4. Tipe IV Pit adalah adanya cekungan kecil berupa titikpertemuan tiga groove tipis yang mengarah ke satu titik disisi palatal dari tonjol mesiopalatal molar
pertama rahang atas.
Gambar 5. Tonjol carabelli tipe IV
13
5. Tipe V Absent adalah tidak ditemukan peninggian enamel maupun cekungan disisi palatal dari tonjol mesiopalatal molar pertama rahang atas.
2.2 Bentuk Shovel Gigi Insisivus
Istilah shovel pertama kali diperkenal oleh Miihlreiter pada tahun 1870.
7
Herdlicka pada tahun 1920 dianggap sebagai pelopor terhadap penelitian bentuk shovel gigi insisivus, istilah shovel digunakannya untuk menggambarkan gigi
insisivus rahang atas populasi ras Mongoloid seperti orang Indian Amerika, Malaya, Mongolia, Cina dan Jepang dan jarang dijumpai pada populasi lain.
14
Sciulli 1990 cit. Tongkom S, 1994 menyatakan bentuk shovel gigi insisivus muncul sebagai
karakteristik yang khas pada populasi Asia Timur.
7
2.2.1 Pengertian Bentuk Shovel Gigi Insisivus
Herdlicka 1921 cit. John W Hsu et al, 1999 menyatakan bentuk shovel gigi insisivus adalah karakteristik yang khas pada gigi insisivus pertama rahang atas
Universitas Sumatera Utara
berupa cekungan pada permukaan palatal dan bagian lateral dibatasi oleh penonjolan enamel.
6
Karakteristik gigi ini mirip dengan bentuk sekop. Penonjolan marginal ridges dari bentuk shovel gigi insisivus tidak hanya pada enamel tetapi juga
melibatkan dentin Tratman, 1950 cit. Tongkom S, 1994. Bentuk shovel ini tidak hanya dijumpai pada gigi insisivus tetapi juga pada gigi caninus rahang atas
Hanihara, 1961 cit. Tongkom S, 1994.
7
Gambar 6. Gigi insisivus RA dengan bentuk shovel
15
Gambar 7. Gigi insisivus RA tanpa bentuk shovel
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Bentuk Shovel
a. Genetik Seperti tonjol carabelli keberadaan bentuk shovel pada gigi insisivus juga
dipengaruhi oleh gen diturunkan, karena itu bentuk shovel ini tidak dijumpai pada semua ras. Ras Mongoloid mempunyai prevalensi tinggi bentuk shovel gigi insisivus
Marginal ridge
Tanpa marginal ridge
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan ras-ras lainnya. Yacoob 1996 menyatakan prevalensi bentuk shovel gigi insisivus rahang atas pada ras mongoloid mendekati 90.
8
Varsha Pilbrow 2004 cit. Mizoguchi, 1985 menyatakan variasi bentuk shovel ini sering ditemukan pada
populasi lokal.
14
b. Oklusi Kikuchi 1954 cit. Mizoguchi Y, 1985 meneliti hubungan antara bentuk
shovel gigi insisivus dengan oklusi pada orang Jepang. Sampel dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: kelompok oklusi normal, maloklusi, kelompok yang diambil secara
acak. Insiden bentuk shovel pada oklusi normal didapat setengah dari dua kelompok lainnya. Bentuk shovel berkembang baik pada oklusi edge to edge.
14
c. Adaptasi dalam pertumbuhan dan perkembangan Mizoguchi Y 1985 menyatakan bentuk shovel erat hubungannya dengan
kekuatan gigitan, sebagai respon terhadap gigitan yang kuat pada gigi anterior. Gigi dengan bentuk shovel lebih kokoh daripada gigi tanpa bentuk shovel. Dahlberg 1963
cit. Mizoguchi Y, 1985 menyatakan frekuensi fraktur pada gigi insisivus rahang atas tinggi pada anak-anak Eropa dan Amerika yang gigi insisivusnya jarang dijumpai
mempunyai bentuk shovel dari pada anak-anak Jepang yang mempunyai bentuk shovel pada gigi insisivus.
14
2.2.3 Variasi Bentuk Shovel Gigi Insisivus