Prinsip Kehati-hatian Dalam Transaksi Perbankan Prudential Banking

C. Prinsip Kehati-hatian Dalam Transaksi Perbankan Prudential Banking

Bisnis perbankan merupakan bisnis yang menjanjikan keuntungan besar apabila dikelola secara baik dan hati-hati prudent. Namun, di samping menjanjikan keuntungan besar, bisnis ini juga penuh risiko. Perbankan dikatakan sebagai bisnis penuh risiko full risk business dikarenakan sebagian besar kegiatan usaha yang dilakukan mengandalkan dana dari masyarakat yaitu berupa tabungan, giro, deposito dan kegiatan penghimpun dana lainnya. 30 Bank merupakan badan usaha yang memiliki karakteristik khusus jika dibandingkan dengan badan usaha pada umumnya. Bank sebagai lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun dana dan menyalurkannya kembali pada masyarakat, berkewajiban untuk mengutamakan kepentingan nasabahnya, yaitu masyarakat. Namun, kewajiban ini harus dibarengi dengan pelaksanaan prinsip kehati-hatian prudential principles pada transaksi yang dilakukan dengan nasabah. Hal ini bertujuan agar bank dapat menjaga tingkat kesehatan sebagaimana yang telah ditentukan oleh Undang- Undang Perbankan. 31 Kewajiban bank untuk melaksanakan prinsip kehati-hatian prudential principles, diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 29 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Perbankan jo Pasal 25 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia memiliki kewenangan menetapkan ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian yang ditetapkan melalui peraturan Bank Indonesia. Ketentuan ini 30 Mulhadi, “Prinsip Kehati-hatian Prudent Banking Principles Dalam Kerangka Undang- Undang Perbankan Di Indonesia”, www.library.usu.ac.id , diakses tanggal 30 OKtober 2008 31 Zahry Vandawati Chumaida, “Penerapan Prinsip Kehati-hatian dan Kesehatan Bank Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, adln.lib.unair.ac.id, diakses tanggal 29 Oktober 2008 Universitas Sumatera Utara bertujuan untuk memberikan rambu-rambu bagi penyelenggaraan transaksi perbankan agar terwujud sistem perbankan yang sehat dan efisien. Dalam Pasal 2 Undang-Undang Perbankan dijelaskan bahwa, perbankan dalam melakukan usahanya haruslah berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Dan pada Pasal 29 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Perbankan, mewajibkan bank dalam melakukan kegiatan usahanya harus sesuai dengan prinsip kehati-hatian untuk memelihara tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Sedangkan Pasal 25 ayat I Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjelaskan bahwa, dalam rangka melaksanakan tugas mengatur bank. Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian. Dari ketentuan ini, sudah jelas bahwa dalam melakukan transaksi dalam bentuk apapun, bank diwajibkan untuk menerapkan prinsip kehati-hatian guna menjaga tingkat kesehatan bank itu sendiri. Sebelum diatur dalam Undang-Undang Perbankan, ketentuan tentang prinsip kehati-hatian sudah pernah diatur dalam beberapa paket deregulasi, yaitu Paket Deregulasi 25 Maret 1989 dan Paket Deregulasi Februari 1991. Walaupun sudah banyak ketentuan yang dibuat pemerintah untuk mengatur prinsip ini, namun perbankan nasional masih saja dihinggapi oleh berbagai masalah. 32 Pengertian prinsip kehati-hatian prudential principles tidak dijelaskan oleh Undang-Undang Perbankan. Undang-Undang Perbankan hanya memberikan batasan dan ruang lingkup pelaksanaan prinsip kehati-hatian seperti yang dijelaskan dalam Pasal 29 Undang-Undang Perbankan. Jadi, pada prinsipnya ketentuan prinsip kehati-hatian ini 32 Mulhadi, “Prinsip Kehati-hatian Prudent Banking Principles Dalam Kerangka Undang- Undang Perbankan Di Indonesia”, www.library.usu.ac.id , diakses tanggal 30 OKtober 2008. Universitas Sumatera Utara harus dilaksanakan dalam ruang lingkup yang telah ditentukan oleh Undang-Undang Perbankan. Di samping untuk menjaga tingkat kesehatan bank, prinsip kehati-hatian ini juga bertujuan untuk melindungi dana nasabah yang dipercayakan kepadanya. Prinsip kehati- hatian ini merupakan bagian dari kebijakan moneter yang menyangkut kepentingan semua masyarakat, tidak hanya nasabah yang melakukan transaksi di bank. Oleh karena itu, prinsip kehati-hatian harus dipegang teguh oleh lembaga perbankan terutama dalam hal yang berkaitan dengan penyaluran dana. Salah satu pelaksanaan prinsip kehati-hatian yang harus diterapkan oleh lembaga perbankan adalah penerapan prinsip mengenal nasabah know your customer principles dalam setiap transaksi perbankan. Hal ini dijelaskan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 310PBI2001 tentang Prinsip Mengenal Nasabah. Ketentuan prinsip mengenal nasabah bertujuan agar bank sebelum melakukan transaksi, untuk terlebih dahulu mengetahui identitas nasabah yang bersangkutan, dengan kata lain harus mengenali nasabahnya. Dengan diketahuinya informasi tentang nasabah yang bersangkutan, baik itu berupa identitas diri, asal-usul uang, tujuan melakukan transaksi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan nasabah maupun transaksi yang akan dilakukan oleh nasabah, bank dapat menghindari risiko-risiko yang akan muncul apabila bank melakukan transaksi dengan nasabah yang tidak memenuhi persyaratan yang.telah ditentukan dalam Peraturan Bank Indonesia tersebut. Ketentuan prinsip mengenal nasabah ini lebih untuk melindungi bank dari transaksi yang dilakukan oleh nasabah yang tidak bertanggungjawab, yang Universitas Sumatera Utara berkemungkinan dapat menimbulkan kerugian terhadap bank dan mengurangi tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gelombang penegakan hukum terus bergerak. Semangat menempatkan hukum sebagai instrumen untuk mencegah terjadinya kekacauan di masyarakat merupakan usaha yang patut didukung. Terlebih lagi, ada prinsip dasar yang nyaris hilang dalam kehidupan negara, yakni ambruknya hukum akan memberikan ancaman serius terhadap hilangnya peradaban manusia. 1 Tidak terkecuali bagi lembaga perbankan yang kegiatannya berkaitan dengan kepentingan orang banyak. Pertumbuhan transaksi dan banyaknya produk yang ditawarkan oleh dunia perbankan telah memperbesar risiko terhadap bank itu sendiri. Oleh karena itu, lembaga perbankan membutuhkan pengaturan teknis secara rinci dan sistematis untuk menekan potensi risiko yang akan timbul. Kesadaran akan perlunya suatu sistem pengaturan ini menjadi perhatian Committee on Banking Regulations and Supervisory Practices Basel Committee yang keanggotaannya terdiri dari para gubernur bank sentral. Basel committee merekomendasikan agar negara pesertanya mengadopsi dan menerapkan prinsip prudential regulation dan pengawasan perbankan. Rekomendasi itu dituangkan dalam Basel Accord I dan disempurnakan dalam Basel Accord II. Bank Indonesia menuangkan prinsip prudential dan pengawasan berdasarkan rekomendasi Basel Committee tersebut dalam berbagai peraturan. Ketentuan itu antara lain tentang kewajiban penyediaan 1 Pradjoto “Penegakan Hukum Perbankan”, column, Senin 27 Februari 2006, www.investorindonesia.com diakses tanggal 20 Oktober 2008 Universitas Sumatera Utara