pertama adalah 1 x 25 MW di Kab. Gresik, yakni dekat pabrik kertas. Proyek yang kedua 2 x 25 MW, didirikan di Kaltim, bekerjasama dengan perusahaan
daerah setempat. Hingga pada tahun 2008, mereka menambah stasiun televisi baru, yaitu Mahkamah Konstitusi Televisi MKtv yang berkantor di Gedung
Mahkamah Konstitusi Jakarta. http:www.anneahira.comberitajawa-pos.htm
2.1.3. Pendekatan Semiotik
Komunikasi adalah usaha memperoleh makna dan komuniaksi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan
menggunakan simbol-simbol -- kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya. Proses komuniaksi merupakan suatu proses dimana komunikator
menyampaikan pesan kepada penerima komunikan dan pesan yang disampaikan itu dinyatakan kedalam sisitem tanda, supaya pesan dapat diterima dengan baik.
Pesan membutuhkan konteks yang idacu yang dapat diterima oleh komunikan. Kode yang dikenal oleh komunikator dan komunikan itu akhirnya menjadi suatu
konteks yang menghasilkan komunikasi yang efektif. Komunikasi menjadi efektif ketika tanda-tanda dipahami dengan baik common berdasarkan pengalaman
pengirim maupun penerima. Sebuah pengalaman, yang disebut juga perceptual field, adalah jumlah total berbagai pengalaman yang dimiliki seorang selama
hidupnya. Semakin besar kesesuaian commonality dengan perceptual field si penerima pesan, semakin besar tanda-tanda dapat diartikan sesuai dengan apa
yang dimaksudkan oleh pihak pengirim. Shimp, 1999 : 166
Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna, kitalah yang memberi makna pada lambang tersebut. Makna sebenarnya ada dalam kepala kita bukan
terletak pada lambang itu sendiri. Kalaupun ada orang yang mengatakan bahwa kata-kata mempuyai makna, yang ia maksudkan sebenarnya bahwa kata-kata itu
mendorong orang untuk memberi makna yang telah disepakati bersama terhadap kata-kata itu. Dengan kata lain, sebenarnya tidak ada hubungan yang dialami
antara lambang dengan referent objek yang dirujuknya. Dalam hal ini penekanan yang ada pada sistem tanda dan lambang lebih
pada pemaknaan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator tersebut dapat mendorong komunikannya untuk memaknai pesan yang disampaikan. Semakin
banyak tanda yang sama digunakan, maka pemaknaan terhadap sesuatu hal itupun akan menjadi relatif sama.
Secara estimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi
sosial yang terbangun sebelumnya dan dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain Eco, 1979 : 16. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa dan seluruh kebudayaan sebagai tanda Eco, 1979 : 6.
Semiologi atau semiotika adalah “ilmu umum tentang tanda” Pierce, 1931 : 35 . Semiologi berusaha menggali hakekat sistem tanda yang beranjak keluar
kaidah tata bahasa dan sintaksis yang mengatur arti teks yang rumit, tersembunyi dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan perhatian pada
makna tambahan konotatif dan arti penunjukkan denotatif – kaitan dan kesan yang ditimbulkan dan diungkapkan melalui penggunaan dan kombinasi tanda.
Beberapa pakar memiliki pandangan yang bermacam-macam tentang makna semiotik, seperti :
1. Van Zoest 1996: 5 mengartikan semiotik “ilmu tanda sign dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan
kata lain, pengirimannya oleh mereka yang mempergunakannya”. 2. Preminger 2001 : 89 mengartikan semiotik sebagai ilmu tentang
tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan merupakan tanda-tanda.
3. Saussure Budiman, 1999 : 107 mengartikan semiotik sebagai sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda ditengah masyarakat.
4. Dick Hartoko 1984 memberi semiotik adalah bagaimana karya itu
ditafsirkan oleh para pengamat dan masyarakat lewat tanda-tanda atau lambang-lambang.
Semiologi juga mencakup strukturalisme. Secara umum, strukturalisme merupakan sebuah paham filsafat yang memandang dunia sebagai realitas
berstruktur. Strukturalisme merupakan suatu perkembangan ilmu bahasa yang berasal dari DeSaussure 1915 dan mengkombinasikan beberapa prinsip
antropologi struktural dengan ilmu bahasa. Strukturalisme berbeda dengan ilmu bahasa dalam dua hal; strukturalisme tidak hanya menaruh perhatian pada bahasa
verbal tapi juga pada setiap sistem tanda yang mengandung sifat seperti bahasa, strukturalisme kurang mengarahkan perhatian pada sistem tanda itu sendiri dan
lebih memusatkan perhatian pada upaya pemilik teks dan artinya dalam hubungannya dengan kebudayaan “tuan rumah”. Ia menekankan perhatian pada
penjelasan kebudayaan dan juga arti dari sudut ilmu bahasa, dan ia merupakan suatu aktifitas untuk mana pengetahuan tentang sistem tanda merupakan hal yang
instrumental tetapi tidak memadai. Pendekatan semiotik memiliki tiga bidang studi utama, yaitu :
1. Tanda itu sendiri the sign itself
erdiri dari studi tentang beragam perbedaan dari tanda, perbedaan cara tersebut dimaknai dari berbagai cara tanda tersebut berhubungan dengan penggunaannya.
Tanda merupakan hasil buatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh orang yang menggunakannya.
2. Kode-kode atau sistem-sistem dimana tanda-tanda tersebut diorganisir.
Studi ini meliputi cara-cara dari beragam kode-kode yang telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya
ataupun penggunaan dari saluran komunikasi yang dipakai untuk transmisinya.
3. Budaya dimana kode-kode dan tanda-tanda digunakan dalam hal ini
tergantung pada penggunaan kode dan tanda bagi eksistensi dan bentuknya sendiri. Fiske, 1990 : 40
2.1.4. Semiotik Charles Sanders Pierce