16 Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan adanya
komunikasi. Bentuk-bentuk proses sosial meliputi, proses sosial yang bersifat asosiatif mendekatkan dan proses sosial yang bersifat disosiatif menjauhkan. Proses sosial yang
tergolong asosiatif, antara lain kerjasama, asimilasi, akulturasi, dan akomodasi. Sementara proses sosial yang tergolong disosiatif misalnya persaingan, kontravensi dan
konflik. Soekanto, 1995 dalam Satria, 2002. Persaingan dapat terjadi pada masing-masing individu mapun antar kelompok
dalam pencapaian suatu tujuan keuntungan dalam segala aspek kehidupan, seperti persaingan ekonomi, persaingan kedudukan, dan peranan dan persaingan ras Soekanto,
1995 dalam Satria, 2002. Jika persaingan yang terjadi diikuti gejala-gejala ketidak pastian dan keraguan tentang seseorang dan sikap tersembunyi atas gagasan dan budaya
yang dimilikinya, hal itu disebut kontravensi. Sikap tersembunyi ini dapat pula bersumber pada rasa ketidak senangan terhadap kepribadian seseorang yang selanjutnya
akan memunculkan ketegangan dalam hubungan kedua belah pihak karena dikuasai rasa amarah sehingga akan timbul sebuah konflik.
Menurut Soekanto 1995 dalam Satria 2002, beberapa faktor yang menjadi penyebab utama terjadinya konflik adalah perbedaan individu, perbedaan budaya,
perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial.
2.3 Pemeliharaan dan Pelestarian Lingkungan
Keberlanjutan telah menjadi isu penting dalam pembangunan ekonomi dunia,
karena masyarakat dunia sudah menyadari bahwa eksploitasi sumberdaya alam dapat mengakibatkan degradasi lingkungan. Menurut Yakin 1997 bahwa dalam beberapa hal,
eksploitasi sumberdaya yang tidak terkontrol bukan hanya bisa mengakibatkan kelangkaan sumberdaya tetapi juga dapat mengakibatkan menurunnya kualitas
lingkungan. Oleh karena itu pembangunan ekonomi harus mengarah kepada pembangunan yang berwawasan lingkungan atau yang berkelanjutan sustainable
development . Konsep dasar pembangunan yang berwawasan lingkungan ada dua aspek
yang penting, yaitu lingkungan ecology, the environment dan pembangunan development Yakin, 1997.
17 Ekologi budaya yang dilontarkan oleh Adiati 1996, menjelaskan hubungan
timbal balik yang terjadi antara kebudayaan dan lingkungan melalui penelaahan adaptasi. Pendekatan ini dilatarbelakangi oleh adanya kecenderungan untuk menerima pendekatan
materialistik dan ketidakpuasan terhadap faham yang telah berkembang bahwa gejala- gejala sosial hanya dapat diterangkan dari segi sosial saja. Dua kelompok elemen yang
mempengaruhi sistem sosial politik kelompok masyarakat, yaitu keolompok inti kebudayaan yang dipengaruhi oleh lingkungan sumberdaya alam dan kelompok bukan
inti kebudayaan yang dipengaruhi oleh kelompok masyarakat lain seperti agama, bahasa seni dan nilai-nilai kebudayaan.
Sebagai contoh, kegiatan pelibatan masyarakat dalam rehabilitasi mangrove yang dilakukan Wetlands International – Indonesia Programme WI-IP sejak tahun 1998
sampai saat ini di Desa Karang Song Indramayu. Upaya pelibatan masyarakat yang dilakukan oleh LSM ini dikaji sebagai upaya memperoleh pembelajaran. Berdasarkan
penyebab degradasi hutan mangrove di atas, maka diperlukan tindakan-tindakan untuk mengurangi kedua jenis tekanan tersebut sesuai dengan sumber masalahnya. Dalam
meminimasi tekanan internal diperlukan pembinaan masyarakat yang bersifat andragogi, yaitu pembinaan yang berorientasi pada inisiatif sendiri dalam mendiagnosis kebutuhan,
tujuan, strategi dan penilaian belajar Bengen et al., 2002. Adapun menurut Bengen et al. 2002 lebih lanjut mengemukakan strategi
pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove dilakukan melalui strategi persuasif, edukatif dan fasilitatif, dengan uraian seperti di bawah ini.
1 Strategi Persuasif
Strategi persuasif dilakukan dalam bentuk pembinaan-pembinaan. Kegiatan pembinaan
merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran dari kelompok sasaran terhadap pesan yang disampaikan. Materi pembinaan meliputi penyuluhan
tentang pentingnya hutan mangrove dan pelestariannya, pengelolaan tambak yang ramah lingkungan serta pentingnya organisasikelompok masyarakat.
2 Strategi Edukatif
Strategi edukatif dilakukan dalam bentuk pelatihan-pelatihan. Melalui pelatihan diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan kelompok sasaran terhadap suatu aspek
18 tertentu. Kegiatan pelatihan yang telah dilakukan adalah peningkatan pemahaman dan
ketrampilan kelompok sasaran di bidang rehabilitasi mangrove seperti seleksi buah, pembibitan dan penanaman; pelatihan peningkatan pemahaman dan ketrampilan di
bidang perikanan, yaitu budidaya udang tambak ramah lingkungan dan budidaya bandeng; pelatihan pengembangan kemampuan dalam pengelolaan kelompok, seperti
administrasi, pengelolaan keuangan, kepengurusan dan aturan main pelaksanaan program.
3 Strategi Fasilitatif
Strategi fasilitatif dilakukan dalam bentuk pemberian bantuan usaha yang merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi
mangrove.
2.4 Infrastruktur dan Kelembagaan