1.
Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pemeliharaan pabrik
2.
Memonitor dan mengevaluasi mutu produk yang dihasilkan di unit kerjanya
3.
Mem onitor dan mengawasi pengolahan limbah pabrik
4.
Mengevaluasi laporan bulanan kinerja peralatan pabrik
5.
Melaksanakan pengendalian sistem komputerisasi yang terintegrasi berbasis data base secara konsisten dan up to date.
4.5.4. Bidang KeuanganUmum
Dalam melaksanakan tugasnya kepala bidang keuangan umum dibantu oleh 1 staf bidang keuangan dan 1 staf bidang umum. Tugas dari
bidang keuangan umum ini adalah: 1.
Mengkoordinir, memonitor, mengevaluasi persediaan barang di distrik dan unit.
2. Membuat kontrak sesuai kewenangannya
3. Mengawasi pengadaan barang dan jasa di unit kerja distrik
4. Mengevaluasi, mengawasi dan mengatur laporan perkembangan
kekuatan tenaga kerja karyawan distrik, kebununit 5.
Kompilasi laporan peristiwa masalah umum LPMU kebununit 6.
Mengusulkan dan memonitoring mengevaluasi penyaluran dana usaha kecil menengah UMKM dan kemitraan bina lingkungan
KBL 7.
Melaksanakan sistem penilaian karya di distrik. 8.
Mengevaluasi penerimaan karyawan permanent penderes di kebun.
Universitas Sumatera Utara
4.5.5. Krani-I Urusan Administrasi Umum
A. Tugas – Tugas
1. Melaksanakan Program Transformasi Bisnis dan Komitmen terhadap
Sistem Manajemen PTP. N – III. :
2. Mengerjakan AU 29 dan PB 10 dan administrasi cuti karyawan.
3. Mengerjakan Administrasi Pelatihan dan membantu pelaksanaan
OJT ISO 9001, ISO 14001, SMK3 dan pelatihan lainnya. 4.
Membantu pelaksanaan kegiatan umum, sosial dan keagamaan. 5.
Mengarsipkan dan memelihara dokumen. 6.
Melaksanakan tugas tugas lainnya yang diberikan atasan yang bersifat insidentil.
B. 1.
Melaksanakan tugas – tugas yang telah ditentukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Tanggung Jawab :
2. Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Asisten
Personalia
Administrasi ISO 900114001 bertugas untuk :
1. Mengadministrasikan dan memelihara dokumen ISO 90014001 di bagian
KBL dan melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan ISO
2. Membantu tugas-tugas Krani-I Urusan Administrasi Keuangan
3. Mendokumentasikan hari-hari berhalangan
4. Melaksanakan tugas-tugas yang diinstruksikan atasan
Universitas Sumatera Utara
4.14 Pelanggan dan Stakeholder
Stakeholder yang ada di Distrik Asahan terdiri dari LSM, Wartawan, Mitra Binaan, Muspika,dan Rekanan pemasok barang dan jasa.
Harapan Perusahaan terhadap stakeholder.
Tabel : 4.1 Harapan kepada Stakeholder
Sumber : database perusahaan 2014 No.
Stakeholder Harapan
1. Karyawan
Kepuasan kerja Employee Satisfaction. 2.
Pemasokrekanan Transaksi yang memuaskan dan
kelangsungan kerja sama. 3.
Pemerintah Kepatuhan pada hukum dan kontribusi dalam
pembangunan 4.
Pesaing Persaingan yang sehat
5. Auditor
Independensi 6.
Masyarakat sekitar, Mitra Binaan, dan Lingkungan
Manfaat bagi masyarakat dan kelestarian lingkungan
7. Media Massa, LSM dan
Ormas Keterbukaan informasi
8. Serikat Pekerja
Perlakuan yang adil dan wajar 9.
Legislatif Ketaatan pada hukum dan peraturan, serta
hubungan yang baik antara perusahaan dengan legislatif dan masyarakat
10. Perguruan Tinggi dan
Lembaga Penelitian Kerjasama yang saling menguntungkan.
Penghargaan atas hasil penelitian dan saran yang diberikan
11. Petani Plasma
Pembinaan teknis, dan kemitraan
Universitas Sumatera Utara
4.15 Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III Persero
Ada beberapa regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait dengan misi yang harus diemban oleh perusahaan-perusahaan yang
dimiliki oleh negara. Regulasi tersebut antara lain, Peraturan Pemerintah PP No. 12 Tahun 1998 tentang Perseroan Terbatas Persero dan PP No.
13 Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum Perum terlihat adanya keharusan kedua perusahaan itu untuk memberikan dukungan terhadap
usaha kecil dan koperasi. Regulasi tersebut diperluas dengan dikeluarkannya UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara BUMN, dimana BUMN bukan saja mendukung usaha kecil dan koperasi, tetapi juga harus mendukung program-program sosial lainnya.
Regulasi tersebut menunjukkan bahwa pemerintah sesungguhnya telah memiliki komitmen dengan tanggungjawab sosial perusahaan CSR,
walaupun idealnya tanggungjawab sosial perusahaan tersebut dilakukan tanpa adanya regulasi.
Perusahaan Terbatas Perkebunan Nusantara PTPN III sebagai salah satu BUMN yang bergerak di sektor perkebunan dari industri hulu
hingga hilir, menurut informan kunci yaitu japinde sihaloho
52
52
Hasil wawancara dengan Krani PKBL yaitu japinde sihaloho tanggal 27 april 2014
juga telah melakukan tanggungjawab sosialnya kepada masyarakat, bahkan jauh
sebelum adanya regulasi peraturan yang mewajibkan perusahaan melakukan itu. Namun sebelum regulasi tersebut dibuat oleh pemerintah,
bentuk tanggungjawab sosial tersebut belum dikelola secara tersendiri, dan
Universitas Sumatera Utara
program-program bantuan yang diberikan belum terencana dengan baik. Bantuan yang diberikan masih bersifat spontanitas dan masih bersifat
hadiah atau derma sosial. Tanggungjawab sosial tersebut semakin intens dilaksanakan oleh
perusahaan dan menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk melakukannya setelah dikeluarkannya regulasi, khususnya yang terkait dengan regulasi
pada perusahaan-perusahaan yang merupakan Badan Usaha Milik Negara BUMN. PTPN III sebagai salah satu perusahaan BUMN, tentu juga
harus mentaati regulasi tersebut. Pedoman yang digunakan sebagai dasar hukum PTPN III dalam
mengelola program kemitraan adalah: 1.
Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-236MBU2003, tanggal 17 Juni 2003 dan Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-
05MBU2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan PKBL. 2.
Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor KEP-100MBU2002 tanggal 4 Juni 2002 tentang Perhitungan kinerja Bagian Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL. 3.
Surat Edaran Kementrian BUMN Nomor SE-433MBU2003 tanggal 16 September 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaannya PKBL.
4. Selain petunjuk pelaksanaan tersebut, PTPN III juga menerbitkan
petunjuk teknis melalui Instruksi Kerja IK Nomor IK-3.10-01-05.
Universitas Sumatera Utara
Dasar hukum tersebut merupakan pedoman yang digunakan oleh Bagian PKBL untuk mengimplementasikan tanggung jawab sosial
perusahaan CSR. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan informan utama dari PTPN III bahwa ”Dasar hukum tersebut merupakan rujukan
yang digunakan oleh Bagian KBL untuk mengimplementasikan PKBL”. Menurut buku Instruksi Kerja PTPN III, Program kemitraan adalah
program untuk meningkatkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil dan menengah UMKM agar menjadi tangguh dan mandiri melalui
pemanfaatan dana bagian laba BUMN. Mitra Binaan adalah Usaha Mikro, Kecil dan menengah UMKM yang telah mendapat bantuan pinjaman
modal usaha dari bagian laba BUMN Pembina. Tujuan Program ini adalah:
1. Untuk mewujudkan hubungan yang harmonis khususnya dengan
masyarakat disekitar wilayah usaha PT. Perkebunan Nusantara III Persero dan masyarakat Sumatera Utara pada umumnya sehingga
tercapainya tidak ada pencurian zero loss dan tidak ada konflik zero conflick.
2. Menumbuh kembangkan kegiatan ekonomi kerakyatan khususnya
Usaha Mikro, Kecil dan menengah UMKM disekitar wilayah usaha PT. Perkebunan Nusantara III Persero dan Usaha Mikro, Kecil dan
menengah UMKM Sumatera Utara pada umumnya sehingga tercapai pemerataan pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
Ruang lingkup program kemitraan adalah masyarakat disekitar wilayah usaha PT. Perkebunan Nusantara III Persero Distrik Asahan dan
masyarakat Sumatera Utara pada umumnya. Program-program yang dilaksanakan oleh PT. Perkebunan Nusantara III ini terdiri dari :
1. Pinjaman
a. Pinjaman Modal Kerja : adalah bantuan penambahan modal kerja dan
atau untuk pembelian aktiva tetap guna meningkatkan produksi dan penjualan Mitra Binaan.
b. Pinjaman Khusus : bersifat jangka pendek dan hanya diberikan kepada
Mitra Binaan. 2.
Hibah a.
Bantuan pendidikan dan pelatihan magang untuk Mitra Binaan. b.
Bantuan pemasaran produksi. Program kemitraan memiliki tingkat bunga pinjaman jasa
administrasi yang dikenakan kepada Mitra Binaan sesuai peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-05MBU2007 sebesar 6 per tahun
dari limit pinjaman dan bagi hasil 10 sampai dengan maksimal 50
dalam jangka waktu maksimal 36 bulan.
Sumber dana program kemitraan berasal dari :
1.
Penyisihan laba BUMN setelah pajak sebesar 2 setahun atau sesuai keputusan RUPS.
2.
Pengembalian pinjaman Mitra Binaan dan,
Universitas Sumatera Utara
3.
Hasil bunga pinjaman, bunga deposito dan atau jasa giro dari dana program kemitraan setelah dikurangi beban operasional.
Ada beberapa syarat usaha kecil menengah UMKM yang dapat ikut serta dalam program kemitraan, yaitu :
1.
Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 200.000.000,- di luar tanah dan bangunan usaha atau hasil penjualan maksimal Rp 1.000.000.000,-
tahun. 3.
Milik warga Negara Indonesia WNI; berdiri sendiri, artinya bukan merupakan anak cabang perusahaan yang dimiliki, di kuasai atau
berafiliasi baik langsung ataupun tidak langsung dengan usaha menengah atau pun usaha besar.
4. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang berbadan hukum
maupun tidak berbadan hukum termasuk koperasi. 5.
Telah melakukan kegiatan minimal 1 tahun serta mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan.
Selanjutnya ada beberapa persyaratan yang wajib dilakukan oleh calon Mitra Binaan untuk mendapatkan pinjaman dari PT.Perkebunan III
antara lain: 1. Mengajukan proposal permohonan pinjaman yang memuat :
Data pribadi sesuai KTP;
Data Usaha bentuk usaha, alamat usaha, mulai mendirikan usaha,
jumlah tenaga kerja, dsb;
Universitas Sumatera Utara
Data Keuangan meliputi Laporan KeuanganCatatan Keuangan 3
bulan terakhir;
Rencana Penggunaan Dana Pinjaman 2. Melampirkan :
Fotocopy KTP SuamiIstri atau identitas lainnya;
Fotocopy Kartu Keluarga;
Pas Photo ukuran 3x4;
Fotocopy SITU,SIUP,TDUP,NPWP atau surat keterangan usaha dari
lurah desa bersifat fleksibel;
Fotocopy agunan yang akan dijaminkan serendah-rendahnya surat camat atau akta notaris
Gambar Denah Lokasi Usaha;
Fotocopy Rekening BankBuku Tabungan.
Pengajuan Proposal calon Mitra Binaan di Bagian PKBL 1.
Calon Mitra Binaan CMB baik perorangan maupun clusterkelompok mengajukan proposal permohonan peminjam modal kerja kepada
Direksi PTPN III.
Universitas Sumatera Utara
2. Terhadap proposal CMB yang telah didisposisi Direksi, Kabag PKBL
menginstruksikan Kaur. Perencanaan Pembinaan melakukan Analisasurvey lapangan.
3. Kepala Bagian PKBL menetapkan CMB yang layak mendapatkan
bantuan Pembinaan dan menetapkan jumlah pinjaman. 4.
Proposal Program Kemitraan yang diterima oleh bagian PKBL baik yang telah direalisasi maupun yang belum dengan sendirinya menjadi
milik perusahaan, oleh karena itu Perusahaan berhak mengarsipkan maupun mengembalikannya kepada pemohon.
Tata cara pengajuan dana program kemitraan:
1.
Calon Mitra Binaan CMB menyampaikan proposal dana pinjaman dalam rangka pengembangan usahanya ditujukan kepada BUMN
Pembina dengan mencantumkan antara lain : a.
Nama dan alamat unit usaha dan pemilik usaha. b.
Bukti dan identitas diri pemilik pengurus.
2.
Izin usaha atau surat keterangan usaha dari pihak yang berwenang minimal dari lurahkepala desa.
Perkembangan usaha arus kas, rugi laba, neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan dan hasil usaha serta rencana usaha
dan kebutuhan dana yang diharapkan.
3.
Persyaratan lain yang dianggap perlu oleh masing-masing BUMN Pembina.
Universitas Sumatera Utara
4.
BUMN Pembina melaksanakan analisa kelayakan secara langsung atas permohonan calon Mitra Binaan, kemudian mengadakan
koordinasi dengan kordinator dengan BUMN Pembina.
5.
Mitra Binaan yang layak untuk dibina menyelesaikan proses administrasi pinjaman sesuai ketentuan BUMN Pembina.
6.
Pemberian dana pinjaman kepada calon Mitra Binaan CMB dituangkan dalam surat perjanjian kontrak yang sekurang-
kurangnya memuat : a.
Nama dan alamat BUMN Pembina dan Mitra Binaan. b.
Hak dan kewajiban BUMN Pembina dan Mitra Binaan. c.
Jumlah pinjaman dan peruntukannya. d.
Syarat-syarat pinjaman jangka waktu pinjaman, jadwal angsuran pokok dan bunga, sanksi dan lain-lain.
7.
BUMN Pembina dilarang memberikan pinjaman kepada calon Mitra Binaan CMB yang menjadi Mitra Binaan BUMN Pembina
lain. Mitra Binaan mempunyai kewajiban sebagai berikut :
1. Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui oleh BUMN Pembina.
2. Menyelenggarakan pencatatan pembukuan dengan tertib. 3. Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati.
Universitas Sumatera Utara
4. Menyampaikan laporan perkembangan usaha setiap triwulan kepada BUMN Pembina.
Sedangkan BUMN Pembina mempunyai kewajiban sebagai berikut :
1. Melaksanakan evaluasi dan seleksi atas kelayakan usaha dan menetapkan calon Mitra Binaan secara langsung.
2. Menyiapkan dan menyalurkan dana program kemitraan kepada Mitra Binaan.
3. Menyampaikan laporan berkala triwulan, semesteran dan tahunan kepada Menteri BUMN dan kordinator BUMN Pembina.
Pada pelaksanaan program kemitraan itu sendiri apabila terjadi permasalahan dalam pengembalian pinjaman oleh Mitra Binaan, maka
dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Kurang Lancar
Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga telah 1 satu hari dan belum melampaui 180 seratus delapan
puluh hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran diberikan surat teguran pertama oleh Manajer KebunUnit yang ditandatangani oleh
Distrik Manajer setempat. 2. Ragu – Ragu
Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 seratus delapan puluh hari dan
Universitas Sumatera Utara
belum melampaui 360 tiga ratus enam puluh hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, diberikan surat teguran kedua oleh Manajer
KebunUnit yang ditandatangani oleh Distrik Manajer setempat. 3. Macet
Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 360 tiga ratus enam puluh hari dari
tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran diberikan surat peringatan I, II, III oleh Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan yang ditandatangani oleh
Direktur Keuangan. 4. Eksekusi Jaminan
Mengeksekusi jaminan Mitra Binaan dapat dilaksanakan setelah diadakan rapat tim Distrik Manajer KebunUnit dan Bagian Kemitraan
dan Bina Lingkungan, kemudian memberitahukan secara tertulis kepada Direktur Keuangan untuk mendapat persetujuan dan selanjutnya membuat
surat pemberitahuan tertulis kepada Pengadilan Negeri setempat. Terhadap kualitas pinjaman kurang lancar, ragu-ragu dan macet
dapat dilakukan usaha-usaha pemulihan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri No. KEP-236MBU2003.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PROGRAM KEMITRAAN DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III
5.1. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL sebagai strategi dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility CSR di
PT.Perkebunan Nusantara III
Corporate Social Responsibility CSR adalah program pemerintah sebagai bentuk kontribusi perusahaan untuk turut meningkatkan
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Di dalam pelaksanaannya PKBL tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang ada pada CSR. Pada
dasarnya Program Kemitraan dan Bina Lingkungan merupakan wujud implementasi Corporate Social Responsibility CSR di BUMN
53
Peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar area operasional PTPN III secara langsung atau tidak langsung juga akan berkontribusi bagi
kelancaran aktivitas operasional perusahaan. Artinya, kegiatan operasi .
Sebagai sebuah korporat, PTPN III tentu berupaya untuk memaksimasi keuntungannya. Keuntungan tersebut tentunya diharapkan
akan mampu memberikan konstribusi bagi kesejahteraan karyawannya, pengembangan perusahaan, dan kontribusinya bagi peningkatan
pendapatan nasional. Di samping itu, PTPN III juga berkepentingan untuk dapat berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama
masyarakat yang berada di sekitar area operasional PTPN III.
53
Hasil wawancara dengan Krani PKBL yaitu Japinde Sihaloho tanggal 27 april 2014
Universitas Sumatera Utara
perusahaan tidak akan terganggu karena adanya gangguan berupa perusakan lahan, pencurian hasil perkebunan, konflik dengan warga
sekitar, dan sebagainya. Karena menurut Krani PKBL Japinde Sihaloho sebagai informan
kunci yaitu : ”….Implementasi Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan PKBL sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan lebih mengutamakan program dan kegiatannya pada
daerah-daerah yang bersentuhan langsung dengan area PTPN III.”
Wawancara dengan Japinde Sihaloho Tanggal 27 April 2014
Ini menunjukkan bahwa tanggungjawab sosial merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk meredam
gangguan-gangguan yang mungkin ditimbulkan oleh masyarakat di sekitar operasional perusahaan.
5.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran Program Kemitraan
Maksud, tujuan dan sasaran program kemitraan PTPN III sesuai dengan PERMEN-5-MBU-2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha
Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan PKBL
54
54
Hasil wawancara dengan Krani PKBL yaitu Japinde Sihaloho tanggal 27 april 2014
. Dan Mitra Binaan sebagai usaha kecil yang mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
program kemitraan mengetahui apa maksud, tujuan dan sasaran program kemitraan
55
5.3. Cakupan Wilayah
. Seperti penuturan Bapak Suprianto bahwa: “….Program Kemitraan adalah program untuk
meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
Dilaksanakannya program kemitraan bertujuan demi keamanan PTPN III. Sasaran program kemitraan adalah masyarakat yang
bertempat tinggal di sekitar wilayah PTPN III.” Wawancara dengan Bapak Suprianto Tanggal 29 April 2014
Dari penyataan diatas, Tujuan ataupun maksud pelaksanaan program adalah untuk mewujudkan hubungan yang harmonis dengan masyarakat
sekitar dan
menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi kerakyatan khususnya UMKM sekitar PTPN III dan sasaran program adalah
masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar wilayah PTPN III.
Cakupan wilayah merupakan suatu ukuran yang merefleksikan bahwa seberapa jauh kawasan yang dapat dijangkau oleh PTPN III
tersebut dan mencakup keseluruhan masyarakat sekitar.
Cakupan wilyah untuk seluruh Asahan tetapi ada istilah koridor 1 yaitu untuk yang langsung bersinggungan dengan wilayah perkebunan.
Usaha Kecil yang berada dikoridor 1 lebih diutamakan demi meminimalisir ganguan dari masyarakat seperti pencurian asset
perusahaan. Cakupan wilayah disini yaitu mencakup 6 prkebunan yaitu Kebun Bandar Selamat KBDSL, Kebun Sei Dadap KSDDP, Kebun Sei
55
Mereka mengetahui setelah mendapat keterangan dipelatihan di Sei Karang.
Universitas Sumatera Utara
Silau KSSIL, Kebun Ambalutu KAMBT, Kebun Pulau Mandi
KPMDI Kebun Huta Padang KHTPD.
5.4. Proporsi bantuan
Dana bantuan yang diberikan oleh pihak PTPN III kepada Mitra Binaanya tidak dilakukan secara sembarangan. Krani PKBL bersama tim
survey melakukan analisa kelayakan di lapangan. Data dari proposal yang diberikan oleh calon Mitra Binaan saat pemberian proposal diperiksa
kebenarannya. Proporsi dana yang diberikan tidak hanya berkisar pada anggaran saja, tetapi juga pada serapan maksimal, artinya apabila areal dan
prospek ke depannya bagus maka anggaran yang diberikan pun harus lebih besar.
ketersediaan dana yang dimiliki oleh PKBL dan besar bantuan yang telah diprogramkan untuk masing-masing KabupatenKota yang
diprogramkan untuk mendapatkan batuan sebagai perwujudan dari tanggungjawab sosial PTPN III terhadap masyarakat. Besarnya bantuan
yang diprogramkan untuk masing-masing KabupatenKota antara lain didasarkan pada luas areal PTPN III di masing-masing wilayah
KabupatenKota tersebut. Besar bantuan yang diberikan untuk Program Kemitraan ini sangat
tergantung pada proposal yang diajukan dan kelayakan usaha yang sedang digeluti yang bersangkutan. Proporsi pemberian dana bantuan program
kemitraan tidak sesuai dengan kebutuhan dari Mitra Binaan.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sukamto bahwa :
“….uang yang diberikan tanggung untuk pengembangan usaha sebab uang pinjaman tidak lebih dari Rp. 50.000.000¸saya
sudah menjadi Mitra Binaan sejak tahun 2008 dan usaha saya bergerak dibidang Mebel elektronik, dan untuk jenis usaha saya
ini perlu modal yang besar. Saya telah meminjam ketiga kalinya dan jumlah pinjaman bertambah sedikit pertama Rp. 35.000.000
dan yang kedua dan ketiga besarnya Rp.50.000.000.”
Wawancara dengan Bapak Sukamto Tanggal 28 April 2014 Besarnya bantuan yang diberikan sangat bervariasi tergantung pada
kelayakan usaha yang bersangkutan, Besar dana yang diberikan bervariasi antara Rp 10.000.000,- rupiah hingga Rp 90.000.000,-
56
5.5.
Karakteristik Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Mitra Binaan
. Untuk Distrik Asahan variasi jumlah pinjaman dana tidak lebih
dari Rp. 50.000.000. meskipun usaha yang digeluti membutuhkan dana yang cukup besar namun pinjaman tetap berkisar Rp. 15.000.000 – Rp.
50.000.000. Hal ini tidak sesuai dengan kebutuhan pengembangan usaha.
Karakteristik pelaku usaha Mikro, kecil dan menengah UMKM dalam penelitian ini merupakan gambaran dari status sosial mereka yang
peneliti temui selama melakukan wawancara dan observasi dengan 6 Mitra Binaan PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Asahan.
Beberapa karakteristik pelaku UMKM tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
56
Hasil wawancara dengan Krani PKBL yaitu japinde sihaloho tanggal 27 april 2014
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1 Karakteristik pelaku usaha Mikro, kecil dan menengah UMKM
No. Karakteristik
Penjelasan
1. Situasi sosial
Mereka yang telah lama ber- kecimpung dalam dunia wirausaha
2. Keputusan untuk berwirausaha -Berbekal pengalaman dari orang tua
bisnis turun-temurun -Memiliki ketertarikan lebih kepada
dunia usaha dan tidak tertarik menjadi karyawan yang memiliki
keterikatan kerja.
3. Pendidikan
Mulai dari SD, SMP, dan didominasi oleh lulusan SMU dan paling tinggi
Perguruan Tinggi. 4.
Tempat usaha Pada umumnya mereka
memanfaatkan areal tempat tinggal menjadi tempat usaha.
5. Perekrutan tenaga kerja
- Pada umumnya pelaku UKM ini mempekerjakan sanak keluarga istri
atau saudara - Warga sekitar tetangga dengan
alasan kepercayaan terhadap orang yang sudah dikenal.
6. Jumlah Pinjaman yang
diberikan oleh pinjaman oleh PKBL PT. Perkebunan
Nusantara III Persero Distrik Asahan
Sebesar 15 juta sampai 50 juta dengan lama pencicilan 36 bulan
Sumber: Wawancara dan Observasi di Lapangan dengan para Mitra Binaan PKBL Agus Salim Lubis, Dedi Hari Syahputra, Sukamto,
Legimin, Suprianto,
Syarifuddin Mustofa Hsb S.kom Pada April 2014
Universitas Sumatera Utara
5.6. Proses Pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan
Nusantara III
Proses implementasi program kemitraan diawali dengan pengajuan proposal oleh usaha kecil. Proposal yang diajukan tentunya memuat usaha
yang telah dilakukan selama ini dan ditujukan untuk mengembangkan usaha yang telah dirintis dengan mengajukan pinjaman dana sesuai dengan
yang dibutuhkan dan kelayakan usahanya. Persyaratan ini menunjukkan bahwa yang mengajukan peminjaman dana harus sudah punya pengalaman
di bidang usaha yang ditekuninya minimal satu tahun. Artinya, pinjaman dana yang diajukan tidak untuk membuka usaha atau kegiatan baru, tetapi
lebih pada pengembangan dan peningkatan usaha yang telah ada. Proposal yang diajukan ke pihak PTPN III, sifatnya perseorangan
per kegiatan usaha atau juga atas nama kelembagaan. Dalam implemetasi Program Kemitraan belum melibatkan pemerintahan setempat Kepala
DesaLurah, meskipun demikian, pihak perusahaan sudah berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak pemerintah KabupatenKota dalam
implementasinya untuk menghindari terjadinya pemberian dana bantuan yang tumpang tindih antara pemerintah dengan pihak perusahaan. Proposal
yang sudah siap, diajukan oleh yang bersangkutan ke Distrik Manager. Proposal yang masuk ke Distrik Manager akan dievaluasi oleh tim yang
sudah terbentuk. Evaluasi meliputi kelengkapan administrasi yang disyaratkan, antara lain: ”jaminan atau agunan” peminjaman dana.
”Jaminan atau agunan” yang dilampirkan dalam proposal dapat berupa
Universitas Sumatera Utara
Surat Tanah minimal Surat Camat atau Notaris, BPKP kenderaan, dan lain-lain yang dapat menjadi jaminan
57
Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan kembali melakukan analisis kelayakan proposal yang diajukan dengan cara turun ke lapangan
untuk mengecek apakah proposal yang diajukan sesuai dengan kenyataan di lapangan dan besarnya jumlah dana yang dimohon layak dengan usaha
yang akan dikembangkan. Hasil analisis kelayakan tersebut akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan apakah proposal tersebut ”layak”atau ”tidak
layak” untuk dibantu. Hal lain yang dijadikan dasar pertimbangan untuk menyatakan apakah proposal yang diajukan ”layak” atau ”tidak layak”
adalah ketersediaan dana yang dimiliki oleh PKBL dan besar bantuan yang telah diprogramkan untuk masing-masing KabupatenKota yang
diprogramkan untuk mendapatkan batuan sebagai perwujudan dari tanggungjawab sosial PTPN III terhadap masyarakat. Besarnya bantuan
yang diprogramkan untuk masing-masing KabupatenKota antara lain .
Bila hasil evaluasianalisa yang dilakukan oleh Distrik Manager terhadap proposal yang diajukan oleh Calon Mitra Binaan telah memenuhi
persyaratan untuk selanjutnya pihak Distrik Manager akan meneruskan proposal tersebut ke Kantor Direksi yang berkedudukan di Kota Medan
melalui Bagian Umum. Selanjutnya Bagian Umum akan mengirim proposal tersebut ke Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan KBL.
57
Menurut Hasil wawancara dengan Krani PKBL yaitu japinde sihaloho tanggal 27 april 2014
Universitas Sumatera Utara
didasarkan pada luas areal PTPN III di masing-masing wilayah KabupatenKota tersebut.
Besar bantuan yang diberikan untuk Program Kemitraan ini sangat tergantung pada proposal yang diajukan dan kelayakan usaha yang sedang
digeluti yang bersangkutan. Bila memang dari hasil analisa usaha mitra yang bersangkutan layak untuk dibantu dengan jumlah yang besar pihak
PKBL siap untuk membantu. Gambaran proses implementasi program kemitraan sebagaimana diuraikan di atas menunjukkan bahwa
implementasi tanggungjawab sosial perusahaan CSR melalui program kemitraan sangat tergantung pada proposal yang masuk pada Bagian
PKBL, tentunya yang sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Program PKBL.
Bila proposal yang diajukan oleh calon mitra dinyatakan layak untuk dibantu, maka sebelum proses pencairan bantuan dilakukan, pihak
PKBL terlebih dahulu melakukan pelatihan ”Manajemen Kewirausahawan” selama dua hari kepada seluruh mitra yang akan
diberikan bantuan pinjaman modal. Informan kunci yaitu Krani PKBL Japinde Sihaloho menyebutkan bahwa :
“….Tujuan dari pelatihan ”Manajemen Kewirausahawan” adalah agar mitra yang diberikan bantuan mampu memaksimalkan
usahanya dan mampu membuat pembukuan keuangan usahanya, serta membuat laporan keuangan selama 3bulan kepada pihak
perusahaan sebagai bagian dari kewajiban mitra terhadap perusahaan PTPN III.”
Wawancara dengan Japinde Sihaloho Tanggal 27 April 2014
Universitas Sumatera Utara
Bantuan yang diberikan oleh perusahaan PTPN III pada Mitra Binaan melalui Program Kemitraan ini adalah dalam bentuk pinjaman
uang. Mekanisme penyaluran dan pengembaliannya hampir menyamai mekanisme Lembaga Perbankan Formal seperti Bank. Proses pencairan
bantuan pinjaman disalurkan kepada mitra melalui rekening Bank yang dimiliki oleh Mitra Binaan. Proses pencairan melalui rekening Bank ini
menurut informan bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam penyaluran bantuan pinjaman
tersebut, seperti pemotongan bantuan pinjaman oleh oknum-oknum yang tak bertanggung jawab
58
.
58
Hasil Observasi april 2014
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.1 Proses pengajuan pinjaman
Sumber: Siti Harum Munthe. 2014
Pengajuan proposal ke Distrik Asahan
Evaluasi proposal oleh tim evaluasi di Distrik Asahan
Proposal Dikirim ke kantor di direksi yaitu ke Bagian Kemitraan
dan Bina Lingkungan KBL.
Usaha yang dinyatakan layak mendapat pinjaman maka diberi
pelatihan ”Manajemen Kewirausahawan
KBL yang menentukan layaktidak layak dibantu
usaha kecil tersebut KBL menganalisis kelayakan
proposal dengan turun
langsung
Pencairan dana
melalui rekening Bank yang
dimiliki oleh Mitra binaan
Universitas Sumatera Utara
Implementasi dari tanggungjawab sosial perusahaan CSR melalui program kemitraan kepada masyarakat UMKM bukanlah dalam bentuk hibah, melainkan
dalam bentuk pinjaman, dan peneliti menyebutnya dengan istilah ”bantuan pinjaman”. Istilah ini penelitian buat karena bantuan yang diberikan sifatnya adalah pinjaman,
namun pinjaman tersebut bersifat ”bantuan” karena pinjaman tersebut bunganya relatif rendah hanya sebagai jasa administrasinya, yaitu: 6 persen pertahun 0,5 persen
per bulan dan dikembalikan dalam jangka waktu 36 bulan 3 tahun. Tidak seperti pada lembaga Perbankan Formal Bank dimana cicilan kredit langsung dibayarkan
setelah satu bulan peminjaman, bantuan pinjaman yang diberikan PTPN III baru akan dicicil setelah tiga 3 bulan pinjaman disalurkan, sehingga relatif meringankan bagi
penerima bantuan pinjaman. Bantuan pinjaman diberikan bertujuan agar, dana yang dikembalikan oleh mitra dapat digulirkan kepada calon mitra-mitra lain yang masih
antri mengharapkan bantuan pinjaman tersebut. Kemudahan dalam proses pengajuan bantuan pinjaman dana program
kemitraan tercermin dari bagan 1.2 dan Struktur organisasi yang ada di PTPN III ini rentang kendalinya tidak begitu panjang sehingga memudahkan dalan proses realisasi
program kemitraan. Struktur ini pula yang mempengaruhi mudah tidaknya prosedur pengajuan proposal mengenai kemitraan di PTPN III tersebut.
Hal ini tercermin dari hasil wawancara dengan Bapak Agus Salim Lubis bahwa :
“Prosedur pengajuan proposal sangat mudah dan syarat-syarat untuk menjadi Mitra Binaan juga mudah dipenuhi. Jika masyarakat memiliki
kesulitan seperti membuat proposal sesuai dengan ketentuan maka pihak PKBL PTPN III siap membantu. Dan saya hanya perlu ke bagian PKBL untuk
mengurus semua keperluannya, hal ini sangat memudahkan.” Wawancara dengan Bapak Agus Salim Lubis Tanggal 29 April 2014
Universitas Sumatera Utara
Prosedur pengajuan untuk menjadi calon Mitra Binaan mudah untuk dilaksanakan. Hal ini berarti bahwa PTPN III tersebut dapat dikatakan mampu untuk
menghindari birokrasi yang berbelit-belit red tape dalam mengimplementasikan program kemitraan dan bina lingkungan tersebut.
5 .6.1 Jaminan Sebagai Ikatan Moralitas Dan Kepercayaan Trust
Sebelum tahun 2003, jaminan surat tanah cukup Surat Tanah yang dibuat oleh Kepala Desa, namun kebijakan itu ternyata tidak membuat para Mitra Binaan memiliki
ikatan moralitas yang baik untuk mengembalikan bantuan yang diberikan. Akibatnya, bantuan yang diberikan pada Mitra Binaan, sebagian besar mencapai 90 persen tidak
dikembalikan ke perusahaan. Pengalaman tersebut membuat perusahaan merubah kebijakannya tentang jaminan, yaitu minimal Surat Camat atau Notaris untuk jaminan
Surat Tanah. Dengan berubahnya jaminan tersebut, sejak tahun 2003, tingkat pengembalian bantuan oleh mitra menjadi lebih baik, dan dapat mencapai 80 persen
59
Menurut Agus Salim bahwa: .
Jaminan yang diberikan ini sifatnya hanyalah sebatas ikatan moralitas yang dapat memberikan dorongan moral agar yang bersangkutan dapat mengembalikan
bantuan yang diberikan sehingga dana tersebut dapat diteruskan pada mitra-mitra lainnya yang juga sangat membutuhkan. Dan jika calon Mitra Binaan tidak memiliki
agunan maka perusahaan memberikan banyak kemudahan dengan memperbolehkan menggunakan agunan milik keluarga dengan syarat membawa surat kuasa dari pihak
keluarga.
59
Menurut Hasil wawancara dan observasi dengan Krani PKBL yaitu japinde sihaloho tanggal 27 april 2014
Universitas Sumatera Utara
“ ….jaminan yang harus disediakan tidak memberatkan dan hal itu wajar dan saya menganggap itu sebagai motivasi agar dapat mengembalikan pinjaman yang
telah diberikan PTPN III.” Wawancara Dengan Agus Salim Tanggal 29 April 2014
Keyakinan trustor perusahaan terhadap keyakinan relasinya Mitra Binaan pada yang lain. Keyakinan ini mempunyai bentuk keputusan pada trust atau no trust,
terhadap trustee. Wujud model pertama ini antara lain ability ketrampilan kelompok, benelovence persepsi terhadap tujuan positif trustee pada trustot, dan integrity
kejujuran dan keterbukaan
60
5.7. Pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III dalam
Memberdayakan UMKM
. Sejak tahun 2003 perusahaan tidak memiliki kepercayaan no trust untuk memberikan bantuan tanpa adanya jaminan Surat Camat
atau Notaris untuk jaminan Surat Tanah sebab berdasarkan pengalaman pengembalian pinjaman sangat rendah hampir 90 persen tidak dikembalikan. Dengan keputusan
yang dibuat perusahaan untuk “no trust” maka terjadi keterikatan moral untuk mengembalikan pinjaman. Jaminan yang mengikat mereka untuk lebih termotivasi
dalam mengembalikan pinjaman lunak program kemitraan.
Kemitraan seperti tercantum dalam UU N. 20 Tahun 2008 tentang UMKM adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas
dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Kerjasama yang terjadi disini adalah kerjasama antara pihak PTPN III dengan beberapa wirausahawan yang ada
60
Meyer Davis 1995. Journal Academy of Management Review, 1995. Vol.20, No. 3. P. 718.
Universitas Sumatera Utara
ataupun yang bertempat tinggal di dekat kantor PTPN III tersebut. Kerjasama ini dilakukan dengan memberikan bantuan dana pinjaman lunak kepada wirausaha dengan
membebankan bunga sebesar 6 per tahun. Bunga tersebut digunakan oleh pihak PTPN sendiri untuk biaya administrasi. Penetapan bunga sebanyak 6 tersebut sesuai dengan
Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-05MBU2007 sebagai berikut : 1. Jasa Administrasi Program Kemitraan sebesar 6 tahun dari limit pinjaman
2. Berdasarkan prinsip jual beli yang disetarakan dengan marjin 6 per tahun 3. Atau berdasarkan prinsip bagi hasil 10 10:90 sd maksimal 50 50:50
5.7.1. Rendahnya Transparansi Informasi Program Kemitraan
Pelaksanaan suatu program tidak dapat terlepas dari proses komunikasi yang terjalin baik awal dan akhir. Komunikasi bisa menentukan suatu kesuksesan suatu
program. Komunikasi adalah hal penting dalam penyaluran program kemitraan. Sosialisasi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang efektif untuk
memberitahukan informasi kepada masyarakat mengenai program-program yang ada di PTPN III itu sendiri, khususnya informasi mengenai program kemitraan. Untuk
komunikasi awal tentang program kemitraan masyarakat tidak diberi sosilisasi atau ada pemberitahuan secara resmi tentang program kemitraan bagi usaha kecil disekitar
baik melalui spanduk, koran, dan baliho.
Seperti penuturan informan yaitu Dedi hari sahputra bahwa: “….Informasi awal tentang program kemitraan PTPN III didapat
karena adanya faktor kedekatan dengan orang yang didalam perusahaan seperti teman atau saudara, ataupun masyarakat sekitar yang telah ikut dalam
program kemitraan di PTPN III. Informasi hanya dari mulut ke mulut mouth to mouth. Kecenderungan informasi tertutup.”
Wawancara dengan Dedi hari sahputra Tanggal 28 April 2014
Universitas Sumatera Utara
Dari penjelasan informan diatas jelas bahwa Masyarakat mengetahui program kemitraan melalui teman-teman atau saudara yang ada di dalam perusahaan ataupun
masyarakat sekitar yang telah ikut dalam program kemitraan di PTPN III. Informasi yang didapat bukan dari sosialisasi melainkan informasi dari keluarga dan teman atau
pun rekan kerja mereka. Informasi bersifat mouth to mouth yakni dari keluarga dan teman ataupun rekan dari Mitra Binaan tersebut.
Perusahaan memiliki anggapan bahwa masyarakat mengetahui program kemitraan sehingga sosialisasi tidak diperlukan. Seperti penuturan Informan kunci
yaitu Japinde Sihaloho sebagai Krani pkbl bahwa: “…Pada tahun 2004 sosialisasi pernah dilaksanakan satu kali dan
sekarang tidak ada lagi sosialisasi. Perusahaan mengganggap bahwa masyarakat sudah tahu tentang program kemitraan yang mempunyai program
memberikan pinjaman kepada usaha kecil yang ada disekitar perusahaan jadi tidak diperlukan sosialisasi.”
Wawancara dengan Japinde Sihaloho Tanggal 27 April 2014
Pada kenyataannya Masyarakat sekitar sebagai sasaran program kemitraan kelompok sasaran kebijakan tidak mendapatkan informasi yang seharusnya mereka
ketahui secara jelas clarity tentang proram kemitraan PTPN III bahwa PTPN III memberikan pinjaman lunak kepada UMKM melalui program kemitraan kepada
masyarakat sekitar perusahan sebagai institusi bisnis yang mempunyai wujud tanggung jawab sosial.
5.7.2. Inkonsistensi Waktu Jadwal Pelaksanaan Program Kemitraan