Infrastruktur dan Kelembagaan Model Proses Implementasi Kebijakan

18 tertentu. Kegiatan pelatihan yang telah dilakukan adalah peningkatan pemahaman dan ketrampilan kelompok sasaran di bidang rehabilitasi mangrove seperti seleksi buah, pembibitan dan penanaman; pelatihan peningkatan pemahaman dan ketrampilan di bidang perikanan, yaitu budidaya udang tambak ramah lingkungan dan budidaya bandeng; pelatihan pengembangan kemampuan dalam pengelolaan kelompok, seperti administrasi, pengelolaan keuangan, kepengurusan dan aturan main pelaksanaan program. 3 Strategi Fasilitatif Strategi fasilitatif dilakukan dalam bentuk pemberian bantuan usaha yang merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi mangrove.

2.4 Infrastruktur dan Kelembagaan

Definisi yang paling umum mengenai kelembagaan adalah suatu gugus aturan rule of conduct formal hukum, kontrak, sistem politik, organisasi, pasar, dan sebagainya serta informal norma, tradisi, sistem nilai, agama, trend sosial, dan sebagainya yang memfasilitasi koordinasi dan hubungan antara individu ataupun kelompok Fauzi, 2004. Secara lebih spesifik, Douglass North, ahli ekonomi kelembagaan, menyatakan bahwa institusi lebih pasti terjadi pada hubungan antara manusia serta mempengaruhi perilaku dan outcomes seperti keragaan ekonomi, efisiensi, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Sistem kelembagaan merupakan suatu sistem yang kompleks, rumit, abstrak yang mencakup idiologi, hukum, adat-istiadat aturan kebiasaan yang tidak lepas dari sistem perilaku dan lingkungan Yulianto, 1997. Dalam perspektif ekonomi kelembagaan baru, pada tingkat makro aturan yang mempengaruhi perilaku dan keragaan dari perilaku ekonomi dimana organisasi dibentuk dan dibiayai transaksi Coase, 1973 dalam Fauzi, 2004 secara terpadu di dalamnya. Hal tersebut merupakan suatu gugus fundamental dari aturan mendasar mengenai aspek politik, sosial dan legal yang mendasari proses produksi, pertukaran exchange dan 19 distribusi. Pada tingkat mikro, aspek kelembagaan lebih dikenal sebagai suatu institutional arrangement yang lebih mengedepankan aspek institutions of governance.

2.5 Transmigrasi, Urbanisasi dan Relokasi

Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk dari pemukiman padat ke lahan yang masih kosong dengan tujuan sebagai sarana untuk distribusi dan pemerataan jumlah penduduk suatu wilayah, pemerataan pembangunan, dan sebagai sarana pemersatuan bangsa. Latar belakang tercetusnya program transmigrasi adalah terjadinya kepadatan populasi penduduk di suatu daerah dan disisi lain terdapatnya lahan kosong yang sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai pemukiman, dan sebagai upaya dalam pemanfaatan potensi sumberdaya alam Maulida, 2002. Maulida, 2002 menerangkan bahwa pandangan tentang migrasi desa-kota mula- mula berlandaskan pada beberapa hipotesis yang menyatakan hal-hal berikut: 1 Migrasi merupakan penyebab utama peningkatan jumlah penduduk perkotaan serta peningkatan kemiskinan yang cepat di perkotaan. 2 Mayoritas mereka yang hidup di perkampungan slums dan pemukiman liar squatter settlements adalah migran. 3 Sebagian besar dari para migran adalah miskin atau tidak semampu penduduk asli perkotaan. 4 Aliran perpindahan para migran ke daerah perkotaan terutama berasal dari daerah pedesaan. 5 Para migran yang terpaksa meninggalkan daerah perdesaan karena kemiskinan dan pengangguran di desa, biasanya menuju perkotaan. 6 Perbaikan keadaan di desa akan mengurangi arus migrasi desa-kota. 7 Program-program yang dilaksankan di daerah pedesaan akan memperbaiki kondisi pedesaan dan dengan demikian akan mengurangi migrasi desa-kota. Secara umum urbanisasi diartikan sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota. Suburbanisasi diartikan sebagai proses terbentuknya pemukiman-pemukiman baru dan juga kawasan-kawasan industri di pinggiran wilayah perkotaan, terutama sebagai 20 akibat perpindahan penduduk kota yang membutuhkan tempat bermukim dan untuk kegiatan industri Maulida, 2002. Pemukiman liar yang terdapat di bantaran Sungai Kali Adem, Jakarta Utara merupakan salah satu fenomena yang terjadi dari proses urbanisasi. Ternyata kondisi demikian akan memberikan dampak negatif sehingga perlu adanya penataan kembali daerah tersebut. Relokasi merupakan upaya dalam penataan kembali daerah pemukiman penduduk melalui pemindahan penduduk ke wilayah lain. Secara umum bahwa relokasi merupakan perpindahan penduduk suatu wilayah ke wilayah lain secara sengaja Maulida, 2002.

2.5.1 Dampak akibat pemukiman kembali

Proyek bantuan bank yang merubah pola penggunaan lahan, air dan sumberdaya alam lainnya dapat menyebabkan dampak pemukiman kembali. Dampak ini, sering timbul akibat pengadaan lahan yang didapat melalui ekspropriasi atau melalui pengaturan lainnya. Perumahan, struktur dan sistem masyarakat, hubungan sosial dan pelayanan sosial dapat terganggu. Sumber-sumber produktif, termasuk lahan, pendapatan dan mata pencaharian dapat hilang. Kultur budaya dan kegotong-royongan yang ada dalam masyarakat dapat menurun. Kehilangan sumber kehidupan dan pendapatan dapat mendorong timbulnya eksploitasi ekosistem, kesulitan hidup, ketegangan sosial, dan kemiskinan Asian Development Bank, 1999. Di perkotaan, penduduk yang tergusur akan menimbulkan peningkatan tempat- tempat kumuh. Oleh karena itu, orang terkena dampak ini tidak mempunyai pilihan selain harus mencoba membangun kembali kehidupan, pendapatan dan segala potensi yang dimilikinya di tempat lain. Untuk menjamin bahwa masyarakat tidak dirugikan dalam proses pembangunan, bank berusaha mencegah atau mengurangi dampak pemukiman kembali. Jika pemukiman kembali tidak dapat dihindari, bank membantu memulihkan mutu kehidupan dan mata pencaharian orang terkena dampak. Apabila memungkinkan tidak hanya memulihkan tapi juga meningkatkan mutu kehidupan, khususnya bagi kelompok rawanrentan. Seluruh bentuk dampak pemukiman kembali memerlukan langkah pencegahan sebagaimana tercantum pada Tabel 1. 21 Tabel 1 Jenis dampak utama pemukiman kembali dan langkah penanggulangan Jenis Dampak Langkah Penanggulangan Kehilangan sumber yang produktif, termasuk lahan, pendapatan dan mata pencaharian . Kehilangan perumahan, mungkin seluruh struktur, sistem dan fasilitas sosial masyarakat. Kehilangan kekayaan lain Kehilangan sumber daya masyarakat, lingkungan, peninggalan budaya dan harta lainnya. Ganti rugi yang sesuai dengan harga penggantian, atau penggantian bagi pendapatan dan mata pencaharian yang hilang. Penggantian pendapatan dan biaya pemindahan selama waktu pembangunan kembali serta langkah pemulihan pendapatan bagi yang kehilangan mata pencaharian. Ganti rugi bagi perumahan dan kekayaan yang hilang sesuai dengan harga penggantian; relokasi termasuk pembangunan tempat relokasi, kalau perlu, serta langkah-langkah memperbaiki taraf hidup. Ganti rugi sesuai harga penggantian atau diganti. Diganti atau ganti rugi sesuai dengan harga penggantian, langkah-langkah pemulihan . Sumber: Asian Development Bank, 1999

2.5.2 Masalah pemukiman kembali

Orang-orang yang terkena dampak OTD adalah mereka yang akan mengalami kerugian sebagai akibat adanya proyek, seluruh atau sebagian kekayaan baik fisik maupun non-fisik, termasuk rumah, masyarakat, lahan produktif, sumber daya seperti hutan, persawahan, lokasi penangkapan ikan, kawasan pusat budaya, barang komersial, barang sewaan, kesempatan memperoleh pendapatan, jaringan dan kegiatan sosial dan budaya. Dampak seperti ini bisa permanen atau bisa sementara. Hal ini sering terjadi karena ekspropriasi, penggunaan wewenang khusus atas tanah atau pengaturan lainnya Asian Development Bank, 1999. 22 Tabel 2 Pemukiman kembali pada berbagai jenis proyek Sektor Komponen Proyek yang Mungkin Menimbulkan Dampak Pemukiman Kembali Jenis Dampak Pemukiman Kembali • Transpor • Listrik dan Pembangkit Tenaga yang lain. • Ruas jalan atau rel kereta api • Stasiun, terminal, jembatan. • Bandar udara, dermaga, pelabuhan sungai • Jaringan transmisi • Instalasi pembangkit tenaga, stasiun transmisi, substasiun dan jalan akses Dampak Pemukiman Kembali terhadap alinyemenjalur jalan atau rel kereta api. Gangguan biasanya dapat diatasi oleh masyarakat sendiri, karena alinyemen tidak lebar. Tetapi apabila alinyemen panjang dan memotong batas administratif, maka pembagian tanggung jawab tidak jelas dan hak kepemilikan juga dapat berbeda antara ruas jalan. Alinyemenjalur tersebut mungkin membelah tanah milik, jalan dan gang, sistem irigasi, jaringan sosial dan ekonomi, atau jalan menuju ke sumber daya. Kadang-kadang juga dibutuhkan untuk sementara waktu, lahan yang akan digunakan untuk pekerjaan konstruksi. Dapat menimbulkan dampak pemukiman kembali setempat, dan memerlukan lahan untuk sementara waktu, yang akan digunakan untuk pekerjaan konstruksi. Ada kemungkinan terjadi dampak pemukiman kembali yang cukup serius terhadap masyarakat di lokasi tersebut. Dapat terjadi pemindahan seluruh masyarakat atau gangguan terhadap komunikasi, tanah milik, sistem sosial dan ekonomi, serta penggunaan sumber daya. Juga memerlukan lahan yang dipinjam sementara untuk pekerjaan konstruksi. Dampak pemukiman kembali minor dari pembangunan pilar. Hal ini bisa menjadi serius apabila lahan yang dimiliki kecil. Pelarangan masuk daerah jalur transmisi tanpa adanya pembebasan lahan, dapat menimbulkan dampak terhadap penggunaan lahan penduduk sepanjang jalur transmisi. Juga akan memerlukan lahan untuk sementara waktu yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi. Dapat menyebabkan dampak setempat yang cukup serius dan memerlukan lahan sementara waktu yang digunakan untuk pembangunan. Instalasi tenaga listrik tersebut dapat menimbulkan dampak pemukiman kembali, akibat dari polusipencemaran tanah, udara atau air. 23 Sektor Komponen Proyek yang Mungkin Menimbulkan Dampak Pemukiman Kembali Jenis Dampak Pemukiman Kembali • Air Bersih dan Sanitasi • Sampah Padat • Peremajaan Perkotaan • Kesehatan • Pendidikan • Irigasi dan Pengendalian Banjir • Waduk pembangkit tenaga hidro-listrik • Sistem retikulasi pembagian • Stasiun pompa, lokasi pengolahan • Waduk untuk air bersih • Tempat pembuangan sementara, tempat pembuangan akhir landfill • Tempat prasarana perkotaan • Kawasan rumah sakit, klinik, dan sarana pendidikan kesehatan • Kawasan sekolah, lembaga pelatihan dan sebagainya • Saluran, tanggul pelindung dan pekerjaan terkait • Bendung Konstruksi wadukbendungan dapat menimbulkan dampak yang serius dan luas, dapat memindahkan seluruh penduduk dari areal konstruksi dan areal yang akan ditenggelamkan, serta dapat mengganggu komunikasi, kepemilikan lahan, sistem sosial dan ekonomi, dan penggunaan sumber daya. Juga akan memerlukan lahan untuk sementara waktu yang digunakan dalam menyelesaikan pekerjaan konstruksi. Memerlukan lahan yang dipinjam sementara waktu untuk pekerjaan konstruksi. Penggunaan jalur yang ada misalnya jalan raya dapat mengurangi gangguan. Pembebasan lahan yang memanjang dan sempit hanya menimbulkan gangguan dampak minor. Dapat menimbulkan dampak setempat yang lebih serius. Memerlukan lahan yang dipinjam sementara waktu untuk pekerjaan pembangunan. Konstruksi waduk dapat menimbulkan dampak yang serius dan luas. Lihat waduk pembangkit tenaga hidro-listrik. Dapat menimbulkan dampak setempat yang serius. Dapat menimbulkan dampak setempat yang serius. Dapat menimbulkan dampak setempat yang serius. Masyarakat diminta untuk merelakan sedikit bidang tanah untuk fasilitas umum. Dapat menimbulkan dampak setempat yang serius. Masyarakat diminta untuk merelakan sedikit bidang tanah untuk fasilitas umum. Pemukiman Kembali berdampak pada suatu alinyemen atau jalur yang sempit. Lihat jalur jalan atau rel kereta api. Konstruksi bendung dapat menimbulkan dampak yang serius dan seringkali luas. Lihat waduk pembangkit tenaga hidro-listrik. 24 Sektor Komponen Proyek yang Mungkin Menimbulkan Dampak Pemukiman Kembali Jenis Dampak Pemukiman Kembali • Operasi Pertambangan • Pengembangan Kehutanan • Taman, Kawasan Konservasi • Pertambangan strip • Reboisasi, hutan tanaman industri, penutupan hutan • Taman Nasional atau kawasan pengembangan bio- diversitas menurun drastis misalnya, pencemaran tanah atau air. Dapat menimbulkan hilangnya sumber pendapatan dan mata pencaharian yang didapat dari hutan. Hilangnya kesempatan mendapat makanan untuk ternak. Pemindahan penduduk. Dapat menyebabkan hilangnya kesempatan mendapat makanan untuk ternak, atau gangguan terhadap rute ternak mencari makanan. Dapat memindahkan penduduk dari tamanhutan. Sumber: Asian Development Bank, 1999

2.5.3 Tata cara pelaksanaan yang baik

Pelaksanaan yang baik dalam merencanakan dan melakukan kegiatan pemukiman kembali mencerminkan tujuan kebijaksanaan bank untuk Pemukiman Kembali tercapai. Agar dapat melaksanakan dengan baik, menurut Asian Development Bank 1999 unsur- unsur pokok berikut ini perlu diperhatikan: 1 Melakukan usaha yang dapat mengurangi atau menghindarkan Pemukiman Kembali dengan mencari pilihan-pilihan perencanaan lain yang layak. 2 Menentukan parameter-parameter Pemukiman Kembali pada tahap PAKS dan menyusun KA yang sesuai untuk Studi Kelayakan BTPP. 3 Mempertimbangkan dan melaksanakan kegiatan Pemukiman Kembali sebagai program pembangunan yang menjadi bagian seluruh proyek, termasuk sektor swasta dan proyek yang dibiayai bersama dan kredit pada lembaga keuangan. 4 Melaksanakan survei dan sensus sosial ekonomi Orang Terkena Dampak OTD pada awal persiapan proyek untuk mengidentifikasi kerugian pengadaan lahan dan mengidentifikasi seluruh OTD serta menghindarkan masuknya pihak lain atau spekulan. 5 Melibatkan seluruh stakeholders pihak-pihak yang berkepentingan dan terkait dalam proses konsultasi, khususnya semua OTD, termasuk kelompok rentanrawan. 25 6 Mengganti, bagi OTD termasuk bagi orang yang tidak mempunyai hak legal atas lahan, untuk semua kerugian dengan nilai penggantian. 7 Apabila diperlukan relokasi rumah, penting untuk menyiapkan pilihan-pilihan relokasi dan mengadakan musyawarah dengan OTD dan masyarakat setempat dalam memulihkan kondisi taraf hidupnya. 8 Apabila orang kehilangan pendapatan dan mata pencaharian, perlu menyusun program pemulihan yang bertujuan meningkatkan, atau sekurang-kurangnya memulihkan potensi produktifitasnya. 9 Melakukan persiapan sosial bagi OTD apabila mereka ini kelompok rawan atau mengalami tekanan sosial akibat pemindahan. 10 Mempersiapkan RPK dengan jadwal, ketentuan-ketentuan, dan sumber pendanaan sebelum penilaian serta menyiapkan ringkasan RPK sebelum RTM. Melampirkan ringkasan Rencana Pemukiman Kembali pada draf LSP untuk direksi Bank. 11 Melibatkan ahli Pemukiman Kembali dan ahli Ilmu Sosial serta melibatkan OTD dalam perencanaaan, pelaksanaan dan pemantauan RPK.

2.5.4 Relokasi

Relokasi, barangkali, merupakan hal yang paling sulit dari keseluruhan tugas yang menyangkut pemukiman kembali, karena membangun kembali kondisi kehidupan dan dalam beberapa kasus, pemukiman dan pola hidup seluruh masyarakat, dapat menjadi tugas paling menantang dan kompleks Asian Development Bank, 1999. 1 Permasalahan dalam perencanaan relokasi • Apakah diperlukan relokasi untuk semua OTD? • Adakah kasta, suku terasing atau perbedaan etnik di antara penduduk yang terkena dampak? • Apakah ada pola-pola pemukiman? • Bagaimana letak rumah mereka satu sama lain saat ini? • Apakah ada fasilitas sosial masyarakat saat ini pemeliharaan kesehatan, pendidikan di lokasi yang terkena dampak? • Berapa sering orang-orang menggunakan berbagai sarana? Apakah variasi ini atas dasar musim, jenis kelamin, umur, status pendapatan atau faktor lain? • Berapa kisaran ukuran lahan dan rata-rata luas lahan di lokasi terkena dampak? 26 • Bagaimana tingkat kepadatan pemukiman sekarang? • Bagaimana tingkat kemudahan menjangkau pusat-pusat pasar dan kota sekarang? • Bagaimana pola angkutan dan komunikasi di lokasi terkena dampak? • Bagaimana pola penggunaan fasilitas agama dan budaya? 2 Pilihan relokasi Berdasarkan pada skala kebutuhan relokasi, perlu mempertimbangkan berbagai alternatif pilihan relokasi yang tepat yang melibatkan semua yang terkait. Pemukim kembali dan kelompok penduduk setempat harus berpartisipasi dalam menentukan pilihan relokasi yang terbaik Asian Development Bank, 1999. Berbagai pilihan mempunyai dampak yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan tingkat dukungan dan bantuan yang berbeda pula dalam proses relokasi. Tidak ada relokasi adalah pilihan paling baik. Tetapi bila relokasi OTD dari rumah mereka tidak dapat dihindarkan, maka harus dikurangi semaksimal mungkin dengan mempertimbangkan berbagai pilihan alternatif untuk proyek investasi utama. Misalnya, relokasi sering dapat dikurangi dengan merubah rute proyek prasarana yang menyebabkan relokasi misalnya jalan raya, jalur pipa. Relokasi setempat di atau dekat lokasi proyek mungkin dapat dilakukan jika jumlah OTD sedikit, jika kepadatan penduduk relatif rendah, dan proyek meliputi kawasan kecil yang tersebaratau jalur memanjang. OTD dapat diijinkan menempati, misalnya, bagian kawasan yang tidak dibutuhkan untuk damija daerah milik jalan, dengan membersihkan lahan di luar damija, dalam proyek-proyek jalan. Dalam hal ini, relokasi setempat tidak mempengaruhi kehidupan sosial-ekonomi dan organisasi sosial penduduk, karena OTD pindah hanya dalam jarak yang pendek. Sebagai akibatnya, dampak pemukiman kembali menjadi terbatas Asian Development Bank, 1999. Relokasi mandiri dapat terjadi kalau OTD berinisiatif, baik perseorangan atau kelompok melakukan relokasi ke tempat pilihan mereka sendiri berbeda dengan kawasan pemukiman kembali berdasarkan pertimbangan faktor ekonomi misalnya, ketersediaan pekerjaan atau lahan lebih murah atau faktor sosial misalnya, kekeluargaan. Dalam hal ini, beberapa OTD dapat pindah dengan memperoleh seluruh ganti rugi yang merupakan haknya, yang mana hal ini biasanya lebih bermanfaat, karena banyak keputusan mengenai materiil, hubungan sosial dan kesejahteraan ekonomi dibuat oleh 27 pemukim itu sendiri. Mereka hanya membutuhkan dukungan sosial atau pekerjaan yang sifatnya terbatas dari proyek untuk mendapatkan kembali tingkat hidup sebagaimana sebelum proyek. Tabel 3 Pilihan relokasi dan bantuan Tipe Ganti rugi Dana bantuan pemindahan Dana bantuan relokasi Perencanaan dan pembangunan relokasi Bantuan pada penduduk setempat PE Tanpa Relokasi Relokasi Setempat Relokasi Mandiri Relokasi ke tempat yang dipilih IP 9 jika kehilangan kekayaan 9 jika kehilangan kekayaan 9 9 - 9 9 9 - 9 kecil - - - 9 - - - kecil 9 9 9 9 Sumber: Asian Development Bank, 1999 Relokasi ke kawasan yang dipilih oleh IP, jauh dari perkampungan asli OTD dapat menyebabkan tekanan, khususnya jika lokasi itu berbeda keadaan lingkungannya, pola kehidupan ekonomi dan mata pencaharian, atau parameter sosial dan budayanya. Relokasi ke kawasan yang jauh, atau kawasan yang berbeda karakteristik lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi harus sedapat mungkin dihindari. 3 Pilihan tempat relokasi Lokasi dan kualitas tempat relokasi baru adalah faktor penting dalam perencanaan relokasi, karena sangat menentukan hal-hal berikut ini, kemudahan menuju ke lahan usaha, jaringan sosial, pekerjaan, bidang usaha, kredit dan peluang pasar. Setiap lokasi mempunyai keterbatasan dan peluang masing-masing. Memilih lokasi yang sama baik dengan kawasan yang dahulu tempatnya yang lama dari segi karakteristik lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi akan lebih memungkinkan relokasi dan pemulihan pendapatan berhasil. Jadi pemilihan lokasi harus dipertimbangkan sebagai bagian dari Studi Kelayakan Asian Development Bank, 1999. 28 Pemilihan lokasi harus memperhitungkan dampak terhadap masyarakat setempat. Permasalahan seperti kualitas lahan, daya tampung lokasi, kekayaan milik umum, sumber daya, prasarana sosial dan komposisi penduduk stratifikasi sosial, suku-bangsa, jenis kelamin, etnik minoritas perlu dipertimbangkan selama studi kelayakan. Idealnya, tempat relokasi baru sebaiknya secara geografis dekat dengan tempat lamaasli untuk mempertahankan jaringan sosial dan ikatan masyarakat yang sudah baik. Dalam proyek pembangunan perkotaan, yang sering mengakibatkan relokasi dalam jumlah besar, dampak tersebut dapat dikurangi dengan merelokasikan ke berbagai kawasan yang kecil dan dekat. Dalam kasus tersebut, pemilihan tempat dan rencana relokasi harus berdasarkan, dan diputuskan melalui musyawarah dengan masyarakat. OTD dan masyarakat setempat harus diijinkan berpartisipasi dalam mengambil keputusan mengenai pemilihan tempat, susunan dan rancangan, dan pembangunan lokasi lihat Kotak 6.1. Dalam hal pembangunan lokasi tidak diperlukan, baik karena hanya sejumlah kecil rumah tangga yang membutuhkan relokasi, maupun karena letak keluarga yang terkena dampak tersebar, maka dalam hal ini harus masih ada rencana relokasi khusus OTD ini dengan memberikan bantuan untuk relokasi mandiri Asian Development Bank, 1999. 4 Empat tahap pemilihan lokasi Menurut ADB 1999, ada empat tahap pemilihan lokasi relokasi, yaitu : • Pemilihan lokasi dan alternatif : Memilih lokasi yang baik adalah unsur paling penting. Mulai dengan pilihan-pilihan altematif, yang melibatkan pemukim kembali yang potensial dan penduduk setempat dalam proses tersebut. • Studi Kelayakan : Melakukan studi kelayakan lokasi alternatif dan mempertimbangkan potensi kawasan dari segi persamaan ekologi, harga lahan, pekerjaan, kemungkinan untuk memperoleh kredit, pemasaran dan peluang ekonomi lainnya untuk mata pencarian OTD dan masyarakat setempat. • Susunan dan Rancangan : Susunan dan rancangan kawasan relokasi harus sesuai dengan spesifikasi dan kebiasaan budaya. Mengidentifikasi lokasi sekarang terhadap berbagai prasarana fisik dan sosial di masyarakat yang terkena dampak: bagaimana anggota keluarga, kerabat, terkait satu sama lain di kawasan sekarang, 29 serta berapa, sering dan siapa jenis kelaminumur yang menggunakan berbagai sarana dan prasarana sosial. Penting memahami pola pemukiman dan rancangan yang ada supaya dapat menaksir kebutuhan di kawasan pemukiman yang baru. Masukan masyarakat harus menjadi bagian integral proses rancangan. • Pembangunan Lokasi Pemukiman Kembali : Luas lahan untuk pembangunan rumah harus berdasarkan tempat tinggal sebelumnya dan kebutuhan di kawasan baru. Pemukim kembali harus diijinkan membangun rumah mereka sendiri dari pada diberikan rumah yang sudah disediakan oleh IP. Seluruh sarana dan prasarana fisik dan sosial harus sudah siap sebelum pemukim diminta untuk pindah ke lokasi. Organisasi OTD dan perkumpulan masyarakat harus diajak bermusyawarah dalam pembangunan lokasi pemukiman kembali. 5 Rencana dan target relokasi Rencana relokasi, seleksi pilihan-pilihan dan pembangunan prasarana dan sarana di kawasan relokasi wajib diintegrasikan dengan siklus proyek investasi utama, supaya gangguan terhadap kehidupan OTD yang direlokasikan minimal. Seluruh relokasi harus diselesaikan satu bulan sebelum pembangunan dimulai. Dengan demikian, pimpinan proyek wajib bermusyawarah dengan OTD dan bekerja sama dengan mereka pada seluruh tahap RPK , dari pemilihan lokasi sampai relokasi pemukim di kawasan baru Asian Development Bank, 1999. Jika jumlah yang direlokasi cukup berarti, pimpinan proyek harus menentukan target relokasi tahunan dalam konteks siklus proyek untuk dapat menyelesaikan relokasi OTD dengan baik sebelum tahap pembangunan. Musyawarah dengan pemukim dan penduduk setempat harus dilakukan untuk menentukan target relokasi dan untuk mencapai target tersebut. 6 Hidup dengan penduduk setempat Dalam perencanaan pemukiman kembali, OTD tidak boleh dianggap hidup dalam pengasingan. Relokasi OTD dapat berdampak terhadap penduduk setempat dalam berbagai bidang termasuk pekerjaan, penggunaan sumber daya milik umum dan eksploitasi sumber daya alam atau fasilitas sosial. Perselisihan antara masyarakat pemukim dan penduduk setempat dapat timbul kalau instansi pelaksana hanya membantu OTD. Prasarana dan fasilitas penunjang di kawasan re1okasi dapat dimanfaatkan 30 bersama-sama dengan masyarakat setempat penduduk asli dan masyarakat ini dapat bekerja-sama dengan pemukim dalam program pembangunan ekonomi dan integrasi sosial. Masyarakat setempat perlu diperlakukan sedemikian rupa, sehingga tidak merasa didiskriminasikan terhadap pemberian entitelmen yang bukan ganti rugi. Mereka berhak mendapat pelatihan, pekerjaan, dan keuntungan lainnya yang diberikan oleh proyek Asian Development Bank, 1999. Tabel 4 Relokasi dalam siklus proyek Butir-butir Pokok Tindakan Siklus Proyek Butir-butir Pokok Tindakan Identifikasi ProyekPAKS Studi Kelayakan BTPP RTM Penilaian Negosiasi Pinjaman Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi • Mempertimbangkan berbagai pilihan pemukiman kembali. • Meminimalkan kehilangan perumahan. • Mengidentifikasi pilihan-pilihan lain termasuk relokasi mandiri • Mengidentifikasi tempat relokasi. • Melakukan studi kelayakan lokasi. • Melibatkan OTD dan penduduk setempat dalam pemilihan lokasi. • Membuat konsep RPK untuk dikaji dan ditanggapi. • Mengkaji RPK. • Mengkaji anggaran dan sumber dana. • Mengkaji RPK dan target. • Memeriksa semua persiapan untuk relokasi. • Memasukkan hal-hal penting sebagai pemenuhan persyaratan. • Membangun seluruh prasarana, fasilitas sosial dan umum. • Melibatkan OTD, penduduk setempat dan LSM kalau perlu dalam pelaksanaan. • Melibatkan wanita dan kelompok wanita dalam penyusunan struktur tata ruang dan semua fasilitas sosial di lokasi tersebut. • Memberikan tunjangan dan biaya pemindahan. • Melaksanakan pemantauan oleh instansi pemukiman kembali. • Melakukan evaluasi independen mengenai kinerja kegiatan relokasi. Sumber: Asian Development Bank, 1999 31 7 Daftar periksa : relokasi Asian Development Bank 1999, mengemukakan langkah-langkah yang harus diikuti dalam daftar periksa relokasi sebagai berikut : • Mempertimbangkan seluruh pilihan dan mengembangkan strategi relokasi alternatif dengan mengadakan musyawarah dengan OTD. • Memilih tempat relokasi yang sesuai, kalau dibutuhkan, sebagai bagian studi kelayakan. • Meningkatkan partisipasi OTD dan masyarakat setempat dalam membuat keputusan mengenai pemilihan lokasi, susunan dan desain serta pembangunan lokasi. • Berkonsultasi dengan kaum wanita dan kelompok wanita tentang tata-ruang pemukiman termasuk komunikasi, fasilitas sosial, cagar budaya dan peningkatan kesejahteraan warga. • Menentukan target dan menyusun rencana relokasi melalui musyawarah dan partisipasi OTD yang potensial. • Menjamin bahwa tempat relokasi telah dilengkapi dengan semua fasilitas yang diperlukan sebelum relokasi dilaksanakan. • Mengembangkan program yang dapat memberi manfaat kepada OTD dan penduduk setempat secara bersama-sama untuk mewujudkan integrasi sosial pada masa datang.

2.6 Model Proses Implementasi Kebijakan

Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan didasarkan pada kepentingan utama terhadap faktor-faktor yang menentukan kebijakan. Identifikasi indikator-indikator pencapaian merupakan tahap yang krusial dalam analisis implementasi kebijakan. Indikator-indikator pencapaian ini menilai sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan kebijakan telah direalisasikan. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan berguna di dalam menguraikan tujuan-tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh Winarno, 2002. Di samping itu, ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan merupakan bukti itu sendiri dan dapat diukur dengan mudah dalam beberapa kasus. Misalnya, pemerintah 32 berusaha menciptakan lapangan pekerjaan untuk para pengangguran dengan membuat beberapa proyek padat karya. Untuk menjelaskan apakah implementasi telah berhasil atau tidak, perlu ditentukan jumlah pekerjaan yang telah diciptakan, identitas orang-orang yang dipekerjakan dan kemajuan proyek-proyek pembangunan yang berhubungan Winarno, 2002. Sumber: Winarno, 2002 Gambar 3 Pengukuran dasar dan tujuan. Namun demikian, dalam banyak kasus ditemukan beberapa kesulitan besar untuk mengidentifikasi dan mengukur pencapaian. Ada dua penyebab mengapa hal ini terjadi : Pertama, mungkin disebabkan oleh bidang program yang terlalu luas dan sifat tujuan yang kompleks. Kedua, mungkin akibat dari kekaburan-kekaburan dan kontradiksi-kontradiksi dalam pernyataan ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan. Ukuran-ukuran Dasar dan tujuan-tujuan Kebijaksanaan Sumber-sumber Karaktn badan- badan pelaksana Kondisi-kondisi ekonomi, sosial, politik dan budaya Kecendrungan pelaksana- pelaksana Pencapaian Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan 33 Dalam melakukan studi implementasi, tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran suatu program yang akan dilaksanakan harus diidentifikasi dan diukur karena implementasi tidak dapat berhasil atau mengalami kegagalan bila tujuan-tujuan itu tidak dipertimbangkan. Pilihan ukuran-ukuran pencapaian bergantung pada tujuan-tujuam yamg didukung oleh penelitian Winarno, 2002.

2.7 Pembangunan Masyarakat Desa