Manajemen Risiko PRINSIP MENGENAL NASABAH

ekonomi yang jelas. Kedua, transaksi tersebut menggunakan uang dalam jumlah yang sangat besar secara berulang-ulang di luar kewajaran, Dan ketiga, transaksi keuangan tersebut di luar kebiasaan dan kewajaran aktivitas nasabah. Ketentuan yang mewajibkan bank untuk melaporkan adanya transaksi keuangan yang mencurigakan, bertujuan untuk mencegah bank digunakan sebagai sarana tindak pencucian uang atau yang dikenal dengan istilah money laundering. Kemudahan yang dijanjikan oleh bank dalam melakukan transaksi keuangan untuk menarik minat masyarakat, dimanfaatkan oleh orang-orang atau nasabah yang tidak bertanggungjawab untuk menyelundupkan hasil kejahatannya pada bank yang bersangkutan.

E. Manajemen Risiko

Industri perbankan merupakan bisnis yang penuh risiko, sebagaimana telah penulis jelaskan sebelumnya. Hal ini dikarenakan kegiatan bank melibatkan pengelolaan uang milik masyarakat yang disalurkan kembali pada masyarakat dalam berbagai bentuk jasa perbankan. Besar kecilnya risiko yang dihadapi oleh bank, sangat tergantung pada berbagai faktor, seperti kemampuan manajemen bank untuk membaca dan memprediksi pergerakan suku bunga maupun perubahan-perubahan yang terjadi di pasar, yang dikenal dengan risk exposures. Untuk meminimalisasi risiko-risiko ini, manajemen bank harus memiliki keahlian dan kompetensi, sehingga risiko-risiko yang mungkin akan timbul dapat diantisipasi sejak awal dan dapat ditanggulangi. 45 Risiko-risiko yang akan dihadapi bank akibat transaksi perbankan, diantaranya dapat berupa risiko kredit, risiko pasar risiko operasional, dan berbagai risiko lainnya 45 Agus Sugiarto “Mengapa Menejer Resiko Bank Harus Disertifikasi ?”, financial, 17 April 2004, www.kompas.com . Diakses tanggal 29 Oktober 2008. Universitas Sumatera Utara yang berpotensi muncul akibat transaksi yang dilakukan oleh bank. Risiko kredit adalah risiko yang timbul akibat dari kegagalan nasabah membayar kewajibannya dalam waktu yang telah diletapkan, adanya pelanggaran perjanjian yang telah disepakati, jaminan yang diberikan tidak mencukupi dan terjadinya krisis ekonomi. Risiko pasar terjadi sebagai akibat dari fluktuasi atau kenaikan nilai mata uang dan perubahan tingkat suku bunga dalam waktu yang cepat. Sedangkan risiko operasional adalah risiko yang timbul akibat dari perkembangan teknologi, sumber daya manusia, penyesuaian operasional dan risiko hukum. 46 Melihat keadaan ini, maka pada tanggal 19 Mei 2003, Bank Indonesia mengeluarkan PBI Nomor 58PBI2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. PBI ini merupakan pedoman dan persyaratan minimal bagi bank dalam menetapkan manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan kebijakan-kebijakan yang ada pada suatu bank untuk meminimalisir risiko-risiko yang dihadapi oleh bank akibat transaksi-transaksi yang dilakukan oleh bank itu sendiri. Penerapan manajemen risiko pada suatu bank lebih untuk mengatur cara kerja organisasi suatu bank dan sumber daya manusianya, sehingga terlaksana industri perbankan yang sehat. Berkaitan dengan ketentuan PBI Nomor 310PBI2001 tentang Prinsip Mengenal Nasabah, kewajiban penerapan manajemen risiko juga ditentukan dalam PBI ini, yaitu tepatnya pada Pasal 11. Kebijakan manajemen risiko yang terdapat dalam ketentuan tentang prinsip mengenal nasabah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prosedur manajemen risiko bank secara keseluruhan yang ditetapkan berdasarkan PBI Nomor 5SPBI2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum. 46 “Pengendalian Risiko” www.bankpapua.com , diakses tanggal 29 Oktober 2008 Universitas Sumatera Utara Ketentuan manajemen risiko sebagai upaya penerapan prinsip mengenal nasabah, juga merupakan bagian dari pelaksanaan prinsip kehati-hatian pada bank prudential banking, yang perlu ditempuh oleh bank untuk mengurangi risiko-risiko yang akan dialami oleh bank, khususnya operational risk, legal risk, concentration risk, dan reputational risk. Hal ini senada dengan pendapat Basel Komite yang menyatakan bahwa prinsip kehati-hatian pada bank diperlukan untuk mengurangi risiko-risiko yang disebutkan di atas. Yang dimaksud dengan operational risk adalah suatu risiko yang akan dialami oleh bank dikarenakan kesalahan dan penyalahgunaan wewenang, ketidakpastian ketentuan, prosedur yang tidak memadai, kelemahan pengendalian interen, gangguan sistem informasi, serta gangguan pada sistem pembayaran bank. Kesalahan-kesalahan ini akan menyebabkan bank yang bersangkutan tidak dapat melakukan kegiatan operasionalnya secara normal. Legal risk terjadi akibat bank lalai dalam memperhatikan aspek-aspek hukum dalam membuat suatu perjanjian dengan pihak lain. Concentration risk adalah risiko yang dialami oleh bank dikarenakan bank menerima dana dalam jumlah besar dari pihak ketiga, yang ditujukan atau terkonsentrasi pada nasabah tertentu. Sedangkan dalam hal reputational risk, terjadi akibat kegiatan-kegiatan bank atau permasalahan yang dialami oleh bank, sehingga menyebabkan berkurangnya atau hilangnya reputasi bank tersebut di mata masyarakat dan pemerintah. 47 Dalam PBI tentang Prinsip Mengenal Nasabah, kebijakan dan prosedur manajemen risiko yang harus diterapkan oleh bank meliputi 5 hal, yaitu : 1. Pengawasan oleh pengurus bank; 47 Siahaan, 2005, Pencucian Uang dan Kejahatan Perbankan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. note 9, hal. 74. Universitas Sumatera Utara 2. Pendelegasian wewenang; 3. Pemisahan tugas; 4. Sistem pengawasan interen termasuk audit interen; 5 Program pelatihan karyawan mengenai penerapan prinsip mengenal nasabah. Dengan diterapkannya 5 hal di atas, maka dapat dilihat sejauh mana pelaksanaan prinsip mengenal nasabah yang sudah dilakukan oleh suatu bank, sehingga hasil yang diinginkan dapat dicapai dengan optimal. Ketentuan ini merupakan manajemen risiko yang harus diterapkan oleh bank dalam berhubungan dengan nasabahnya. Pengawasan oleh pengurus bank, maksudnya adalah komisaris bank yang bersangkutan harus melakukan pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh direksi. Sedangkan direksi melakukan pengawasan terhadap penerapan prinsip mengenal nasabah yang dilakukan oleh pejabat operasional yang telah ditunjuk, yang akhirnya disampaikan kepada petugas khusus. Ketentuan manajemen risiko yang berkaitan dengan pendelegasian wewenang, pemisahan tugas, dan pengawasan interen, bertujuan agar dalam melaksanakan prinsip mengenal nasabah, direksi mendelegasikan kewenangannya sesuai dengan struktur organisasi yang berlaku pada bank tersebut, dan harus memegang teguh prinsip pemisahan tugas antara pegawai atau pejabat yang fungsinya melaksanakan, memeriksa, dan menyetujui prinsip-prinsip pengawasan interen yang ditetapkan sesuai aturan yang berlaku Pengawasan interen yang dimaksud adalah pengawasan melekat maupun pengawasan secara sistem organisasi oleh Satuan Kerja Audit SKAI Sedangkan program pelatihan karyawan mengenai penerapan prinsip mengenal nasabah, bertujuan agar divisi sumber daya manusia pada suatu bank Universitas Sumatera Utara berkoordinasi dengan unit terkait yang bertanggungjawab dalam melaksanakan prinsip mengenal nasabah, dengan melaksanakan pelatihan penerapan prinsip mengenal nasabah kepada seluruh pegawai bank yang bersangkutan. 48 Manajemen risiko yang ditentukan datam PBI tentang Prinsip Mengenal Nasabah ini, bertujuan agar bank dalam berhubungan dengan nasabahnya terhindar dan risiko- risiko yang akan mungkin timbul akibat dari hubungan tersebut. Jika dilihat secara umum, manajemen risiko yang diwajibkan oleh Bank Indonesia tidak hanya bertujuan untuk kepentingan satu bank saja maupun untuk kepentingan Bank Indonesia. Namun, penerapan manajemen risiko mempunyai kaitan langsung dengan proses pembangunan ekonomi nasional secara keseluruhan, dan sebagai alat bagi perbankan nasional untuk menciptakan lembaga perbankan yang sehat dan solvent.

F. Sanksi Terhadap Bank Yang Tidak Menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah