Asas Kerahasiaan Bank Bank Secrecy

harus meminta informasi mengenai identitas pihak lain tersebut. Penyedia jasa keuangan yang dimaksud dalam penulisan hukum ini hanya terbatas pada bank. Namun kewajiban untuk menerapkan prinsip mengenal nasabah yang diatur dalam UUTPU ini tidak bersanksi, yang berarti, apabila dilanggar, maka tidak akan dikenakan sanksi apapun. Walaupun UUTPU tidak memuat sanksi apabila ketentuan Pasal 17 dilanggar, namun tidak berarti pelanggaran terhadap kewajiban yang ditentukan dalam pasal ini tidak dapat dikenai sanksi hukum. Pelanggaran terhadap kewajiban yang ditentukan dalam Pasal 17 UUTPU, dapat dikenai sanksi berdasarkan Pasal 49 ayat 2 huruf b Undang-Undang Perbankan, sepanjang pelanggaran tersebut dilakukan oleh bank. 39 Pemberian sanki ini bertujuan agar penerapan prinsip mengenal nasabah dapat dilaksanakan secara benar dalam setiap transaksi perbankan yang dilakukan. Dengan terlaksananya prinsip mengenal nasabah, maka prudential banking juga dapat ditegakkan sehingga akan tercipta bank yang sehat.

C. Asas Kerahasiaan Bank Bank Secrecy

Asas kerahasiaan bank bank secrecy merupakan salah satu aspek penting yang membuat masyarakat nasabah merasa aman melakukan transaksi keuangan di bank. Asas ini bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi nasabah, baik perlindungan terhadap dirinya nasabah maupun terhadap dananya yang ada di bank. Sebagai suatu badan usaha yang dipercaya oleh masyarakat untuk menghimpun dana masyarakat, sudah sewajarnya bank memberikan jaminan perlindungan kepada 39 Sutan Remy Sjahdeini, 2004, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencuciasn Uang dan Pembiayaan Terorisme, Grafiti, Jakarta, note 49, hal. 236 Universitas Sumatera Utara nasabah yang berkenaan dengan ”Keadaan Keuangan Nasabah” yang lazimnya dinamakan dengan ”Kerahasiaan Bank”. Kerahasiaan bank sangat penting karena bank memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang menyimpan uangnya di bank. Orang hanya mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila bank memberikan jaminan bahwa pengetahuan bank tentang simpanan dan keadaan keuangan nasabah tidak akan disalahgunakan. 40 Ada dua pendapat yang dikemukakan mengenai teori tentang rahasia bank, yaitu teori rahasia bank yang bersifat mutlak dan teori rahasia bank yang bersifat nisbi. Teori rahasia bank yang bersifat mutlak maksudnya bank berkewajiban untuk rncnyimpan rahasia nasabah yang diketahui oleh bank karena kegiatan usahanya dalam keaadan apapun, biasa maupun luar biasa. Sedangkan teori rahasia bank yang bersifat nisbi, yaitu bahwa bank dapat diperbolehkan membuka rahasia nasabahnya untuk kepentingan yang mendesak, seperti kepentingan negara. 41 Dalam Undang-Undang Perbankan, pengertian rahasia bank dijelaskan pada Pasal 1 angka 28, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dari simpananya. kewajiban untuk melaksanakan asas rahasia bank ini ditegaskan dalam Pasal 40 Undang-Undang Perbankan yang menjelaskan bahwa bank wajib merahasiakan keterangan nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, 41 A, 42, 43, 44, dan 44 A. Pengecualian terhadap kerahasiaan bank yang terdapat dalam pasal tersebut adalah berkenaan dengan kepentingan perpajakan, piutang bank, perkara pidana, perdata, tukar menukar informasi 40 Rachmadi Djumhana, note 3, hal. 153 41 Muhammad Djumhana, 2000, Hukum Perbankan Di Indonesia, PT Citra Aditya Bandung, hal. 164 Universitas Sumatera Utara antar bank, dan untuk memenuhi permintaan kuasa dari nasabah beserta ahli waris apabila nasabah yang bersangkutan meninggal dunia. Sebenarnya ketentuan tentang rahasia bank di dalam Undang-Undang Perbankan sudah mengalami perubahan sejak diberlakukan Undang-Undang Perbankan yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Dalam Undang-Undang Perbankan yang lama, yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, dijelaskan bahwa ketentuan rahasia bank mencakup semua nasabah, dengan kata lain tidak membedakan nasabah, baik itu nasabah deposan penyimpan atau nasabah debitur peminjam. Sedangkan di dalam Undang-Undang Perbankan yang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, ketentuan rahasia bank hanya berlaku bagi nasabah deposan saja. Perubahan ini dilakukan dengan pertimbangan, bahwa dengan berlakunya ketentuan rahasia bank bagi nasabah debitur, menyebabkan banyaknya kredit bermasalah yang dialami oleh bank. Oleh karena itu dalam Undang-Undang Perbankan yang baru, ketentuan rahasia bank hanya berlaku bagi nasabah deposan saja. 42 Selain yang ditentukan dalam Undang-Undang Perbankan, ketentuan rahasia bank juga dapat diterobos oleh Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang UUTPU yang berkaitan dengan penerapan prinsip mengenal nasabah. Pada Pasal 33 ayat 2 UUTPU dijelaskan bahwa dalain meminta keterangan adanya transaksi keuangan yang mencurigakan, ketentuan rahasia bank tidak berlaku terhadap penyidik, penuntut umum, atau hakim. Pasal 14 UUTPU juga menjelaskan bahwa rahasia bank dikecualikan dalam hal pelaksanaan kewajiban pelaporan oleh penyedia jasa keuangan. Kewajiban pelaporan yang dimaksud dalam pasal ini adalah kewajiban yang sebagaimana ditentukan dalam 42 Siahaan, 2005, Pencucian Uang dan Kejahatan Perbankan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal. 24 Universitas Sumatera Utara PBI tentang Prinsip mengenal Nasabah, yaitu pada Pasal 14 yang menjelaskan bahwa bank wajib melaporkan apabila terjadi transaksi keuangan yang mencurigakan pada bank yang bersangkutan. Di dalam pelaksanaan asas kerahasiaan bank bank secrecy ini, sering mengalami tubrukan dengan kepentingan lain yang harus dilaksanakan oleh lembaga perbankan, yaitu adanya ketentuan prudential principle atau prinsip kehati-hatian yang salah satunya adalah penerapan prinsip mengenal nasabah, Di samping bank harus memberikan perlindungan terhadap nasabahnya, bank juga harus melindungi dirinya sendiri, yaitu dengan menerapkan prinsip mengenal nasabah demi terwujudnya prudential banking dalam setiap transaksi perbankan. Masalah inilah yang membuat lembaga perbankan masuk ke dalam situasi yang dapat disebut dengan ”maju kena, mundur kena”. Hal ini dikarenakan, apabila lembaga perbankan menjalankan asas kerahasiaan bank bank secrecy, berarti bank mengurangi intensitas pelaksanaan prinsip kehati-hatian prudential banking. Dan sebaliknya, apabila bank menerapkan prinsip kehati-hatian, dengan sendirinya perlindungan terhadap nasabah akan berkurang, dengan kata lain asas rahasia bank tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan. Oleh karena itu, bank harus dapat melaksanakan asas kerahasiaan bank bank secrecy dan prinsip kehati-hatian prudential banking secara seimbang tanpa menimbulkan kerugian, baik bagi nasabah maupun bagi bank sendiri. Sebagai suatu asas yang harus dipegang teguh oleh lembaga perbankan di dalam menjalankan kegiatannya, tentu saja pelaksanaan asas kerahasiaan bank bank secrecy harus didukung oleh suatu sanksi apabila asas ini dilanggar. Hal ini bertujuan untuk Universitas Sumatera Utara memberikan kepastian hukum dan kekuatan berlakunya asas kerahasiaan bank ini dalam segala transaksi perbankan yang ada. Sesuai dengan Undang-Undang Perbankan, pelanggaran terhadap ketentuan rahasia bank dikategorikan sebagai ”tindak pidana kejahatan”. Oleh karena itu, pelanggar ketentuan rahasia bank, apabila dibandingkan dengan hanya sekedar pelanggaran, perlu diberi sanksi hukum pidana yang lebih berat lagi. Adapun sanksi terhadap pelanggaran asas rahasia bank adalah berupa hukuman penjara dan sanksi adminstratif, yaitu denda.

D. Transaksi Keuangan Yang Mencurigakan Suspicious Transactions