Pemaknaan guru di pedesaan terhadap profesinya : sebuah studi fenomenologi di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

(1)

ABSTRAK

Pemaknaan Guru di Pedesaan Terhadap Profesinya

(Sebuah Studi Fenomenologi di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah)

Yohanes Hastadi Kurniawan

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Desain penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mengetahui pemaknaan guru terhadap profesinya di pedesaan. Peneliti tertarik terhadap fenomena ini karena guru di pedesaan dihadapkan pada masalah ekonomi dan kondisi geografis desa yang kurang mendukung. Keadaan seperti ini ternyata tidak membuat guru menyerah, masih banyak guru yang mengajar dan menjalani profesinya di pedesaan. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti ingin mengetahui apa sebenarnya makna profesi guru bagi mereka.

Subjek dalam penelitian ini sebanyak 7 orang guru yang mengajar di wilayah Kecamatan Giriwoyo. Subjek diperoleh dengan teknik theoretical sampling dan saturated. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara yang mendalam. Analisis penelitian ini menggunakan modifikasi metode Stevick-Colaizzi-Kenn dari Moustakas (1994). Verifikasi data dilakukan dengan proses intersubjective validity yaitu menguji kembali pemahaman peneliti dengan pemahaman subjek melalui interaksi timbal balik atau disebut juga back-and-forth.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna profesi bagi guru yang mengajar di pedesaaan adalah sebagai bentuk dari aktualisasi diri bagi guru. Aktualisasi diri adalah sebuah pemenuhan keinginan yang unik dan khas yang dimiliki individu (Goldstein dalam Hall & Lindzey (1993)). Jadi aktualisasi diri guru muncul karena adanya perwujudan keinginan yang unik dan khas dari guru tersebut, yaitu keinginan untuk mencerdaskan anak-anak.


(2)

ABSTRACT

The Teachers Referential Meaning to Their Proffesion in The Rural District

(A Phenomenological Research in Sub District Giriwoyo, District Wonogiri, Central Java)

Yohanes Hastadi Kurniawan Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The aim of this phenomenological research is to know how the teachers mean to their profession at the rural district. The researcher interested to this phenomena because the teachers in the rural district faced by the economical and geographical problems. With these conditions the teachers still work in their proffesion at the rural district. Due to these case, this research wanted to know the meanings of their professions as a teacher.

The subjects in this resarch were 7 persons and all of the subject had a profession as a teacher in Sub District Giriwoyo. The subjects were gathered by theoretical sampling and saturated method. The data was obtained using the depth interview. The method of data analysis used the analysis was adopted from the modification of Stevick-Colaizzi-Keen method (Moustakas, 1994). The data verification using intersubjective validity process, meaning that the subjects and researcher opinion have tested out with the reciprocal interaction or back-and-forth.

The result of this research showed that the meaning of the teachers professions who work at rural district as a self actuallization (Goldstein in Hall & Lindzey (1993)). Self actuallization was a individual realization from their unique and typical desires. So, the teachers self actuallization appeared because there were the unique and typical desires realization from the teachers to educate the childrens.


(3)

PEMAKNAAN GURU DI PEDESAAN TERHADAP

PROFESINYA

(

Sebuah Studi Fenomenologi di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

YOHANES HASTADI KURNIAWAN NIM : 029114002

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

Kupersembahkan karya ini untuk

Yesus Kristus Sang Raja, atas berkat, kasih dan bimbinganNya

Keluargaku dimana aku mendapatkan kasih, cinta, dan perhatian

selama ini, Bapak, Ibu, Mbak Sri, Mbak Tuti, Mbak Retno dan

adikku tercinta Antu

Seseorang yang selama ini menjadi inspirasi dan pemegang keteguhan

hatiku, Agnes

Semua teman dan semua orang yang selama ini telah memberikan

dinamika di dalam kehidupanku sampai terciptanya karya ini


(7)

“Kekurangan saya ialah, bahwa saya tidak setuju dengan diri saya

sendiri tentang pertanyaan : apakah yang harus saya lakukan? Yang

saya butuhkan ialah : menemukan ide, yang untuknya saya mau hidup

atau mati.”(Søren Kierkegaard, 1838)

Pahit itu selalu hitam, tetapi manis itu tidak selalu putih (Hastadi

)

See Who I Am

Break Through The Surface

Reach For My Hand

And Shout Out That We Can

Free Your Mind And Find A Way

The World Is In Our Hands

(Within Temptation)


(8)

(9)

ABSTRAK

Pemaknaan Guru di Pedesaan Terhadap Profesinya

(Sebuah Studi Fenomenologi di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah)

Yohanes Hastadi Kurniawan

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Desain penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mengetahui pemaknaan guru terhadap profesinya di pedesaan. Peneliti tertarik terhadap fenomena ini karena guru di pedesaan dihadapkan pada masalah ekonomi dan kondisi geografis desa yang kurang mendukung. Keadaan seperti ini ternyata tidak membuat guru menyerah, masih banyak guru yang mengajar dan menjalani profesinya di pedesaan. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti ingin mengetahui apa sebenarnya makna profesi guru bagi mereka.

Subjek dalam penelitian ini sebanyak 7 orang guru yang mengajar di wilayah Kecamatan Giriwoyo. Subjek diperoleh dengan teknik theoretical sampling dan saturated. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara yang mendalam. Analisis penelitian ini menggunakan modifikasi metode Stevick-Colaizzi-Kenn dari Moustakas (1994). Verifikasi data dilakukan dengan proses intersubjective validity yaitu menguji kembali pemahaman peneliti dengan pemahaman subjek melalui interaksi timbal balik atau disebut juga back-and-forth.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna profesi bagi guru yang mengajar di pedesaaan adalah sebagai bentuk dari aktualisasi diri bagi guru. Aktualisasi diri adalah sebuah pemenuhan keinginan yang unik dan khas yang dimiliki individu (Goldstein dalam Hall & Lindzey (1993)). Jadi aktualisasi diri guru muncul karena adanya perwujudan keinginan yang unik dan khas dari guru tersebut, yaitu keinginan untuk mencerdaskan anak-anak.


(10)

ABSTRACT

The Teachers Referential Meaning to Their Proffesion in The Rural District

(A Phenomenological Research in Sub District Giriwoyo, District Wonogiri, Central Java)

Yohanes Hastadi Kurniawan Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The aim of this phenomenological research is to know how the teachers mean to their profession at the rural district. The researcher interested to this phenomena because the teachers in the rural district faced by the economical and geographical problems. With these conditions the teachers still work in their proffesion at the rural district. Due to these case, this research wanted to know the meanings of their professions as a teacher.

The subjects in this resarch were 7 persons and all of the subject had a profession as a teacher in Sub District Giriwoyo. The subjects were gathered by theoretical sampling and saturated method. The data was obtained using the depth interview. The method of data analysis used the analysis was adopted from the modification of Stevick-Colaizzi-Keen method (Moustakas, 1994). The data verification using intersubjective validity process, meaning that the subjects and researcher opinion have tested out with the reciprocal interaction or back-and-forth.

The result of this research showed that the meaning of the teachers professions who work at rural district as a self actuallization (Goldstein in Hall & Lindzey (1993)). Self actuallization was a individual realization from their unique and typical desires. So, the teachers self actuallization appeared because there were the unique and typical desires realization from the teachers to educate the childrens.


(11)

KATA PENGANTAR

Sembah syukur kepada Bapa di Surga atas rahmat dan kekuatan yang telah diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Selesainya penulisan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini ijinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan perlindungan dalam menjalani hidup.

2. P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M.Si. selaku Dekan Faultas Psikologi atas kesempatan yang telah diberikan selama proses studi.

3. Titik Kristiyani, S.Psi. dan C. Wijoyo Adi Nuroho, S.Psi. selaku dosen pemimbing akademik, yang banyak memberikan bimbingan, saran dan nasehat-nasehat setiap semester.

4. P. Henrietta. PDADS.,S.Psi., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dorongan, bimbingan, saran dan kesabaran selama penulisan skripsi ini.

5. V. Didik Suryo H.,S.Psi., M.Si., selaku dosen penguji skripsi, terima kasih atas masukan dan pengetahuan baru yang telah diperoleh.

6. MM. Nimas Eki Suparwati, S.Psi.,Psi.,M.Si.,selaku dosen penguji skripsi, terima kasih atas masukan dan pengetahuan baru yang telah diperoleh. 7. Segenap dosen Psikologi, terima kasih atas ilmu serta dinamika yang saya

dapat selama kuliah di Psikologi.


(12)

8. Karyawan Psikologi, Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gie, Mas Doni, Mas Muji, terima kasih atas bantuannya selama ini, maaf jika selama ini sering merepotkan.

9. Semua teman-teman Psikologi, baik dari angkatan ’98 sampai ’06 yang tidak bisa ku sebut satu-persatu, terima kasih atas dinamikanya selama ini, aku ada seperti sekarang ini, kalian semualah arsiteknya, dan aku bangga bisa mengenal kalian.

10. The Tumindak Ngiwo (Kopeto, Barjo, Neri, Windro, Zygote, Ganyong, Yanuar, Eyang, Suko, Itonk, Aconk, Dicksue, Aris, Doni, Meant, Cynthya, dan semua penghuninya) semua pahit yang ada selama aku di sini, tidak akan bisa berubah indah tanpa kalian, kalian tidak hanya teman tetapi keluarga, thanks my brother and my sister.

11. Jogodayoh crew (Tito, Jacky, Ratih, Siska, Anel, Septa, Nat, Miloy, Wiwin), terima kasih telah merawatku selama sebulan. I Miss that momment…

12. Anak kos 50C (Abank, Lae Man, Lae Par, Lae Sata, Nomar, Noe, Bonar, Danang, Dani, Arul, Mbah, Joen) terima kasih karena memberiku tempat untuk berteduh selama di Jogja ini, kalian keluargaku yang kesekian selama aku di sini dan di dalam bungker itu aku merasa lebih aman jika ada kalian.

13. PBSID member ex Jenengan, (Pur Kowok, Yoga, Moko, Doni, Andi), keluargaku yang lain ketika aku butuh tempat untuk minum disaat aku haus. Pelangi tanpa kalian hanyalah gradasi tanpa arti.


(13)

14. Anak Kos Krodan, (Teguh, Imam, Arya, Sindu) my newest familly, terima kasih mau menerimaku di istana kalian.

15. Untuk Bapak, Ibu, adik (Antu), dan kakak-kakakku (Mbak Sri, Mbak Tuti, Mbak Retno) serta semua saudaraku, terima kasih atas segala perhatian, dukungan, doa, fasilitas dan kesabaran yang telah diberikan. There’s not only a house but more than a home…I love u all, my lovely family.

16. Civeana Segna, Agnes. Neng, makasih ya semuanya, halaman ini tidak akan cukup jika aku harus menyebutnya satu-persatu inginku. Maafin aku jika aku banyak bikin susah selama ini. Karena kamu, hitamku akan menjadi berkilauan sampai orang-orang datang untuk melihat betapa beruntungnya aku. Forever shine on….

17. Buat fasilitas-fasilitas yang sudah dengan setia membantuku selama ini, recorder, komputer handalku P166 yang lemot tapi pasti, monitor samsung merek toyota dan motorku, terima kasih atas hiburan, kekesalan, kebanggan dan kemudahan hingga skripsi ini selesai.

18. Semua teman yang sudah membantuku membuat skripsi ini, yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu, aku rasa berucap terima kasih masih kurang dibanding apa yang aku dapat dari kalian selama ini.

Penulis

Y. Hastadi Kurniawan


(14)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Persembahan... iv

Halaman Motto ... v

Halaman Pernyataan Keaslian Karya... vi

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xv

Daftar Bagan ... xvi

Daftar Lampiran... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. TujuanPenelitian………. 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Manfaat Teoritis... 6

2. Manfaat Praktis ... 6


(15)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Profesi Guru ... 7

1. Profesi ... 7

2. Guru ... 8

3. Profesi Guru ... 9

B. Desa dan Masyarakat Desa ... 11

1. Pengertian Desa ... 11

2. Jenis Desa... 11

3. Ciri Masyarakat Pedesaan... 12

C. Profesi Guru di Pedesaan ... 17

D. Kerangka Penelitian ... 17

BAB III METODE PENELITIAN... 18

A. Jenis Penelitian... 18

B. Variabel Penelitian ... 21

C. Definisi Operasional... 21

D. Subjek Penelitian... 21

E. Metode Pengumpulan Data ... 22

F. Analisis Data... 22

G. Keabsahan Data atau Verifikassi Data... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Pandangan Peneliti Mengenai Profesi Guru di Pedesaan ... 24


(16)

B. Hasil Penelitian ... 25

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 25

2. Hasil Analisis Data Penelitian ... 29

a. Apa yang dialami oleh guru yang mengajar di pedesaan dan bagaimana hal tersebut dialami ... 29

b. Sintesis data pengalaman ... 34

c. Pembahasan Penelitian... 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN ………... 45


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengalaman Guru... 30 Tabel 2. Sintesis Data Pengalaman ... 35


(18)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Proses Pengolahan Data ... 46


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Proses Perolehan dan Pengolahan Data ... 45

Lampiran 2. Verbatim Subjek 1 ... 47

Lampiran 3. Horizonalization Subjek 1 ... 51

Lampiran 4. Tekstural Subjek 1 ... 53

Lampiran 5. Struktural Subjek 1 ... 54

Lampiran 6. Informed Consent Form Subjek 1... 55

Lampiran 7. Panduan Wawancara ... 56

Lampiran 8. Data Demografi Subjek... 57


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan tidak lepas dari tenaga pengajar yang mengabdi di dalamnya yaitu guru. Guru yang profesional di dalam pekerjaannya, memiliki tugas untuk mendidik, mengajar dan melatih (Suparwoto, 2004). Secara profesional guru dituntut untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia (Ni’mallatif, 2004). Pada waktu menjalankan profesinya, profesionalisme dan kesejahteraan bagi guru adalah kata kunci yang harus dimiliki seorang guru untuk dapat menjalankan sistem pendidikan dan mewujudkan tujuan pendidikan secara optimal. Agar profesional, maka kesejahteraan harus terpenuhi. Hak-hak akan kesejahteraan ini tercantum dalam UU Sisdiknas pasal 41 ayat (1) tentang Pendidikan Nasional yang isinya adalah hak-hak guru untuk memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial, memperoleh pembinaan karier, memperoleh penghargaan, menggunakan sarana prasarana dan fasilitas pendidikan, serta memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugasnya (Taruna, 2003).

Muncul pertanyaan bagaimana bisa profesional jika di benak para guru masih berputar-putar segudang kecemasan memikirkan isi perut dan periuk keluarga. Dengan kata lain, untuk mencukupi kebutuhan keluarga saja mereka terpaksa mencari sumber penghasilan lain di luar profesinya. Tak perlu menyalahkan mereka jika akhirnya mereka terpaksa “kedodoran” mencari celah


(21)

2

waktu di tengah kesibukannya menjadi pendidik, demi mendapatkan kesempatan “menambal” lobang isi perut dan periuknya. Bahkan sampai ada yang terkantuk-kantuk keesokan harinya di depan kelas, setelah semalaman berganti fungsi sebagai tukang ojek atau lainnya (Sudharto, 2002).

Sebenarnya ada beberapa program pemerintah mengenai peningkatan kesejahteraan guru, seperti yang dinyatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bahwa gaji guru akan naik 30-35% (http://www.kompas.com/kompas-cetak//060225.htm). Walaupun sudah ada program-program dari pemerintah, tapi masih banyak pula guru yang harus memiliki pekerjaan sampingan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya sehari-hari, misalnya ada yang menjadi tukang ojek dan ada pula yang harus jualan koran (http://www.kompas.com/metro/news/0602/22/085319.htm). Kondisi seperti ini juga banyak ditemui di desa, banyak guru yang mempunyai pekerjaan lain di luar profesinya sebagai pengajar (Karmin, wawancara, 3 Mei 2006).

Desa merupakan suatu bentuk kehidupan bersama dari sejumlah orang yang hampir semuanya saling mengenal. Secara geografis desa juga merupakan daerah agraris dan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, nelayan atau yang langsung menggantungkan kehidupannya terhadap alam (Soetrano, 1994). Fasilitas yang ada di pedesaan tidak secanggih dan sehebat perkotaan. Bahkan kadang kedaaan geografis desa kurang mendukung dan sangat sulit untuk dilalui sarana transportasi. Masih banyak juga desa yang jalannya belum beraspal dan masih belum memiliki alat transportasi antar desa seperti yang ada di kota. Masalah yang ditemui di desa ini juga mempengaruhi tugas guru di saat mengajar


(22)

3

dan menjalankan tugasnya ke sekolah masing-masing, baik sarana dan prasarananya (Karmin, wawancara, 3 Mei 2006).

Salah satu contohnya adalah di Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri, daerah ini masih termasuk daerah yang agak kurang berkembang dalam hal transportasi dan komunikasi, hal ini disebabkan sulitnya kondisi geografis desa yang berbukit-bukit. Kecamatan Giriwoyo merupakan salah satu kecamatan yang terletak di bagian selatan Kabupaten Wonogiri dan hampir berbatasan dengan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Seperti pada umumnya daerah pegunungan, masih banyak desa-desa yang ada di kecamatan ini yang belum terjangkau transportasi umum, hal ini disebabkan kondisi geografis yang bukit dan berada di dalam gugusan pegunungan seribu. Kondisi yang berbukit- berbukit-bukit dan banyak jalan yang belum diaspal menimbulkan kesulitan bagi para guru di daerah ini. Banyak guru di Giriwoyo yang harus bertugas jauh ke pelosok desa, ada yang berjarak 7 kilometer bahkan ada pula yang sampai 30 kilometer dari tempat tinggalnya, dengan kondisi jalan yang berbukit dan belum diaspal. Keseharian mereka yang bertugas jauh ini biasanya harus berangkat dari rumah pagi-pagi sekali agar tidak terlambat masuk jam kerja (Karmin, wawancara, 3 Mei 2006).

Pengorbanan guru seperti ini kadang tidak sebanding dengan balas jasa yang diperoleh per bulannya tetapi guru-guru ini masih tetap menjalani profesinya meskipun mereka tahu bahwa segi finansial menjalani profesi guru tidaklah begitu menguntungkan (Karmin, wawancara, 3 Mei 2006). Apalagi ditambah dengan


(23)

4

lingkungan dan kondisi geografis yang sulit bagi mereka untuk menjalani profesi tersebut.

Keadaan tersebut merupakan contoh kecil dari dinamika guru yang menjalani profesinya sebagai guru di pedesaan. Salah satu ciri profesi guru adalah, mereka harus memiliki kompetensi, sebagaimana dituntut oleh disiplin ilmu pendidikan (pedagogi) yang harus dikuasainya. Mengenai kompetensi guru ini, Direktorat Tenaga Kependidikan telah memberikan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru (Supriadi (dalam Suparlan, 2006)). Kompetensi ini tidak hanya bersifat kompetensi di dalam akdemik saja, bahkan mungkin ada tuntutan yang lebih dari pada itu yaitu kemampuan di dalam sosial dan menjalani kehidupan bermasyarakat. Karena selain sebagai pengajar dan pembimbing, di pedesaan profesi sebagai guru masih dianggap sebagai suatu profesi yang memiliki arti penting bagi kehidupan bermasyarakat

Berdasarkan berbagai teori dan fakta-fakta yang ada di lapangan, peneliti mencoba mengetahui apa makna profesi guru bagi mereka yang berkarya di pedesaan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode fenomenologi untuk mengetahui makna profesi guru bagi mereka yang mengajar di pedesaan. Melalui penelitian fenomenologi, fenomena berperan sebagai central phenomenon (Creswell, 1998). Fenomenologi yang dikedepankan oleh Hussler (dalam Hadiwijoyo, 1980) menyatakan bahwa pengalaman merupakan alat untuk


(24)

5

mencari kebenaran terhadap dunia sekitar manusia, karena di dalam kehidupannya manusia selalu berhubungan dengan dunia di luarnya. Oleh karena itu di dalam fenomenologi, pemaknaan terhadap fenomena menjadi subjek utama penelitian, yang dalam penelitian ini adalah bagaimana guru memaknai profesinya sebagai guru di saat mereka dihadapkan pada permasalahan yang ada di pedesaan. Hal ini dapat muncul karena adanya suatu proses pengalaman yang pernah dirasakan oleh guru sehingga memunculkan suatu sikap tersendiri sebagai salah satu wujud dari pemaknaan mereka terhadap profesi sebagai guru di pedesaan.

Melihat adanya suatu keunikan dimana masih adanya guru yang mengajar di desa meskipun dengan gaji kecil dan kondisi alam yang kurang menguntungkan, peneliti ingin melihat proses pemaknaan guru-guru tersebut terhadap profesi yang mereka jalani. Melalui penelitian inilah mereka dapat merefleksikan secara menyeluruh mengenai proses pemaknaan mereka akan pengalamannya yaitu profesi sebagai guru di pedesaan.

B. Rumusan Masalah

Apa makna profesi guru bagi guru yang mengajar di pedesaan ? C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna profesi guru bagi guru yang mengajar di pedesaan.


(25)

6

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai penyajian fakta-fakta, wacana dan referensi untuk perkembangan ilmu di bidang sosial, baik untuk Psikologi Pendidikan maupun Psikologi Sosial.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi guru itu sendiri dan juga bagi rekan guru yang lain untuk dapat memahami profesi mereka sebagai guru.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai refleksi bagi rekan-rekan guru yang mempunyai kehidupan dan penghargaan yang lebih dibanding dengan guru-guru yang berprofesi di desa, sehingga memunculkan rasa solidaritas antar guru.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pemerintah khususnya bagi pihak yang menangani masalah pendidikan agar dapat lebih memperhatikan nasib guru di pedesaan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Profesi Guru 1. Profesi

Profesi berasal dari kata Latin professare, yang berarti deklarasi keyakinan seseorang sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, dan tata nilai yang dimilikinya. Kata ini juga menunjukkan adanya keterbukaan untuk diuji telik oleh pihak lain untuk menjamin kebenarannya (Alwasilah, 2006). (Supriadi (dalam Suparlan (2006)) menjelaskan secara sederhana tentang ciri-ciri atau karakteristik suatu profesi, yaitu :

a. Profesi itu memiliki fungsi dan signifikansi sosial bagi masyarakat. Sebagai contoh, dokter disebut profesi karena memiliki fungsi dan signifikasi sosial untuk memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat. Demikian juga guru, memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak generasi muda bangsa.

b. Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang cukup yang dilakukan oleh lembaga pendidikan yang akuntabel atau dapat dipertanggungjawabkan.

c. Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu tertentu (a systematic body of knowledge).


(27)

8

d. Ada kode etik yang dijadikan sebagai satu pedoman perilaku anggota beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik tersebut. Pengawasan terhadap penegakan kode etik dilakukan oleh organisasi profesi yang bersangkutan.

e. Sebagai konsekuensi dari layanan dan prestasi yang diberikan kepada masyarakat, maka anggota profesi secara perorangan atau kelompok memperoleh imbalan finansial atau material.

2. Guru

Guru merupakan profesi yang tugasnya berkaitan dengan keahlian, tanggung jawab dan kesejawatan yang meliputi mendidik, mengajar dan melatih (Suparwoto, 2004). Mendidik berkaitan dengan pengembangan kepribadian peserta didik, mengajar lebih ditekankan pada bidang intelektual dan kemampuan berpikir, sedangkan melatih berkaitan dengan pengembangan ketrampilan.

Menurut Glickman (dalam Suhertian, 1994) tugas profesional guru ini diasumsikan mencakup dua kemampuan dasar, yakni berpikir abstrak (yang berkaitan dengan intelektualitas) serta komitmen. Guru yang memiliki kemampuan berpikir abstrak yang tinggi akan memiliki hubungan yang lebih positif terhadap kebutuhan siswa maupun teman sejawat. Tingkat kemampuan berpikir abstrak yang tinggi ditandai dengan adanya kemampuan melihat berbagai kemungkinan dalam berpikir dan bertindak serta mampu menerapkan berbagai alternatif dalam menetapkan model mengajar. Sedangkan komitmen


(28)

9

berkaitan dengan kecenderungan dalam diri seseorang untuk selalu terlibat aktif dengan penuh rasa tanggung jawab (Suparwoto, 2004).

3. Profesi Guru

Menurut Haryono (2006), profesi guru yang dimuat dalam Undang-Undang tentang Guru dan Dosen harus memiliki prinsip-prinsip profesional seperti tercantum pada pasal 5 ayat 1, yaitu; ”Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional sebagai berikut:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme

b. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya.

c. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.

d. Mematuhi kode etik profesi.

e. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas.

f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya.

g. Memiliki kesempatan untuk mengernbangkan profesinya secara berkelanjutan.

h. Memperoleh perlindungan hukurn dalam rnelaksanakan tugas profesisionalnya.


(29)

10

Suparlan (2006) dalam artikelnya mengenai Guru Sebagai Profesi dan Standar Kompetensinya menyimpulkan bahwa posisi guru sebagai salah satu profesi memang harus diakui dalam kehidupan masyarakat. Guru harus diakui sebagai profesi yang sejajar sama tinggi dan duduk sama rendah dengan profesi-profesi lainnya, seperti dokter, hakim, jaksa, akuntan, desainer interior, arsitektur, dan masih banyak yang lainnya. Salah satu ciri guru sebagai profesi yang amat penting adalah guru harus memiliki kemampuan sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan.

Guru di dalam melakukan tugasnya juga memiliki hak yang diatur dalam pasal 41 ayat (1) UU SISDIKNAS yang mencakup (Ni’mallatif, 2003):

a. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai

b. Penghargaan sesuai dengan prestasi kerja

c. Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas d. Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil

kekayaan intelektual

e. Kesempatan untuk menggunakan sarana prasarana dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran tugas.

Guru juga memperoleh perlindungan hukum di dalam menjalankan tugasnya, yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan pasal 60 ayat (2) yang meliputi (Suparwoto, 2004) :


(30)

11

a. Rasa aman dalam melaksanakan baik tugas mengajar maupun tugas yang lain yang berhubungan dengan tugas mengajar.

b. Perlindungan terhadap keadaan membahayakan yang dapat mengancam jiwa, baik karena alam maupun perbuatan manusia. c. Perlindungan dari pemutusan hubungan kerja secara sepihak yang

merugikan guru.

d. Penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial bagi guru yang sesuai dengan tuntutan tugasnya.

B. Desa dan Masyarakat Pedesaan 1. Pengertian Desa

Menurut Soetrano (1994), desa merupakan suatu bentuk kehidupan bersama dari sejumlah orang yang hampir semuanya saling mengenal. Desa secara geografis merupakan daerah agraris dan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, nelayan atau yang langsung menggantungkan kehidupannya terhadap alam (bermata pencaharian dari alam).

Secara sosial, masyarakat desa lebih lambat dalam menangkap suatu perkembangan dibandingkan dengan masyarakat kota akan tetapi lebih terbuka terhadap hakikat hidup. Secara ekonomi biasanya hasil produksi masyarakat desa digunakan untuk konsumsi lingkungan sendiri (Soetarno, 1994)

2. Jenis Desa

Penduduk pedesaan membentuk kira-kira 70 % daripada penduduk nasional, sebagian besar terlibat di bidang pertanian da pekerjaan-pekerjaan


(31)

12

lain yang berkaitan dan merupakan 2/3 dari kelompok yang berpenghasilan rendah pada setiap negara sebagai keseluruhan ((Chenery, 1974) dalam (Tjondronegoro, 1999)). Pada umumnya kita juga mempunyai pandangan tentang desa yang terdiri atas pusat-pusat pemukiman yang didiami oleh petani-petani dan hubungan kekeluargaan yang mempengaruhi hubungan lain. Desa juga dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu (Koentjaraningrat (dalam Soetrano,1994)) :

a. Desa yang didasarkan pada topografinya : ƒ desa pegunungan

ƒ desa dataran rendah ƒ desa dataran tinggi ƒ desa pantai

b. Desa yang didasarkan pada pola pertaniannya : ƒ desa petani sawah menetap

ƒ kampung peladang berpindah ƒ desa perkebunan rakyat ƒ desa nelayan

3. Ciri masyarakat Pedesaan

Masyarakat desa di Indonesia juga mempunyai beberapa ciri-ciri kehidupan yang khas yaitu (Koentjaraningrat (dalam Soetrano,1994)) :

a. konflik dan persaingan b. kegiatan bekerja


(32)

13

d. gotong royong e. jiwa musyawarah

Kondisi pedesaan tidak lepas dari kehidupan bemasyarakat penduduknya. Ada beberapa karakteristik masyarakat pedesaan yaitu (Talidzuhu, 1986) :

a. Sederhana

Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan ini terjadi karena dua hal:

ƒ Secara ekonomi memang tidak mampu

ƒ Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri. b. Mudah curiga

Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada: ƒ Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya

ƒ Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing”

c. Menjunjung tinggi “unggah-ungguh”

Sebagai “orang timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan atau unggah-ungguh apabila:

ƒ Bertemu dengan tetangga ƒ Berhadapan dengan pejabat

ƒ Berhadapan dengan orang yang lebih tua

ƒ Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi


(33)

14

ƒ Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya.

d. Guyub, kekeluargaan

Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa suasana kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah-daging” dalam hati sanubari mereka.

e. Lugas

“Berbicara apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat desa. Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang lain. Kejujuran, itulah yang mereka miliki.

f. Tertutup dalam hal keuangan

Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada orang yang bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang tersebut belum begitu dikenalnya. Katakanlah, mahasiswa yang sedang melakukan tugas penelitian survei pasti akan sulit mendapatkan informasi tentang jumlah pendapatan dan pengeluaran mereka.

g. Perasaan “minder” terhadap orang kota

Satu fenomena yang ditampakkan oleh masayarakat desa, baik secara langsung ataupun tidak langsung ketika bertemu atau bergaul dengan orang kota adalah perasaan mindernya


(34)

15

yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk diam atau tidak banyak omong.

h. Menghargai (“ngajeni”) orang lain

Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah diterimanya sebagai “patokan untuk membalas budi sebesar-besarnya. Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk penghargaan sosial atau dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan ngajeni”. i. Jika diberi janji, akan selalu diingat

Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorang atau komunitas tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal ini didasari oleh pengalaman atau trauma yang selama ini sering mereka alami, khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program pembangunan di daerahnya.

Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan menjadi “luka dalam” yang begitu membekas di hati dan sulit menghapuskannya. Contoh kecil: mahasiswa menjanjikan pertemuan di Balai Desa jam 19.00. Dengan tepat waktu, mereka telah standby namun mahasiswa baru datang jam 20.00. Mereka akan sangat kecewa dan selalu mengingat pengalaman itu.


(35)

16

j. Suka gotong-royong

Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki di hampir seluruh kawasan Indonesia adalah gotong-royong atau kalau dalam masyarakat Jawa lebih dikenal dengan istilah “sambatan. Uniknya, tanpa harus dimintai pertolongan, serta merta mereka akan “nyengkuyung” atau bahu-membahu meringankan beban tetangganya yang sedang punya “gawe atau hajatan. Mereka tidak memperhitungkan kerugian materiil yang dikeluarkan untuk membantu orang lain. Prinsip mereka: “rugi sathak, bathi sanak”. Yang kurang lebih artinya: lebih baik kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara.

k. Demokratis

Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui mekanisme musyawarah untuk mufakat. Dalam hal ini peran BPD (Badan Perwakilan Desa) sangat penting dalam mengakomodasi pendapat/input dari warga.

l. Religius

Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian mereka taat menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif, mereka juga mengaktualisasi diri ke dalam


(36)

17

kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan. Misalnya: Tahlilan, Rajaban, Jumat Kliwonan, dll.

C. Profesi Guru di Pedesaan

Kondisi kehidupan guru di pedesaan masih dapat dikatakan kurang memperoleh penghargaan yang layak. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan mereka yang serba pas-pasan dan pada umumnya dituntut untuk mempunyai pekerjaan tambahan untuk mencukupi kebutuhannya. Keadaan tersebut diperparah dengan kondisi geografis desa yang kurang menguntungkan. Kondisi alam yang kurang bersahabat, menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru untuk dapat melaksanakan tugasanya. Kondisi seperti ini ternyata tidak menjadikan guru untuk mundur dan menyerah dalam menjalankan profesinya. Guru tetap mengajar meskipun kondisi ekonomi dan kondisi geografis desa sulit.

Guru di dalam menjalani profesinya di pedesaan memiliki sebuah pemaknaan tersendiri terhadap profesi mereka, dan pemaknaan ini muncul dari pengalaman mereka. Pengalaman-pengalaman khas yang mereka alami dalam menjalani profesi sebagai guru memiliki arti tersendiri bagi mereka, dan dari sinilah mereka memaknai profesi sebagai sebuah esensi dari pengalaman mereka. Pemaknaan mereka terhadap profesi ini yang membuat mereka bertahan terhadap kondisi yang mereka alami di dalam menjalankan tugasnya di pedesaan.

D. Kerangka Penelitian

Untuk mengetahui makna profesi guru bagi guru yang mengajar di pedesaan, grand tour question dalam penelitian ini adalah apa makna profesi guru bagi guru yang mengajar di pedesaan?


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menekankan pada analisis hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah, cara-cara berpikir formal dan argumentatif (Anzwar, 1977). Penelitian ini menggunakan penelitian fenomenologi yaitu metode berfikir tanpa suatu prasangka dan tidak bertitik tolak dari suatu teori atau gambaran tertentu dalam mengetahui esensi dari sebuah fenomena (Creswell, 1998).

Menurut Creswell (1998), penelitian ini dapat dilakukan dalam natural setting, dimana individu tidak terpisahkan dari konteks lingkungannya. Dengan demikian penelitian ini dapat digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami suatu central phenomenon, seperti suatu proses atau kejadian, suatu fenomena, atau suatu konsep yang terlalu kompleks untuk diuraikan variabel-variabel yang menyertainya. Ada beberapa proses inti dalam penelitian fenomenologi, yaitu (Moustakas, 1994) :

1. Epoche

Epoche yang dalam bahasa Yunani berarti menjauh atau menahan diri, dalam penelitian ini bererti peneliti menyingkirkan prasangka, bias dan bentuk-bentuk opini tertentu tentang sesuatu di dalam penelitian. Dalam menerima kehidupan (percieving live) memerlukan cara untuk melihat, memperhatikan, menjadi peka, tanpa melibatkan


(38)

19

prasangka peneliti pada apa yang dilihat, dipikirkan, dibayangkan atau dirasakan.

2. Phenomenological reduction

Peneliti menggambarkan dalam bahasa yang terpola (textural language) mengenai apa yang telah dilihat seseorang baik internal maupun eksternal. Seperti pengalaman individu, serta hubungan phenomenon (fenomena yang diteliti) dengan diri sendiri, serta kualitas dari pengalaman menjadi fokus utama. Dalam tahap ini ada beberapa langkah yaitu bracketing, dalam hal ini fokus dari penelitian ditempatkan dalam bracket dan hal-hal lain dikesampingkan sehingga hanya pokok penelitian saja yang diambil; horizontaling, setiap pernyataan pada awalnya memiliki kedudukan yang sama. Namun pada akhirnya pertanyaan yang tidak relevan akan dibuang dan dihilangkan sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).

3. Imaginative variation

Tugas dari proses ini adalah untuk mencari makna-makna yang memungkinkan melalui imajinasi, pengelompokan dan pembalikan, serta pendekatan phenomenon dari posisi, peran-peran atau fungsi yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mencapai deskripsi struktural pengalaman, fakor-faktor yang mendasar dan mempengaruhi apa yang telah dialami. Dengan kata lain bagaimana pengalaman dari


(39)

20

phenomenon menjadi yang seperti sekarang ini. Langkah-langkahnya meliputi :

a. Membuat sistematika dari berbagai kemungkinan semua makna yang tersusun yang mungkin menjadi dasar dari makna tekstural.

b. Mengenali tema-tema atau konteks-konteks sebagai dasar penyebab munculnya phenomenon.

c. Mempertimbangkan struktur secara keseluruhan yang dapat menyebabkan terjadinya pengambilan kesimpulan yang terlalu cepat pada perasaan dan pikiran yang berkaitan dengan phenomenon, seperti struktur waktu, ruang, perhatian yang hanya tertuju pada hal utama, materiality, causality, hubungan dengan diri sendiri maupun juga dengan orang lain.

d. Mencari ilustrasi sebagai contoh yang dapat memberikan gambaran secara jelas mengenai struktur dari tema-tema yang tidak berubah dan memfasilitasi pengembangan deskripsi phenomenon yang struktural.

4. Synthesis of meanings and esences

Adanya integrasi fundamental dari deskripsi tekstural dan struktural menjadi suatu pernyataan sebagai esensi pengalaman dari phenomenon secara keseluruhan. Esensi artinya sesuatu yang umum dan universal, dan tidak akan menjadi sesuatu itu sendiri (Husserl dalam Moustakas, 1994). Esesnsi ini tidak akan pernah kering dan


(40)

21

merupakan suatu bentuk sintesis tekstural dan struktural yang mendasar yang mewakili esensi waktu dan tempat tertentu dari sudut pandang peneliti mengikuti studi imajinatif dan reflektif dari phenomenon.

B. Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti yaitu makna profesi guru bagi guru yang mengajar di pedesaan.

C. Definisi Operasional

Makna profesi guru yang mengajar di pedesaan adalah sebuah esensi dari pengalaman-pengalaman guru baik yang diperbuat, dirasakan dan dipikirkan disaat mereka menjalani profesinya sebagai guru di pedesaan dihadapkan pada kondisi ekonomi dan geografis desa tersebut. Subjek penelitian ini adalah guru yang mengajar di wilayah Kecamatan Giriwoyo. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara yang mendalam. Data yang diperoleh berupa rekaman wawancara yang diubah dalam bentuk verbatim.

D. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian adalah guru-guru yang mengajar di desa di Kecamatan Giriwoyo. Proses pemilihan subjek menggunakan theoretical sampling, yaitu mencari individu yang dapat memberikan kontribusi dalam penelitian hingga individu ke-n, dimana informasi yang bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan secara jelas sudah tidak diketemukan lagi atau dengan kata lain sudah tidak ada keterangan-keterangan baru yang dihasilkan partisipan yang dapat memberikan kontribusi bagi peneliti (sautrated) (Creswell, 1998).


(41)

22

E. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara yang mendalam. Hal ini bertujuan agar keterangan yang diperoleh lebih lengkap dan mendalam. Proses pengumpulan data menurut Creswell (1998) mengikuti pola “zig-zag”. Peneliti ke lapangan mencari informasi, kemudian menganalisis data yang diperoleh, kembali ke lapangan lagi untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak, menganalisis data dan seterusnya.

F. Analisis Data

Menurut metode analisis dan interpretasi data yang paling sering digunakan adalah modifikasi metode Stevick-Colaizzi-Keen dari Moustakas (1994) :

1. Memulai dengan deskripsi tentang pengalaman peneliti terhadap phenomenon.

2. Mencari pernyataan mengenai bagaimana individu mengalami phenomenon tersebut, membuat daftar dari pernyataan-pernyataan tersebut (horizonalization) dan perlakuan tiap pernyataan dengan seimbang (memiliki nilai yang sama), dan mengembangkan daftar dari pernyataan yang tidak berulang (nonrepetitive) atau tidak tumpang tindih (nonoverlaping)

3. Pernyataan kemudian dikelompokkan ke dalam unit makna-makna (meaning units), buat daftar dari unit-unit ini dan menuliskan deskripsi dari tekstur (deskripsi tekstural) dari pengalaman, yaitu apa yang terjadi, disertai contoh-contoh verbatim.


(42)

23

4. Peneliti kemudian merefleksikan berdasarkan deskripsinya sendiri dan menggunakan imaginative variation atau deskripsi struktural, mencari semua makna yang memungkinkan dan perspektif yang divergen, memperkaya kerangka pemahaman dari fenomena, dan membuat deskripsi dari bagaimana phenomenon dialami.

5. Peneliti kemudian membuat deskripsi keseluruhan dari makna dan esesnsi dari pengalaman.

6. Dari deskripsi tekstural-struktural individu, berdasarkan pengalaman tiap partisipan, peneliti membuat composite textural-structural description dari makna-makna dan esensi-esensi pengalaman, mengintegrasikan semua deskripsi tekstural-struktural individual menjadi deskripsi yang universal dari pengalaman yang mewakili kelompok (responden) secara keseluruhan G. Keabsahan Data atau Verifikasi Data

Setelah tahap-tahap analisis data maka perlu dilakukan verifikasi data yaitu dengan membagikan salinan deskripsi kepada subjek agar subjek dapat memberikan masukan atau tambahan masukan atau pembetulan. Kemudian dari situ peneliti dapat merevisi lagi pernyataan sintesisnya. Setelah verifikasi selesai, maka peneliti merevisi kembali pernyataan sintesisnya. Proses ini disebut intersubjective validity, yaitu menguji kembali (testing out) pemahaman peneliti dengan pemahaman subjek melalui interaksi sosial timbal balik (back-and-forth) (Creswell, 1998).


(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pandangan Peneliti mengenai Profesi Guru di Pedesaan

Guru merupakan suatu profesi yang membutuhkan suatu keterampilan tertentu untuk dapat menjalaninya. Seperti profesi lain pula, guru juga dituntut untuk menjalaninya secara profesional. Selain profesional, bagi saya guru merupakan suatu pekerjaan yang mulia, dimana seorang guru dituntut untuk mencerdaskan anak-anak bangsa, tanpa meminta balas jasa atau imbalan dari anak-anak yang dididiknya.

Guru di desa memiliki tugas untuk mendidik dan mengajar anak didiknya. Dilihat dari kehidupan guru di desa, ada yang berbeda di dalam dinamika kehidupan mereka. Selain memiliki gaji yang pas-pasan dan mungkin kurang, bahkan harus memiliki pekerjaan sambilan, mereka juga dihadapkan pada masalah geografis pedesaan.

Desa di sini adalah desa yang dapat dikategorikan masih kurang maju, baik sarana transportasi maupun sarana komunikasinya. Banyak guru-guru di desa yang harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk bekerja di sekolah tempatnya mengajar. Semuanya itu menarik bagi saya sebagai seorang peneliti dan menjadikan sebuah pertanyaan, bagaimana guru ini memaknai profesinya sebagai guru jika pada kenyataannya guru dihadapkan pada resiko profesi yang dapat dikatakan sulit. Profesi merupakan sebuah pilihan bagi seseorang


(44)

25

dan profesi guru pun sama seperti profesi yang lainnya yang membutuhkan sikap profesionalisme terhadap bidangnya.

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Dari hasil wawancara dengan 7 orang subjek, diperoleh beberapa tema (theme) yang mengarah pada jawaban dari pertanyaan penelitian ini, yaitu apa makna profesi guru bagi guru yang mengajar di pedesaan. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut proses analisis yang dilakuan adalah mengetahui apa yang dialami oleh guru yang mengajar di pedesaan dan bagaimana hal-hal tersebut dialami oleh para guru yang mengajar di pedesaan, serta membuat sintesis dari data pengalaman subjek tersebut. Sebelum masuk ke dalam proses analisis, di bawah ini ada deskripsi singkat dari subjek.

Pak Kr adalah seorang guru di Sekolah Dasar Negeri Sejati 2 di Kecamatan Giriwoyo, beliau menjadi guru sudah 35 tahun. Latar belakang pendidikannya adalah Sekolah Pendidikan Guru atau SPG kemudian diteruskan dengan Diploma 2. Pada awal kariernya, dia sudah ditugaskan di daerah pedesaan yang terpencil. Keinginan menjadi guru muncul karena kecintaan terhadap anak-anak dan keinginan mencerdaskan kehidupan anak menjadi alasan utamanya menjalani profesi guru. Meskipun gaji yang ia terima kecil dan mungkin kurang untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, namun ia tidak mau meninggalkan profesinya tersebut.


(45)

26

Untuk mencukupi kebutuhannya beliau memiliki pekerjaan sampingan yaitu bertani.

Pak Kor, pertama kali mengajar di daerah pegunungan di Batuwarno di SD Ngambarsari 1, letaknya di pedesaan pelosok tepatnya berada di daerah pegunungan. Disana kurang lebih 3,5 tahun, kemudian tugas yang kedua di SD Gedongrejo di wilayah paling timur di Kecamatan Giriwoyo di daerah pedesaan juga, kemudian yang terakhir kini mengajar di SDN Sejati 2 Giriwoyo. Beliau menjadi guru kurang lebih 13 tahun. Pendidikan terakhirnya adalah sarjana pendidikan. Alasan beliau menjadi guru adalah motivasi secara pribadi dan memang ada minat untuk menjadi guru. Selain itu adalah untuk membantu dan mendidik anak sekaligus bisa untuk mencerdaskan bangsa seperti pada amanah undang-undang. Bagi beliau menjadi manusia kalau bisa adalah berguna bagi bangsa dan negara, dan dengan menjadi guru, ia mewujudkan hal tersebut. Beliau memiliki pekerjaan sampingan di luar profesinya sebagai guru, karena menurutnya kalau hanya mengandalkan gaji guru saja, maka tidak akan semua kebutuhan dapat terpenuhi dengan cukup.

Pak Sl, latar belakang pendidikan beliau awalnya SPG tapi kemudian dengan bersamaan kemajuan jaman dan tuntutan pendidikan beliau melanjutkan ke FKIP akhirnya lulus tahun 2000, menjadi sarjana pendidikan. Mulai mengajar itu mulai 1 April 1983, jadi kalau dihitung sekarang sudah bermasa kerja 24 tahun. Pertama kali mengajar di Kecamaan Batuwarno paling tepi. Tepi perbatasan dengan Jawa Timur, di


(46)

27

pegunungan daerah Batuwarno, dan berjarak 16 kilometer dari rumah beliau. Pada awal menjadi guru karena latar belakang ekonomi orang tua, waktu itu sekolah yang cepat dapat untuk mendapatkan pekerjaan, adalah sekolah SPG. Tapi setelah terjun dan menekuni, ternyata bukan alasan itu, jadi alasan yang lebih mendasar saat ini adalah keprihatinan terhadap anak-anak di pedesaan yang menyangkut pendidikannya. Menurutnya orang tua sendiri juga belum ada perhatian sama sekali tentang pendidikan anak, fasilitas juga kurang memadai, lingkungan juga kurang mendukung. Menurut beliau perekonomian guru di desa pada umumnnya itu pas-pasan bahkan kurang, dan harus memiliki pekerjaan sambilan agar dapat mencukupi kebutuhan keluarga.

Bu Sr, latar belakang pendidikan beliau yaitu D2 PGSD, Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Beliau mulai mengajar yaitu 1 Mei 1984, dan sudah 22 tahun sampai sekarang. Mulai pertama kali mengajar di SDN IV Sejati, sejak pertama, sampai sekarang 22 tahun di SDN Sejati belum pernah pindah. Dan jarak dai kediaman beliau kira-kira 17 kilometer. Alasan beliau menjadi guru karena beliau merasa senang sekali menjadi guru dan untuk ikut berpartisipasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurutnya keadaan guru pada umumnya di desa itu sangat-sangat memprihatinkan, karena hanya pas-pasan untuk kehidupan di keluarganya. Seperti subjek sebelumnya, Bu Sr juga memiliki pekerjaan lain sebagai media lain untuk menambah penghasilan.


(47)

28

Pak Mj, Pendidikan terakhir beliau adalah D2 (diploma 2), awalnya adalah SPG terus Dilanjutkan ke D2. Beliau mulai mengajar 1 Januari 1975, berarti sudah sekitar 31 tahun lebih beliau menjalani profesi sebagai guru. Beliau pertama kali mengajar di SD Pidekso II, sekitar 9 sampai 10 kilometer dari rumah, di sana sampai lamanya kurang lebih 19 tahun kemudian sekarang sudah pindah di SD Ngancar 1. Seperti Guru yang lain, beliau menjadi guru karena adanya keinginan dari kecil. Cita-citanya adalah ingin mentransferkan ilmu yang dia miliki kepada anak-anak di pedesaan agar tidak bodoh. Namun seperti subjek lain, masalah ekonomi merupakan masalah yang dia hadapi dalam menjalani profesi tersebut, dan beliau menjalani pekerjasaan sambilan dalam bidang Multi Level Marketing atau MLM.

Pak Bs, beliau mulai jadi guru mulai 1 Maret 1989, sampai sekarang sudah 17 tahun. Beliau pertama kali mengajar di SD Negeri Plosorejo I Kecamatan Kismantoro, perbatasan Jateng-Jatim, sebelah timur sendiri bagian Kabupaten Wonogiri. Alasan menjadi guru karena memiliki cita-cita ingin mencerdaskan kehidupan bangsa, karena menurutnya pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Menurut beliau, jika guru ingin kebutuhannya tercukupi, maka ia harus memiliki pekerjaan lain diluar profesinya sebagai guru. Karena menurutnya jika hanya mengandalkan gaji dari guru saja tidaklah cukup, apalagi jika harus menyekolahkan anak samapai perguruan tinggi.


(48)

29

Subjek yang terakhir adalah Bu Is, latar belakang pendidikan beliau adalah S1 jurusan IPS PPKn, tahun 2003. Beliau mengajar Mulai 1 November 1979 samapi sekarang. Keinginan menjadi guru karena beliau ingin memajukan anak-anak, sekaligus berinteraksi secara sosial di dalam lingkungan masyarakat. Menurut beliau, kondisi guru di pedesaan masih berada di dalam kelas menengah ke bawah. Hal ini dikarenakan gaji guru yang kecil, sehingga untuk mencukupi kebutuhan di luar kebutuhan pokok masih kurang bisa.

2. Hasil Analisis Data Penelitian

a. Apa yang dialami oleh guru yang mengajar di pedesaan dan bagaimana hal tersebut dialami?

Hal-hal yang akan diuraikan di bawah ini adalah pengalaman-pengalaman yang dialami guru yang mengajar di pedesaan dan bagaimana hal tersebut dialami. Untuk ringkasnya lihat tabel 1.


(49)

30

Tabel 1 Pengalaman Guru

Apa yang dialami ? Bagaimana dialami ? Memiliki cita-cita sebagai guru - minat menjadi guru

- tujuan awal menjadi guru - ingin mencerdaskan

anak-anak Memiliki karakteristik sebagai

guru

- memiliki ketrampilan - membimbing anak agar

agar dapat berkembang - kemampuan sosial, religi,

kepribadian dan akademik. Masih dihargai di dalam

masyarakat

- guru orang yang terhormat di dalam masyarakat

- guru sebagai barometer di dalam masyarakat Ekonomi guru yang sulit - Gaji yang kecil

- Memiliki pekerjaan sambilan

Munculnya minat menjadi guru merupakan salah satu hal yang membuat para guru untuk tetap menjalani profesinya di pedesan, meskipun kondisi di desa sulit bagi mereka.

“Alasan saya menjadi guru adalah motivasi secara pribadi memang menjadi minat untuk menjadi guru…“(Kor)

Selain minat pribadi dari guru, mereka pada awalnya juga sudah memiliki tujuan untuk menjadi guru dan merasa senang menjadi guru di pedesaan.

“Saya senang sekali menjadi guru itu tujuan saya itu dan untuk ikut berpartisipasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa,ya… ya mendidik anak- anak di pedesaan ini…sesungguhnya senang sekali.”(Sr)


(50)

31

Bukan hanya tujuan awal saja yang menjadikan mereka untuk menjalani profesi sebagai guru di pedesaan, tapi keinginanya untuk mencerdaskan anak-anak juga menjadikan mereka untuk tetap mengajar di desa.

“…maka ilmu yang saya miliki tetap akan saya transfer pada anak-anak sehingga saya bertujuan untk mendidik anak untuk menjadi anak yang cerdas, anak yang terampil, bertanggung jawab, beriman, bertaqwa dan sebagainya.” (Mj)

Selain cita-cita pribadi untuk menjadi seorang guru dan keinginan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, mereka juga merasa mampu untuk menjadi guru. Mereka menyadari bahwa tidak semua orang bisa menjadi guru, dan mereka merasa bahwa mereka memiliki kompetensi untuk bisa menjadi guru ini. Sebagai seorang guru harus memiliki ketrampilan di bidang pendidikan.

“…Nah disamping itu guru juga merupakan pekerja profesional karena kan guru mempunyai kelebihan dibanding tenaga-tenaga teknis yang lain dalam segala hal disamping ya memiliki ketramapilan, karenanya guru harus senantiasa menunjukkan diri terhadap siswa dan masyarakat bahwa baik dalam penguasaan ilmu pengetahuan teknologi maupun sikap dan perilakunya memang patut menduduki peran dan fungsinya.”(Sl)

Guru juga memiliki kemampuan untuk mendidik dan membimbing anak agar nantinya anak dapat berkembang dan memunculkan kretivitas dalam diri anak tersebut.

“…jadi kita tidak bekerja semaunya sendiri artinya, kita harus menggunakan apa ya


(51)

32

mernggunakan pedagogige, membimbing bagaimana agar anak itu dapat berkembang, artinya guru itu kalau mengajar tidak boleh hanya menyalahkan pada anak hanya membentak jika anak bertanya apa saja biarkan saja dengan begitu menimbulkan keberanian untuk bertanya, menumbuhkan kreativitas anak, jadi yang kita hadapi itu manusia, itu mulianya, berhubungan dengan nurani itu, yang kita hadapi itu mempunyai pikiran akal hati begitu.” (Sl)

Kompetensi lain yang dimiliki guru dalam menjalankan profesinya adalah kemampuan secara sosial kemasyarakatan, karena guru di desa tidak akan pernah lepas di dalam hidup bermasyarakat. Selain itu juga harus diimbangi dengan kemampuan religi, kepribadian dan akademik yang baik.

“…. Kemampuan di sosial inilah seorang guru yang ada di desa ini tidak lepas mereka harus aktif dan ikut mendorong pada masyarakat di lingkungannya untuk bisa memajukan lingkungannya ini. Kemudian ada kemampuan religius jadi seorang guru juga harus ya kemudian ya kemampuan kepribadian nah, ini juga harus mantap….Kemampuan pribadi harus dimiliki, makanya sekarang harus imbang yang namanya kemampuan intelektual, kemampuan yaitu sosial, kemampuan religius itu harus imbang.”(Kor)

Kompetensi secara sosial inilah yang melandasi guru dalam hidup bermasyarakat, karena di dalam masyarakat mereka masih dihargai di dalam masyarakat pedesaan atau dengan kata lain, guru merupakan orang terhormat di pedesaan.

“…namun demikian secara kedudukan, guru adalah orang yang terhormat dan terpndang hidup di desa…” (Kr)


(52)

33

Guru di pedesaan juga dijadikan barometer di dalam masyarakat, atau dengan kata lain, guru masih dijadikan sebagai tuntunan bertingkah laku dalam kehidupan masyarakat.

“…yang namanya guru di desa itu merupakan barometer masyarakat, yaitu ukuran, ukuran yang kuat dari masyarakat itu apa-apa guru, sehingga namanya seorang guru di desa itu rawan, karen guru harus digugu dan ditiru sehingga tingkah lakunya ucapannya, jadi apapun yang ditindak lanjuti guru sesuai dengan digugu dan ditiru….contoh bagi masyarakat.” (Bs)

Guru mengajar di pedesaan dan menjalani profesinya karena dari dalam diri mereka sudah tertanam bahwa mereka memiliki cita-cita menjadi guru dan keinginan mencerdaskan pendidikan anak bangsa, didukung dengan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki sebagai seorang guru. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dipahami bahwa ketika guru dalam menjalani profesinya, banyak latar belakang yang mendasarinya.

Di dalam menjalankan profesinya, guru dihadapkan pada ekonomi yang sulit. Tidak hanya pas-pasan, gaji yang mereka terima bahkan kadang tidak mencukupi jika digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari hari.

“…Ya… kalo dari kacamata itu keadaan ekonomi di pedesaan itu ya bila dilihat secara umum. Ya kurang, apalagi kalau seorang guru itu tidak aktif di dalam memberikan tambahan untuk mencari income-income sendiri, kalau hanya menggantungkan pada gaji ya mungkin ya akan kurang, apalagi di situasi ekonomi yang seperti


(53)

34

sekarang ini, kebutuhan yang melonjak dan sebagainya”. (Kor).

Atau

“Ya pas-pasan dan mungkin kurang untuk pembiayaan anak sekolah, itu kalau sudah masuk SMA atau perguruan tinggi itu membutuhkan biaya yang sangat banyak kalau masih SD , SMP aja kita masih mendapatkan BOS gitu.” (Bs)

Gaji yang diterima guru kurang bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari, maka mereka mengakalinya dengan mencari pekerjaan sambilan atau mencari penghasilan tambahan sehingga kebutuhannya dapat tercukupi dengan usaha tersebut.

“…di luar dinas mengajar saya harus membanting tulang bekerja lain…misalnya…berdagang, bertani, beternak atau buruh yang lain yang itu bisa menghasilkan uang untuk mencukupi kebutuhan keluarga.” (Kr)

atau

“.. sehingga ya terpaksa ya terpaksa kami menjalankan kegiatan-kegiatan lain, misalkan ternak sapi, atau pokoknya kegiatan-kegiatan yang positif lah.”(Bs)

b. Sintesis data pengalaman

Berdasarkan pengalaman yang dialami dan bagaimana pengalaman tersbut dilami, langkah selanjutnya yaitu menentukan sintesis dari pengalaman tersebut. Sintesis inilah yang menunjukkan makna profesi guru bagi guru yang mengajar di pedesaan. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel. 2


(54)

35

Tabel 2

Sintesis Data Pengalaman Apa yang

dialami

Bagaimana pengalaman tersebut dialami

Makna profesi guru bagi guru yang mengajar di pedesaan

1. Cita-cita menjadi guru 2. Memiliki

karakteristik sebagai guru 3. Guru masih

dihargai di masyarakat

4. Ekonomi guru yang sulit

1. Cita-cita menjadi guru - minat menjadi guru - tujuan awal menjadi

guru

- keinginan untuk mencerdaskan

anak-anak

2. Memiliki karakteristik sebagai guru

- memiliki ketrampilan - membimbing anak

agar agar dapat berkembang

- kemampuan sosial, religi, kepribadian dan akademik.

3. Guru masih dihargai dalam masyarakat. - guru orang yang

terhormat di dalam masyarakat

- guru sebagai

barometer di dalam masyarakat

4. Ekonomi guru yang sulit

- gaji yang kecil

- memiliki pekerjaan sampingan

Profesi sebagai bentuk aktualisasi diri


(55)

36

3. Pembahasan Penelitian

Sesuai dengan hasil penelitian, subjek menghadapi masalah dalam hal ekonomi mereka. Hal ini terlihat dari gaji mereka yang kecil dan untuk mencukupi kebutuhannya, mereka harus memiliki pekerjaan sampingan selain menjadi guru. Tetapi ada beberapa pengalaman yang menjadikan mereka untuk tetap mengajar di pedesaan yaitu :

a. Memiliki keinginan untuk mencerdaskan anak-anak b. Senang menjadi guru

c. Tujuan awal menjadi guru

d. Mereka memiliki karakteristik sebagai guru e. Dihargai di dalam masyarakat

Faktor pertama inilah yang menjadi faktor utama sebagai dasar dari faktor yang lain. Tanpa adanya faktor dorongan dari dalam mungkin guru tidak akan merasa senang menjalani profesinya dan bahkan mungkin akan berhenti sebagai guru. Ketika mereka memiliki keinginan untuk mencerdaskan anak-anak, maka akhirnya mereka memiliki cita-cita dan berminat untuk menjadi guru sebagai langkah awal untuk mencapai keinginannya tersebut. Hal ini didukung dengan kompetensi yang mereka miliki. Jadi profesi yang mereka jalani sekarang merupakan bentuk perwujudan keinginan mereka untuk mencerdaskan anak-anak bangsa.

Ada satu pernyataan dari Goldstein yang dapat menjelaskan tentang keinginan tersebut. Menurut Goldstein (dalam Hall & Lindzey (1993)), aktualisasi diri adalah pemenuhan keinginan yang unik dan khas


(56)

37

yang dimiliki oleh individu dengan potensi-potensi yang ada di dalam diri mereka. Sesuai dengan hasil penelitian, guru menjalani profesinya di pedesaan karena pada awalnya mereka sudah memiliki keinginan untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Jadi makna profesi guru bagi guru yang mengajar di pedesaan adalah sebagai bentuk dari aktualisasi diri mereka, sebagai upaya memenuhi keinginan mereka.

Keinginan untuk mencerdaskan anak-anak tidak lepas dari potensi yang mereka miliki. Potensi ini dapat berupa kompetensi dalam membimbing anak, kemampuan kepribadian dan akademik. Menurut Goldstein (dalam Hall & Lindzey, 1993), potensi yang dimiiki individu dapat menentukan aktualisasi dirinya. Aktualisasi diri tiap orang berbeda-beda tergantung potensi yang dimiliki oleh orang tersebut. Guru di pedesaan mengaktulisasikan dirinya dengan berprofesi sebagai guru, sebagai perwujudan keinginan mereka untuk mencerdaskan anak-anak. Potensi yang dimiliki guru berperan sebagai pendukung keinginan ini, dengan adanya potensi ini, maka mereka akan lebih mudah untuk mengaktualisasikan diri mereka.

Melihat profesi guru di pedesaan, ada faktor sosial yang berkaitan dengan profesi guru, yaitu pandangan masyarakat desa terhadap guru. Guru masih dianggap sebagai orang yang terpandang di dalam masyarakat, tidak dilihat dari segi ekonomi, akan tetapi dilihat dari segi kompetensi yang mereka miliki. Dalam organisasi kemasyarakatan, guru memainkan peran penting di dalam susunan organisasi dan masih menempati posisi


(57)

38

yang menentukan di dalam organisasi kemasyrakatan, misalnya sebagai ketua RT, ketua koperasi desa dan organisasi-organisasi lain di tingkat desa Di dalam masyarakat pedesaan yang masih menganut sistem kekeluargaan yang tinggi, mereka menganggap bahwa guru adalah seorang yang memiliki kompetensi lebih di dalam masyarakat pedesaan. Oleh karena itu masyarakat pedesaan menjadikan guru sebagai salah satu orang yang dapat dimintai pendapat dan pemikiran di dalam kehidupan organisasi masyarakat.

Pola masyarakat desa yang masih mengutamakan unggah-ungguh juga memberikan peran penting bagi guru. Guru dianggap sebagai tuntunan tingkah laku di dalam masyarakat, atau dengan kata lain barometer di dalam masyarakat pedesaan. Guru sebagai orang yang mendidik dan bertugas memberikan pengajaran perilaku yang baik terhadap anak dijadikan sebagai patokan tingkah laku di dalam masyarakat. Sehingga secara tidak langsung guru memilki kedudukan tersendiri di dalam masyarakat. Selain memainkan peran penting dalam hal organisasi kemasyarakatan dan barometer dalam bertingkah laku., guru juga memiliki tugas sebagai pembawa perubahan di dalam bidang pendidikan di pedesaan. Guru bertugas untuk mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada anak-anak di pedesaan, oleh karena itu dari sini guru dituntut untuk memajukan pendidikan di pedesaan tersebut. Berdasarkan hal ini, maka guru memegang peran penting di dalam


(58)

39

masyarakat pedesaan sebagai orang yang memiliki kompetensi sebagai alat untuk transfer ilmu pengetahuan kepada masyarakat pedesaan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa guru yang menjalani profesi di pedesaan masih memprihatinkan dari segi ekonomi, tetapi bagi mereka hal tersebut tidak mempengaruhi keinginan mereka untuk terus menjalani profesi mereka. Mereka menganggap bahwa profesi yang mereka jalani merupakan sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri mereka. Mereka juga menekankan bahwa sebagai seorang yang menjalani profesi, maka resiko apapun akan dijalani, termasuk masalah ekonomi yang mereka hadapi. Selain itu guru tetap menjalani profesinya karena mereka sudah merasa memiliki kecintaan terhadap profesi yang mereka jalani. Meskipun di dalam kenyataannya gaji yang mereka terima tidaklah mencukupi, akan tetapi mereka mempunyai kepuasan lain yang bisa mereka dapatkan. Kepuasan ini mereka dapatkan dalam kehidupan sosial mereka, mereka merasa bahwa profesi guru di pedesaan memiliki arti penting bagi kehidupan pendidikan anak di desa, selain itu juga adanya penghargaan sosial terhadap status profesi guru.

Guru yang memiliki profesi di pedesaan dihadapkan pada kesulitan dalam hal ekonomi, namun ternyata ada hal lain yang membuat profesi lebih bermakna daripada hal tersebut. Dalam hidup seseorang harus berani untuk tumbuh mengembangkan diri dan mengambil resiko. Begitu juga yang dialami oleh guru yang berprofesi di pedesaan. Mereka mengambil resiko dengan memilih berprofesi sebagi guru yang sebetulnya membuat


(59)

40

mereka berada dalam posisi yang dilematis. Tapi justru dengan keberanian mereka mengambil resiko tersebut membuat mereka jadi mempunyai nilai lebih sebagai guru di pedesaan. Nilai lebih dalam kehidupan mereka ini tidak secara materi tetapi secara sosial dan hal ini tidak bisa lepas dari faktor yang muncul dari dalam diri guru tersebut. Profesi guru dimaknai sebagai bentuk perwujudan dari aktualisasi diri mereka yaitu mewujudkan keinginan awal mereka untuk mencerdaskan anak-anak.


(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa makna profesi bagi guru yang mengajar di pedesaan adalah sebagai bentuk aktualisasi diri mereka. Aktualisasi diri ini muncul sebagai perwujudan keinginan yang unik dan khas dari guru tersebut, yaitu keinginan untuk mencerdaskan anak-anak. Sebagai bentuk perwujudan dari keinginan tersebut mereka memilih profesi menjadi guru sebagai bentuk aktualisasi diri mereka.

Aktualisasi diri menjadikan guru tetap bertahan dan terus berkarya di pedesaan. Kondisi ekonomi dan kesejahteraan yang rendah adalah masalah utama yang dihadapi guru di dalam melakukan profesinya, akan tetapi mereka merasa bahwa segala resiko apapun harus dilewati karena mereka ingin mencerdaskan anak bangsa.

B. Saran

Beberapa hal yang dapat peneliti sarankan antara lain:

1. Guru di pedesaan hendaknya semakin mengerti dan memahami bahwa profesi mereka memang benar-benar memiliki arti penting bagi dunia pendidikan maupun kehidupan sosial masyarakat. Selain itu guru hendaknya tidak mengendurkan semangat di dalam menjalankan profesinya, dan terus berkarya demi kemajuan pendidikan bangsa.


(61)

42

2. Dengan semakin tahu dinamika guru-guru yang memiliki profesi di pedesaan, maka guru-guru yang mungkin lebih baik nasibnya daripada guru yang berpofesi di pedesaan hendaknya semakin meningkatkan rasa solidaritas antar guru dalam wadah PGRI. Sehingga semakin meningkatkan rasa kekeluargaan antar guru dan saling membantu, serta bertukar pengalaman maupun pikiran di dalam memajukan pendidikan di Indonesia.

3. Pemerintah hendaknya semakin memperhatikan hak-hak para guru. Selain memberikan gaji yang layak sesuai dengan keadaan ekonomi pada jaman sekarang ini, hendaknya fasilitas-fasilitas pendidikan juga semakin ditingkatkan.


(62)

43

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, C.A. 2006. Redefinisi Profesi Dosen. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/012006/05/0901.htmRedefinisi Profesi Dosen Diakses 30 Maret 2007

Amstrong, M. 1995. Menjadi Manajer yang Lebih Baik Lagi (terjemahan). Jakarta : Binarupa Aksara

Anzwar, S. 1977. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Creswell, J.W.1998. Qualitative Inquiry and Research Design : Choosing Among Five Traditions. Thousand Oaks, California : SAGE Publications, Inc. Hadiwijoyo, H. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta : Kanisius

Hall,C.S & Lindzey, G. 1993. Teori-Teori Holistik (Organisme – Fenomenologis). Kanisius : Yogyakarta

Haryono, A. 2006. Tantangan Profesionalisme Guru Ekonomi dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. http://www.ekofeum.or.id/artikel.php?cid=50

Diakses 30 Maret 2007

Hodson, C. 2001. Psychology and Work. New York : Taylor & Francis Inc.

Jewell, L. N & Siegall, M. 1990. Psikologi Industri Organisasi Modern (terjemahan). Jakarta : Arcan

Kompas. 2005. Presiden Inginkan Kenaikan Gaji PNS Golongan Rendah Naik 30-35%. , http://www.kompas.com/kompas-cetak//060225.htm

Diakses 10 Mei 2006

Kompas. 2006. Warta Kota : Gaji Nyangkut, Guru Ngojek dan Jual Koran http://www.kompas.com/metro/news/0602/22/085319.htm

Diakses 10 Mei 2006

Moustakas, Clark E. 1994. Phenomenological Research Methods, SAGE Publicaions Inc. Thousand Oaks, California.

Ni’mallatif, Siti. 2004. Masih Adakah Guru yang Profesional ? Majalah Derap, edisi Januari /48/ IV, hal 11-12.


(63)

44

Pedoman Penulisan Skripsi Fakulas Psikologi Universitas Sanata Dharma, 2003. Yogyakarta : Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Poerwandari, E.K. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia

Sajogyo, S & Pudjiwati .1984. Sosiologi Pedesaan Jilid 1, Yogyakarta : UGM Press

Soetrano, R. 1994. Psikologi Sosial, Yogyakarta : Kanisius

Sudharto. 2002.Gaji Khusus Guru: Semoga Pungguk Tak Merindukan Bulan. Majalah Derap, edisi Januari /24/ II, hal 19-20.

Suparlan. 2006. Guru sebagai Profesi dan Standar Kompetensinya. http://www.suparlan.com/artikel.php?aid=22

Diakses 30 Maret 2007

Suparwoto, 2004. Kemampuan Dasar Mengajar, Yogyakarta : FKIP UNY Sutopo, H. B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta : UNS

Talidzuhu, N .1986. Materi Pembekalan COP Periode XII Tahun 2005. Surabaya : Pusat Pengabdian pada Masyarakat Universitas Kristen Petra.http://search.yahoo.com/search?p=masyarakat+pedesaan+kekeluarga an&ei=UTF8&fl=0&fp_ip=ID&meta=vc%3DcountryID&vc=countryID& fr=yfp-t-501&b=11

Diakses 22 April 2007

Taruna. 2003. Penegakan dan Perlindungan Hukum Bagi Guru. Majalah Derap, edisi September /44/ IV, hal 31-32.

Tjondronegoro, S. 1999. Keping-keping Sosiologi dari Pedesaan, Jakarta : Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


(64)

45

LAMPIRAN

Proses Perolehan dan Pengolahan Data

Data dperoleh dengan menggunakan metode theoretical sampling. Proses pengambilan data berhenti ketika tidak ada lagi variasi jawaban, dan dalam penelitian ini berhenti pada subjek ke-7. Setelah data diperoleh, kemudian peneliti melakukan verbatim dari hasil interview dengan subjek. Kemudian hal-hal yang tidak sesuai dengan topik dan pertanyaan dalam verbatim dihilangkan, hal ini disebut bracketing. Pernyataan yang tidak relevan dengan topik juga dihilangkan dan diperlakukan dalam nilai yang sama sehingga menjadi satu horizon dan ini disebut sebagai horizonalizing. Setelah itu mencari tekstural dan struktural dari seluruh pernyataan subjek dilihat dari penggolongan tema-tema yang muncul dengan menggunakan imaginative variation.

Hasil dari tekstural dan struktural inilah yang kemudian dijadikan sebagai dasar pembentukan esensi. Esensi terbentuk ketika tekstural dan struktural yang muncul dalam dinamika phenomenon secara keseluruhan dijadikan satu menjadi sebuah integrasi. Untuk lebih jelasnya lihat bagan 1.


(65)

46

Bagan 1

Proses Pengolahan Data

horizontalizing bracketing

data

Imaginative variation

essences

synthetis of meanng

tekstural struktural

epoche interview

phenomenological reduction


(66)

47

Verbatim Subjek 1

Nama : Kr

Pekerjaan : Guru

Tanggal wawancara : 11 September 2006, 22.00 WIB Lokasi wawancara : Rumah subjek

Apakah latar belakang pendidikan bapak? Latar belakang pendidikan saya adalah diploma 2

Trus mulai kapan dan berapa lama Bapak mulai mengajar di sini?

Saya mengajar sejak 1 April 1971…Ya… kurang lebihnya 35 tahun lamanya… 35 tahun ya pak?

Ya…

Trus dimana pertama kali bapak bertugas?

Di Sekolah Dasar Negeri 1 Tirtosuworo, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah

Itu daerah yang gunung-gunung itu ya pak? Iya itu pegunungan …di tengah pegunungan…ya….

Trus menurut bapak bagimana kondisi prekonomian guru di desa pada umumnya?

Eee….keadaan guru di desa pada umumnya…ini begini…di satu sisi guru di desa adalah orang terhormat dan terpandang di mata masyarakat…sehingga rasa percaya diri dan menjaga gengsi tetap dijalankan dan berjalan terus…di sisi lain sangatlah bergejolak dengan mempertahankan martabat dan harga diri, guru memerlukan waktu dan dana, sedang dari dana itu akan terealisasi dari mana?gaji guru sangatlah tidak layak untuk memenuhi kebutuhan rutin saja agak repot apalagi untuk kegiatan-kegiatan sosial yang lain itu akan terjadi kesenjangan dalam hidup bermasyarakat…ternyata tata ekonomi guru di desa sangat memprihatinkan.

Trus bagaimana keadaan kondisi perekonomian bapak sendiri?

Secara pribadi kehidupan saya di desa dalam tata pengaturan ekonomi secara pribadi cukup…karena… di luar dinas mengajar saya harus membanting tulang bekerja lain…misalnya…berdagang, bertani, beternak atau buruh ynag lain yang itu bisa menghasilkan uang untuk mencukupi kebutuhan keluarga..

Jadi guru di desa tidak dapat waktu cukup untuk menjalankan tugasnya…tetapi terkecoh oleh keadaan ekonomi keluarga …inilah yang saya alami…nggih.

Trus bagaimana perasaan anda melihat kondisi seperti ini…?

Yah…perasaan saya sebagai guru di desa … secara ekonomi merasa malu dengan masyarakat…namun demikian secara kedudukan, guru adalah orang yang


(67)

48

terhormat dan terpndang hidup di desa…itu suatu kebanggan..eee… itu yang dialami pada pribadi saya dan guru yang lain sama saja…ya….

Kebanggaan di sini maksudnya apa pak?

Kebanggaan ya…dimana ada guru…di situ orang memerlukan pendapat, sumbangan2, dalam…..tata bermasyarakat…bergaul…berguul dalam pemuda…kemudian untuk apa…memperbaiki ee… berkeluarga di dalam masyarakat itu…mungkin itu guru…guru itu mesti tampil di depan

Rasa malu tadi maksudnya malu sebagai apa pak?

Malunya itu…nanti kalau dibandingkan dengan orang-orang yang berdagang …pekerjaaannya berdagang..ehm…ekonomi guru ini hnya seper..seper berapa ratusnya dari mereka…jadi kecil sekali pedagang itu bisa menghasilkan satu hari tu puluhan atau jutaan…nah, puluhan ribu sampai jutaan…namun guru itu ya sudah…ya sudah itu hasilnya. Cuma…yang guru senior itu gajinya maksimal 2 juta dibagi 30…hari..itu saja…belum yang yunior…yang yunior itu 900…dibagi 30 hari…sehari berapa itu…sehingga untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan hari itu saangatlah…malu…karena memng tidak tercukupi…seperti orang-orang lain Tapi meskipun seperti itu eksistensi di masyarakatpun masih dianggap kan Pak?

Ya….eksistensinya masih tetap…guru adalah sebagai…eee …apa pemegang garis depan karena memang guru itu SDM nya dibandingkan dengan orang-orang lain jauh…lebih tinggi

Apakah pandangan itu masih berlaku, maksudnya sampai sekarangpun masih seperti itu gitu?

Ya sudah..sudah semakin pudar…semakin pudar tahun 71 dengan tahun 75 sudah lain, tahun 75 sampai 80 sudah lain, 80 samapi sekarang pun sudah lain…itu pada wkatu jaman orde baru sudah lain dengan sekarang pd waktu reformasi sekarang ini guru seolah-olah sudah tidak punya harga diri karena apa…segala sesuatu diatur oleh aturan2 yang mendadak gitu...sekarang ini….kurikulum cepat berubah, sehingga kami kesulitan untuk mengikutinya….terutama dalam program pengajaran.

Jadi dengan adanya seperti itu adakah tanggapan bapak gimana? Ya bagaimana…..

Ketika eksistensi guru nmulai sedikit dipertanyakan karena ada apa ya, fenomena-fenomena yang seperti itu?

Ya walapun…walaupun..bagaimana bentuknya masyarakat akan menyingkirkan guru ternyata kemampuan mereka tidak mampu…eee… dalam bidang SDM…dalam segala suatu apa saja organisasi apa saja…guru itu mesti diinginkan oleh mereka…misalnya di LPM. LPM itu Lembaga Pemberdayaan Masyarakat misalnya, kemudian organisasai-orgnisasi lain, Karang Taruna dan sebagainya, kemudian koperasi, kemudian kemasyarakatan yang lain itu guru ni


(68)

49

ndak bisa lepas walaupun kadang kala terkecoh oleh penyingkiran-penyingkiran apa ya ...sekte atau apa ya namanya…itu…

Trus alasan awal bapak menjadi guru itu apa, dan alasan sekarang pun tetap menjadi guru?

Ya…alasan awalnya memang ….Satu kami tidak memiliki keahlian lain selain mengajar, itu sebagai tumpuan untuk menghidupi keluarga, yang ketiga guru sebagi pekerjaan yang mulia bagi saya.

Tapi ketika dulu waktu awal-awal eee…. Sebelum menjadi guru dan ingin menjadi guru itu alasan bapak apa?

Alasannya saya ingin menjadi pemimpin bisa menghasilkan generasi-generasi muda yang lebih dari saya kepandaiaannya itulah satu kebanggaan saya, jadi keinginan saya seperti itu…

Walaupun sekarang mulai ada distorsi-distorsi …seperti itu tapi keinginan awal seperti itu ya..tadi kan ada tidak memiliki keahlian lain..nah kalau keinginan dari dalam diri bapak sendiri apa ?

Ya kalau saya dulu ini ya saya itu sebetulnya ingin menjadi seorang… apa …yang bisa mrnyembuhkan penyakit…misalnya dokter kah, kemudian minimal perawat atau mantri kesehatan namun demikian ya itu tadi…terbentur oleh ijasah…bisanya masuk dulu itu…dulu itu bisanya masuk itu kalau sekolah guru..yang lain tidak diterima oleh sekolahan yang lain.

Dan dihubungkan dengan kondisi di sini kan ini…bapak hidup di desa dan gaji guru pun seperti itu. Kenapa bapak tetep mau sebasgai guru, tetapi bukan karena ijasah atau yang ain, dari dalam diri bapak memiliki alasan tertentu?

Ya punya…mengapa walaupun sesulit iu masih ngajar dan mau menjadi guru, gini …itulah yang namanya profesi…jadi profesi itu walaupun tertumpu oleh apa saja tetap dipertahankan. Profesi seorang guru adalah memiliki keinginan-keinginan tertentu idealis-idealis yang seperti kami utarakan di depan… eee…kira-kira demikian…anak-anak saya yang pernah saya ajar mudah-mudahan jadilah penerus bangsa yang baik itulah…itulah satu kebanggaan…ternyata saya banyak murid yang sekarang ini menjadi pembesar-pembesar ada yang menjadi anggota DPR, ada yang menjadi bupati, camat..itu sudah banyak …itu satu kebanggaan khusus…eee gini, seorang guru walaupun ada apa ya…ada satu perubahan revolusi sekalipun itu jiwa guru itu tidak akan bisa luntur misalnya…saya pernah mengalami tahun 65 pada waktu saya masih di SMP, saya melihat seorang guru itu gajinya hanya ter kecoh dalam bentuk-brntuk permainan politik, karena pada waktu itu eee…politik masih sama kuat ya partainya…satu dengan yang lain…misalnya komunis, misalnya PNI, misalnya masyumi, dsb…..sehingga seorang guru itu pernah ada yang mendapat gaji dengan bentuk bahan makan, kalo bahan makan di pedesaan di gunung kidul di wonogiri itu bahan makan tu gaplek jadi saya pernah diberi cerita guru saya dulu, gaji nya itu gaplek…itu…itu…walaupun seperti itu guru tu tetap


(69)

50

guru….menginginkan...punya idealis bahwa bangsa ini tidaklah harus seperti saya….harus berubah ke yang lebih baik…ya..saya kira itu yang perlu kami sampaikan…catatan2 saya sebagai seorang guru…njih.

Menurut bapak arti dari pekerjaan guru itu adalah mulia itu seperti apa pak Gini…teutama guru SD, guru SD itu guru yang sangat mulia karena seorang guru SD itu tidak pernah mengharapkan pembalasan dari apa yang telah diberikan kepada anak didiknya. Ternyata memang semua begitu. Eee… Kemudian negara sendiri telah memberikan satu eee.. image terhadap guru SD itu yang namanya pahlawan tanpa tanda jasa itu hanya slogan saja…yang debetulnya dimana di dubia ini ada orang…orangnya mau berjuang bisa hidup dan berguna bagi bangsa dan negara ini tu adalah namanya pahlawan. Sedang keistimewaan dari guru sd ini dinamakan pahlawan tanpa tanda jasa begitu aja sudah ya monggo…tapi untuk kami tidak memerlukan itu…dari guru-guru tu tidak memerlukan dikatakan apa dinamakan pahlawan atau tetek bengekkah yang itu urusannya dengan ee…hanya apa sebagi kebang-bamng atau emberi suatu penghargaan terhadap kami sebangsa guru SD ini merupakan pengharapan-pengharapan yang itu tifdak akan menetas apa apa kecuali hanya apa kami sudah siap diri bahwa itu tidak akan ada apa apa hanya yang kami jaga adalaah kami memberi pelajaran pada anak-anak secara metodus sesuai dengan apa yang kami pergunakan dengan kurikulum yang ada kemudian disesuaikan pula dengan situasi dan kondisi di desa dengan keprihatinan anak-anak didik yang model sekaranng ini sudah amat memprihatinkan dan keprihatinan guru terhadap pendidikan ini tidak ada yang membantu…istilah lainnya cuek, sehingga tidak ada guru SD yang pernah mengharapkan pengembalian dari bentuk apa saja oleh murid-murid yang telah diajarnya…itu.di sebagian yang kami rasakan.


(1)

Struktural subjek 1

Tema Lokasi Struktural

- Gaji guru tidak layak - Memiliki pekerjaan lain - Malu secara ekonomi - Tumpuan keluarga

(5-8) (10-14) (23-29) (45)

-Guru sebagai tumpuan keluarga memiliki gaji kecil.

-Guru harus memiliki pekerjaan lain untuk mencukupi kebutuhan. - Guru orang terhormat dan

terpandang di dalam masyarakat

- SDM guru yang tinggi - Guru adalah pekerjaan

yang mulia

- Bangga menjadi guru

(1-2) (16) (30-31),(37-38) (45-46) (19-22),(37-43) -Guru meruapakan orang yang masih terpandang di masyarakat karena memiliki SDM yang tinggi dan memiliki pekerjaan yang mulia - Punya idealisme tersendiri

- Keahlian mengajar - Tanpa pamrih

(57-70) (44)

(71-73), (78-89)

-Dalam menjalankan tugasnya, guru memiliki karakteristik-karakstik tersendiri

- Kurang dihargai

- Tidak ada yang membantu pengorbanan guru

(32-36) (88)

-Guru merasa profesinya kurang dihargai

- Terbentur ijasah karena ijasah saat itu hanya bisa untuk sekolah menjadi guru

(53-54) -Keterbatasan menjadi guru karena ijasah, karena saat ijasah hanya berlaku untuk sekolah menjadi guru.

- Ingin jadi pemimpin yang mencerdaskan anak-anak

(47-49) Menjadi guru karena memiliki cita-cita untuk mencerdaskan anak-anak.


(2)

(3)

PANDUAN WAWANCARA

Daftar Pertanyaan

1. Pertanyaan pembuka raport

a) Apakah latar belakang pendidikan anda? b) Mulai kapan dan berapa lama anda mengajar? c) Dimana pertama kali anda bertugas mengajar? d) Apa alasan anda untuk menjadi guru?

2. Pertanyaan inti

a) Menurut anda bagaimana keadaan perekonomian guru di desa pada umumnya?

b) Bagaimana perasaan anda terhadap situasi sebagai guru di desa ? c) Apa yang anda lakukan terhadap situasi yang anda hadapi di

pedesaan? 3. Penutup

Peneliti mengucapkan terima kasih atas data dan infomasi yang diberikan. Dengan ini pula penulis memohon untuk adanya wawancara lagi jika dibutuhkan. Terima kasih.


(4)

Data Demografi Subjek 1

1. Inisial : Kr

2. Jenis kelamin : Laki-laki

3. Tempat tanggal lahir : Wonogiri, 12 Januari 1948

4. Usia : 59 th

5. Status pernikahan : kawin

6. Alamat : SDN II Sejati, Giriwoyo

Data Demografi Subjek 2

1. Inisial : Kor

2. Jenis kelamin : Laki-laki

3. Tempat tanggal lahir : Wonogiri, 26 September 1966

4. Usia : 40 th

5. Status pernikahan : kawin

6. Alamat : SDN II Sejati, Kec. Giriwoyo

Data Demografi Subjek 3

1. Inisial : Sl

2. Jenis kelamin : Laki-laki

3. Tempat tanggal lahir : Wonogiri, 17 November 1963

4. Usia : 43 th

5. Status pernikahan : Kawin


(5)

Data Demografi Subjek 4

1. Inisial : Sr

2. Jenis kelamin : Perempuan 3. Tempat tanggal lahir : Wonogiri, 14 Mei 1963

4. Usia : 44

5. Status pernikahan : Kawin

6. Alamat : SDN IV Sejati, Kec. Giriwoyo

Data Demografi Subjek 5

1. Inisial : Mj

2. Jenis kelamin : Laki-laki

3. Tempat tanggal lahir : Sukoharko, 6 April 1950

4. Usia : 57 th

5. Status pernikahan : Kawin

6. Alamat : SDN I Ngancar, Kec. Giriwoyo

Data Demografi Subjek 6

1. Inisial : Bs 2. Jenis kelamin : Laki-laki

3. Tempat tanggal lahir : Wonogiri, 11 Agustus 1963

4. Usia : 43 th

5. Status pernikahan : Kawin


(6)

Data Demografi Subjek 7

1. Inisial : Is

2. Jenis kelamin : Perempuan

3. Tempat tanggal lahir : Wonogiri, 3 Januari 1969

4. Usia : 48 th

5. Status pernikahan : Belum Kawin