BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan tidak lepas dari tenaga pengajar yang mengabdi di dalamnya yaitu guru. Guru yang profesional di dalam pekerjaannya, memiliki
tugas untuk mendidik, mengajar dan melatih Suparwoto, 2004. Secara profesional guru dituntut untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia
Ni’mallatif, 2004. Pada waktu menjalankan profesinya, profesionalisme dan kesejahteraan bagi guru adalah kata kunci yang harus dimiliki seorang guru untuk
dapat menjalankan sistem pendidikan dan mewujudkan tujuan pendidikan secara optimal. Agar profesional, maka kesejahteraan harus terpenuhi. Hak-hak akan
kesejahteraan ini tercantum dalam UU Sisdiknas pasal 41 ayat 1 tentang Pendidikan Nasional yang isinya adalah hak-hak guru untuk memperoleh
penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial, memperoleh pembinaan karier, memperoleh penghargaan, menggunakan sarana prasarana dan fasilitas
pendidikan, serta memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya Taruna, 2003.
Muncul pertanyaan bagaimana bisa profesional jika di benak para guru masih berputar-putar segudang kecemasan memikirkan isi perut dan periuk
keluarga. Dengan kata lain, untuk mencukupi kebutuhan keluarga saja mereka terpaksa mencari sumber penghasilan lain di luar profesinya. Tak perlu
menyalahkan mereka jika akhirnya mereka terpaksa “kedodoran” mencari celah
1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
waktu di tengah kesibukannya menjadi pendidik, demi mendapatkan kesempatan “menambal” lobang isi perut dan periuknya. Bahkan sampai ada yang terkantuk-
kantuk keesokan harinya di depan kelas, setelah semalaman berganti fungsi sebagai tukang ojek atau lainnya Sudharto, 2002.
Sebenarnya ada beberapa program pemerintah mengenai peningkatan kesejahteraan guru, seperti yang dinyatakan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, bahwa gaji guru akan naik 30-35 http:www.kompas.comkompas-cetak060225.htm. Walaupun sudah ada
program-program dari pemerintah, tapi masih banyak pula guru yang harus memiliki pekerjaan sampingan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya sehari-
hari, misalnya ada yang menjadi tukang ojek dan ada pula yang harus jualan koran http:www.kompas.commetronews060222085319.htm. Kondisi seperti ini
juga banyak ditemui di desa, banyak guru yang mempunyai pekerjaan lain di luar profesinya sebagai pengajar Karmin, wawancara, 3 Mei 2006.
Desa merupakan suatu bentuk kehidupan bersama dari sejumlah orang yang hampir semuanya saling mengenal. Secara geografis desa juga merupakan
daerah agraris dan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, nelayan atau yang langsung menggantungkan kehidupannya terhadap alam Soetrano,
1994. Fasilitas yang ada di pedesaan tidak secanggih dan sehebat perkotaan. Bahkan kadang kedaaan geografis desa kurang mendukung dan sangat sulit untuk
dilalui sarana transportasi. Masih banyak juga desa yang jalannya belum beraspal dan masih belum memiliki alat transportasi antar desa seperti yang ada di kota.
Masalah yang ditemui di desa ini juga mempengaruhi tugas guru di saat mengajar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan menjalankan tugasnya ke sekolah masing-masing, baik sarana dan prasarananya Karmin, wawancara, 3 Mei 2006.
Salah satu contohnya adalah di Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri, daerah ini masih termasuk daerah yang agak kurang berkembang dalam
hal transportasi dan komunikasi, hal ini disebabkan sulitnya kondisi geografis desa yang berbukit-bukit. Kecamatan Giriwoyo merupakan salah satu kecamatan
yang terletak di bagian selatan Kabupaten Wonogiri dan hampir berbatasan dengan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Seperti pada umumnya daerah
pegunungan, masih banyak desa-desa yang ada di kecamatan ini yang belum terjangkau transportasi umum, hal ini disebabkan kondisi geografis yang berbukit-
bukit dan berada di dalam gugusan pegunungan seribu. Kondisi yang berbukit- bukit dan banyak jalan yang belum diaspal menimbulkan kesulitan bagi para guru
di daerah ini. Banyak guru di Giriwoyo yang harus bertugas jauh ke pelosok desa, ada yang berjarak 7 kilometer bahkan ada pula yang sampai 30 kilometer dari
tempat tinggalnya, dengan kondisi jalan yang berbukit dan belum diaspal. Keseharian mereka yang bertugas jauh ini biasanya harus berangkat dari rumah
pagi-pagi sekali agar tidak terlambat masuk jam kerja Karmin, wawancara, 3 Mei 2006.
Pengorbanan guru seperti ini kadang tidak sebanding dengan balas jasa yang diperoleh per bulannya tetapi guru-guru ini masih tetap menjalani profesinya
meskipun mereka tahu bahwa segi finansial menjalani profesi guru tidaklah begitu menguntungkan Karmin, wawancara, 3 Mei 2006. Apalagi ditambah dengan
lingkungan dan kondisi geografis yang sulit bagi mereka untuk menjalani profesi tersebut.
Keadaan tersebut merupakan contoh kecil dari dinamika guru yang menjalani profesinya sebagai guru di pedesaan. Salah satu ciri profesi guru adalah,
mereka harus memiliki kompetensi, sebagaimana dituntut oleh disiplin ilmu pendidikan pedagogi yang harus dikuasainya. Mengenai kompetensi guru ini,
Direktorat Tenaga Kependidikan telah memberikan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perbuatan secara profesional
dalam menjalankan fungsi sebagai guru Supriadi dalam Suparlan, 2006. Kompetensi ini tidak hanya bersifat kompetensi di dalam akdemik saja, bahkan
mungkin ada tuntutan yang lebih dari pada itu yaitu kemampuan di dalam sosial dan menjalani kehidupan bermasyarakat. Karena selain sebagai pengajar dan
pembimbing, di pedesaan profesi sebagai guru masih dianggap sebagai suatu profesi yang memiliki arti penting bagi kehidupan bermasyarakat
Berdasarkan berbagai teori dan fakta-fakta yang ada di lapangan, peneliti mencoba mengetahui apa makna profesi guru bagi mereka yang berkarya di
pedesaan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode fenomenologi untuk mengetahui makna profesi guru bagi mereka yang mengajar di pedesaan.
Melalui penelitian fenomenologi, fenomena berperan sebagai central phenomenon Creswell, 1998. Fenomenologi yang dikedepankan oleh Hussler dalam
Hadiwijoyo, 1980 menyatakan bahwa pengalaman merupakan alat untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mencari kebenaran terhadap dunia sekitar manusia, karena di dalam kehidupannya manusia selalu berhubungan dengan dunia di luarnya. Oleh karena itu di dalam
fenomenologi, pemaknaan terhadap fenomena menjadi subjek utama penelitian, yang dalam penelitian ini adalah bagaimana guru memaknai profesinya sebagai
guru di saat mereka dihadapkan pada permasalahan yang ada di pedesaan. Hal ini dapat muncul karena adanya suatu proses pengalaman yang pernah dirasakan oleh
guru sehingga memunculkan suatu sikap tersendiri sebagai salah satu wujud dari pemaknaan mereka terhadap profesi sebagai guru di pedesaan.
Melihat adanya suatu keunikan dimana masih adanya guru yang mengajar di desa meskipun dengan gaji kecil dan kondisi alam yang kurang
menguntungkan, peneliti ingin melihat proses pemaknaan guru-guru tersebut terhadap profesi yang mereka jalani. Melalui penelitian inilah mereka dapat
merefleksikan secara menyeluruh mengenai proses pemaknaan mereka akan pengalamannya yaitu profesi sebagai guru di pedesaan.
B. Rumusan Masalah