BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menekankan pada analisis hubungan antar fenomena yang
diamati, dengan menggunakan logika ilmiah, cara-cara berpikir formal dan argumentatif Anzwar, 1977. Penelitian ini menggunakan penelitian
fenomenologi yaitu metode berfikir tanpa suatu prasangka dan tidak bertitik tolak dari suatu teori atau gambaran tertentu dalam mengetahui esensi dari sebuah
fenomena Creswell, 1998. Menurut Creswell 1998, penelitian ini dapat dilakukan dalam natural
setting, dimana individu tidak terpisahkan dari konteks lingkungannya. Dengan demikian penelitian ini dapat digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami
suatu central phenomenon, seperti suatu proses atau kejadian, suatu fenomena, atau suatu konsep yang terlalu kompleks untuk diuraikan variabel-variabel yang
menyertainya. Ada beberapa proses inti dalam penelitian fenomenologi, yaitu Moustakas, 1994 :
1. Epoche
Epoche yang dalam bahasa Yunani berarti menjauh atau menahan diri, dalam penelitian ini bererti peneliti menyingkirkan prasangka,
bias dan bentuk-bentuk opini tertentu tentang sesuatu di dalam penelitian. Dalam menerima kehidupan percieving live memerlukan
cara untuk melihat, memperhatikan, menjadi peka, tanpa melibatkan
18 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
prasangka peneliti pada apa yang dilihat, dipikirkan, dibayangkan atau dirasakan.
2. Phenomenological reduction
Peneliti menggambarkan dalam bahasa yang terpola textural language mengenai apa yang telah dilihat seseorang baik internal
maupun eksternal. Seperti pengalaman individu, serta hubungan phenomenon fenomena yang diteliti dengan diri sendiri, serta kualitas
dari pengalaman menjadi fokus utama. Dalam tahap ini ada beberapa langkah yaitu bracketing, dalam hal ini fokus dari penelitian
ditempatkan dalam bracket dan hal-hal lain dikesampingkan sehingga hanya pokok penelitian saja yang diambil; horizontaling, setiap
pernyataan pada awalnya memiliki kedudukan yang sama. Namun pada akhirnya pertanyaan yang tidak relevan akan dibuang dan
dihilangkan sehingga yang tersisa hanya horizons arti tekstural dan unsur pembentuk dari phenomenon yang tidak mengalami
penyimpangan. 3.
Imaginative variation Tugas dari proses ini adalah untuk mencari makna-makna yang
memungkinkan melalui imajinasi, pengelompokan dan pembalikan, serta pendekatan phenomenon dari posisi, peran-peran atau fungsi yang
berbeda. Tujuannya adalah untuk mencapai deskripsi struktural pengalaman, fakor-faktor yang mendasar dan mempengaruhi apa yang
telah dialami. Dengan kata lain bagaimana pengalaman dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
phenomenon menjadi yang seperti sekarang ini. Langkah-langkahnya meliputi :
a. Membuat sistematika dari berbagai kemungkinan semua makna
yang tersusun yang mungkin menjadi dasar dari makna tekstural.
b. Mengenali tema-tema atau konteks-konteks sebagai dasar
penyebab munculnya phenomenon. c.
Mempertimbangkan struktur secara keseluruhan yang dapat menyebabkan terjadinya pengambilan kesimpulan yang terlalu
cepat pada perasaan dan pikiran yang berkaitan dengan phenomenon, seperti struktur waktu, ruang, perhatian yang
hanya tertuju pada hal utama, materiality, causality, hubungan dengan diri sendiri maupun juga dengan orang lain.
d. Mencari ilustrasi sebagai contoh yang dapat memberikan
gambaran secara jelas mengenai struktur dari tema-tema yang tidak berubah dan memfasilitasi pengembangan deskripsi
phenomenon yang struktural. 4.
Synthesis of meanings and esences Adanya integrasi fundamental dari deskripsi tekstural dan
struktural menjadi suatu pernyataan sebagai esensi pengalaman dari phenomenon secara keseluruhan. Esensi artinya sesuatu yang umum
dan universal, dan tidak akan menjadi sesuatu itu sendiri Husserl dalam Moustakas, 1994. Esesnsi ini tidak akan pernah kering dan
merupakan suatu bentuk sintesis tekstural dan struktural yang mendasar yang mewakili esensi waktu dan tempat tertentu dari sudut
pandang peneliti mengikuti studi imajinatif dan reflektif dari phenomenon.
B. Variabel Penelitian