lain. Adanya ikatan ganda menyebabkan karotenoid peka terhadap oksidasi yang akan lebih cepat dengan adanya sinar dan katalis logam, khususnya tembaga, besi, dan mangan Walfford, 1980. Oksidasi terjadi secara acak pada rantai karbon yang mengandung ikatan ganda. Kepekaannya terhadap oksidasi membuat karotenoid digunakan sebagai antioksidan yang 12 kekuatannya menyamai tokoferol dan askorbat. Reaksi oksidasi dapat menyebabkan hilangnya warna karotenoid dalam makanan dan merupakan mekanisme degradasi utama yang banyak menjadi perhatian Fennema, 1996. Karotenoid lebih tahan disimpan dalam lingkungan asam lemak tidak jenuh jika dibandingkan dengan penyimpanan dalam asam lemak jenuh karena asam lemak tidak jenuh lebih mudah menerima radikal bebas bila dibandingkan dengan karotenoid. Dengan demikian, oksidasi pertama kali akan terjadi pada asam lemak tidak jenuh dan karotenoid terlindungi dari oksidasi. Pada suasana asam, karotenoid mengalami isomerisasi dan akan membentuk poli cis-isomer Chichester et al., 1970. Karena warnanya mempunyai kisaran kuning sampai merah, maka deteksi panjang gelombangnya diperkirakan antara 430-480 nm Fennema, 1996. Menurut Worker 1957 dalam Naibaho 1983, karotenoid belum mengalami kerusakan oleh pemanasan pada suhu 60 o C. Reaksi oksidasi karotenoid berjalan lebih cepat pada suhu yang relatif tinggi terutama jika terdapat prooksidan. Karoten merupakan sumber vitamin A yang berasal dari tanaman dalam bentuk β-karoten, α-karoten dan -karoten, sedangkan yang berasal dari hewan berbentuk vitamin A. Senyawa ini sering disebut anti xerophtalmia, karena kekurangan senyawa tersebut dapat menimbulkan gejala rabun mata. Senyawa β-karoten dalam minyak sawit sebagai provitamin A dapat bermanfaat untuk penanggulangan kebutaan karena xerophtalmia, mengurangi peluang terjadinya kanker, mencegah proses menua yang terlalu dini, meningkatkan imunitas tubuh, dan mengurangi terjadinya penyakit degeneratif. Struktur β-karoten dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Struktur β-karoten 1 2 4 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 14’ 12’ 10’ 8’ 15’ 13’ 11’ 7’ 9’ 4’ 5’ 1’ 6’ 2’ 3’ 13 Mengkonsumsi β-karoten jauh lebih aman daripada mengkonsumsi vitamin A yang dibuat secara sintetis. Pendekatan yang terbaik untuk mencegah defisiensi vitamin A adalah dengan menghimbau agar suplementasi β-karoten dosis tinggi dilakukan pada diet intake. Tubuh manusia memiliki kemampuan mengubah sejumlah besar karoten menjadi vitamin A retinol, sehingga β-karoten disebut provitamin A Winarno, 1991. Sekitar 25 dari β-karoten +yang diabsorbsi pada mukosa usus tetap dalam bentuk utuh, sedangkan 75 sisanya diubah menjadi retinol vitamin A dengan bantuan enzim 15, 15’ β-karotenoid oksigenase Fennema, 1996.

E. PEMISAHAN KAROTENOID DENGAN KROMATOGRAFI KOLOM ADSORPSI