HASIL PENELITIAN Hubungan self-esteem dalam konteks organisasi dan stres kerja pada dewasa awal.

terdapat hubungan yang linier antara kedua variabel, yaitu variabel self- esteem dalam konteks organisasi dengan variabel Stres Kerja. Grafik 3 Scatterplot Hasil Uji Linieritas 2. Uji Hipotesis Berdasarkan hasil uji asumsi, didapatkan hasil sebaran data yang tidak normal dan linier, maka uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik korelasi Sperman Brown dengan bantuan program SPSS for windows versi 17.00. Berikut tabel hasil uji korelasi pada data self-esteem dalam konteks organisasi dan stres kerja : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 13 Hasil Uji Korelasi Self-esteem dalam konteks organisasi dan Stres Kerja Correlations OBSE Stres Kerja Spearman’s rho Self- esteem Correlation Coefficient 1.000 -.304 Sig. 1-tailed . .000 N 131 131 Stres Kerja Correlation Coefficient -.304 1.000 Sig. 1-tailed .000 . N 131 131 Correlation is signidicant at the 0.01 level 1-tailed. Hasil analisi berdasarkan tabel 13 menunjukkan koefisien korelasi sebesar r = -0,304 dengan nilai signifikansi hitung p = 0,000 p 0,05, sehingga hasil analisis menunjukkan bahwa self-esteem dalam konteks organisasi dan stres kerja terdapat hubungan korelasi yang negatif dan cukup kuat. Dengan demikian, semakin tinggi self-esteem dalam konteks organisasi maka tingkat stres kerja pada karyawan semakin rendah dan sebaliknya semakin rendah self-esteem dalam konteks organisasi maka tingkat stres kerja pada karyawan semakin tinggi. Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa hipotesis yang diajukan pada penelitian ini diterima. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Analisis Tambahan Pada penelitian ini peneliti melakukan analisis tambahan dengan menggunakan teknik uji peringkat Mann-Whitney Test uji U, teknik tersebut bertujuan untuk menguji dua sampel yang indipendent dengan data berjenis ordinal Siregar, 2013 yang bertujuan untuk melihat perbedaan antara self-esteem dalam konteks organisasi dan stres kerja pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Selain itu, analisis tambahan juga akan dilakukan melihat perbedaan antara self-esteem dalam konteks organisasi dan stres kerja pada masa kerja karyawan yang terbagi menjadi dua kategori yaitu 1 tahun – 3 tahun dan masa kerja lebih dari 3 tahun. Berikut hasil analisis tambahan pada self-esteem dalam konteks organisasi dan stres kerja : Tabel 14 Hasil Analisis Tambahan Self-esteem dalam konteks organisasi dengan Jenis Kelamin Laki-laki dan perempuan Ranks Jenis Kelamin N Mean Rank Sum of Ranks Self- esteem Laki-laki 73 63.25 4617.50 Perempuan 58 69.46 4028.50 Total 131 Test Statistic Self-esteem Mann-Whitney U 1916.500 Wileoxon W 4617.500 Z -.935 Asymp Sig. 2-tailed .350 a. Grouping Variabel : Jenis Kelamin Tabel 15 Hasil Analisis Tambahan Stres Kerja dengan Jenis Kelamin Laki-laki dan Perempuan Ranks Jenis Kelamin N Mean Rank Sum of Ranks Stres Kerja Laki-laki 73 68.31 4987.50 Perempuan 58 63.08 3658.50 Total 131 Test Statistic Stres Kerja Mann-Whitney U 1947.500 Wileoxon W 3658.500 Z -.786 Asymp Sig. 2-tailed .432 a. Grouping Variabel : Jenis Kelamin Pada tabel 14 diketahui bahwa hasil Uji U pada variabel self-esteem dalam konteks organisasi memperoleh nilai p = 0,350 p 0,05. Hasil tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara self-esteem yang dimiliki oleh jenis kelamin laki-laki dan self-esteem yang dimiliki jenis kelamin perempuan. Sejalan dengan hasil yang telah ditemukan pada Uji U variabel self-esteem, variabel stres kerja memperoleh nilai p = 0,432 p 0,05, yang menunjukkan bahwa variabel stres kerja tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin laki-laki maupun jenis kelamin perempuan. Tabel 16 Hasil Analisis Tambahan Self-esteem dalam konteks organisasi dengan Masa Kerja Ranks Masa Kerja N Mean Rank Sum of Ranks Self- esteem 1 tahun – 3 tahun 84 66.50 5586.00 3 tahun 47 65.11 3060.00 Total 131 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Test Statistic OBSE Mann-Whitney U 1932.000 Wileoxon W 3060.000 Z -.203 Asymp Sig. 2-tailed .839 a. Grouping Variabel : Masa Kerja Tabel 17 Hasil Analisis Tambahan Stres Kerja dengan Masa Kerja Ranks Masa Kerja N Mean Rank Sum of Ranks Stres Kerja 1 tahun – 3 tahun 84 72.48 6088.50 3 tahun 47 54.41 2557.50 Total 131 Test Statistic Stres Kerja Mann-Whitney U 1429.500 Wileoxon W 2557.500 Z -.2.615 Asymp Sig. 2-tailed .009 a. Grouping Variabel : Masa kerja Berdasarkan tabel 16 ditemukan hasil uji U pada variabel self-esteem dalam konteks organisasi sebesar p = 0,839 p 0,05. Dapat disimpulkan dari hasil yang telah ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara self-esteem dalam konteks organisasi terhadap masa kerja. Sedangkan, hasil uji U pada variabel stres kerja sebesar p = 0,009 p 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara stres kerja terhadap masa kerja.

E. PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan self-esteem dalam konteks organisasi dan stres kerja pada dewasa awal. Penelitian ini menggunakan teknik Sperman dalam menguji hipotesis dikarenakan ditemukan data tidak terdistribusi dengan normal namun linier. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hasil koefisen korelasi antara self-esteem dalam konteks organisasi dengan stres kerja sebesar r = -0,304 dengan nilai signifikansi sebesar p = 0,000 p 0,05. Korelasi antara self-esteem dalam konteks organisasi dan stres kerja termasuk dalam kategori korelasi cukup kuat karena berada dalam rentang 0,25 – 0,5 Sarwono, 2009. Hasil tersebut menyatakan bahwa terdapat korelasi negatif yang cukup kuat dan signifikan antara self-esteem dalam konteks organisasi dan stres kerja. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi self-esteem dalam konteks oraganisasi, maka semakin rendah tingkat stres kerja pada karyawan dewasa awal. Sebaliknya, semakin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI rendah self-esteem dalam konteks oraganisasi, maka semakin tinggi tingkat stres kerja yang dialami karyawan pada dewasa awal. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini diterima. Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tang dan Ibrahim 1998 pada 155 pekerja di Departmen of Mental Health dan Mental Retardation di Southeadtern U.S dan 378 polisi dan personel militer di Asia Tengah Mesir dan Saudi Arabia, yang menemukan bahwa terdapat korelasi yang negatif terhadap self-esteem dalam konteks organisasi dan stres kerja. Hasil tersebut juga mendukung pernyataan Schultz dan Schultz 2006 yang menyatakan bahwa karyawan yang memiliki self-esteem dalam konteks organiasa rendah akan cenderung lebih mudah mengalami stres kerja dibandingkan dengan karyawan yang memiliki self-esteem dalam konteks organisasi tinggi. Hal tersebut disebabkan karyawan yang memiliki self-esteem dalam konteks organisasi rendah cenderung lebih pasif dalam mengahadapi stres kerja. Seseorang dengan self-esteem dalam konteks organisasi rendah ketika dihadapkan pada kondisi yang tidak menyenangkan mereka cenderung menyalahkan diri sendiri dan pasif dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan serta tekanan lingkungan Bernard, 1991. Selain itu, karyawan yang memiliki self-esteem dalam konteks organisasi rendah akan cenderung lebih rentan terhadap efek dari konflik peran dan karyawan tersebut akan memiliki dukungan yang lebih rendah dari atasan mereka, dibandingkan karyawan yang memiliki self-esteem dalam konteks organisasi tinggi. Ganster dan Schaubroeck dalam Glendon, Clarke, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Mckenna, 2006 juga menyatakan bahwa individu dengan self-esteem dalam konteks organisasi rendah akan lebih reaktif dalam menghadapi kondisi yang merugikan karena individu tersebut lebih merespon terhadap isyarat yang berasal dari eskternal, mereka juga mengalami ketidakpastian mengenai apa yang mereka pikirkan, cenderung selalu meminta persetujuan sosial dan lebih kritis terhadap diri sendiri, sehingga mereka menggunakan strategi coping stres yang lebih pasif. Karyawan memiliki self-esteem dalam konteks oraganisasi yang tinggi, cenderung memiliki pemikiran yang lebih positif terhadap dirinya, dibandingkan dengan karyawan yang memiliki self-esteem dalam konteks organisasi rendah, sehingga individu tersebut akan lebih mudah untuk melakukan coping stres. Karyawan yang memiliki self-esteem dalam konteks organisasi tinggi mampu mengahadapi stressor dengan baik dikarenakan mereka cenderung lebih efektif, aktif dan asertif dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan Bernard, 1991. Selain itu, karyawan yang memiliki self-esteem dalam kontek organisasi tinggi lebih mudah untuk mengemukakan pendapat mereka, sehingga mampu menyampaikan apa yang menjadi keresahan dan ketakutan mereka secara efektif Santrock, 1998. Hasil analisis tambahan menunjukkan bahwa nilai p = 0,432 p 0,05, hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara stres kerja dengan jenis kelamin. Hasil tersebut bertolak belakang dengan survey yang dilakukan oleh American Psychological Association APA mengenai stres dan jenis kelamin yang menyebutkan bahwa sekitar 65 pria PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mampu mengelola stres dengan baik, dibandingkan dengan wanita yang hanya sekitar 53 untuk mampu mengelola stres. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Schultz dan Schultz 2006, yang menyatakan bahwa wanita lebih banyak mengalami gejala stres, seperti sakit kepala, memiliki kecemasan tinggi, depresi, gangguan tidur, dan gangguan makan dibandingkan dengan pria, sehingga karyawan wanita memiliki tingkat stres kerja yang lebih tinggi. Hasil analisis tambahan lain yang ditemukan adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara self-esteem yang dimiliki oleh jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hal tersebut diperkuat dengan hasil Uji U yang memperoleh nilai p = 0,350 p 0,05. Selain itu, ditemukan juga dari hasil Uji U bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara self-esteem dengan masa kerja, yaitu dengan nilai p = 0,839 p 0,05. Namun, hasil lain menunjukkan nilai p = 0,009 p 0,05, yang mempertegas bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara stres kerja dengan masa kerja. Hasil tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nadialis dan Nugrohoseno 2014 yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan antara stres kerja dengan masa kerja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Sperman’s Rho, hasil menunjukkan korelasi r sebesar -0,314 dengan taraf signifikansi p 0,000. Hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu semakin tinggi self-esteem dalam konteks organisasi, maka semakin rendah stres kerja pada karyawan dewasa awal. Sebaliknya, semakin rendah self-esteem dalam konteks organisasi, maka semakin tinggi stres kerja pada karyawan dewasa awal. Hasil analisis tambahan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap self-esteem p = 0,350 dan Stres Kerja p = 0,432 pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Selain itu, hasil analisis tambahan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap self-esteem p = 0,839 pada masa kerja, namun terdapat perbedaan yang signifikan terhadap Stres Kerja pada masa kerja 1 tahun – 3 tahun dan lebih dari 3 tahun.

B. SARAN

1. Bagi Subjek Penelitian Bagi karyawan khususnya pada dewasa awal untuk mampu lebih mengenali diri lebih dalam dan mengenali gejala-gejala stres kerja yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI