Pembinaan Hakikat Pembinaan Karakter

BAB II LANDASAN TEORI

A. Hakikat Pembinaan Karakter

1. Pembinaan

Pembinaan merupakan terjemahan dari kata traning yang berarti latihan, pendidikan, pembinaan. Pembinaan menekankan pada pengembangan sikap, kemampuan, dan kecakapan. Unsur dari pembinaan adalah mendapatkan sikap attitude, dan kecakapan skill Mangunhardjana, 1986:11. Pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang yang sudah dimiliki dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan bekerja yang sedang dijalani dengan efektif Mangunhardjana, 1986: 11 . Pembinaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI mempunyai arti: 1. proses, pembuatan, cara membina, 2. pembaharuan dan penyempurnaan, 3. usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik Depdiknas, 2002: 152. Pembinaaan merupakan model upaya untuk memberikan didikan dan bimbingan pada anak didik untuk dapat lebih meningkatkan unsur- unsur kebaikan dalam dirinya baik aspek rohanijasmani yang telah ada 9 padanya untuk lebih dikembangkan menuju tujuan yang baik. Pembinaan dapat dilakukan oleh dan dimanapun berada. Pembinaan tidak hanya dilakukan dalam keluarga dan disekolah saja, tetapi diluar keduanya juga dapat dilakukan suatu pembinaan. Menurut Mangunhardjana 1986: 17, untuk melakukan pembinaan ada beberapa pendekatan yang harus diperhatikan oleh seorang pembina. a. Pendekatan informatif informative approach, yaitu cara menjalankan program dengan menyampaikan informasi kepada peserta didik. Dimana dalam pendekatan ini peserta didik dianggap belum tahu dan tidak punya pengalaman. b. Pendekatan partisipatif partisipative approach, pada pendekatan ini peserta didik sebagai sumber utama, pengalaman dan pengetahuan dari peserta didik dimanfaatkan, sehingga lebih kesituasi belajar bersama. c. Pendekatan eksperiensial experienciel approach, dalam pendekatan ini menempatkan bahwa peserta didik langsung terlibat didalam pembinaan. Pembinaan ini disebut sebagai belajar yang sejati, karena pengalaman pribadi dan langsung terlibat dalam situasi tersebut.

2. Karakter

Dokumen yang terkait

NILAI-NILAI KARAKTER DALAM PROSES PEMBELAJARAN PUISI DI KELAS VII SMP NEGERI 2 TAWANGMANGU Nilai-Nilai Karakter Dalam Proses Pembelajaran Puisi Di Kelas VII SMP Negeri 2 Tawangmangu.

0 3 13

NILAI-NILAI KARAKTER DALAM PROSES PEMBELAJARAN PUISI DI KELAS VII SMP NEGERI 2 TAWANGMANGU Nilai-Nilai Karakter Dalam Proses Pembelajaran Puisi Di Kelas VII SMP Negeri 2 Tawangmangu.

0 2 13

“UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhalakul Karimah Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Mojogedang Tahun Pelajaran 2014/2015.

0 3 20

IMPLEMENTASI KARAKTER TANGGUNG JAWAB DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VII SMP NEGERI 2 Implementasi Karakter Tanggung Jawab Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Kelas VII SMP Negeri 2 Banyudono Kabupaten Boyolali Tahun

0 4 10

IMPLEMENTASI KARAKTER TANGGUNG JAWAB DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VII SMP NEGERI 2 Implementasi Karakter Tanggung Jawab Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Kelas VII SMP Negeri 2 Banyudono Kabupaten Boyolali Tahun

0 3 16

PEMBENTUKKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI KEGIATAN PEMBIASAAN PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 BANYUDONO, Pembentukkan Karakter Religius Melalui Kegiatan Pembiasaan Pada Siswa Kelas VII DI SMP Negeri 2 Banyudono, Kabupaten Bo

0 1 18

PENDAHULUAN Pembentukkan Karakter Religius Melalui Kegiatan Pembiasaan Pada Siswa Kelas VII DI SMP Negeri 2 Banyudono, Kabupaten Boyolali.

0 1 7

PEMBENTUKKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI KEGIATAN PEMBIASAAN PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 Pembentukkan Karakter Religius Melalui Kegiatan Pembiasaan Pada Siswa Kelas VII DI SMP Negeri 2 Banyudono, Kabupaten Boyolali.

0 0 14

PEMBELAJARAN TARI PIRING PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 SUMEDANG.

0 3 43

KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VII PADA MATA PELAJARAN BAHASA JAWA (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 MAGELANG).

0 2 93