5. Pertanggungjawaban
responsibility: kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang – undangan
yang berlaku dan prinsip – prinsip korporasi yang sehat. 6.
Kewajaran fairness: keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak–hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan
peraturan perundang–undangan yang berlaku.
2.1.1. Konsep Corporate Social Responsibility CSR
Sejak abad ke-19, berawal dari perkembangan pesat perusahaan sebagai organisasi bisnis di Amerika
56
Konsep Corporate Social Responsibility CSR sudah muncul sejak tahun 1933, dalam The Modern Corporatation And Private
Property, dikemukakan bahwa korporasi modern seharusnya mentransformasikan diri menjadi institusi sosial, ketimbang institusi
ekonomi yang semata memaksimalkan laba. Pemikiran ini dipertajam . Kemudian kebijakan publik
secara tegas merubah lingkup sosial yang mesti direspon perusahaan secara lebih spesifik, seperti kesehatan dan keselamatan kerja K3,
jaminan sosial pekerja, pelestarian lingkungan, perlindungan konsumen, dll. Perusahaan perlu merespon tuntutan pasar sukarela,karena
merflesikan tuntutan moral dan sosial konsumen, disisi lain juga memiliki tanggung jawab sosial, juga harus patuh terhadap hukum dan kebijakan
publik.
56
Edi Suharto. “Corporate Social Responsibility: What is and Benefit for Corporate ,2008. makalah hal 2
Universitas Sumatera Utara
oleh Peter F Drucker pada tahun 1946, lewat bukunya The Concept Of Corporation
57
Kemudian pada tahun 1953 nama CSR pertama kali digaungkan dalam diskursus resmi akademik Howard R. Bowen dengan bukunya
yang berjudul Social Responsibility of the Businessman .
58
. Ide dasar yang dikemukakan Bowen mengacu pada kewajiban pelaku bisnis untuk
menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat ditempat perusahaannya beroperasi
59
57
. Tetapi pada tahun 1970, ekonomi Milton Friedman menjelaskan
pandangan yang berbeda tentang CSR, Bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah menghasilkan menghasilkan keuntungan profit
dalam batasan moral masyarakat dan hukum. Ia mengingatkan bahwa inisiatif perusahaan untuk menjalankan CSR dapat membuat arah
manajemen menjadi tidak fokus, membuat pengelolaan sumber daya menjadi tidak efesien, memperlemah daya saing, serta mempersempit
pilihan-pilihan dan kesempatan. Namun seiring waktu berjalan, CSR semakin berkembang dan terus menjadi isu kunci dalam konteks
manajemen, pemasaran dan akuntansi di Inggris, Amerika, Eropa, Canada, dan Negara-negara lain.
http:www.ppm-manajemen.ac.idindex.php?wb=11mib=highlights.detailid=9
58
Prinsip-prinsip yang dikemukakannya mendapatkan pengakuan publik dan akademisi sehingga Howard R. Bowen dinobatkan sebagai “Bapak CSR”
59
Susiloadi. Implementasi Corporate Social Responsibility untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan. Spirit Publik, 2008. Vol. 4:124
Universitas Sumatera Utara
Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan atau bahkan sering diidentikkan dengan CSR ini antara lain PemberianAmal Perusahaan
Corporate GivingCharity, Kedermawanan Perusahaan Corporate philanthropy, Relasi Kemasyarakatan Perusahaan Corporate
CommunityPublicRelations, dan Pengembangan Masyarakat Community Development. Keempat nama itu bisa pula dilihat sebagai
dimensi atau pendekatan CSR dalam konteks Investasi Sosial Perusahaan Corporate Social InvestmentInvesting yang didorong oleh spectrum
motif yang terentang dari motif “amal” hingga “pemberdayaan”
60
Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA
Corporate Social Activity atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep
CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep
investasi sosial perusahaan “seat belt”, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam
mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Perusahaan menyadari untuk mempertahankan
eksistensinya perusahaan berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup, potensi kewirausahaan dan kualitas lingkungan sekitar. Karena perusahaan
.
60
Brilliant, Eleanor L. dan Kimberlee A. Rice. “Influencing corporate philantrophy” dalam Gary M. Glould dan Michael L. Smitheds, social work in the workspace New
York:Spinger Publishing Co. 1988 page 299-313
Universitas Sumatera Utara
tidak bisa bertahan ditengah masyarakat miskin dan lingkungan yang tidak mendukung kemajuannya. Untuk itu, perusahaan memberikan perhatian
besar pada perlunya memberdayakan berbagai potensi masyarakat sebagai unsur penting yang menunjang survival perusahaan sejak sekarang.
Namun demikian, tidak dapat pula dipungkiri bahwa perkembangan pelaksanaan CSR akhir-akhir ini juga mengalami
kecenderungan positif dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Timbul kesadaran pelaksanaan CSR merupakan bagian yang menyatu dalam
strategi bisnis suatu korporasi, dimana pelaksanaan CSR justru mendukung tujuan-tujuan bisnis inti.
Perubahan arah kecenderungan perkembangan pelaksanaan CSR tersebut di Indonesia akhir-akhir ini cukup intens diperbincangkan
berbagai kalangan pemerintah, pebisnis, akademisi, dan NGOs. Namun demikian, riset-riset yang terkait dengan implementasi CSR belum banyak
dilakukan. Riset yang dilakukan masih berkisar pada praktek CSR yang sedang berlangsung saat ini, seperti yang dilakukan Rusfadia Saktiyanti
Jahya 2006
61
61
Jahja, Rusfadia Saktiyanti. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Corporate Social Responsibility Perusahaan Ekstraktif dalam Jurnal Galang, Vol.1, No.2, Hal.22-35, Edisi
Januari 2006.
dan Siti Adiprigandari Adiwoso Suprapto 2006. Dari beberapa hasil riset tersebut secara umum dapat disimpulkan antara lain:
pertama, bahwa pebisnis umumnya melihat praktek CSR sabagai kegiatan yang memiliki makna sosial dan bisnis sekaligus. Artinya, praktek CSR
masih dikaitkan dengan peningkatan citra korporat di mata masyarakat;
Universitas Sumatera Utara
kedua, praktek CSR yang dilakukan belum mencapai hasil seperti yang diharapkan dalam arti pemberdayaan ekonomi, sosial, dan budaya
masyarakat. Hal ini terjadi antara lain disebabkan oleh kebijakan program yang terlalu kaku, implementasi yang salah, dan belum siapnya
masyarakat calon penerima bantuan.
2.1.2. Defenisi Corporate Social Responsibility CSR