Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Berpikir

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan permasalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimanakah repri gambar karikatur clekit versi Keong di Jawa Pos??”

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana makna dalam karikatur clekit versi Rumah Aspirasi di Jawa Pos kedalam sistem komunikasi berupa tanda dan lambang.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini secara teoritis dan praktis adalah sebagai berikut : a. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan serta pengetahuan penulis tentang makna yang terkandung dalam karikatur clekit versi Rumah Aspirasi di Jawa Pos b. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan bias digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa komunikasi yang membutuhkan referensi tentang semiotika. Khususnya tentang karikatur berdasarkan pemahaman dari teori Charles S. Pierce BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa Kegiatan komunikasi adalah penciptaan interaksi perorangan dengan menggunakan tanda-tanda yang tegas. Komunikasi juga berarti pembagian unsure perilaku, atau cara hidup dengan eksistensi seperangkat ketentuan dan pemakaian tanda-tanda. Dari segi komunikasi, rekayasa unsure pesan sangat tergantung dari siapa khalayak sasaran yang dituju dan melalui media apa sajakah iklan tersebut sebaiknya disampaikan. Karena itu, untuk membuat komunikasi menjadi efektif, harus dipahami betul siapa khalayak sasarannya, secara kuantitatif maupun kualitatif. http:www.desaingrafisindonesia.com20071015semiotika-iklan- sosial Komunikasi massa berfungsi menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media Effendy, 2003:80. Banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang dikemukakannya. Namun, dari sekian banyak definisi itu ada benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa media cetak dan elektronik. Sebab, awal perkembanganyya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication media komunikasi massa yang dihasilkan oleh teknologi modern. Nurudin, 2007:4 Menurut Gerbner1967 dalam Rakhmat 2002:188 Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu komunikasi, khususnya pada studi komunikasi massa. Dalam buku “Ensiklopedi Pers Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media massa cetak yaitu berupa lembaran berisi berita , karangan dan iklan yang diterbitkan secara berkala: bias harian, mingguan dan bulanan serta diedarkan secara umum Junaedhi, 1991: 257 Surat kabar pada perkembangannya menjelma sebagai salah satu bentuk dari pers yang mempunyai kekuatan dan kewenangan untuk menjadi sebuah control social dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut disebabkan karena falsafah pers yang selalu identik dengan kehidupan social, budaya dan politik. Menurut Sumadiria 2005: 32-35 dalam Jurnalistik Indonesia menujukkan 5 fungsi dari pers yaitu: 1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepat- cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang actual, akurat, factual dan bermanfaat. 2. Fungsi Edukasi, maksudnya disini informasi yang disebar luaskan pers hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers. 3. Fungsi Hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat. 4. Fungsi Kontrol Sosial, pers mengemban fungsi sebagai pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan ketika melihat penyimpangan dan ketidak adilan dalam suatu masyarakat atau negara. 5. Fungsi Mediasi, dengan fungsi mediasi pers mampu menjadi fasilitator atau mediator yang menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain atau orang yang satu dengan yang lain. 2.1.2 Karikatur 2.1.2.1 Pengertian Karikatur Karikatur adalah deformasi berlebihanatas wajah seseorang biasanya orang terkenal dengan “mempercantiknya” dengan penggambaran ciri khas lahiriahnya untuk tujuan mengejek. Sudharta, 1987 dalam Sobur, 2006:138 Dalam Encyclopedia of The Art dijelaskan, karikatur merupakan representasi sikap atau karakter seseorang dengan cara melebih-lebihkan sehingga melahirkan kelucuan. Karikatur juga sering dipakai sebagai sarana kritik social dan politik. Sumandiria, 2005:8 Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat. Dikatakan kritik sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar lucu dan menarik. Sobur, 2006:140

2.1.2.2 Manfaat Karikatur

Karikatur yang sudah diberi beban pesan dan sebagainya berarti telah menjadi kartun opini Pramono, 1996:138. Dengan kata lain kartun yang membawa pesan kritik social yang muncul di setiap penerbitan surat kabar adalah political cartoon atau editorial cartoon. Inilah yang biasa disebut sebagai karikatur. Sobur, 2006:138 Berdasarkan keterangan tersebut menunjukkan bahwa karikatur merupakan suatu wadah yang bermanfaat untuk menampung suatu bentuk opini atau kritik social dari para seniman karikatur. Karikatur merupakan opini redaksi media dalam bentuk yang sarat dengan muatan kritik social dengan memasukkan unsure kelucuan , anekdot atau humor agar siapapun yang melihatnya bias tersenyum termasuk tokoh atau objek yang dikarikaturkan itu sendiri. Sumandiria, 2005:3 Sebagai kartun opini setdaknya ada empat hal teknik yang harus diingat. Pertama, harus informative dan komunikatif. Kedua, cukup memuat dengan pengungkapan yang hangat. Ketiga, cukup membuat kandungan humor. Keempat, harus mempunyai gambar yang baik. Bila kurang dari salah satu ibarat mobil beroda empat maka bobot karikatur akan berkurang. Sobur, 2006:139

2.1.2.3 Fungsi Karikatur

Secara bahasa, karikatur berasal dari bahasa Italia, “caricare”, yang artinya memuat dalam hal ini memuat berlebihan. Kata “caricatura” baru populer dan digunakan orang dalam kehidupan dunia seni sekitar tahun 1665. Seniman yang mengenalkan kata itu adalah Gian Lorenzo Bernini, seorang pematung dan arsitek, ketika datang ke Perancis. Adapun kartun berasal dari bahasa Perancis, “cartone”, yang artinya kertas. Kartun memang biasa digambar di atas kertas atau bahan\sejenisnya . http:www.ruangbaca.comresensi?action=b3Blbg==linkto=NzQ=.when=M jAwNTEwMTg= Pramono berpendapat bahwa sebetulnya karikatur adalah bagian dari kartun opini, tetapi kemudian menjadi salah kaprah. Karikatur yang sudah diberi beban pesan, kritik, dan sebagainya berarti telah menjadi kartun opini. Dengan kata lain, kartun yang membawa pesan kritik social, yang muncul di setiap penerbitan surat kabar adalah political cartoon atau editorial cartoon, yakniversi lain dari editorial atau tajuk rencana dalam versi gambar humor. Inilah yang disebut sebagai karikatur. Sudharta, 1987 dalam Sobur, 2006:139 Menggambar karikatur termasuk proses kreatif seorang ahli grafis sekaligus seorang jurnalis. Sebagai ahli grafis, ia harus dapat menyajikan gambar yang memenuhi kaidah komposisi gradasi dan aksentuasi secara tajam dan serasi. Sebagai jurnalis ia pandai memilih topik yang sedang actual, menyangkut kepentingan masyarakat umum dan mengemasnya dalam paduan gambar serta katayang singkat, lugas, sederhana.

2.1.2.4 Karikatur Dalam Surat Kabar

Keberadaan karikatur dalam surat kabar bukan berarti hanya melengkapi artikel atau tulisan di surat kabar saja, tetapi juga memberikan informasi kepada masyarakat. Banyak kejadian yang dilaporkan dalam bentuk gambar misalnya kartun yang lebih efektif daripada kalau diterangkan dengan kata-kata. Karena karikatur mempunyai kekuatan dan karakter sehingga pembaca tertarik untuk sekedar melihat atau bahkan berusaha memahami makna dan pesan yang terkandung dalam gambar karikatur tersebut. Karikatur sendiri merupakan produk keahlian seorang kartunis, baik dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologi, cara melobi, referensi, bacaan, maupun bagaimana tanggapan atau opini secara subjektif terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran atau pesan tertentu. Karena itu kita bisa mendeteksi tingkat intelektual sang kartunis dari sudutini. Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum. Satu hal yang tak patut dilupakan, betapa pun, dunia karikatur memiliki kode etik yang banyak tak diketahui orang termasuk oleh para karikaturis. Seorang karikaturis memang memiliki kebebasan mengemukakan temanya dengan gaya satiris humor yang khas, selama karikaturnya itu tidak vulgar atau amoral atau mengetengahkan cacat fisik manusia dan tidak pula kotor atau jorok. Selain itu, karikatur yang baik adalah karikatur yang paling hemat kata, bahkan kalau bisa tanpa kata sama sekali Sebab karikatur berbeda dengan poster yang bisa saja bahkan lazim boros kata-kata . http:www.ruangbaca.comresensi?action=b3Blbg==linkto=NzQ=.when=MjAwNT EwMTg= Karikatur yang menjadi objek penelitian ini terdapat pada surat kabar Jawa Pos. Karikatur tersebut bernama Clekit, clekit itu sendiri mempunyai makna sakit, sedikit nakal. Sesuai dengan karikatur yang dimiliki oleh Jawa Pos. Bertujuan untuk menyampaikan kritik sosial terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Jawa Pos sendiri merupakan surat kabar harian yang berpusat di Surabaya dan terbesar di Jawa Timur. Ia termasuk salah satu harian dengan oplah terbesar di Indonesia. Sirkulasinya menyebar di seluruh Jawa Timur, Bali, dan sebagian Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Ia mengklaim sebagai Harian Nasional yang Terbit dari Surabaya.Terkait sejarah, Jawa Pos didirikan oleh The Chung Shen pada 1 Juli 1949 dengan nama Djawa Post. Saat itu, The Chung Shen hanyalah seorang pegawai bagian iklan sebuah bioskop di Surabaya. Karena setiap hari ia harus memasang iklan bioskop di surat kabar, lama-lama ia tertarik untuk membuat surat kabar sendiri. Begitu sukses , The Chung Shen mendirikan pula koran berbahasa Mandarin dan Belanda. Meski kemudian, bisnis The Chung Shen di bidang surat kabar tidak selamanya mulus. Pada akhir tahun 1970-an, omzet Jawa Pos mengalami kemerosotan yang tajam. Tahun 1982, oplahnya hanya tinggal 6.800 eksemplar saja. Koran-korannya yang lain sudah lebih dulu pensiun.Ketika usianya menginjak 80 tahun, The Chung Shen akhirnya memutuskan untuk menjual Jawa Pos. Dia merasa tidak mampu lagi mengurus perusahaannya, sementara tiga orang anaknya lebih memilih tinggal di London. Pada tahun 1982, Eric FH Samola, waktu itu adalah Direktur Utama PT Grafiti Pers penerbit majalah Tempo mengambil alih Jawa Pos. Dengan manajemen baru, Eric mengangkat Dahlan Iskan, yang sebelumnya adalah Kepala Biro Tempo di Surabaya untuk memimpin Koran ini. Eric Samola kemudian meninggal dunia pada tahun 2000. Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Koran yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 eksemplar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar. Lima tahun kemudian terbentuklah Jawa Pos News Network JPNN, salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia.Pada tahun 1997, Jawa Pos pindah ke gedung yang baru berlantai 21, Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di Surabaya. Tahun 2002 dibangun Graha Pena di Jakarta. Dan, saat ini bermunculan gedung-gedung Graha Pena di hampir semua wilayah di Indonesia. Tahun 2002, Jawa Pos Group membangun pabrik kertas koran yang kedua dengan kapasitas dua kali lebih besar dari pabrik yang pertama. Kini pabrik itu, PT Adiprima Sura Perinta, mampu memproduksi kertas koran 450 tonhari. Lokasi pabrik ini di Kabupaten Gresik. Setelah sukses mengembangkan media cetak di seluruh Indonesia, pada tahun 2002 Jawa Pos Grup mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam, Riau TV di Pekanbaru, FMTV di Makassar, PTV di Palembang, Padjadjaran TV di Bandung.Memasuki tahun 2003, Jawa Pos Group merambah bisnis baru : Independent Power Plant. Proyek pertama adalah 1 x 25 MW di Kab. Gresik, yakni dekat pabrik kertas. Proyek yang kedua 2 x 25 MW, didirikan di Kaltim, bekerjasama dengan perusahaan daerah setempat. Hingga pada tahun 2008, mereka menambah stasiun televisi baru, yaitu Mahkamah Konstitusi Televisi MKtv yang berkantor di Gedung Mahkamah Konstitusi Jakarta. http:www.anneahira.comberitajawa-pos.htm

2.1.3. Pendekatan Semiotik

Komunikasi adalah usaha memperoleh makna dan komuniaksi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol -- kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya. Proses komuniaksi merupakan suatu proses dimana komunikator menyampaikan pesan kepada penerima komunikan dan pesan yang disampaikan itu dinyatakan kedalam sisitem tanda, supaya pesan dapat diterima dengan baik. Pesan membutuhkan konteks yang idacu yang dapat diterima oleh komunikan. Kode yang dikenal oleh komunikator dan komunikan itu akhirnya menjadi suatu konteks yang menghasilkan komunikasi yang efektif. Komunikasi menjadi efektif ketika tanda-tanda dipahami dengan baik common berdasarkan pengalaman pengirim maupun penerima. Sebuah pengalaman, yang disebut juga perceptual field, adalah jumlah total berbagai pengalaman yang dimiliki seorang selama hidupnya. Semakin besar kesesuaian commonality dengan perceptual field si penerima pesan, semakin besar tanda-tanda dapat diartikan sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh pihak pengirim. Shimp, 1999 : 166 Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna, kitalah yang memberi makna pada lambang tersebut. Makna sebenarnya ada dalam kepala kita bukan terletak pada lambang itu sendiri. Kalaupun ada orang yang mengatakan bahwa kata-kata mempuyai makna, yang ia maksudkan sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong orang untuk memberi makna yang telah disepakati bersama terhadap kata-kata itu. Dengan kata lain, sebenarnya tidak ada hubungan yang dialami antara lambang dengan referent objek yang dirujuknya. Dalam hal ini penekanan yang ada pada sistem tanda dan lambang lebih pada pemaknaan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator tersebut dapat mendorong komunikannya untuk memaknai pesan yang disampaikan. Semakin banyak tanda yang sama digunakan, maka pemaknaan terhadap sesuatu hal itupun akan menjadi relatif sama. Secara estimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dan dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain Eco, 1979 : 16. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa dan seluruh kebudayaan sebagai tanda Eco, 1979 : 6. Semiologi atau semiotika adalah “ilmu umum tentang tanda” Pierce, 1931 : 35 . Semiologi berusaha menggali hakekat sistem tanda yang beranjak keluar kaidah tata bahasa dan sintaksis yang mengatur arti teks yang rumit, tersembunyi dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan perhatian pada makna tambahan konotatif dan arti penunjukkan denotatif – kaitan dan kesan yang ditimbulkan dan diungkapkan melalui penggunaan dan kombinasi tanda. Beberapa pakar memiliki pandangan yang bermacam-macam tentang makna semiotik, seperti : 1. Van Zoest 1996: 5 mengartikan semiotik “ilmu tanda sign dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya oleh mereka yang mempergunakannya”. 2. Preminger 2001 : 89 mengartikan semiotik sebagai ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan merupakan tanda-tanda. 3. Saussure Budiman, 1999 : 107 mengartikan semiotik sebagai sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda ditengah masyarakat. 4. Dick Hartoko 1984 memberi semiotik adalah bagaimana karya itu ditafsirkan oleh para pengamat dan masyarakat lewat tanda-tanda atau lambang-lambang. Semiologi juga mencakup strukturalisme. Secara umum, strukturalisme merupakan sebuah paham filsafat yang memandang dunia sebagai realitas berstruktur. Strukturalisme merupakan suatu perkembangan ilmu bahasa yang berasal dari DeSaussure 1915 dan mengkombinasikan beberapa prinsip antropologi struktural dengan ilmu bahasa. Strukturalisme berbeda dengan ilmu bahasa dalam dua hal; strukturalisme tidak hanya menaruh perhatian pada bahasa verbal tapi juga pada setiap sistem tanda yang mengandung sifat seperti bahasa, strukturalisme kurang mengarahkan perhatian pada sistem tanda itu sendiri dan lebih memusatkan perhatian pada upaya pemilik teks dan artinya dalam hubungannya dengan kebudayaan “tuan rumah”. Ia menekankan perhatian pada penjelasan kebudayaan dan juga arti dari sudut ilmu bahasa, dan ia merupakan suatu aktifitas untuk mana pengetahuan tentang sistem tanda merupakan hal yang instrumental tetapi tidak memadai. Pendekatan semiotik memiliki tiga bidang studi utama, yaitu : 1. Tanda itu sendiri the sign itself erdiri dari studi tentang beragam perbedaan dari tanda, perbedaan cara tersebut dimaknai dari berbagai cara tanda tersebut berhubungan dengan penggunaannya. Tanda merupakan hasil buatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh orang yang menggunakannya. 2. Kode-kode atau sistem-sistem dimana tanda-tanda tersebut diorganisir. Studi ini meliputi cara-cara dari beragam kode-kode yang telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya ataupun penggunaan dari saluran komunikasi yang dipakai untuk transmisinya. 3. Budaya dimana kode-kode dan tanda-tanda digunakan dalam hal ini tergantung pada penggunaan kode dan tanda bagi eksistensi dan bentuknya sendiri. Fiske, 1990 : 40

2.1.4. Semiotik Charles Sanders Pierce

Semiotik modern mempunyai dua Bapak : yang satu adalah Charles Sanders Pierce 1834 – 1914, yang lain Ferdinand De Saussure 1857 – 1913. Mereka tidak saling mengenal Zoest, 1996 : 1. Kenyataan bahwa mereka tidak saling mengenal, menurut Zoest, menyebabkan adanya perbedaan – perbedaan yang penting , terutama dalam penerapan konsep – konsep, antara hasil karya para ahli semiotik yang berkiblat pada Pierce disatu pihak dan hasil pengikut karya De Saussure dipihak yang lain. Ketidak samaan itu, mungkin disebabkan oleh dua hal yang mendasar : Pierce adalah seorang ahli Filsafat dan logika, sedangkan De Saussure adalah cikal bakal linguistik umum. Pierce menjelaskan modelnya sebagai berikut : “ A sign is something which stand to somebody for somethingin same respect of capacity” sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh pierce disebut ground. Konsekuensinya, tanda sign atau representamen selalu terdapat didalam hubungan triadic, yakni ground, object, dan interpretant” Pateda, 2001: 44 Pierce menjelaskan tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi Qualisign kualitas yang ada pada tanda, Sinsign eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, Legisign Norma yang dikandung oleh tanda. Berdasarkan interpretant, tanda sign, representament dibagi atas rheme tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan, dicent sign tanda sesuai kenyataan dan argumen tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Gambar 1. Model Semiotik Pierce Sign Objek Interpretant Fiske, 1990 : 42 Garis – garis berpanah tersebut hanya bisa dimengerti dalam hubungannya antara satu elemen dengan elemen yang lain. Tanda merujuk pada sesuatu diluar tanda itu sendiri yaitu obyek yang dipahami oleh interpretant. Istilah tanda sign yang merupakan representasi dari sesuatu diluar tanda itu sendiri yang disebut object, dimana berdasarkan object Pierce membagi tanda atas icon, index, dan symbol. Icon : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan obyeknya. Index : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya Symbol : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan didalam masyarakat. Gambar 2. Model Kategori Tanda Icon Symbol Index Fiske, 1990 : 47 Dengan mengacu pada model Pierce, makna dalam suatu teks tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi diproduksi dalam hubungan antara teks dengan pengguna tanda. Hal ini merupakan suatu tindakan dinamis, kedua elemen teks dan pengguna tanda saling memberikan sesuatu yang sejajar. Bila suatu teks dan pengguna tanda berasal dari budaya yang relatif sama, interaksi keduanya akan lebih mudah terjadi, konotasi pengertian tambahan dan mitos cara pencapaian suatu pengertian dalam teks elah menjadi referensi pengguna tanda yang bersangkutan. Fiske 1990 143 Penelitian ini mengutamakan pemaknaan situasi dan kondisi yang bertema “Kemewahan anggota DPR” sebagai sesuatu yang berarti dalam proses pembentukan pesan. Peristiwa tersebut dipaparkan dalam pembentukan tanda- tanda gambar, kata-kata, dan lainnya dalam format sebuah kartun editorial. Sehingga yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana suatu peristiwa dalam masyarakat diapndang, dituangkan dan dinilai. Sebab itulah diperlukan adanya kartun editorial tersebut, dengan situasi dan kondisi yang berkembangdalam masyarakat. Hal itulah yang kemudian dijadikan alas an penggunaan model semiotic Pierce, karena Pierce dalam hal ini memperhatikan realita makna. Dengan demikian penelitian ini termasuk pada bidang studi semiotic budaya tempat kode-kode dan tanda-tanda digunakan

2.1.5 Rumah Aspirasi

Sebagai negara berkembang, politik yang terjadi di Indonesia masih dalam tahap pendewasaan. Sehingga masih banyak terlihat kekurangan dalam dunia perpolitikan di Indonesia. Demikian juga dengan sikap para elite politik Indonesia yang masih tergolong haus akan kekuasaan. Oleh karena itu banyak kita temui kecurangan dalam pelaksanaan politik di Indonesia. Baik dari sikap para pejabat tinggi negara maupun para elite politik tersebut. Belum sepenuhnya menjalankan tugas dan kewajiban untuk mensejahterakan rakyat. Kenyataan yang terjadi sekarang elite politik tersebut dalam hal ini anggota dewan cenderung mementingkan kepentingan sendiri Sebagaimana yang tengah menjadi permasalahan yaitu pembangunan rumah aspirasi. Rumah yang berarti sebuah bentuk bangunan yang dijadikan tempat tinggal dalam waktu tertentu. Sedangkan aspirasi berarti gagasan atau pendapat. Rumah aspirasi berdasarkan permasalahan ini berarti rumah yang dipergunakan sebagai tempat untuk menyampaikan gagasan atau pendapat dari masyarakat kepada wakil rakyat di daerah untuk bisa langsung disampaikan kepada wakil rakyat yang berada di pusat. Setelah beberapa waktu lalu DPR sempat dihebohkan dengan dana aspirasi, kali ini rumah wakil rakyat sedang memikirkan untuk membangun rumah aspirasi. Wakil Ketua Badan Urusan Rumah Tangga Pius Lustrilanang menyatakan rumah aspirasi ini untuk meningkatkan keterpaparan masyarakat di daerah bisa menyampaikan langsung aspirasi ke wakil rakyatnya. Ditemui Tempo di kantornya, akhir pekan lalu, Pius menyatakan rumah aspirasi ini akan menjadi sekretariat anggota dewan saat melaksanakan kunjungan kerja ke daerah pemilihan dan dan menyambung aspirasi secara langsung dari daerah untuk diperjuangkan di pusat. Dengan begitu rakyat di daerah bisa menyampaikan aspirasi tanpa harus ke pusat atau harus ke Jakarta. Kata Pius. Rumah aspirasi akan berbentuk gedung permanen seperti kantor, tetapi bukan membangun rumah baru. Rencananya akan disediakan budget sekitar RP 200 juta per anggota per tahun untuk sewa kantor, menggaji staf dan operasional rumah aspirasi selama setahun. Artinya, untuk membangun 560 rumah aspirasi butuh anggaran sekitar Rp 112 miliar. Budget disediakan dari anggaran BURT terkait pembangunan sarana yang jumlahnya sekitar Rp 3,3 triliun itu. Walau pemerintah baru menyetujui sekitar Rp 2,7 triliun, kata Pius. Pius menambahkan rumah aspirasi ini tidak bisa dibagi untuk sesama wakil rakyat di daerah pilihan berdekatan. Apalagi jika anggota dewannya berasal dari partai yang berbeda. “Tidak mungkin anggota DPR dalam suatu dapil mengelola kantor kesekretariatan bersama. Untuk menentukan lokasi tempat saja akan sulit karena basis konstituennya berbeda. Nanti malah ribut soal kantor di mana, stafnya siapa, melayani siapa,” katanya. Tetapi, lanjut Pius, tidak dimungkinkan jika terus-menerus hanya mengandalkan penyampaian aspirasi melalui Dewan Pimpinan Cabang di daerah. Wakil rakyat itu harus bisa mewakili seluruh rakyat dari segala golongan. Tidak hanya rakyat yang condong ke partai tempatnya saja, kata Pius. http:www.tempointeraktif.comhgpolitik20100801brk,20100801- 267950,id.html

2.1.6 Siput Rumah Siput

Siput atau keong adalah nama umum yang diberikan untuk anggota kelas moluska Gastropoda. Dalam arti sempit, istilah ini diberikan bagi mereka yang memiliki cangkang bergelung pada tahap dewasa. Dalam arti luas, yang juga menjadi makna Gastropoda, mencakup siput dan siput bugil siput tanpa cangkang, dalam bahasa Jawa dikenal sebagai resrespo. Kelas Gastropoda menempati urutan kedua terbanyak dari segi jumlah spesies anggotanya setelah Insecta serangga. Habitat, bentuk, tingkah laku, dan anatomi siput pun sangat bervariasi di antara anggota-anggotanya. Siput dapat ditemukan pada berbagai lingkungan yang berbeda: dari parit hingga gurun, bahkan hingga laut yang sangat dalam. Sebagian besar spesies siput adalah hewan laut. Banyak juga yang hidup di darat, air tawar, bahkan air payau. Kebanyakan siput merupakan herbivora, walaupun beberapa spesies yang hidup di darat dan laut dapat merupakan omnivora atau karnivora predator. Beberapa contoh Gastropoda adalah bekicot Achatina fulica, siput kebun Helix sp., siput laut Littorina sp. dan siput air tawar Limnaea sp.. Siput mempunyai ciri khas sangat lambat dalam bergerak atau berjalan dan mempunyai cangkang yang bermacam-macam bentuk dan corak warnanya. Kamus Wikipedia

2.1.7 Wakil Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat

Dewan Perwakilan Rakyat disingkat DPR adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum, yang dipilih berdasarkan hasil Pemilihan Umum. Anggota DPR periode 2009–2014 berjumlah 560 orang. Masa jabatan anggota DPR adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpahjanji. Sejarah DPR RI dimulai sejak dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat KNIP oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian, Pasar Baru Jakarta. Tanggal peresmian KNIP ini 29 agustus 1945 dijadikan sebagai hari lahir DPR RI. http:www.parlemen.netinddpr_sejarah.php

2.1.8 Prinsip Ekonomi

Prinsip ekonomi adalah dasar berpikir yang digunakan manusia untuk melakukan tindakan ekonomi. Yaitu dengan pengorbanan tertentu untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya. Deliarnov, 2006:21. Bila dikaitkan dengan permasalahan penelitian ini, maka bisa dikatakan bahwa anggota dewan akan mencoba untuk mengembalikan uang yang dikeluarkannya selama kampanye dan proses pemilihan umum berlangsung. Seperti pada politik uang dimana digunakan untuk membeli suara rakyat pada saat pemilihan dan sesudah berhasil menjadi anggota dewan maka keuntungan pribadi yang menjadi prioritas. Berdasarkan kutipan dari tempo interaktif.com “Dia mengingatkan bahwa pembiayaan rumah aspirasi dari uang negara membuatnya tumpang tindih. Sebab, kata Karel, selama ini anggota DPR mendapatkan biaya komunikasi yang dikeluarkan saat reses, kunjungan daerah, dan semacamnya, yang nilainya sekitar Rp 500 juta per anggota dewan. Sikap anggota Dewan yang meminta anggaran tambahan untuk menjaring aspirasi masyarakat, kata Karel, patut dicurigai sebagai bagian dari usaha balik modal. Ia menyebutnya dengan rumus 212. Dua tahun usaha balik modal, 1 tahun kerja serius, 2 tahun cari modal untuk pemilu, kata Karel. http:www.tempointeraktif.comhgpolitik20100809brk,20100809- 269881,id.html

2.2 Kerangka Berpikir

Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam memahami suatu peristiwa objek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang berbeda-beda pada setiap individu. Begitu juga penelitian dalam memahami tanda dan lambang dalam objek, yang berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti. Pada penelitian ini akan menganalisa permasalahan tentang kontroversi rumah aspirasi yang dicanangkan oleh DPR-RI untuk Anggota DPRD yang berada didaerah. Banyak dari semua kalangan dan masyarakat yang tidak setuju dengan rencana para wakil rakyat tersebut. Berdasarkan landasan teori yang telah disampaikan, penelitian ini berusaha mengungkap makna yang terkandung pada karikatur harian Jawa Pos versi Rumah Aspirasi edisi 5 Agustus 2010, maka peneliti melakukan pemaknaan terhadap lambang dengan menggunakan metode semiotic Pierce, sehingga akhirnya diperoleh hasil dan interpretasi data mengenai objek tersebut. Penelitian ini mengutamakan situasi dan kondisi yang bertema Kemewahan yang didapat oleh anggota dewan sebagai sesuatu yang berarti dalam proses pembentukan pesan. Peristiwa tersebut dipaparkan dalam pembentukan tanda-tanda gambar, kata-kata, dan lainnya dalam format sebuah karikatur. Sehingga yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana suatu peristiwa dalam pemerintahan yang dipandang, dituangkan, dan dinilai oleh masyarakat. Pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan pendekatan semiotika. Kerangka berpikir memuat teori yang akan digunakan dalam penelitian. Kerangka berpikir tersebut menjelaskan hubungan antar variabel. Menggunakan analisis kualitatif dengan pendekatan semiotic dari Charles Sanders Pierce untuk membedah gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi menjadi beberapa unsur yaitu mana yang akan menjadi ikon, indeks, dan simbol serta hubungannya. Hubungan ini dimaksudkan untuk mencoba menjelaskan dari awal penelitian. Mulai dari bahan atau objek penelitian yang akan diteliti, konsep atau teori apa saja yang digunakan serta metode penelitian seperti apakah yang akan diterapkan. Yang terakhir adalah hasil interpretasi peneliti dari objek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis pesan komunikasi yang disampaikan dalam gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi dengan pendekatan semiotik pierce. Berdasarkan tanda verbal dan tanda visual maka bisa dicermati pesan dalam proses analisis melalui petanda dan penandaan, tanpa disadari pembaca sebenarnya dapat mengerti maksud dari gambar karikatur tersebut. Maka, pendekatan semiotik pierce digunakan membedah gambar karikatur clekit versi Rumah Aspirasi sehingga didapat maksud yang menyeluruh dari tampilan gambar karikatur dan mempunyai kerangka befikir yang sama dalam gambar karikatur tersebut BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI KENAIKAN HARGA BBM (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Kenaikan Harga BBM Edisi 3 Maret 2012 di Jawa Pos).

0 0 136

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI KENAIKAN HARGA BBM (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Kenaikan Harga BBM Edisi 3 Maret 2012 di Jawa Pos).

0 0 136

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA KOLOM OPINI JAWA POS (Studi Semiotik tentang Pemaknaan Karikatur Clekit pada Kolom Opini di Jawa Pos Edisi 3 April 2012).

0 0 81

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010).

0 0 81

PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT VERSI KOALISI OPOSISI (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Versi "Koalisi Oposisi" Pada Harian Jawa Pos Edisi 6 Februari 2010).

0 2 82

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010)

0 0 18

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI RUMAH ASPIRASI DI JAWA POS (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Clekit versi Rumah Aspirasi Edisi 5 Agustus 2010 di Jawa Pos)

0 0 19

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI KENAIKAN HARGA BBM (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Kenaikan Harga BBM Edisi 3 Maret 2012 di Jawa Pos)

0 2 25

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA KOLOM OPINI JAWA POS (Studi Semiotik tentang Pemaknaan Karikatur Clekit pada Kolom Opini di Jawa Pos Edisi 3 April 2012)

0 0 16

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI KENAIKAN HARGA BBM (Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Kenaikan Harga BBM Edisi 3 Maret 2012 di Jawa Pos)

0 0 25