Kerangka Pemikiran HERMAN KHAERON

5

1.4 Hipotesis Penelitian

Relokasi telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan asal Kali Adem, maupun terhadap masyarakat di sekitar pemukiman relokasi di Desa Karang Song.

1.5 Kerangka Pemikiran

Desa Karang Song secara geografis berada di wilayah pesisir pantai Pulau Jawa memiliki masyarakat dengan pola mata pencaharian sebagai nelayan. Dengan mengandalkan potensi sumber daya laut, sebagian besar penduduk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari hasil menangkap ikan. Pemanfaatan sumberdaya laut oleh masyarakat Desa Karang Song dapat dilihat sebagai suatu perilaku ekonomi masyarakat. Adanya penduduk pendatang, yaitu warga dari Desa Kali Adem, yang memiliki pola mata pencaharian yang sama sebagai nelayan, dan berarti juga bertambahnya penduduk Desa Karang Song, serta pelaksanaan program relokasi oleh pemerintah yang secara fisik berperan dalam pembangunan akan menghasilkan dampak terhadap kondisi sosial ekonomi dan kemasyarakatan juga kondisi fisik Desa Karang Song. Pengaruh dari program relokasi terhadap masyarakat Desa Karang Song tentu akan berbeda pada setiap individu tergantung pada umur, mata pencaharian, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan, lama tinggal dan tingkat kesejahteraan. Pengaruh program relokasi terhadap penduduk asal Desa Karang Song dapat dikaji melalui persepsi mereka terhadap kondisi ekonomi, perubahan gaya hidup, hubungan sosial antar masyarakat, sistem kelembagaan, dan unit-unit ekonomi yang ada, serta asumsi masyarakat yang berada di luar atau sekitar wilayah Desa Karang Song. Setelah pengaruh-pengaruh dari hasil program relokasi diketahui, maka diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk membuat suatu arahan strategi pembangunan Desa Karang Song khususnya dan desa-desa sebagai penampung relokasi lainnya, yang menguntungkan semua pihak terkait. Secara skematis kerangka pemikiran penelitian ini dijelaskan pada Gambar 2. 6 Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian. Suatu lingkungan hidup yang berkualitas tinggi dapat menjamin daya huni habitability yang tinggi pula bagi penghuninya dalam hal ini populasi manusia. Menurut ekologi umum, jenis-jenis sumberdaya yang menentukan tinggi rendahnya daya huni tadi meliputi materi, energi, ruang, waktu dan keragaman diversity. Kualitas lingkungan yang tinggi membutuhkan fasilitas yang murah bagi tercapainya kualitas hidup yang tinggi pula. Akan tetapi ini erat sekali hubungannya dengan budaya, termasuk di dalamnya teknologi dari penduduk yang besangkutan. Jelasnya, sampai seberapa jauh penduduk mendayagunakan sumber-sumber tersebut. Sikap terhadap alam sekitar ataupun faham agama tertentu ikut mempengaruhi intensitas campur tangan manusia ke dalam lingkungannya Daldjoeni dan Suyitno, 1986. Bencana Alam Banjir di Kali Adem, DKI Jakarta Pemerintah DKI Jakarta Pemerintah Kab Indramayu Program relokasi nelayan Desa Karang Song Kab Indramayu Nelayan Kali Adem Masyarakat Desa Karang Song Permasalahan-permasalahan pra- dan pasca-relokasi Ekonomi Sosial Infrastruktur Perumahan Kesehatan Teknologi Pendidikan Studi Evaluasi 7 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesejahteraan Sosial Istilah kesejahteraan sosial bukanlah hal baru, baik wacana global maupun nasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB telah lama mengatur masalah ini sebagai salah satu bidang kegiatan masyarakat internasional Suharto, 2005. PBB memberi batasan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahterannya selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat. Definisi ini menekankan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivis terorganisir yang diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat Suharto, 2005. Di Indonesia, konsep kesejahteraan sosial telah ada dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Undang-Undang RI Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, merumuskan kesejahteraan sosial sebagai : ’’ Suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan bathin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila”. Di dalam UUD 1945, kesejahteraan sosial menjadi judul khusus BAB XIV yang didalamnya memuat Pasal 33 tentang sistem perekonomian dan Pasal 34 tentang kepedulian negara terhadap kelompok lemah fakir miskin dan anak-anak terlantar serta sistem jaminan sosial. Dengan demikian, kesejahteraan sosial pada intinya mencakup tiga konsepsi, yaitu : Pertama, Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial. Kedua, Institusi sebagai arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial. 8 Ketiga, Aktivitas sebagai implimentasi dari kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera Suharto, 2005. UU Perikanan No. 31 tahun 2004, membersitkan harapan bagi nelayan. Di bawah Bab X Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan Kecil, Pemerintah dituntut memberdayakan nelayan dan pembudidaya ikan melalui penyediaan skim kredit, baik untuk modal usaha maupun biaya operasional, dengan cara yang mudah dan bunga pinjaman yang rendah. Pemerintah juga menyediakan dan mengusahakan dana untuk memberdayakan nelayan dan pembudidaya ikan, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun sumber luar negeri. Untuk peningkatan kualitas SDM nelayan dan pembudidaya ikan Saad, 2004. Pemerintah menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang penangkapan, pembudidayaan, pengolahan, dan pemasaran ikan. Pemerintah juga akan mendorong korporatisasi nelayan dan pembudidaya ikan melalui penumbuhkembangan kelompok usaha dan koperasi. Nelayan kecil, menurut UU Perikanan, diberikan keleluasaan untuk melakukan penangkapan ikan di seluruh wilayah pengelolaan perikanan Indonesia. Namun untuk kepentingan statistik dan pemberdayaan, nelayan kecil harus mendaftarkan diri, usaha, dan kegiatannya kepada instansi perikanan setempat, tanpa dikenakan biaya. Nelayan kecil juga dibebaskan dari kewajiban membayar pungutan perikanan. UU Perikanan juga mendorong masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam pemberdayaan nelayan dan pembudidaya ikan. Demikian pula pengusaha perikanan harus mendorong kemitraan usaha yang saling menguntungkan dengan kelompok nelayan kecil. Secara normatif, UU Perikanan sudah cukup komprehensif mengatur pemberdayaan masyarakat dan membersitkan harapan bagi nelayan. Akan tetapi diperlukan kerja keras pemerintahan baru untuk menjelmakannya ke dalam realitas sehari-hari. Keterbatasan akses permodalan akan dipecahkan melaui penyediaan skim kredit mudah dan murah. Hal ini bukan persoalan mudah, karena Pemerintah tidak lagi memiliki otoritas mendikte Bank Indonesia untuk menyediakan skim kredit program seperti pada masa lalu, sementara kemampuan finansial pemerintah sangat terbatas Saad, 2004. 9

2.2 Pembangunan Masyarakat Pesisir