Semiotik Charles Sanders Pierce

verbal tapi juga pada setiap sistem tanda yang mengandung sifat seperti bahasa, strukturalisme kurang mengarahkan perhatian pada sistem tanda itu sendiri dan lebih memusatkan perhatian pada upaya pemilik teks dan artinya dalam hubungannya dengan kebudayaan “tuan rumah”. Ia menekankan perhatian pada penjelasan kebudayaan dan juga arti dari sudut ilmu bahasa, dan ia merupakan suatu aktifitas untuk mana pengetahuan tentang sistem tanda merupakan hal yang instrumental tetapi tidak memadai. Pendekatan semiotik memiliki tiga bidang studi utama, yaitu : 1. Tanda itu sendiri the sign itself erdiri dari studi tentang beragam perbedaan dari tanda, perbedaan cara tersebut dimaknai dari berbagai cara tanda tersebut berhubungan dengan penggunaannya. Tanda merupakan hasil buatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh orang yang menggunakannya. 2. Kode-kode atau sistem-sistem dimana tanda-tanda tersebut diorganisir. Studi ini meliputi cara-cara dari beragam kode-kode yang telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya ataupun penggunaan dari saluran komunikasi yang dipakai untuk transmisinya. 3. Budaya dimana kode-kode dan tanda-tanda digunakan dalam hal ini tergantung pada penggunaan kode dan tanda bagi eksistensi dan bentuknya sendiri. Fiske, 1990 : 40

2.1.4. Semiotik Charles Sanders Pierce

Semiotik modern mempunyai dua Bapak : yang satu adalah Charles Sanders Pierce 1834 – 1914, yang lain Ferdinand De Saussure 1857 – 1913. Mereka tidak saling mengenal Zoest, 1996 : 1. Kenyataan bahwa mereka tidak saling mengenal, menurut Zoest, menyebabkan adanya perbedaan – perbedaan yang penting , terutama dalam penerapan konsep – konsep, antara hasil karya para ahli semiotik yang berkiblat pada Pierce disatu pihak dan hasil pengikut karya De Saussure dipihak yang lain. Ketidak samaan itu, mungkin disebabkan oleh dua hal yang mendasar : Pierce adalah seorang ahli Filsafat dan logika, sedangkan De Saussure adalah cikal bakal linguistik umum. Pierce menjelaskan modelnya sebagai berikut : “ A sign is something which stand to somebody for somethingin same respect of capacity” sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh pierce disebut ground. Konsekuensinya, tanda sign atau representamen selalu terdapat didalam hubungan triadic, yakni ground, object, dan interpretant” Pateda, 2001: 44 Pierce menjelaskan tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi Qualisign kualitas yang ada pada tanda, Sinsign eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, Legisign Norma yang dikandung oleh tanda. Berdasarkan interpretant, tanda sign, representament dibagi atas rheme tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan, dicent sign tanda sesuai kenyataan dan argumen tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Gambar 1. Model Semiotik Pierce Sign Objek Interpretant Fiske, 1990 : 42 Garis – garis berpanah tersebut hanya bisa dimengerti dalam hubungannya antara satu elemen dengan elemen yang lain. Tanda merujuk pada sesuatu diluar tanda itu sendiri yaitu obyek yang dipahami oleh interpretant. Istilah tanda sign yang merupakan representasi dari sesuatu diluar tanda itu sendiri yang disebut object, dimana berdasarkan object Pierce membagi tanda atas icon, index, dan symbol. Icon : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan obyeknya. Index : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya Symbol : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan didalam masyarakat. Gambar 2. Model Kategori Tanda Icon Symbol Index Fiske, 1990 : 47 Dengan mengacu pada model Pierce, makna dalam suatu teks tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi diproduksi dalam hubungan antara teks dengan pengguna tanda. Hal ini merupakan suatu tindakan dinamis, kedua elemen teks dan pengguna tanda saling memberikan sesuatu yang sejajar. Bila suatu teks dan pengguna tanda berasal dari budaya yang relatif sama, interaksi keduanya akan lebih mudah terjadi, konotasi pengertian tambahan dan mitos cara pencapaian suatu pengertian dalam teks elah menjadi referensi pengguna tanda yang bersangkutan. Fiske 1990 143 Penelitian ini mengutamakan pemaknaan situasi dan kondisi yang bertema “Kemewahan anggota DPR” sebagai sesuatu yang berarti dalam proses pembentukan pesan. Peristiwa tersebut dipaparkan dalam pembentukan tanda- tanda gambar, kata-kata, dan lainnya dalam format sebuah kartun editorial. Sehingga yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana suatu peristiwa dalam masyarakat diapndang, dituangkan dan dinilai. Sebab itulah diperlukan adanya kartun editorial tersebut, dengan situasi dan kondisi yang berkembangdalam masyarakat. Hal itulah yang kemudian dijadikan alas an penggunaan model semiotic Pierce, karena Pierce dalam hal ini memperhatikan realita makna. Dengan demikian penelitian ini termasuk pada bidang studi semiotic budaya tempat kode-kode dan tanda-tanda digunakan

2.1.5 Rumah Aspirasi

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI KENAIKAN HARGA BBM (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Kenaikan Harga BBM Edisi 3 Maret 2012 di Jawa Pos).

0 0 136

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI KENAIKAN HARGA BBM (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Kenaikan Harga BBM Edisi 3 Maret 2012 di Jawa Pos).

0 0 136

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA KOLOM OPINI JAWA POS (Studi Semiotik tentang Pemaknaan Karikatur Clekit pada Kolom Opini di Jawa Pos Edisi 3 April 2012).

0 0 81

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010).

0 0 81

PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT VERSI KOALISI OPOSISI (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Versi "Koalisi Oposisi" Pada Harian Jawa Pos Edisi 6 Februari 2010).

0 2 82

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010)

0 0 18

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI RUMAH ASPIRASI DI JAWA POS (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Clekit versi Rumah Aspirasi Edisi 5 Agustus 2010 di Jawa Pos)

0 0 19

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI KENAIKAN HARGA BBM (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Kenaikan Harga BBM Edisi 3 Maret 2012 di Jawa Pos)

0 2 25

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA KOLOM OPINI JAWA POS (Studi Semiotik tentang Pemaknaan Karikatur Clekit pada Kolom Opini di Jawa Pos Edisi 3 April 2012)

0 0 16

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI KENAIKAN HARGA BBM (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Kenaikan Harga BBM Edisi 3 Maret 2012 di Jawa Pos)

0 0 25