Analisis kandungan karotenoid Modifikasi Parker, 1992

30 selama satu jam. Cawan dikeluarkan dari tanur dan didinginkan, abu lalu dibasahi dengan 1 ml air suling kemudian ditambahkan 1 ml HNO 3 pekat, cawan dipanaskan di atas penangas air hingga abu hampir kering. Abu selanjutnya dilarutkan dengan 10 ml HCl 3 N, diaduk dengan pengaduk gelas, dipanaskan lagi hingga hampir mendidih. Campuran tersebut didinginkan, lalu dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 50 ml. Cawan dibilas paling sedikit tiga kali, bila perlu dipanaskan di atas penangas air, dan air bilasan digabung ke dalam labu takar. Bila ada endapan putih dari silikat, dilakukan dekantasi kemudian airnya dituangkan perlahan-lahan agar endapan sebanyak mungkin tertahan dan tertinggal di dalam cawan. Ditambahkan air suling ke dalam labu sampai tanda tera. Endapan yang tertahan pada kertas saring dipanaskan dalam oven sampai diperoleh bobot tetap untuk menentukan kandungan silikat.

2. Analisis kandungan karotenoid Modifikasi Parker, 1992

Konsentrasi karotenoid dalam sampel dihitung menggunakan nilai E 1 1 cm untuk β-karoten = 2600, yaitu absorbansi dari 1 larutan β- karoten 10 mgml atau μgμl pada panjang gelombang 460 nm menggunakan kuvet 1 cm sebagai berikut : Konsentrasi karotenoid = 2600 10 x A x fp x B V Keterangan : A = nilai serapan sampel fp = faktor pengenceran V = volume sampel yang diukur B = bobot sampel yang dianalisis Tingkat pemekatan = CME i konsentras konsentrat dari karotenoid i konsentras Recovery = 100 x CME karotenoid total fraksi semua karotenoid total jumlah 31 Recovery karotenoid merupakan gambaran berapa banyak karotenoid yang berhasil keluar dari kolom setelah dielusi dalam kromatografi kolom adsorpsi. Nilai ini didapat dari perbandingan total karotenoid fraksi-fraksi yang turun dari kolom terhadap total karotenoid CME sebelum dielusi ke kolom. Tingkat pemekatan merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar karotenoid berhasil dipekatkan dari kumpulan fraksi kromatografi kolom adsorpsi yang mengandung karotenoid, pelarut heksana, dan metil ester. Metil ester masih mungkin terdapat dalam kumpulan fraksi jika proses pemisahan di kolom tidak berhasil. Nilai tingkat pemekatan dihitung dari perbandingan konsentrasi karotenoid dari konsentrat terhadap konsentrasi CME sebelum dielusi ke kolom. 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN

Pada tahap awal penelitian dilakukan karakterisasi kandungan silikat abu sekam padi 800 o C, 1000 o C, dan 1200 o C. Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan elusi kromatografi kolom adsorpsi untuk melihat pengaruh pengabuan berulang pada kemampuan adsorben abu sekam padi 1200 o C dan silika gel. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk melihat efektivitas pemisahan karotenoid oleh abu sekam padi 1200 o C dan silika gel serta melihat pengaruh pengabuan berulang terhadap kemampuan perolehan kembali karotenoid dari masing-masing adsorben. Abu sekam padi 1200 o C adalah abu sekam yang dipanaskan kembali dengan tanur pada suhu 1200 o C Abu sekam padi 1200 o C dipilih sebagai adsorben dengan pertimbangan bahwa di dalamnya terkandung kadar silika yang cukup tinggi dan memiliki kemampuan menjerap karotenoid. Kemampuan menjerap ini ada kaitannya dengan kandungan mineral dari abu sekam padi, terutama mineral yang terikat pada struktur silika. Karakteristik kandungan silikat abu sekam padi dapat dilihat pada Tabel 7. Karena dalam penelitian tahap selanjutnya juga digunakan abu sekam padi 800 o C dan 1000 o C, maka karakteristik abu sekam padi keduanya juga disajikan pada tabel yang sama sebagai pembanding dengan karakteristik abu sekam padi 1200 o C. Dalam penelitian pendahuluan ini hanya digunakan abu sekam padi suhu 1200 o C yang mengandung kadar silikat tinggi. Tabel 7. Kandungan silikat abu sekam padi 800 o C, 1000 o C, dan 1200 o C Karakteristik Kandungan -bb Abu sekam padi 800 o C Abu sekam padi 1000 o C Abu sekam padi 1200 o C Silikat 95.4 96.5 96.0 Kandungan silikat pada abu sekam padi 1200 o C sangat tinggi 96.0. Menurut Laurico 1987 dalam Mauraga 1988, kandungan silikat abu sekam padi adalah 82-87.6. Inilah yang menjadi dasar penggunaan abu sekam padi sebagai adsorben. Pemilihan abu sekam padi 800 o C dan 1000 o C sebagai