Berdasarkan uraian diatas maka attachment terhadap ayah adalah suatu ikatan emosional yang kuat terhadap ayah dimana hubungan tersebut bertahan
cukup lama, bersifat kekal sepanjang waktu dan ikatan tersebut tetap bertahan walaupun figur lekat tidak tampak dalam jangkauan mata anak namun
menimbulkan rasa aman.
b. Pola- pola attachment
Bowlby 1982 mengatakan bahwa hubungan attachment pada bayi mempunyai kemiripan pada hubungan yang terjadi pada masa remaja dan dewasa
yaitu, menggambarkan sejumlah hubungan yang dekat antara orang tua dan anak. Namun, bentuk hubungan attachment antara anak-anak dan remaja atau dewasa
memiliki penekanan yang berbeda. Pada masa anak-anak mereka hanya memiliki attachment dengan orang yang istimewa menurut mereka, yaitu ibu. Sedangkan,
pada masa remaja dan dewasa penekanan hubungan attachment telah lebih luas. Bowlby membagi attachment tersebut kedalam dua bentuk yaitu secure
attachment dan insecure attachment. Namun, Ainsworth melakukan observasi dan penelitian sehingga membagi attachment kedalam tiga bentuk. Menurut
Ainsworth, Blehar, Waters, and Wall 1978 pola-pola attachment antara anak dan orangtua terbagi atas tiga pola antara lain,
a. Secure attachment
Secure attachment, merupakan pola attachment dengan karakteristik anak nyaman saat bersama orang tua, anak tidak sepenuhnya bergantung
pada orangtua, memandang orantua sebagai figur yang hangat dan penuh
Universitas Sumatera Utara
kasih sayang, menjalin hubungan yang menyenangkan dengan orangtua, memiliki rasa percaya diri dan orangtua merupakan sumber dukungan bagi
anak. Anak-anak dengan pola secure attachment menjadi tampak marah
ketika caregiver orang tua mereka pergi, dan merasa bahagia ketika orang tua mereka kembali. Ketika ketakutan, anak-anak akan mencari
kenyamanan dari orang tua atau pengasuh. Orangtua dengan pola secure attachment selalu mengajak anak
mereka beraktifitas bersama. Selain itu, orang tua juga menunjukan reaksi yang lebih cepat akan kebutuhan anak-anak mereka dan umumnya mereka
lebih responsif terhadap anak-anak daripada orang tua dengan pola insecure attachment Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak
dengan pola secure attachment lebih empatik selama masa kanak-kanak akhir. Anak-anak yang memperoleh pola secure attachment akan
menunjukan sikap sebagai kurang mengganggu, kurang agresif, dan lebih dewasa daripada anak-anak dengan pola ambivalen atau avoidant. Saat
dewasa, mereka yang memperoleh secure attachment cenderung memiliki percaya, hubungan jangka panjang. memiliki harga diri yang tinggi,
menikmati hubungan intim, mencari dukungan sosial, dan kemampuan untuk berbagi perasaan dengan orang lain McCarthy G., 1999.
b. Anxious atttachment
Anxious atttachment, merupakan pola attachment yang ditandai dengan anak memiliki pandangan bahwa orangtua tidak sensitif terhadap
Universitas Sumatera Utara
anak, orangtua kurang responsif akan kebutuhan anak, orangtua bersikap tidak adil, menjalin hubungan sangat dekat dengan keluarga karenakan
takut dalam mengambil keputusan, merasa cemas diabaikan, tidak nyaman saat bersama orangtua tetapi anak tetap berusaha menjalin hubungan
dengan orangtua. Anak-anak yang melekat anxious attachment cenderung sangat curiga
terhadap orang asing. Anak-anak ini menunjukan perasaan tertekan ketika terpisah dari orang tua atau pengasuh, tetapi tidak merasa gembira saat
pengasuh atau orangtua mereka kembali. Dalam beberapa kasus, anak pasif mungkin menolak orang tua dengan menolak kenyamanan, atau
secara terbuka mungkin menampilkan agresi langsung terhadap orang tua. Saat memasuki masa dewasa, mereka yang memperoleh anxious
attachment sering merasa enggan menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain dan khawatir bahwa pasangan mereka tidak membalas perasaan
mereka. Hal ini menyebabkan mereka sering putus, merasa hubungan mereka “dingin” dan jauh. Orang-orang ini merasa sangat sedih ketika
berakhirnya sebuah hubungan. Cassidy dan Berlin dijelaskan pola lain patologis mana anxious orang dewasa melekat melekat pada anak-anak
muda sebagai sumber keamanan 1994. c.
Avoidant attachment Avoidant attachment, merupakan pola attachment dengan
karakteristik anak memiliki anggapan bahwa orangtua tidak memberikan perhatian, mengalami penolakan, hubungan dengan orangtua relatif dingin,
Universitas Sumatera Utara
anak merasa tidak nyaman saat berada bersama orangtua dan tidak ingin menjalin hubungan dekat dengan orangtua dan anak sukar memepercayai
orangtua. Anak-anak dengan avoidant attachment cenderung menghindari orang
tua dan pengasuh. penghindaran ini sering menjadi sangat jelas setelah masa ketiadaan. Anak-anak ini mungkin tidak menolak perhatian dari
orang tua, tetapi juga tidak mereka mencari kenyamanan. Anak-anak dengan avoidant attachment tidak menunjukkan preferensi antara orang
tua dan orang asing. Saat masa dewasa, mereka dengan avoidant attachment cenderung
mengalami kesulitan dengan hubungan intim dan dekat. Individu-individu ini tidak berinvestasi banyak emosi dalam hubungan dan mengalami
penderitaan kecil ketika hubungan berakhir. Mereka sering menghindari keintiman dengan menggunakan alasan seperti jam kerja yang panjang,
atau mungkin berfantasi tentang orang lain selama seks. Penelitian juga menunjukkan bahwa orang dewasa dengan avoidant attachment lebih
menerima dan mungkin terlibat dalam seks bebas Feeney, J., Noller, dan Patty 1993. Karakteristik umum lainnya termasuk kegagalan untuk
mendukung mitra selama masa stres dan ketidakmampuan untuk berbagi perasaan, pikiran, dan emosi dengan pasangan mereka.
Berdasarkan beberapa pola attachment diatas dapat disimpulkan bahwa konsep attachment Ainsworth beberapa pola-pola attachment yang terjadi pada
Universitas Sumatera Utara
anak dan orangtua antara lain, Secure attachment, Anxious atttachment dan Avoidant attachment.
3. Attachment Remaja