HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS RUMAH HUNIAN PENDUDUK KELURAHAN MANGUNSARI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

(1)

H

HUBUNG

KUALIT

MA

GAN ANT

TAS RUM

ANGUNS

untuk

F

UNIVE

TARA TIN

MAH HUN

SARI KEC

KOTA

k memperole Apriani 3

JURUSA

FAKULTA

ERSITAS

NGKAT P

IAN PEN

CAMATAN

SEMARA

SKRIPSI eh gelar Sarj

oleh Yunita Purw 3201408069

AN GEOG

AS ILMU

S NEGERI

2013

PENDIDI

DUDUK K

N GUNUN

ANG

jana Pendidi witasari

GRAFI

SOSIAL

I SEMAR

IKAN DEN

KELURA

NGPATI

ikan

RANG

NGAN

AHAN


(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Selasa

tanggal : 22 Januari 2013

Pembimbing I,

Drs. Sriyono, M. Si

NIP 19631217 1988031 002

Pembimbing II,

Drs. Sutardji

NIP 19510402 1980121 001

Mengetahui Ketua Jurusan Geografi,

Drs. Apik Budi Santoso, M. Si NIP 19620904 1989011 001


(3)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Rabu

tanggal : 6 Februari 2013

Penguji Utama,

Drs. Saptono Putro, M.Si NIP 19620928 1990031 002

Anggota I,

Drs. Sriyono, M. Si

NIP 19631217 1988031 002

Anggota II,

Drs. Sutardji

NIP 19510402 1980121 001

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial,

Dr. Subagyo, M. Pd NIP 19510808 198003 1 003


(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang 16 Januari 2013

Apriani Yunita Purwitasari

NIM 3201408069


(5)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

...(itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (QS.Ash-Shaff:3)

Demi Tuhan, berhentilah sejenak tinggalkan dahulu pekerjaanmu, tengoklah ke sekelilingmu.. (Leo Tolstoy)

Hidup hanya sekali, jadi tidak selayaknya dilalui dengan kesalahan tanpa perbaikan. (Penulis)

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada: 1. Allah SWT. dan Nabi SAW.

2. Ayahku Purwanto, ibuku Yutini, kakakku Asep Purwo Yudi Utomo, adikku Agus Syarif Mahdi, dan Beyfendy_ku yang setia mendampingiku. 3. Teman-teman perjuanganku di IRM/IPM, IMM,

Jurusan Geografi angkatan 2008, Hima Geografi, Kos KB3 Banaran, Kos Trangkil, Asrama Putri Muhammadiyah.

4. Setiap penghuni rumah yang bangga dengan apa yang mereka miliki.


(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT. atas berkah, rahmat, dan ridhaNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas Rumah Hunian Penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang”.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah banyak memberi motivasi baik secara moral maupun material kepada penulis. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang telah diberikan kepada peneliti menempuh pendidikan sebagai mahasiswa di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Subagyo, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang atas segala kemudahan yang telah diberikan dalam ijin melakukan penelitian.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., selaku Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial atas persetujuan kepada peneliti dalam melakukan penelitian.

4. Drs. Sriyono, M.Si., selaku pembimbing I yang dengan sabar memberikan arahan, bimbingan, masukan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

5. Drs. Sutardji, selaku pembimbing II yang dengan sabar memberikan arahan, bimbingan, masukan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi.


(7)

6. Drs. Saptono Putro, M.Si, selaku penguji utama yang telah bersedia menguji skripsi peneliti dan memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini. 7. Drs. Eko Slamet Riyanto, SH, selaku Lurah Mangunsari yang telah

memberikan ijin penelitian.

8. Warga di Kelurahan Mangunsari selaku responden dalam penelitian ini yang telah memberikan data atau informasi, terima kasih atas kerjasama dan bantuannya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Kritik dan saran, penulis harapkan agar semakin sempurnanya penelitian ini.

Semarang, 16 Januari 2013 Penyusun


(8)

SARI

Purwitasari, Apriani Yunita. 2013. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas Rumah Hunian Penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Sriyono, M. Si dan Pembimbing II Drs. Sutardji. 93 halaman, 27 tabel, 10 lampiran, 38 gambar.

Kata Kunci: Hubungan, Tingkat Pendidikan, Kualitas Rumah Hunian.

Makna umum pembangunan di Indonesia adalah untuk meningkatkan kualitas manusia dan kehidupan masyarakat. Pada umumnya kualitas kehidupan masyarakat pedesaan di negara kita masih rendah terutama segi pendidikan, kesehatan, dan pemukiman. Perubahan konsep mental manusia tidak dapat berjalan dalam satu hari. Salah satu usaha mempercepat perubahan itu adalah melalui pendidikan. Pendidikan sangat berpengaruh pada perwujudan peningkatan kualitas rumah hunian. Hal tersebut dikarenakan peningkatan pengetahuan tentang standar kesehatan dalam setiap rumah berasal dari pendidikan yang ditempuh seseorang baik dalam pendidikan formal maupun nonformal. Dengan memahami pentingnya kesehatan dalam rumah, setiap warga akan mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitiannya adalah: 1) Mengetahui tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari, 2) Mengetahui kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Gunungpati Kota Semarang, 3) Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di Kelurahan Mangunsari yaitu 1208 KK. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate cluster random sampling diperoleh 84 kepala keluarga sebagai responden. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu tingkat pendidikan dan variabel terikatnya yaitu kualitas rumah hunian. Alat pengumpul data yang digunakan adalah dokumentasi dan panduan observasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif persentase dan analisis korelasi product moment dari Pearson.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah 42,9% (36 KK) tingkat pendidikan penduduk masih rendah (belum sekolah sampai tamat SD), 23,8% (20 KK) dengan kriteria cukup tinggi (SMP), 26,2% (22 KK) dengan kriteria tinggi (tamat SMA), dan 7,1% (4 KK) dengan kriteria sangat tinggi (Perguruan Tinggi). Kondisi kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari menunjukkan bahwa 19,0% (16 rumah) dengan kriteria sangat baik dengan skor 45,50–56,00; 77,4% (65 rumah) dalam kondisi baik karena memiliki skor antara 35,00-<45,50; 3,6% (3 rumah) dengan kriteria cukup baik dengan skor 24,50–<35,00, dan tidak ada rumah yang masuk kriteria kurang baik. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan korelasi product moment dari


(9)

Pearson, bahwa rhitung = 0,263. Pada α = 5% dengan N = 84, diperoleh rtabel = 0,213,

sehingga rhitung (0,263)> rtabel (0,213).

Simpulan penelitian ini yaitu: 1) Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Mangunsari, diketahui tingkat pendidikan penduduk termasuk dalam kriteria rendah yaitu sebanyak 36 penduduk (42,9%) hanya menempuh pendidikan formal sampai dengan kelas 6 (SD/sederajatnya) atau tidak sekolah; 2) Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Mangunsari, sebagian besar rumah penduduk termasuk dalam kriteria baik yaitu sebanyak 65 rumah penduduk (77,4%) berada pada skor 35,00 - <45,50; dan 3) Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan kepala keluarga dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, karena rhitung (0,263) > rtabel(0,213). Saran yang diajukan adalah: 1) Warga perlu

meningkatkan tingkat pendidikan karena berguna untuk peningkatan kualitas rumah hunian; 2) Warga perlu meningkatkan kualitas rumah huniannya karena dapat mempengaruhi kualitas kesehatannya; dan 3) Warga perlu mengikuti penyuluhan lingkungan sehat untuk mewujudkan lingkungan sehat di Kelurahan Mangunsari.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 9

1.4.2. Manfaat Praktis ... 9

1.5. Penegasan Istilah ... 10

1.5.1. Pengertian Hubungan ... 10

1.5.2. Tingkat Pendidikan ... 10

1.5.3. Kualitas Rumah Hunian ... 10

1.5.4. Penduduk ... 11

1.6. Penelitian yang Relevan ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.7. Tingkat Pendidikan ... 14

1.7.1. Pengertian Pendidikan ... 14

1.7.2. Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan ... 14

1.7.3. Jalur Pendidikan ... 15

1.7.4. Jenjang Pendidikan ... 15

1.8. Kualitas Rumah ... 17

1.8.1. Pengertian Rumah ... 17

1.8.2. Rumah Sehat ... 18

1.8.3. Syarat Rumah Sehat ... 18

1.9. Penduduk Kelurahan Mangunsari ... 21

1.10. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Kualitas Rumah ... 21

1.11. Kerangka Berfikir ... 23

1.12. Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Penelitian ... 25

3.2. Sampel dan Teknik Sampling ... 25

3.3. Variabel Penelitian ... 26


(11)

3.3.1. Variabel Bebas ... 26

3.3.2. Variabel Terikat ... 27

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 28

3.4.1. Metode Dokumentasi ... 28

3.4.2. Metode Observasi ... 28

3.5. Teknik Analisis Data ... 28

3.5.1. Teknik Analisis Deskriptif Persentase ... 29

3.5.2. Teknik Analisis Korelasi Product Moment ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 34

4.1.1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 34

4.1.1.1.Letak astronomis ... 34

4.1.1.2.Letak administrasi ... 34

4.1.1.3.Penggunaan lahan ... 36

4.1.1.4.Jumlah rumah penduduk ... 38

4.1.1.5.Jumlah pemakai air minum ... 38

4.1.2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 39

4.1.2.1.Jumlah penduduk menurut kelompok umur ... 39

4.1.2.2.Jumlah penduduk menurut mata pencaharian ... 39

4.1.2.3.Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan ... 41

4.2. Hasil Penelitian ... 41

4.2.1. Jenis kelamin responden ... 41

4.2.2. Umur responden ... 42

4.2.3. Mata pencaharian responden ... 42

4.2.4. Pendapatan responden ... 43

4.2.5. Tingkat pendidikan responden ... 44

4.2.6. Kualitas rumah hunian responden ... 45

4.2.7. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ... 72

4.2.7.1.Uji Normalitas Data ... 72

4.2.7.2.Koefisien Korelasi ... 73

4.3. Pembahasan ... 74

4.3.1. Tingkat pendidikan ... 75

4.3.2. Kualitas rumah hunian ... 76

4.3.3. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ... 78

BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan ... 81

5.2. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 84


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Sampel penelitian di RW 1 ... 26

Tabel 3.2 Kriteria tingkat pendidikan ... 29

Tabel 3.3 Frekuensi variabel tingkat pendidikan ... 30

Tabel 3.4 Kriteria kualitas rumah hunian ... 31

Tabel 3.5 Frekuensi variabel kualitas rumah hunian ... 32

Tabel 4.1 Penggunaan lahan di Kelurahan Mangunsari ... 36

Tabel 4.2 Jumlah rumah penduduk menurut sifat dan bahannya di Kelurahan Mangunsari ... 38

Tabel 4.3 Jumlah pemakai air minum penduduk di Kelurahan Mangunsari... 38

Tabel 4.4 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan kelompok umur ... 39

Tabel 4.5 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan mata pencaharian ... 40

Tabel 4.6 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan tingkat pendidikan ... 41

Tabel 4.7 Jenis kelamin responden di Kelurahan Mangunsari ... 42

Tabel 4.8 Umur responden di Kelurahan Mangunsari ... 42

Tabel 4.9 Mata pencaharian responden di Kelurahan Mangunsari ... 43

Tabel 4.10 Pendapatan responden di Kelurahan Mangunsari ... 43

Tabel 4.11 Tingkat pendidikan responden ... 44

Tabel 4.12 Kualitas rumah hunian penduduk ... 45

Tabel 4.13 Komponen luas rumah responden ... 46

Tabel 4.14 Komponen langit-langit rumah responden ... 47

Tabel 4.15 Komponen atap rumah responden ... 49

Tabel 4.16 Komponen dinding rumah responden ... 50

Tabel 4.17 Komponen lantai rumah responden ... 52

Tabel 4.18 Komponen jendela kamar tidur rumah responden ... 55

Tabel 4.19 Komponen ventilasi udara rumah responden ... 57

Tabel 4.20 Komponen lubang asap dapur rumah responden ... 58

Tabel 4.21 Komponen pencahayaan alami dan buatan rumah responden ... 60

Tabel 4.22 Komponen penyediaan air bersih rumah responden ... 62

Tabel 4.23 Komponen pembuangan air limbah rumah responden ... 63

Tabel 4.24 Komponen pembuangan sampah rumah responden ... 66

Tabel 4.25 Komponen penghijauan halaman rumah responden ... 69

Tabel 4.26 Komponen jamban rumah responden ... 71

Tabel 4.27 Uji normalitas data kualitas rumah hunian ... 74


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka berpikir ... 24

Gambar 3.1 Skema hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian ... 33

Gambar 4.1 Peta administrasi Kelurahan Mangunsari ... 35

Gambar 4.2 Peta penggunaan lahan Kelurahan Mangunsari ... 37

Gambar 4.3 Tingkat pendidikan penduduk ... 44

Gambar 4.4 Kualitas rumah hunian penduduk ... 45

Gambar 4.5 Rumah tanpa langit-langit rumah ... . 48

Gambar 4.6 Langit-langit rumah yang kotor ... 48

Gambar 4.7 Langit-langit rumah yang bersih dan terawat ... 49

Gambar 4.8 Atap rumah dari genteng ... 50

Gambar 4.9 Rumah dengan dinding kayu ... 51

Gambar 4.10 Rumah dengan dinding anyaman bambu ... 51

Gambar 4.11 Rumah dengan lantai keramik ... 53

Gambar 4.12 Rumah dengan lantai kamar mandi yang rusak ... 53

Gambar 4.13 Dapur tradisional rumah responden ... 54

Gambar 4.14 Rumah responden dengan dinding dan lantai yang rusak ... 54

Gambar 4.15 Jendela rumah tanpa teralis ... 56

Gambar 4.16 Bentuk jendela yang juga berfungsi seperti teralis ... 56

Gambar 4.17 Ventilasi rumah responden tanpa pelindung dari nyamuk ... 57

Gambar 4.18 Dapur tanpa lubang asap dapur ... 59

Gambar 4.19 Dapur dengan pencahayaan dan ventilasi yang memadai ... 59

Gambar 4.20 Jendela dan ventilasi rumah untuk masuknya cahaya ... 61

Gambar 4.21 Saluran air yang digunakan warga dari sumur artesis ... 62

Gambar 4.22 Selokan terbuka yang tidak terawat ... 63

Gambar 4.23 Selokan terbuka yang terawat ... 64

Gambar 4.24 Pembuangan air kamar mandi di halaman rumah ... 65

Gambar 4.25 Pembuangan limbah dapur di halaman rumah ... 65

Gambar 4.26 Saluran pembuangan kamar mandi ke halaman rumah ... 65

Gambar 4.27 Tempat pengumpulan sampah warga ... 66

Gambar 4.28 Pengumpulan sampah di dalam rumah ... 67

Gambar 4.29 Sisa pembakaran sampah di halaman rumah ... 67

Gambar 4.30 Halaman rumah yang dimanfaatkan sebagai taman ... 68

Gambar 4.31 Rumah dengan teras rumah ... 69

Gambar 4.32 Halaman rumah untuk beternak ... 69

Gambar 4.33 Model WC duduk ... 70

Gambar 4.34 WC model leher angsa ... 71

Gambar 4.35 Dinding kamar mandi dan WC yang tidak permanen ... 71

Gambar 4.36 WC dengan dinding yang rusak ... 72


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kisi-kisi panduan dokumentasi variabel tingkat pendidikan... 84

Lampiran 2 Kisi-kisi panduan observasi variabel kualitas rumah hunian ... 85

Lampiran 3 Pengantar ... 87

Lampiran 4 Lembar dokumentasi dan observasi ... 88

Lampiran 5 Lembar panduan dokumentasi dan observasi ... 89

Lampiran 6 Daftar nama responden ... 91

Lampiran 7 Data penelitian tingkat pendidikan dan kualitas rumah hunian ... 94

Lampiran 8 Uji normalitas data penelitian kualitas rumah hunian ... 96

Lampiran 9 Korelasi antara pendidikan dan kualitas rumah ... 97


(15)

   

BAB I PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, berisi setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif.

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perubahan. Pada zaman purba, manusia bertempat tinggal di gua-gua yang kemudian berkembang dengan mendirikan rumah atau tempat tinggal di hutan-hutan dan di bawah pohon. Pada abad modern ini, manusia sudah membangun rumah (tempat tinggalnya) bertingkat dan dilengkapi dengan peralatan yang serba modern. Sejak zaman dahulu, manusia juga mencoba membangun rumahnya berdasarkan kebudayaan penduduk setempat dan membangun rumah mereka dengan bahan yang ada di daerah setempat (local material). Setelah manusia memasuki abad modern ini, meskipun rumah mereka dibangun bukan dengan bahan-bahan dari daerah setempat tetapi kadang-kadang pembangunannya masih mewarisi kebudayaan generasi sebelumnya (Notoadmojo 2003).


(16)

Berdasarkan pemaparan tersebut, rumah menjadi kebutuhan pokok manusia guna membangun kehidupan keluarga dengan memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri, misalnya untuk tempat berlindung dari cuaca, tempat pembinaan keluarga, serta sebagai tempat untuk kegiatan keluarga. Oleh karena itu, rumah yang berkualitas dan sesuai standar kesehatan diharapkan akan memenuhi hak-hak dasar seseorang untuk tinggal dan menetap di suatu tempat serta melangsungkan hidupnya dengan sejahtera.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman pada Bab III Pasal 5 berisi setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur; dan setiap warga negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk berperan serta dalam pembangunan perumahan.

Hal yang sama juga dijelaskan dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah nomor: 403/ KPTS/ M/ 2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs SEHAT) Lampiran IV, yang menyebutkan hal sebagai berikut. 1) Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomi. 2) Rumah sehat merupakan rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan dan ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan, sehingga memungkinkan penghuni memperoleh derajat kesehatan yang optimal.


(17)

Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan masyarakat yang optimal pula. Masalah kesehatan lingkungan meliputi penyehatan lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih, pengelolaan limbah dan sampah serta pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan.

Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah yang merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti pertambahan luas tanah cenderung menimbulkan masalah kepadatan populasi dan lingkungan tempat tinggal yang menyebabkan berbagai penyakit serta masalah kesehatan. Rumah sehat sebagai prasyarat berperilaku sehat memiliki kriteria yang sulit dapat dipenuhi akibat kepadatan populasi yang tidak diimbangi ketersediaan lahan perumahan. Syarat rumah sehat yang tidak terpenuhi dapat menimbulkan masalah kesehatan atau penyakit baik fisik, mental, maupun sosial yang mempengaruhi produktivitas keluarga dan pada akhirnya mengarah pada kemiskinan dan masalah sosial.

Rumah memiliki arti penting dalam penjagaannya terhadap kesehatan anggota keluarga yang menempati rumah tersebut. Banyak kasus kesehatan yang terjadi karena tidak menerapkan standar rumah sehat, seperti dalam penelitian oleh Yusup dan Sulistyorini (2005) tentang “Hubungan Sanitasi Rumah Secara Fisik dengan Kejadian Ispa pada Balita” yang menyimpulkan bahwa a) terdapat hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA pada balita dengan p=0,000; b) sanitasi rumah secara fisik yang memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita meliputi: kepadatan penghuni (p=0,005), ventilasi (p=0,009),


(18)

dan penerangan alami (p=0,047); c) sanitasi rumah secara fisik yang tidak memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada balita meliputi: kelembaban (p=0,143) dan suhu (p=0,179).

Pramudiyani dan Prameswari (2011) juga menjelaskan dengan judul “Hubungan antara Sanitasi Rumah dan Perilaku dengan Kejadian Pneumonia Balita” berisi adanya hubungan antara luas ventilasi kamar, jenis lantai, kepadatan hunian kamar dengan kejadian pneumonia pada balita. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan antara perilaku membuka jendela setiap pagi dan siang hari, serta perilaku merokok dengan kejadian Pneumonia pada balita. Namun, dalam hasil penelitian ini ditunjukkan tidak ada hubungan antara suhu rumah, kelembaban rumah, kondisi jendela dan penggunaan obat nyamuk dengan kejadian Pneumonia pada balita.

Oktaviani (2011) dalam penelitian yang berjudul “Hubungan antara Sanitasi Fisik Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali” menunjukkan bahwa ada hubungan antara ventilasi rumah (p=0,046), pencahayaan alami rumah (p=0,001), lantai rumah (p=0,025), dinding rumah (p=0,00), dan atap rumah (p=0,026) dengan kejadian ISPA, sedangkan kelembaban rumah (p=0,883) tidak ada hubungan dengan kejadian ISPA.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah memaparkan kasus-kasus akibat tidak sesuainya kondisi rumah dengan kesehatan penghuni rumah maka peneliti tertarik meneliti variabel terikat dalam penelitian ini. Variabel terikat yang


(19)

dimaksud yaitu kualitas rumah hunian dengan dasar panduan penilaian rumah sehat.

Makna umum pembangunan di Indonesia adalah untuk meningkatkan kualitas manusia dan kehidupan masyarakat. Pada umumnya kualitas kehidupan masyarakat pedesaan di negara kita masih rendah terutama segi pendidikan, kesehatan, dan pemukiman. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan sekarang ini masih menghadapi masalah-masalah antara lain mengenai kependudukan, pendidikan, kesehatan, dan lingkungan hidup. Tugas pembangunan tersebut hanya akan terlaksana apabila didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia itu sendiri ditujukan pada perwujudan manusia pembangunan yang berbudi luhur, tangguh, cerdas dan terampil, mandiri, produktif, kreatif, inovatif serta berorientasi ke masa depan untuk menciptakan kondisi kehidupan yang lebih baik. Ciri kehidupan masyarakat yang baik antara lain tercermin dari perilaku manusia dan kondisi pemukiman yang sehat. Rendahnya kualitas kesehatan pemukiman merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya derajat kesehatan masyarakat.

Masalah kesehatan hunian merupakan masalah klasik yang senantiasa muncul terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah ini merupakan salah satu masalah yang perlu diperhatikan, karena kesehatan lingkungan perumahan yang tidak memenuhi persyaratan akan mengakibatkan tumbuh suburnya berbagai masalah dan penyakit menular bagi penduduk, khususnya penghuni rumah masing-masing. Di samping itu, lingkungan dan


(20)

tempat tinggal yang tidak sehat akan menyebabkan menurunnya produktivitas kerja dan daya guna seseorang. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas pemukiman dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja bagi penghuninya, dan dapat meningkatkan kesehatan serta kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu, baik pemerintah maupun masyarakat sudah sewajarnya menyadari bahwa lingkungan pemukiman dan perumahan perlu diperhatikan kualitasnya dan perlu pula diperhatikan persyaratan kesehatan di samping persyaratan teknisnya.

Masalah lingkungan dan perumahan tidak sehat, sebenarnya ditimbulkan oleh perbuatan manusia itu sendiri yang tidak mengetahui dan tidak menyadari pentingnya lingkungan hidup sehat. Masalah lingkungan dan perumahan yang dihadapi sebenarnya adalah masalah perubahan mental dan perilaku manusia yang mungkin tanpa disadari telah menjadi manusia perusak alam lingkungannya sendiri. Mereka harus diubah sikap mentalnya menjadi manusia yang mengetahui dan menyadari pentingnya lingkungan dan rumah sehat. Upaya peningkatan kesehatan perumahan hanya mungkin jika didukung oleh semua warganya.

Masyarakat yang sehat memerlukan lingkungan perumahan yang sehat. Dalam upaya merealisasikan lingkungan rumah sehat di pedesaan perlu adanya pengertian, pemahaman dan kesadaran dari penduduk itu sendiri, sehingga apabila nanti sudah menyadari pentingnya rumah sehat, diharapkan ada motivasi dan upaya dari penghuni untuk memenuhi rumahnya masing-masing.

Perubahan konsep mental manusia tidak dapat berjalan dalam satu hari. Salah satu usaha mempercepat perubahan itu adalah melalui pendidikan. Pendidikan sangat berpengaruh pada perwujudan peningkatan kualitas rumah


(21)

hunian. Hal tersebut dikarenakan peningkatan pengetahuan tentang standar kesehatan dalam setiap rumah berasal dari pendidikan yang ditempuh seseorang baik dalam pendidikan formal maupun nonformal. Pemahaman pentingnya kesehatan dalam rumah akan membuat setiap warga meningkatkan kualitas hidupnya.

Berdasarkan data dinamis monografi Kelurahan Mangunsari semester II Tahun 2011, jumlah penduduk dirinci menurut pendidikan yang ditamatkan yaitu 1) tamat Sekolah Dasar/sederajat sejumlah 1253 orang; 2) tamat SMP/sederajat sejumlah 644 orang; 3) tamat SMA/sederajat sejumlah 615 orang; 4) tamat Akademi/sederajat sejumlah 96 orang; dan 5) tamat PT/sederajat sejumlah 103 orang. Data Statis Monografi Kelurahan Mangunsari semester II Tahun 2011 juga menyebutkan bahwa jumlah rumah penduduk di Kelurahan Mangunsari adalah 1.164 rumah, yaitu: rumah menurut sifat dan bahannya: 1) dinding yang terbuat dari batu/ gedung permanen sejumlah 791 rumah; 2) dinding yang terbuat dari sebagian batu/ semi permanen sejumlah 215 rumah; dan 3) dinding yang terbuat dari kayu/ papan sejumlah 158 rumah.

Penentuan lokasi penelitian mempertimbangan beberapa hal sebagai berikut. 1) Lokasi penelitian merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Gunungpati yang berdasarkan data monografi terdiri dari 3 jenis rumah dengan sifat dan bahan yang berbeda dengan kondisi pendidikan yang cukup baik. 2) Lokasi penelitian merupakan daerah dengan luas wilayah 221.154 ha yang terbagi menjadi 23 RT dan 5 RW dengan jumlah penduduk 4195 jiwa dan 1208 KK, sehingga memudahkan peneliti dalam pengambilan data dalam waktu yang


(22)

singkat. 3) Lokasi penelitian lebih mudah diakses oleh peneliti selama proses penelitian.

Berdasarkan pemaparan permasalahan tersebut, penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas Rumah Hunian Penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang”.

1.2.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diajukan adalah sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?

1.2.2. Bagaimana kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?

1.2.3. Bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian pada penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?

1.3.TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan penelitiannya adalah:

1.3.1. Mengetahui tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.


(23)

1.3.2. Mengetahui kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

1.3.3. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian pada penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

1.4.MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain: 1.4.1. Manfaat Teoritis

1.4.1.1.Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian.

1.4.1.2.Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang ingin mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah atau pihak yang berkompeten dalam perancangan kebijakan untuk pembangunan wilayah setempat.


(24)

1.5.PENEGASAN ISLTILAH

Peneliti memberikan batasan penelitian dalam penegasan istilah agar tidak terjadi suatu kesalahpahaman tentang pengertian hubungan, tingkat pendidikan, kualitas rumah hunian, dan penduduk seperti berikut ini.

1.5.1. Pengertian Hubungan

Hubungan adalah keadaan saling berkaitan antara jaringan yang terwujud karena interaksi antar satuan-satuan yang aktif (KBBI 1990:313). Hubungan dalam ilmu statistik yaitu hubungan kesejajaran antara 2 (dua) variabel atau lebih (Sudjana 2002:167). Penelitian ini mengkorelasikan atau menghubungkan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian di Kelurahan Mangunsari. 1.5.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan nasional dalam satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Tingkat pendidikan dalam penelitian ini akan lebih fokus pada pendidikan formal terakhir Kepala Keluarga (KK) pada penduduk di Kelurahan Mangunsari.

1.5.3. Kualitas Rumah Hunian

Menurut UU RI Nomor 4 Tahun 1992, rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman, dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. Hal yang sama juga disebutkan dalam UU No.1 Tahun 2011, rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.


(25)

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (2) mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal manusia yang meliputi rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah tinggal susun, dan rumah tinggal sementara.

Berdasarkan penjelasan tersebut, istilah rumah dapat mewakili rumah hunian jika rumah tersebut masih menjadi tempat tinggal penduduk. Standar dalam menentukan kualitas rumah hunian dijelaskan dalam komponen rumah sehat oleh DPU Cipta Karya (1994), yaitu: penyediaan ruang yang cukup, langit-langit, atap rumah, dinding, lantai, jendela, peranginan atau ventilasi udara, lubang asap dapur, penerangan atau pencahayaan, penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, penghijauan halaman rumah, dan jamban. Kriteria penilaian rumah sehat pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 86.

1.5.4. Penduduk

Menurut Undang-Undang RI No.10 Tahun 1992, penduduk adalah orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu. Penduduk dalam penelitian ini adalah sekelompok orang yang tinggal di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.


(26)

1.6.PENELITIAN YANG RELEVAN

No. Penulis Tahun Judul

Penelitian Kesimpulan 1. Kusumawati dkk 2008 Hubungan antara Pendidikan dan Pengetahuan Kepala Keluarga tentang Kesehatan Lingkungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

• Pendidikan kepala keluarga sebagian besar yakni 64,1% adalah pendidikan dasar, pengetahuan kesehatan lingkungan sebagian kepala keluarga termasuk kategori sedang yakni sebesar 57,7%, sedangkan responden yang berperilaku sehat sebesar 44,6%.

• Ada hubungan antara pendidikan dan pengetahuan kesehatan lingkungan kepala keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan nilai p masing-masing sebesar 0,001. 2. Hermawan 2005 Hubungan

antara Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan

• Terdapat hubungan yang positif antara tingkat

pendidikan ibu rumah tangga dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan; • Terdapat hubungan yang

positif antara persepsi ibu rumah tangga tentang kebersihan lingkungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan; • 3)Terdapat hubungan yang

positif antara tingkat pendidikan dan persepsi ibu rumah tangga tentang kebersihan lingkungan dengan perilaku ibu rumah tangga dalam memelihara kebersihan lingkungan. 3. Amalia 2009 Hubungan

antara Pendidikan, Pendapatan

• Pendidikan pedagang hidangan istimewa kampung (HIK) di Kecamatan Pasar Kliwon dan Jebres Kota


(27)

dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Pedagang Hidangan Istimewa Kampung (HIK) di Pasar Kliwon dan Jebres Kota Surakarta

Surakarta sebagian besar berpendidikan sekolah dasar yaitu sebanyak 16 orang (40%);

• Pendapatan perhari tertinggi pedagang hidangan istimewa kampung (HIK) yaitu Rp 200.000 dan pendapatan terendah Rp.10.000;

• Pedagang HIK sebagian besar berperilaku kurang sehat sebanyak 30 orang (75%) dan hanya 10 orang (25%) yang berperilaku sehat;

• Ada hubungan antara tingkat pendidikan dan PHBS (p = 0,003) pada pedagang HIK; dan

• 5) Ada hubungan antara tingkat pendapatan dan PHBS (p = 0,049) pada pedagang HIK.

Berdasarkan penelitian yang relevan, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kulitas rumah hunian. Dalam penelitian ini penulis beranggapan variabel penelitian penulis memiliki kesamaan dari beberapa penelitian yang relevan tersebut karena saling menghubungkan antara variabel satu dengan variabel satunya. Penelitian ini menghubungkan tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk.


(28)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1.TINGKAT PENDIDIKAN

Tingkat pendidikan dalam penelitian ini terdiri atas pengertian pendidikan; dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan; jalur pendidikan; serta jenjang pendidikan. 2.1.1. Pengertian Pendidikan

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pendidikan adalah memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, penduduk, dan bangsa. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

2.1.2. Dasar, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, Pendidikan nasional berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat


(29)

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2.1.3. Jalur Pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

Menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, ketiga jalur pendidikan tersebut adalah sebagai berikut.

2.1.3.1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

2.1.3.2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

2.1.3.3. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. 2.1.4. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 menyebutkan jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, dengan penjelasan sebagai berikut.


(30)

2.1.4.1. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

2.1.4.2. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, yang terdiri atas pendidikan menengah dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. 2.1.4.3. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi, yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi dengan sistem terbuka. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Pendidikan berperan membantu manusia untuk memahami rahasia dan cara hidup di balik kehidupan. Pemahaman tersebut menjelaskan bahwa manusia dididik untuk dapat memahami arti, hakikat, dan tujuan hidup dengan benar (Mulyasana 2011:12). Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah pendidikan


(31)

formal yang terbagi dalam tahun belajar yaitu selama ≤ 6 tahun, 7-9 tahun, 10-12 tahun, dan > 12 tahun.

Pendidikan secara umum memberikan manfaat membentuk sikap dan kesadaran dalam menghadapi suatu masalah. Pada penelitian ini, permasalahan tentang kesehatan perumahan yang berhubungan dengan kualitas rumah diharapkan dapat ditingkatkan dengan pendidikan agar kesadaran untuk mengupayakan rumah sehat dapat segera terwujud.

2.2.KUALITAS RUMAH

Kualitas rumah dalam penelitian ini terdiri atas pengertian rumah; rumah sehat, dan syarat rumah sehat.

2.2.1. Pengertian Rumah

Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman, dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No.4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829/ MENKES/ SK/ VII/ 1999 menjelaskan bahwa rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Selain itu, Hayward dalam Kasjono (2011:21-22), mengemukakan beberapa konsep tentang rumah, yaitu 1) Rumah sebagai pengejawantahan jati diri, rumah sebagai simbol dan pencerminan tata nilai selera pribadi penghuninya; 2) Rumah sebagai wadah keakraban, rasa


(32)

memiliki, rasa kebersamaan, kehangatan, kasih, dan rasa aman; 3) Rumah sebagai tempat menyendiri dan menyepi, tempat melepaskan diri dari dunia luar, dari tekanan dan ketegangan, dari dunia rutin; 4) Rumah sebagai akar dan kesinambungan, rumah merupakan tempat kembali pada akar dan menumbuhkan rasa kasinambungan dalam untaian proses ke masa depan; 5) Rumah sebagai wadah kegiatan utama sehari-hari; 6) Rumah sebagai pusat jaringan sosial; 7) Rumah sebagai struktur fisik.

Berdasarkan pemaparan para ahli tersebut, rumah memiliki arti penting dalam mendukung kehidupan manusia agar tercapai kehidupan yang baik dalam setiap pekerjaan atau kegiatannya dan merupakan bentuk ekspresi penghuninya. Oleh karena itu, perlu diupayakan pembangunannya sesuai standar rumah sehat untuk mencapai derajat kesehatan dan mendukung tujuan tersebut.

2.2.2. Rumah Sehat

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit dan kelemahan (kecacatan). Berdasarkan dari pengertian tersebut, rumah sehat diartikan sebagai tempat berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristirahat, sehinggga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, maupun sosial.

2.2.3. Syarat Rumah Sehat

Persyaratan kesehatan rumah tinggal dilihat dari kondisi fisik dan biologik di dalam rumah yang memenuhi Keputusan Menteri Kesehatan No.829/MENKES/VII/1999, menyangkut persyaratan bahan bangunan,


(33)

komponen dan penataan ruang rumah, pencahayaan, kualitas udara, ventilasi, binatang penular penyakit, air, sarana penyimpan makanan yang aman, limbah, dan kepadatan hunian ruang tidur.

Menurut Ditjen Cipta Karya, Syarat Rumah Sehat adalah sebagai berikut. 2.2.3.1.Memenuhi segi kesehatan, artinya bagian-bagian rumah yang

mempengaruhi kesehatan keluarga hendaknya dipersiapkan dengan baik terutama a) penerangan dan peranginan dalam setiap ruang harus cukup, b) penyediaan air bersih, c) pengaturan pembuangan air limbah dan sampah sehingga tidak menimbulkan pencemaran, d) bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab, e) tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor, udara kotor, dan sebagainya.

2.2.3.2.Memenuhi segi kekuatan bangunan, artinya bagian-bagian dari bangunan rumah mempunyai konstruksi dan bahan bangunan yang dapat dijamin keamanannya, seperti a) konstruksi bangunan yang cukup kuat, baik untuk menahan beratnya sendiri maupun pengaruh luar seperti angin, hujan gempa, dan lain-lain, b) pemakaian bahan bangunan yang bisa dijamin keawetan dan kemudahan dalam pemeliharaan, dan c) penggunaan bahan tahan api untuk bagian yang mudah terbakar, dan bahan tahan air untuk bagian yang selalu basah.

2.2.3.3.Memperhatikan segi kenyamanan, agar keluarga dapat tinggal dengan nyaman dan dapat melakukan kegiatan dengan mudah, diperlukan a) penyediaan ruangan yang cukup, b) ukuran ruangan yang sesuai dengan kegiatan penghuni di dalamnya, c) penataan ruangan yang cukup baik, d)


(34)

dekorasi dan warna ruang yang serasi, dan e) penghijauan halaman diatur sesuai kebutuhan.

2.2.3.4.Memenuhi segi keterjangkauan. Hendaknya ruang diperoleh, diperlengkapi, dan dipelihara dengan dana yang sesuai dengan kemampuan pendapatan keluarga.

Notoatmojo dalam Kasjono (2011:22-23) dijelaskan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu rumah adalah sebagai berikut.

2.2.3.1.Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial. Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat di mana rumah itu didirikan. Di pegunungan atau di tepi pantai, di kelurahan atau di kota, di daerah dingin atau di daerah panas, di daerah pegunungan dekat gunung berapi (daerah gempa) atau di daerah bebas gempa dan sebagainya. Rumah di daerah pedesaan, sudah barang tentu disesuaikan kondisi sosial budaya pedesaan, misalnya bahannya, bentuknya, menghadapnya, dan lain sebagainya. Rumah di daerah gempa harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun harus kokoh, rumah di dekat hutan harus dibuat sedemikian rupa sehingga aman terhadap serangan-serangan binatang buas;

2.2.3.2.Tingkat kemampuan ekonomi penduduk. Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, sehingga bahan-bahan pokok pembuatan rumah berasal dari daerah setempat yang murah misal bambu, kayu atap rumbia dan sebagainya. Perlu dicatat


(35)

bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekadar berdiri pada saat itu saja, namun diperlukan pemeliharaan seterusnya.

Berdasarkan penjelasan tentang syarat rumah sehat tersebut, peneliti akan menilai rumah sehat dengan subvariabel: penyediaan ruang yang cukup, langit-langit, atap rumah, dinding, lantai, jendela, peranginan atau ventilasi udara, lubang asap dapur, penerangan atau pencahayaan, penyediaan air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, penghijauan halaman rumah, dan jamban. Kriteria penilaian rumah sehat pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 86.

2.3.PENDUDUK KELURAHAN MANGUNSARI

Lokasi penelitian ini berada di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang yang berdasarkan Data Statis Monografi Kelurahan Semester II Tahun 2011, luas wilayah Kelurahan Mangunsari adalah 221.154 ha yang terdiri dari 5 Rukun Warga (RW) dan 23 Rukun Tetangga (RT). Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Mangunsari sebanyak 1.208 KK dengan jumlah penduduk 4.195 jiwa, jadi rata-rata setiap kepala keluarga memiliki tiga sampai empat anggota keluarga di rumahnya.

2.4.HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS

RUMAH HUNIAN

Pendidikan merupakan faktor penting dalam upaya membangun manusia. Salah satu tujuan pendidikan ialah mengubah tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia sejalan dengan perubahan pengetahuan dan sikapnya. Mengubah sikap


(36)

manusia merupakan pekerjaan yang sulit karena ada keunikan-keunikan di dalam diri setiap manusia. Tujuan pendidikan dalam pembangunan ialah merubah atau menghapus kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan dan memperkuat sikap-sikap yang menunjang pembangunan.

Pembangunan yang menjadi hak setiap warga negara menjadi kewajiban pemerintah dan masyarakat sendiri untuk menjaga pelaksanaan pemenuhan hak-hak tersebut yang diwujudkan dalam pelaksanaan pendidikan, baik melalui jalur formal, nonformal, maupun informal. Pendidikan nasional yang diusung dalam UU nomor 1 Tahun 2003 adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional sendiri berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Penjabaran dari pendidikan nasional dalam satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

Terbentuknya perilaku diawali respon terhadap stimulus pada domain kognitif berupa pengetahuan terhadap obyek tersebut, selanjutnya menimbulkan respon batin (afektif) yaitu sikap terhadap obyek tersebut. Respon tindakan


(37)

(perilaku) dapat timbul setelah respon pengetahuan dan sikap yang searah (sinkron) atau langsung tanpa didasari kedua respon di atas. Namun, jenis perilaku ini cenderung tidak bertahan lama karena terbentuk tanpa pemahaman manfaat berperilaku tertentu.

Berdasarkan penjelasan dan analisis data sebelumnya dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat menentukan atau melakukan suatu perubahan (pembangunan) dalam hal kesehatan untuk kesejahteraan maupun peningkatan kualitas hidupnya dengan syarat memiliki pengetahuan tentang kesehatan perumahan atau syarat-syarat rumah sehat yang diperoleh dari pendidikan formal.

2.5.KERANGKA BERFIKIR

Penduduk berkualitas adalah penduduk yang sehat sehingga dapat menjalankan segala aktivitas untuk menunjang kehidupannya dan dapat dilihat dari lingkungan perumahan yang sehat. Usaha untuk mencapai lingkungan perumahan yang sehat dilakukan jika penduduk sudah menyadari pentingnya rumah sehat yang bisa diperoleh atau telah melalui usaha pendidikan secara bertahap agar terjadi suatu perubahan. Pendidikan membuat seseorang yang pada awalnya tidak mengerti menjadi mengerti dan dari tidak tahu menjadi tahu. Peningkatan pengetahuan tentang standar kesehatan dalam setiap rumah dapat dilalui dengan tahapan dalam proses pendidikan. Standar kesehatan yang diusahakan dimulai dari upaya peningkatan kualitas rumah hunian atau pembangunan rumah sehat.

Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka, dan analisis penelitian yang relevan, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara tingkat pendidikan


(38)

dengan kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Berikut ditampilkan gambar yang menjelaskan kerangka berpikir secara singkat.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.6.HIPOTESIS

Berdasarkan pemaparan latar belakang, kajian pustaka, kerangka berpikir, dan analisis penelitian yang relevan, maka peneliti mengemukakan hipotesis ada hubungan positif antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

     

Pendidikan

Rumah Tidak Sehat Rumah Sehat

Tingkat Pendidikan

Rendah Tingkat

Pendidikan Tinggi

Penduduk Sehat


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.POPULASI PENELITIAN

Menurut Arikunto (2002:108) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan data monografi Kelurahan Mangunsari tahun 2011, populasi penelitian ini terdiri atas 1208 Kepala Keluarga (KK) yang berada di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Merujuk pada data dinamis Kelurahan Mangunsari, lokasi tersebut terdiri atas 5 Rukun Warga (RW) dan 23 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk 4195 jiwa.

3.2.SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING

Menurut Arikunto (2006:131) sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Apabila jumlah populasi besar dan relatif homogen, sampel dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate cluster random sampling yang menurut Sugiyono (2010:120-122) teknik ini melalui dua tahap yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan sampel orang yang ada pada daerah itu secara acak dengan proporsional. Berdasarkan tingkat pendidikan dan variasi jenis bangunan atau tipe rumah yang bervariasi dari data monografi Kelurahan Mangunsari semester II tahun 2011, maka ditentukan sampel daerahnya adalah RW 1. Tahap berikutnya untuk menentukan sampel orang (responden) secara proporsional dengan mengambil 25% nama kepala keluarga dari masing-masing RT di RW 1 secara acak dan dari


(40)

337 kepala keluarga di RW 1 diperoleh 84 kepala keluarga sebagai responden. Perhitungan pengambilan jumlah KK dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Sampel Penelitian di RW 1

No. Nama Lingkungan Jumlah KK Sampel

1 RT 1 71 18

2 RT 2 71 18

3 RT 3 66 16

4 RT 4 52 13

5 RT 5 77 19

Jumlah 337 84

Sumber:Data monografi Kelurahan Mangunsari tahun 2011 semester II

3.3.VARIABEL PENELITIAN

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian penelitian (Arikunto 2002:96). Variabel yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.3.1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono 2010:61). Varibel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan kepala keluarga. Variabel tingkat pendidikan diperoleh dari pendidikan formal terakhir kepala keluarga. Tingkat pendidikan formal dikategorikan dengan pembagian berdasarkan waktu responden menempuh pendidikan formal, yaitu:

3.3.1.1. tidak sekolah sampai dengan kelas 6 (SD/sederajatnya); 3.3.1.2. kelas 7 sampai dengan kelas 9 (SLTP/sederajatnya); 3.3.1.3. kelas 10 sampai dengan kelas 12 (SLTA/sederajatnya);


(41)

3.3.1.4. lebih dari kelas 12 (Akademi/PT/sederajatnya). 3.3.2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono 2010:61). Varibel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas rumah hunian pada penduduk di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang yang berpedoman pada penilaian rumah sehat dengan kategori sebagai berikut:

3.3.2.1. penyediaan ruang yang cukup; 3.3.2.2. langit-langit;

3.3.2.3. atap rumah; 3.3.2.4. dinding; 3.3.2.5. lantai; 3.3.2.6. jendela;

3.3.2.7. peranginan atau ventilasi udara; 3.3.2.8. lubang asap dapur;

3.3.2.9. penerangan atau pencahayaan; 3.3.2.10. penyediaan air bersih;

3.3.2.11. pembuangan air limbah; 3.3.2.12. pembuangan sampah;

3.3.2.13. penghijauan halaman rumah; dan 3.3.2.14. jamban.

Kriteria subvariabel tersebut dapat dilihat pada lampiran 2 yang berupa kisi-kisi panduan observasi variabel kualitas rumah hunian halaman 85.


(42)

3.4.METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan metode observasi yang akan dijelaskan sebagai berikut. 3.4.1. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, report, legger, legenda, dan sebagainya (Arikunto 2010:274). Metode ini digunakan untuk memperoleh data jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga dari Data Monografi Kelurahan Mangunsari Tahun 2011, peta Kelurahan Mangunsari, serta data tingkat pendidikan penduduk yang diperoleh dari kartu keluarga atau ijazah kepala keluarga.

3.4.2. Metode Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data di mana peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang diteliti, baik dalam situasi buatan yang secara khusus diadakan (laboratorium) maupun dalam situasi alamiah atau sebenarnya (lapangan) (Sambas Ali Muhidin 2005:175). Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang kualitas rumah hunian kepala keluarga Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

3.5.TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif persentase dan teknik analisis korelasi Product Moment yang akan dijelaskan sebagai berikut.


(43)

3.5.1. Teknik Analisis Deskriptif Persentase

Teknik ini digunakan untuk memberikan gambaran kondisi responden atau penduduk mengenai tingkat pendidikan dan kualitas rumah hunian dengan langkah-langkah sebagai berikut.

3.5.1.1.Variabel tingkat pendidikan

3.5.1.1.1. Menentukan skala pengukuran (skoring) Skor 1 jika belajar ≤ 6 tahun

Skor 2 jika belajar 7 – 9 tahun Skor 3 jika belajar 10 – 12 tahun Skor 4 jika belajar > 12 tahun 3.5.1.1.2. Menentukan kriteria

Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Pendidikan

No. Skor Kriteria

(Tingkat Pendidikan)

1. 4 Sangat tinggi

2. 3 Tinggi

3. 2 Cukup tinggi

4. 1 Rendah

Sumber: Hasil perhitungan

3.5.1.1.3. Membuat tabel frekuensi

Tabel frekuensi dibuat untuk mempermudah dalam menghitung jumlah frekuensi berdasarkan Skor yang diperoleh responden dalam penelitian. Tabel 3.3 menunjukkan frekuensi tentang tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.


(44)

Tabel 3.3 Frekuensi Variabel Tingkat Pendidikan

No. Kriteria

(Tingkat Pendidikan) Skor

Jumlah (f)

Persentase ( %)

1. Sangat tinggi 4 - -

2. Tinggi 3 - -

3. Cukup tinggi 2 - -

4. Rendah 1 - -

∑f

Sumber: Hasil perhitungan

Persentase dapat diketahui dari rumus sebagai berikut.

Keterangan:

f = jumlah frekuensi masing-masing kriteria ∑f = jumlah seluruh frekuensi (Ali 1987:189) 3.5.1.1.4. Deskripsi

Berdasarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk angka dan telah ditabulasikan kemudian dideskripsikan.

3.5.1.2.Variabel kualitas rumah hunian

3.5.1.2.1. Menentukan skala pengukuran (skoring)

Pertanyaan dari setiap subvariabel diberi empat pilihan jawaban yaitu: kurang baik (diberi skor 1), baik (diberi skor 2), cukup baik (diberi skor 3), dan sangat baik (diberi skor 4)

3.5.1.2.2. Menentukan kriteria 3.5.1.2.2.1.Menentukan skor maksimal

Skor maksimal = jumlah item x skor maksimal = 14 x 4

= 56


(45)

3.5.1.2.2.2.Menentukan skor minimal

Skor minimal = jumlah item x skor minimal = 14 x 1

= 14

3.5.1.2.2.3.Menentukan rentang skor (range)

Range = skor maksimal – skor minimal = 56 – 14

= 42

3.5.1.2.2.4.Menentukan interval

Interval banyak kriteriarange

, 3.5.1.2.2.5.Menentukan kriteria

Kriteria kualitas rumah hunian penduduk dalam penelitian ini dibagi menjadi empat kriteria, yaitu: sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik.

Tabel 3.4 Kriteria Kualitas Rumah Hunian

No. Skor Kualitas Rumah Hunian

1. 45,50 – 56,00 Sangat baik

2. 35,00 – <45,50 Baik

3. 24,50 – <35,00 Cukup baik

4. 14,00 – <24,50 Kurang baik

Sumber: Hasil perhitungan

3.5.1.2.3. Membuat tabel frekuensi

Tabel frekuensi dibuat untuk mempermudah dalam menghitung jumlah frekuensi berdasarkan Skor yang diperoleh responden dalam penelitian. Tabel 3.5


(46)

menunjukkan frekuensi tentang tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

Tabel 3.5 Frekuensi Variabel Kualitas Rumah Hunian

No. Kualitas Rumah Hunian Skor Jumlah (f) Persentase (%)

1. Sangat baik 45,50 – 56,00 - -

2. Baik 35,00 – <45,50 - -

3. Cukup baik 24,50 – <35,00 - -

4. Kurang baik 14,00 – <24,50 - -

∑f

Sumber: Hasil perhitungan

Persentase dapat diketahui dari rumus sebagai berikut.

Keterangan:

f = jumlah frekuensi masing-masing kriteria ∑f = jumlah seluruh frekuensi (Ali 1987:189) 3.5.1.2.4. Deskripsi

Berdasarkan data yang telah terkumpul dalam bentuk angka dan telah ditabulasikan kemudian dideskripsikan.

3.5.2. Teknik Analisis Korelasi Product Moment

Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas rumah hunian penduduk Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini bahwa jika tingkat pendidikan tinggi maka kualitas rumah huniannya juga baik, yang digambarkan dalam skema sebagai berikut.


(47)

Gambar 3.1 Skema Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kualitas Rumah Hunian

Asumsi tersebut kemudian dihitung dengan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut.

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel

Y = Skor total X = Skor butir

N = Jumlah subyek (Arikunto 2010: 317)

Hasil perhitungan Product Moment kemudian dikonsultasikan dengan harga rtabel. Kriteria valid jika rhitung lebih besar dari rtabel (Arikunto, 2003: 146).

             

Variabel X (Tingkat Pendidikan

Masyarakat)

Variabel Y (Kualitas Rumah


(48)

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Gambaran umum daerah penelitian ini mengemukakan mengenai kondisi fisik dan kondisi sosial daerah penelitian.

4.1.1 Kondisi Fisik Daerah Penelitian 4.1.1.1Letak astronomis

Daerah penelitian adalah Kelurahan Mangunsari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Berdasarkan Peta RBI Bakosurtanal lembar 1408-544 Jatingaleh dan lembar 1408-543 Boja, letak astronomis Kelurahan Mangunsari adalah 110022’16” BT - 110023’20” BT dan 07004’25” LS - 07005’27” LS.

4.1.1.2Letak administrasi

Letak administrasi Kelurahan Mangunsari yang merupakan bagian dari Kecamatan Gunungpati Kota Semarang dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kelurahan Ngijo Sebelah timur : Kelurahan Pakintelan Sebelah selatan : Kelurahan Sumurrejo Sebelah barat : Kelurahan Plalangan


(49)

(50)

4.1.1.3Penggunaan lahan

Kelurahan Mangunsari terletak pada ketinggian 307 mdpl dengan suhu minimum 30C dan suhu maksimum 330C. Banyaknya curah hujan di Kelurahan Mangunsari adalah 300mm/tahun. Luas wilayah Kelurahan Mangunsari adalah 221.154 ha dengan penggunaan lahan yang berbeda-beda. Penggunaan lahan di Kelurahan Mangunsari dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1. Penggunaan Lahan di Kelurahan Mangunsari

No. Penggunaan Lahan Jumlah (ha) Persentase (%) 1. Tanah sawah

a. Irigasi teknis

b. Irigasi setengah teknis

c. Tadah hujan/sawah rendengan

29.000 76.170 17.000

11,86 31,16 6,95 2. Tanah kering

a. Pekarangan/bangunan/emplasement b. Tegal/kabun

66.647 32.967

27,26 13,48 3. Tanah keperluan fasilitas umum

a. Sarana pendidikan b. Sarana sosial

2.550 20.150

1,04 8,24

Jumlah 244.484 100,00

Sumber: Data Monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011.

Kelurahan Mangunsari merupakan wilayah pinggiran Kota Semarang yang terletak di Kecamatan Gunungpati yang masih memiliki karakteristik pedesaan. Hal ini ditunjukkan dengan luas areal persawahan yang berupa sawah irigasi setengah teknis mencapai 76.170 ha (31,16%) dan hanya 2.550 ha (1,04%) yang digunakan sebagai sarana pendidikan.


(51)

(52)

4.1.1.4Jumlah rumah penduduk

Jumlah rumah penduduk di Kelurahan Mangunsari adalah 1164 buah. Pembagian rumah menurut sifat dan bahannya berdasarkan data monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2. Jumlah Rumah Penduduk menurut Sifat dan Bahannya di Kelurahan Mangunsari

No. Rumah Menurut Sifat dan Bahannya Jumlah (rumah) Persentase (%) 1. Dinding terbuat dari batu/gedung

permanen

791 67,96 2. Dinding terbuat dari sebagian

batu/gedung/semi permanen

215 18,47 3. Dinding terbuat dari kayu/papan 158 13,57

Jumlah 1.164 100,00

Sumber: Data Monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011.

Jumlah rumah penduduk sebanyak 1.164 rumah tidak sebanding dengan jumlah kepala keluarga di Kelurahan Mangunsari yang berjumlah 1.208 kepala keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat lebih dari satu kepala keluarga yang tinggal bersama dalam satu rumah.

4.1.1.5Jumlah pemakai air minum

Jumlah pemakai air minum penduduk di Kelurahan Mangunsari dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.3. Jumlah Pemakai Air Minum Penduduk di Kelurahan Mangunsari No. Sumber Air Minum Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. PAM 158 8,37

2. Badan Pengelola Air 577 30,56

3. Sumur 1.153 61,07

Jumlah 1.888 100,00


(53)

4.1.2 Kondisi Sosial Daerah Penelitian

Berdasarkan Data Statis Monografi Kelurahan Semester II Tahun 2011, luas wilayah Kelurahan Mangunsari adalah 221.154 ha yang terdiri dari 5 Rukun Warga (RW) dan 23 Rukun Tetangga (RT). Kondisi sosial daerah penelitian menjelaskan tentang data mengenai jumlah penduduk, persebaran penduduk, dan susunan penduduk menurut kelompok umur, mata pencaharian, dan tingkat pendidikannya.

4.1.2.1Jumlah penduduk menurut kelompok umur

Jumlah penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.4 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan Kelompok Umur

Sumber: Data Monografi Kelurahan Mangunsari Semester II Tahun 2011.

Berdasarkan data monografi Kelurahan Mangunsari semester II tahun 2011, terdapat 1.208 kepala keluarga dengan jumlah penduduk 4195 jiwa, maka setiap kepala keluarga memiliki anggota keluarga rata-rata sebanyak 3 jiwa. 4.1.2.2Jumlah penduduk menurut mata pencaharian

Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Mangunsari sangat beragam yaitu sebagai petani, pengusaha sedang/besar, pengrajin/industri kecil, buruh industri, buruh bangunan, buruh pertambangan, pedagang, pengangkutan,

No Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 0 – 5 661 15,76

2 6 – 16 590 14,06

3 17 – 25 693 16,52

4 26 – 55 1.557 37,12

5 55 tahun ke atas 694 16,54


(54)

Pegawai Negeri Sipil (PNS), ABRI, pensiunan (ABRI/PNS), dan peternak. Khusus mata pencaharian peternak dapat dibagi menjadi peternak sapi perah ada 18 jiwa dengan jumlah ternak 40 ekor, peternak sapi biasa ada 13 jiwa dengan jumlah ternak 41 ekor, peternak kerbau ada 18 jiwa dengan jumlah ternak 34 ekor, peternak kambing ada 36 dengan jumlah ternak 161 ekor, peternak ayam ada 3 dengan jumlah ternak 65.000 ekor, dan peternak itik ada 19 dengan jumlah ternak 1.000 ekor. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.5 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan Mata Pencaharian No Jenis Mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Petani

a. Petani pemilik tanah b. Petani penggarap tanah c. Buruh tani

741 398 378

27,13 14,57 13,84

2 Pengusaha sedang/besar 8 0,29

3 Pengrajin/Industri kecil 8 0,29

4 Buruh Industri 290 10,62

5 Buruh Bangunan 298 10,91

6 Buruh Pertambangan 45 1,65

7 Pedagang 131 4,80

8 Pengangkutan 61 2,23

9 Pegawai Negeri Sipil 133 4,87

10 ABRI 51 1,87

11 Pensiunan (ABRI/PNS) 82 3,00

12 Peternak 107 3,92

Jumlah 2731 100,00

Sumber: Data Dinamis Monografi Kelurahan Mangunsari Tahun 2011

Penduduk Kelurahan Mangunsari dilihat dari jenis mata pencahariannya sebagian besar merupakan petani pemilik tanah yaitu sejumlah 741 jiwa (27,13%). Jenis mata pencaharian ini lebih besar dibandingkan dengan jenis mata


(55)

pencaharian yang lain terutama yang jumlahnya masih sedikit adalah pengusaha sedang/besar dan pengrajin/industri kecil masing-masing sejumlah 8 jiwa (0,29%). 4.1.2.3Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Mangunsari cukup beragam. Berdasarkan tabel 4.4 berikut ini dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk paling banyak jumlahnya di Kelurahan Mangunsari adalah tamat SD/sederajat yaitu 1253 jiwa (46,22%) dan terendah adalah tamat akademi/sederajat yaitu 96 jiwa (3,54%).

Tabel 4.6 Penduduk Kelurahan Mangunsari berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Tamat SD/sederajat 1253 46,22

2 Tamat SLTP /sederajat 644 23,76

3 Tamat SLTA /sederajat 615 22,69

4 Tamat akademi /sederajat 96 3,54

5 Tamat Perguruan Tinggi/sederajat 103 3,80

Jumlah 2711 100,00

Sumber: Data Dinamis Monografi Kelurahan Mangunsari Tahun 2011

4.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini mengemukakan mengenai jenis kelamin responden, umur responden, pekerjaan responden, pendapatan responden, dan pendidikan responden.

4.2.1 Jenis kelamin responden

Berdasarkan penelitian, jenis kelamin responden terdiri dari laki-laki 78 responden atau 92,86 % dan perempuan ada 6 responden atau 7,14 %. Data diperoleh seperti pada tabel 4.10 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 91.


(56)

Tabel 4.7 Jenis Kelamin Responden di Kelurahan Mangunsari

No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Laki-laki 78 92,86

2. Perempuan 6 7,14

Jumlah 84 100,00

Sumber: Data hasil analisis penelitian tahun 2012 4.2.2 Umur responden

Berdasarkan penelitian mengenai umur responden, diperoleh data seperti pada tabel 4.11 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 91.

Tabel 4.8 Umur Responden di Kelurahan Mangunsari

No. Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. 25 – 37 20 23,81

2. 38 – 50 44 52,38

3. 51 – 62 16 19,05

4. 63 – 75 3 3,57

5. 76 – 87 1 1,19

Jumlah 84 100,00

Sumber: Data hasil analisis penelitian tahun 2012

Berdasarkan 84 responden, jumlah penduduk yang paling banyak adalah pada kelompok umur 38 – 50 tahun yaitu 44 responden atau 52,38 %, sedangkan yang terkecil pada kelompok umur 76 – 87 tahun yaitu 1 responden atau 1,19 %. 4.2.3 Mata pencaharian responden

Pengambilan data tentang mata pencaharian responden diperoleh seperti pada tabel 4.12 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 91.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mata pencaharian kepala keluarga di Kelurahan Mangunsari paling banyak sebagai buruh bangunan yaitu 17 responden atau 20,24 %, sedangkan yang paling sedikit sebagai ABRI dan pengrajin/industri kecil yaitu masing-masing 2 responden atau 2,38 %.


(57)

Tabel 4.9 Mata Pencaharian Responden di Kelurahan Mangunsari

No Pekerjaan Responden Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Petani

a. Petani penggarap tanah b. Buruh tani

8 6

9,52 7,14

2 Pengrajin/Industri kecil 2 2,38

3 Buruh Industri 15 17,86

4 Buruh Bangunan 17 20,24

5 Pedagang 15 17,86

6 Pengangkutan 5 5,95

7 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 8 9,52

8 ABRI/TNI 2 2,38

9 Pensiunan (ABRI/PNS) 6 7,14

Jumlah 84 100,00

Sumber: Data hasil analisis penelitian tahun 2012 4.2.4 Pendapatan responden

Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa pendapatan kepala keluarga sebagai responden dapat dilihat pada tabel 4.13 dan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 91.

Tabel 4.10 Pendapatan Responden di Kelurahan Mangunsari

No. Pendapatan Responden (Rupiah) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 100.000 - <800.000 33 39,29

2 800.000 - <1.500.000 29 34,52

3 1.500.000 - <2.200.000 12 14,29

4 2.200.000 - <2.900.000 1 1,19

5 2.900.000 - <3.600.000 8 9,52

6 3.600.000 - <4.300.000 0 0,00

7 4.300.000 - 5.000.000 1 1,19

Jumlah 84 100,00

Sumber: Data hasil analisis penelitian tahun 2012

Pendapatan yang diperoleh sejiwa kepala keluarga paling banyak pada kisaran 100.000 - 800.000 yaitu 33 responden atau 39,29 %.


(58)

4.2.5 Tingkat pendidikan responden

Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pendidikan responden, dapat diketahui bahwa 42,9% (36 KK) tingkat pendidikan penduduk masih rendah (belum sekolah sampai tamat SD), 23,8% (20 KK) dengan kriteria cukup tinggi (SMP), 26,2% (22 KK) dengan kriteria tinggi (tamat SMA), dan 7,1% (4 KK) dengan kriteria sangat tinggi (Perguruan Tinggi). Data dijabarkan pada tabel 4.6 berikut ini dan data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 91 dan perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 94.

Tabel 4.11 Tingkat Pendidikan Responden

No. Kriteria Pendidikan Responden Skor Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Rendah (Tidak sekolah – SD) 4 36 42,86

2. Cukup tinggi (SMP/sederajat) 3 20 23,81

3. Tinggi (SMA/ sederajat) 2 22 26,19

4. Sangat tinggi (Perguruan Tinggi) 1 6 7,14

Jumlah 84 100,00

Sumber : Data hasil analisis penelitian tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.6 tersebut, lebih lanjut disajikan dalam bentuk diagram batang seperti pada gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.3Tingkat Pendidikan Penduduk

7,14

26,19 23,81

42,86

0 10 20 30 40 50

Sangat tinggi

Tinggi Cukup tinggi

Rendah

Frek

ue

nsi


(1)

93

 

R-63 Sugiyono

4 L S1

Buruh

bangunan

300.000

4

R-64 Eko

Suyami

4 P SD

Pedagang

1.000.000

3

R-65 Widarto

4 L SMP

Buruh

Industri

965.000

4

R-66 Sumadi

5 L SMA

Pedagang

800.000

3

R-67

Moh Samsuri

5

L

SMP

Buruh Industri (PT Citra)

700.000

4

R-68

Suradi

5

L

Tidak tamat SD

Buruh bangunan

250.000

3

R-69 Dasuki

5 L SD

Buruh

tani

300.000

4

R-70 Solekan

5 L SD

Buruh

tani

600.000

4

R-71 Harmanto

5 L D3

Buruh

bangunan

300.000

6

R-72 Ahmat

5 L S1

Supir

angkot

300.000

4

R-73 Kaswadi

5 L D3

Buruh

bangunan

700.000

3

R-74 Kustiyah

5 P SD

Buruh

bangunan

200.000

3

R-75 Solichin

5 L SMK

Pedagang

800.000

4

R-76 Supadi

5 L SD

TNI

(Kodim

Semarang)

1.000.000

4

R-77

Kusmiran

5

L

SMP

Buruh Industri (PT Citra)

700.000

5

R-78

Sasmito

5

L

STM

Buruh Industri (PT Citra)

700.000

6

R-79 Riswanto

5 L SMP

Pedagang

2.000.000

4

R-80 Junaedi

5 L MTs

Buruh

bangunan

1.000.000

8

R-81 Maryadi

5 L SD

Buruh

tani

100.000

8

R-82

Achmad Supriyadi

5

L

Tidak tamat SD

Pedagang

800.000

5

R-83 Pasri

5 L SD

Industri

kecil

(Krupuk)

1.300.000

6

R-84

Joko Kelono Cipto

5

L

SD

Pedagang (di pasar malam)

800.000

3


(2)

94

 

Lampiran 7

DATA PENELITIAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN KUALITAS RUMAH HUNIAN

Nomor

Responden

Tingkat Pendidikan

Kualitas Rumah

Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

R01 1 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 1 4 43

R02 1 2 2 3 4 3 3 3 3 3 4 1 1 4 4 40

R03 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 4 4 48

R04 4 2 1 3 4 4 3 3 3 3 4 1 1 1 4 37

R05 2 4 1 3 4 3 3 2 2 2 4 1 1 2 4 36

R06 3 3 1 3 2 3 3 3 3 4 4 2 1 4 4 40

R07 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 1 2 4 47

R08 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 4 4 48

R09 1 3 1 3 4 3 3 3 3 4 4 3 1 4 4 43

R10 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 1 1 4 43

R11 2 4 1 3 4 4 3 3 3 3 4 2 1 1 4 40

R12 2 4 1 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 2 4 43

R13 1 4 1 3 4 4 3 3 3 2 4 2 1 4 4 42

R14 1 3 1 3 4 4 1 3 3 2 4 2 1 1 4 36

R15 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 1 4 4 46

R16 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 1 4 45

R17 3 4 1 3 4 4 3 3 3 2 4 2 1 1 4 39

R18 1 2 1 3 4 4 3 3 3 2 4 2 1 1 4 37

R19 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 1 4 43

R20 3 4 1 3 4 4 3 3 2 4 4 3 1 2 4 42

R21 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 47

R22 2 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 2 4 43

R23 2 4 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 44

R24 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 1 1 4 4 45

R25 2 4 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 2 4 42

R26 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 1 4 4 47

R27 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 1 4 45

R28 3 3 1 3 2 4 3 3 3 4 3 3 1 4 4 41

R29 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 2 1 4 4 46

R30 2 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 1 1 4 4 45

R31 1 2 1 3 4 4 3 3 3 3 4 2 1 4 4 41

R32 3 4 1 3 4 4 3 3 3 3 4 2 1 2 4 41

R33 1 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 2 1 4 4 46

R34 2 4 1 3 4 4 3 4 3 3 4 2 1 4 4 44

R35 1 4 1 3 2 4 1 2 3 3 4 2 1 2 4 36

R36 1 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 1 4 4 49

R37 1 4 1 3 2 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 42

R38 2 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 2 4 44

R39 2 3 1 3 2 3 3 3 3 4 4 2 1 4 4 40

R40 1 4 1 3 4 3 3 3 3 3 4 3 1 4 4 43


(3)

95

 

R41 1 4 1 3 2 3 3 3 3 4 4 2 1 1 4 38

R42 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 2 4 44

R43 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 4 4 47

R44 1 2 4 3 4 4 3 3 3 3 4 2 1 4 4 44

R45 2 4 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 44

R46 1 3 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 2 4 41

R47 3 2 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 2 4 44

R48 1 1 1 3 2 2 2 2 2 3 4 2 1 2 4 31

R49 1 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 46

R50 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 46

R51 1 4 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 44

R52 3 3 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 43

R53 1 2 1 3 2 3 2 2 1 2 4 2 1 2 4 31

R54 2 3 1 3 4 4 3 3 1 3 4 3 1 2 4 39

R55 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 4 2 1 2 1 35

R56 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 2 1 2 2 43

R57 1 4 4 3 4 4 3 3 2 3 4 2 1 4 4 45

R58 2 2 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 2 4 43

R59 2 1 1 3 4 1 3 3 3 4 4 2 1 4 4 38

R60 3 3 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 43

R61 2 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 46

R62 1 1 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 2 4 39

R63 1 4 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 44

R64 1 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 4 4 48

R65 2 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 2 1 4 4 46

R66 3 3 1 3 2 2 3 3 3 3 4 2 1 4 1 35

R67 1 4 1 3 2 3 3 3 3 3 4 2 1 4 1 37

R68 1 3 1 3 2 4 2 2 2 2 4 1 1 2 4 33

R69 1 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 2 4 43

R70 1 3 1 3 3 4 2 3 4 3 4 2 1 1 4 38

R71 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 44

R72 1 3 1 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 43

R73 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 2 4 44

R74 1 4 1 3 2 3 3 3 3 3 4 2 1 1 4 37

R75 2 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 2 1 4 4 47

R76 1 2 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 4 4 45

R77 1 2 1 3 4 4 3 3 3 3 4 3 1 4 4 42

R78 1 3 1 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 4 4 44

R79 2 1 1 3 4 4 3 3 3 3 4 2 1 4 4 40

R80 1 2 1 3 4 2 3 3 2 2 4 2 1 4 4 37

R81 1 1 1 3 4 4 3 3 3 3 4 2 1 4 4 40

R82 1 2 1 3 2 2 3 3 3 3 4 2 1 2 4 35


(4)

 

Lamp

Hipot

Ho

Ha

Pengu

Rumu

Kriter

Ho dit

Pengu

Nilai m

Nilai m

Rentan

Banya

K

31

34

37

40

43

46

piran 8

tesis

:

:

ujian Hipotesi

us yang digunak

ria yang digun

terima jika c

2

<

ujian Hipotesi

maksimal

minimal

ng

ak kelas

Kelas Interval

1,0 -

4,1 -

7,2 -

0,3 -

3,4 -

6,5 -

U

K

DA

Data berdist

Data tidak b

is:

kan:

nakan

< c

2tabel

is

Bata

Kela

34,0 30,9

37,1 34,0

40,2 37,1

43,3 40,2

46,4 43,3

49,5 46,4

-0,05

Untuk

α

= 5%,

Karena c² pada

ATA PENELIT

tribusi normal

berdistribusi no

= 49

= 31

=

18

= 6

as

as

Z untuk

batas kl

5 -2,75

5 -1,97

5 -1,19

5 -0,42

5 0,36

5 1,13

5 -10,50

dengan dk = 6

7,1926

daerah penerim

96

UJI NORMA

TIAN KUALI

ormal

9,0 Pa

1,0

R

8,0

s

n

k

ls.

Peluang

untuk Z

0,4970

0,4756

0,3837

0,1620

0,1398

0,3715

0 0,5000

6 - 3 = 3 dipero

66 7,8

maan Ho, mak

96

ALITAS

ITAS RUMAH

anjang Kelas

Rata-rata ( x )

Luas Kls. U

0,021

0,091

0,221

0,301

0,231

0,128

oleh c² tabel =

1

a data tersebut

H HUNIAN

Untuk Z

E

4 1,79

8 7,71

7 18,6

8 25,3

8 19,4

5 10,7

7

t berdistribusi n

=

3

=

4

=

4

=

8

Ei Oi

(

991 3

143 12

239 13

512 22

679 25

899 9

84

=

7,81

normal

3,0

41,92

4,00

84

(Oi-Ei)²

Ei

0,8016

2,3809

1,6982

0,4430

1,5720

0,2969

7,1927


(5)

 

97

 

Lampiran 9

KORELASI ANTARA PENDIDIKAN DAN KUALITAS RUMAH

Rumus

Keterangan:

X : Tingkat pendidikan Kepala Keluarga

Y : Kualitas Rumah Hunian Penduduk

No Kode X

Y

X

2

Y

2

XY

1 R-01 1 43 1 1849 43

2 R-02 1 40 1 1600 40

3 R-03 3 48 9 2304 144

4 R-04 4 37 16 1369 148

5 R-05 2 36 4 1296 72

6 R-06 3 40 9 1600 120

7 R-07 3 47 9 2209 141

8 R-08 4 48 16 2304 192

9 R-09 1 43 1 1849 43

10 R-10 2 43 4 1849 86

11 R-11 2 40 4 1600 80

12 R-12 2 43 4 1849 86

13 R-13 1 42 1 1764 42

14 R-14 1 36 1 1296 36

15 R-15 2 46 4 2116 92

16 R-16 4 45 16 2025 180

17 R-17 3 39 9 1521 117

18 R-18 1 37 1 1369 37

19 R-19 3 43 9 1849 129

20 R-20 3 42 9 1764 126

21 R-21 3 47 9 2209 141

22 R-22 2 43 4 1849 86

23 R-23 2 44 4 1936 88

24 R-24 3 45 9 2025 135

25 R-25 2 42 4 1764 84

26 R-26 4 47 16 2209 188

27 R-27 4 45 16 2025 180

28 R-28 3 41 9 1681 123

29 R-29 3 46 9 2116 138

30 R-30 2 45 4 2025 90

31 R-31 1 41 1 1681 41

32 R-32 3 41 9 1681 123

33 R-33 1 46 1 2116 46

34 R-34 2 44 4 1936 88

35 R-35 1 36 1 1296 36

36 R-36 1 49 1 2401 49

37 R-37 1 42 1 1764 42

38 R-38 2 44 4 1936 88

39 R-39 2 40 4 1600 80

40 R-40 1 43 1 1849 43

41 R-41 1 38 1 1444 38

42 R-42 3 44 9 1936 132

43 R-43 3 47 9 2209 141


(6)

 

44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84

r

x

 

 

4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4

S

xy

=

=

R-44 R-45 R-46 R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54 R-55 R-56 R-57 R-58 R-59 R-60 R-61 R-62 R-63 R-64 R-65 R-66 R-67 R-68 R-69 R-70 R-71 R-72 R-73 R-74 R-75 R-76 R-77 R-78 R-79 R-80 R-81 R-82 R-83 R-84

0,263

1 2 1 3 1 1 3 1 3 1 2 3 4 1 2 2 3 2 1 1 1 2 3 1 1 1 1 3 1 3 1 2 1 1 1 2 1 1 1 3 1

166

84

84

410

98

44 1

44 4

41 1

44 9

31 1

46 1

46 9

44 1

43 9

31 1

39 4

35 9

43 1

45 1

43 4

38 4

43 9

46 4

39 1

44 1

48 1

46 4

35 9

37 1

33 1

43 1

38 1

44 9

43 1

44 9

37 1

47 4

45 1

42 1

44 1

40 4

37 1

40 1

35 1

37 9

39 1

3521 41

7051

166

1 1

4 1

1 1

9 1

1 9

1 2

9 2

1 1

9 1

1 9

4 1

9 1

6 1

1 2

4 1

4 1

9 1

4 2

1 1

1 1

1 2

4 2

9 1

1 1

1 1

1 1

1 1

9 1

1 1

9 1

1 1

4 2

1 2

1 1

1 1

4 1

1 1

1 1

1 1

9 1

1 1

10 14

166 3521

2

84

14893

936 936 681 936 961 2116 2116 936 849 961 521 225 849 2025 849 444 849 2116 521 936 2304 2116 225 369 089 849 444 936 849 936 369 2209 2025 764 936 600 369 600 225 369 521

8937

7

1

37

352

44 88 41 132 31 46 138 44 129 31 78 105 172 45 86 76 129 92 39 44 48 92 105 37 33 43 38 132 43 132 37 94 45 42 44 80 37 40 35 111 39

7051

21

2