bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekadar berdiri pada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya.
Berdasarkan penjelasan tentang syarat rumah sehat tersebut, peneliti akan menilai rumah sehat dengan subvariabel: penyediaan ruang yang cukup, langit-
langit, atap rumah, dinding, lantai, jendela, peranginan atau ventilasi udara, lubang asap dapur, penerangan atau pencahayaan, penyediaan air bersih,
pembuangan air limbah, pembuangan sampah, penghijauan halaman rumah, dan jamban. Kriteria penilaian rumah sehat pada penelitian ini dapat dilihat pada
lampiran 2 halaman 86.
2.3. PENDUDUK KELURAHAN MANGUNSARI
Lokasi penelitian ini berada di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang yang berdasarkan Data Statis Monografi Kelurahan
Semester II Tahun 2011, luas wilayah Kelurahan Mangunsari adalah 221.154 ha yang terdiri dari 5 Rukun Warga RW dan 23 Rukun Tetangga RT. Kepala
Keluarga KK di Kelurahan Mangunsari sebanyak 1.208 KK dengan jumlah penduduk 4.195 jiwa, jadi rata-rata setiap kepala keluarga memiliki tiga sampai
empat anggota keluarga di rumahnya. 2.4.
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS RUMAH HUNIAN
Pendidikan merupakan faktor penting dalam upaya membangun manusia. Salah satu tujuan pendidikan ialah mengubah tingkah laku manusia. Tingkah laku
manusia sejalan dengan perubahan pengetahuan dan sikapnya. Mengubah sikap
manusia merupakan pekerjaan yang sulit karena ada keunikan-keunikan di dalam diri setiap manusia. Tujuan pendidikan dalam pembangunan ialah merubah atau
menghapus kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan dan memperkuat sikap-sikap yang menunjang pembangunan.
Pembangunan yang menjadi hak setiap warga negara menjadi kewajiban pemerintah dan masyarakat sendiri untuk menjaga pelaksanaan pemenuhan hak-
hak tersebut yang diwujudkan dalam pelaksanaan pendidikan, baik melalui jalur formal, nonformal, maupun informal. Pendidikan nasional yang diusung dalam
UU nomor 1 Tahun 2003 adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional sendiri berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Penjabaran dari pendidikan nasional dalam satuan pendidikan adalah
kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
Terbentuknya perilaku diawali respon terhadap stimulus pada domain kognitif berupa pengetahuan terhadap obyek tersebut, selanjutnya menimbulkan
respon batin afektif yaitu sikap terhadap obyek tersebut. Respon tindakan
perilaku dapat timbul setelah respon pengetahuan dan sikap yang searah sinkron atau langsung tanpa didasari kedua respon di atas. Namun, jenis perilaku
ini cenderung tidak bertahan lama karena terbentuk tanpa pemahaman manfaat berperilaku tertentu.
Berdasarkan penjelasan dan analisis data sebelumnya dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat menentukan atau melakukan suatu perubahan
pembangunan dalam hal kesehatan untuk kesejahteraan maupun peningkatan kualitas hidupnya dengan syarat memiliki pengetahuan tentang kesehatan
perumahan atau syarat-syarat rumah sehat yang diperoleh dari pendidikan formal.
2.5. KERANGKA BERFIKIR