Hasil Penelitian METODE PENELITIAN

akan menemukan harta terpendam. Ini membuat Santiago kecewa. Santiago yang tidak tahu cara sampai ke Piramida di Mesir merasa itu hanya mimpi tanpa arti dan membuatnya tidak percaya lagi pada mimpi. Ia merasa ada hal lain yang perlu ia lakukan daripada sekadar percaya pada mimpi. Keputusan Santiago menjadi gembala tidak lepas dari kebutuhan privasi dan independensinya yang tinggi. Ia tidak menyukai hidup bersama orang-orang yang sama kerena menurutnya ia akan kehilangan jati diri dan dituntut berubah sesuai dengan keinginan orang lain. Gembala yang hidup sendiri dan tidak pernah menetap merupakan pilihan yang sangat sesuai dengan kesukaan Santiago terhadap kesunyian. Ia punya banyak teman disetiap tempat yang ia singgahi, tapi tidak harus menghabiskan waktu dengan mereka. Melchizedek yang datang dan mengatakan akan memberi tahu dimana lokasi harta terpendam dalam mimpi Santiago dengan imbalan sepersepuluh kawanan dombanya membuat Santiago curiga. Ia sempat mengira bahwa pria tua ini adalah suami wanita Gipsi yang berusaha mendapatkan uang lebih. Kecurigaan Santiago pada orang lain terkait dengan kebutuhan privasi dan independensi dalam dirinya, yang memungkinkannya menjadi tidak mudah percaya pada orang lain. Namun, kecurigaan ini berakhir ketika Melchizedek mengatakan apa maksud kedatangannya yang ingin membantu Santiago mewujudkan Legenda Pribadinya. Santiago kagum dengan penjelasan Melchizedek mengenai daya misterius yang membuat manusia merasa bahwa mustahil untuk mewujudkan mimpinya, juga bagaimana segenap alam semesta akan membantu manusia untuk mewujudkan mimpi itu. Namun, Santiago yang belum mengerti betul apa yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dikatakan Melchizedek sudah membayangkan bagaimana kagumnya putri pedagang kain mendengar penjelasannya mengenai daya misterius yang disebutkan oleh Melchizedek. Santiago yang merasa belum mendapat penghargaan dari luar terhadap pekerjaannya sebagai gembala, merasa hanya putri pedagang kain yang kagum pada dirinya, terlebih dengan kemampuannya membaca dan bercerita banyak hal. Melchizedek juga mengatakan bahwa fikiran manusia sendiri sering menggagalkan perwujudan Legenda Pribadinya, terutama jika menyangkut keharusan untuk meninggalkan kemapanan untuk mewujudkan Legenda Pribadinya. Hal inilah yang membuat Melcizedek mendatangi Santiago, karena ia hampir menyerah untuk mewujudkan Legenda Pribadinya, yaitu apa yang selalu ingin diwujudkan setiap orang dalam hidupnya dari kecil. Pekerjaan Santiago sebagai gembala merupakan pilihan yang tidak mudah bagi dirinya. Santiago dihadapkan pada sebuah mimpi yang tafsirannya mengatakan ia harus melepaskan pekerjaan yang dicintai dan dijalani dengan penuh pengabdian dan melakukan perjalanan ke Mesir. Pada tahap ini Santiago harus memilih antara progression choice, yaitu sebuah pilihan maju berlawanan dengan regression choice, yaitu sebuah pilihan mundur Maslow dalam Crapps, 1993. Apresiasi Santiago yang senantiasa segar dapat dilihat dari kemampuannya menyadari hal-hal baik dalam hidupnya meskipun itu terjadi setiap hari, seperti terbitnya matahari. Ia juga mampu memaknai hal-hal yang terjadi setiap harinya, termasuk hembusan angin di wajahnya. Ini merupakan bentuk pemahaman Santiago akan alam yang merupakan pengalaman mistik atau puncak. Ia mampu merasakan wangi perempuan gurun, dan keringat lelaki yang mencari hartanya melalui angin yang berhembus di wajahnya. Melalui hembusan angin ini juga Santiago sadar ia juga sebebas angin dalam mengejar mimpinya, dan menyadari bahwa menjadi gembala adalah sarana yang harus ia tempuh sebelum mencapai legenda pribadinya. Ini termasuk dalam karakteristik individu yang mengaktualisasikan diri, yaitu mampu membedakan sarana dan tujuan Maslow, 1984. Pada saat Santiago memberi sepersepuluh dombanya kepada Melchizedek, terdapat satu domba yang pincang. Santiago yang mampu melihat realitas secara efisien mengetahui bahwa dombanya yang pincang justru yang paling pintar dan menghasilkan paling banyak wol. Melchizedek mengatakan bahwa setiap orang yang mengejar mimpinya memiliki kemujuran pemula. Kemujuran ini memungkinkan keberhasilan pada siapapun untuk berhasil pada usaha pertama dirinya untuk mencapai legenda pribadinya. Pemahaman Santiago akan pertanda dan simbol-simbol tertentu merupakan bentuk pengalaman mistik Santiago yang menyatu dengan alam. Dengan bantuan tanda-tanda yang ditinggalkan Tuhan di sepanjang jalan menuju Legenda Pribadinya Santiago akan membuat keputusan sendiri. Ia lepas dari pengaruh luar dan berfungsi secara otonom. Keyakinan Santiago dalam menemukan hartanya bertambah ketika ia menyadari bahwa sebagaimana Tuhan membimbing domba-domba melalui tanda- tanda melintasi padang rumput maka Tuhan juga akan membimbingnya menemukan harta terpendam di Mesir. Pada saat Santiago sampai di Afrika dan kehilangan uang karena ditipu oleh orang yang mengaku akan memandunya ke Mesir, ia sangat terpukul. Nilai estetika dalam dirinya membuat Santiago terpesona pada keindahan sebuah pedang meskipun pada akhirnya itu membuatnya lengah dan kehilangan uang. Peristiwa ini menyadarkan Santiago bahwa ia telah keluar dari hal rutin yang biasa ia lakukan. Ia merasa Tuhan tidak adil. Santiago kembali mengenang saat ia menjadi gembala. Ia menjadi pesimis dan tidak sanggup meneruskan perjalanan menuju Piramida. Pada akhirnya Santiago menjadi sadar ia masih memandang dunia seperti apa yang ia inginkan bukan yang sesungguhnya terjadi. Ini menunjukkan kemampuan Santiago untuk menerima kodratnya sebagai manusia Maslow dalam Schultz, 1991. Kemampuan Santiago untuk dapat kembali mendapatkan semangat meneruskan perjuangan mewujudkan Legenda Pribadinya, tidak lepas dari pengalaman mistik yang menguatkannya. Pengalaman mistik memungkinkan siapapun yang mengalaminya memiliki perasaan gembira atau kagum yang besar Maslow, 1971. Kemampuan untuk terus maju berjuang mewujudkan Legenda Pribadinya disaat dirinya sendiri mengalami kekurangan, menunjukkan Santiago didorong oleh B-Needs. Ia ingin menjadi sesuatu yang sesuai dengan apa yang kehendaki meskipun pada saat itu ia terdampar di negeri asing tanpa uang. Santiago kembali dikuatkan untuk mencari hartanya dengan keyakinan bahwa berkah Melchizedek masih bersamanya. Ia menjadi percaya diri dan senang di tempat baru dan asing, karena bagaimanapun inilah yang selalu ia inginkan, yaitu mengenal tempat-tempat baru. Ia kembali mampu memfokuskan diri pada tujuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI utamanya datang ke Afrika yaitu menemukan hartanya. Kemalangan yang menimpa Santiago di Afrika mampu ia atasi dengan baik, karena bagaimana pun, hal ini terjadi di tengah petualangan di negeri asing, dimana bepergian ke tempat yang baru adalah sesuatu yang sangat ia sukai. Dalam pengalaman mistik terdapat B-Languange Maslow, 1969 yang memungkinkan Santiago berkomunikasi dan mengetahui segala sesuatu tanpa kata-kata. Kemampuan ini membuatnya mampu merasakan apakah seseorang dekat atau jauh dari legenda pribadinya, juga memahami orang lain meskipun mereka berbicara dalam bahasa yang berbeda. B-Languange juga memungkinkan Santiago untuk memahami domba-dombanya ketika masih menjadi gembala. Semua peristiwa ini membuat Santiago sadar bahwa segala sesuatu dalam dunia ini adalah satu karena dibuat oleh tangan yang sama. Kesadaran ini membuatnya tidak takut lagi meskipun ia sedang mengalami kesulitan di negeri asing dalam usaha mewujudkan Legenda Pribadinya. Manusia adalah sebuah kesatuan yang utuh. Satu kebutuhan yang tidak terpenuhi mampu mempengaruhi prilaku individu secara keseluruhan Maslow, 1984; Maslow dalam Koeswara, 1989. Pada saat Santiago kelaparan, ia tahu harus mendapatkan makanan. Pada tahap ini, Santiago yang memiliki harga diri tinggi tahu harus melakukan sesuatu meskipun itu perbuatan yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya, yaitu membersihkan etalase sebuah toko kristal. Kepercayaan diri Santiago membuatnya tetap mampu mengambil inisiatif secara spontan. Ide kreatif untuk membersihkan etalase toko kristal membuahkan hasil. Ia mendapatkan makan siang dari pemilik toko itu. Keteguhan niat Santiago untuk mencari hartanya sampai ke Mesir kembali diuji. Ia harus menempuh ribuan kilometer gurun untuk sampai ke Mesir. Bahkan jika ia bekerja keras setiap hari selama setahun di toko kristal dan mendapat komisi yang tinggi, Santiago masih harus meminjam uang untuk bisa sampai ke sana. Kenyataan ini membuat Santiago patah semangat karena ia telah melakukan banyak perubahan besar dalam hidupnya untuk memberanikan diri melakukan perjalanan ke Mesir. Ia meninggalkan domba-dombanya, melakukan perjalanan ke negeri asing, kehilangan uang, bahkan kelaparan. Santiago juga harus mengumpulkan segenap tenaga dan gairah untuk kembali dapat membulatkan tekadnya mencari harta terpendam di Piramida Mesir. Pada tahap ini, kebutuhan Santiago yang semula sudah sampai tahap B- Needs yaitu aktualisasi diri, kembali turun ke tahap D-Needs, yaitu kebutuhan akan penghargaan. Hal ini terjadi untuk menyesuaikan dorongan dari dalam dirinya. Ia memutuskan kalaupun ia harus bekerja keras untuk mendapatkan uang, ia akan mempergunakan itu untuk biaya pulang ke Spanyol dan membeli domba karena ia ingin menjadi gembala lagi. Pada tahap ini Santiago telah memperoleh pemenuhan kebutuhan fisiologis, dan pekerjaan dari pemilik toko kristal yang merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan akan rasa aman. Namun, tujuan awal Santiago ke Mesir yang merupakan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri yang sesuai dengan potensi dirinya kini telah hilang. Pada saat ini Santiago hanya memikirkan bagaimana ia kembali memperoleh penghargaan yang telah ia lepaskan demi mimpinya yang sekarang terdengar mustahil untuk dilakukan. Maka, cara yang ia tempuh untuk kembali PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mendapatkannya adalah menjadi gembala domba lagi karena melalui pekerjaannya sebagai gembala ia memperoleh kebanggaan diri, yang merupakan wujud penghargaan Santiago terhadap dirinya sendiri. Bekerja di toko kristal merupakan usaha Santiago untuk mendapatkan uang untuk kembali ke Spanyol. Bekerja di toko kristal tidak membuat Santiago bahagia, terlebih pada tahap ini ia sedang mengalami perubahan hirarki kebutuhan dalam dirinya, dari B- Needs ke D-Needs. Namun, karakteristik pengaktualisasi diri tidak hilang dari dalam dirinya. Santiago mampu menanggapi pertanda menghasilkan ide-ide kreatif yang akan memajukan toko tersebut, yaitu membuat lemari pajangan di luar toko dan menjual teh di dalam gelas kristal. Pada awalnya ide-ide Santiago tidak ditanggapi dengan serius oleh pemilik toko, karena terlalu beresiko, namun Santiago mengatakan hidup akan selalu penuh risiko dan kita harus memanfaatkan kemujuran yang sekarang sedang ada di fihak kita. Pada akhirnya ide yang dikemukakan Santiago mampu memajukan toko tersebut. Karakteristik lain yang muncul adalah struktur watak yang demokratis, sehingga ia mampu menerima pendapat dari pedagang kristal yang berbeda dari dirinya dalam menanggapi mimpi. Santiago berpendapat tidak ada salahnya mewujudkan mimpi kita, sementara pedagang kristal takut impiannya tidak sama seperti yang ia bayangkan sehingga lebih suka memimpikannya saja. Setelah setahun bekerja di toko kristal Santiago faham bahwa bekerja di toko kristal adalah bagian dari perjalanan mewujudkan mimpinya. Ia telah belajar bahasa gairah yang memungkinkannya tetap bekerja keras di sana selama setahun, ia tahu tentang bahasa tanpa kata-kata dan pertanda, ia tidak takut perubahan, ia PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mampu berbicara dalam bahasa Arab, dan ia tahu bagaimana cara berdagang kristal. Keinginan menjadi gembala tetap ada karena sebagai manusia biasa ia juga mengalami ketakutan mencoba sesuatu yang baru, sementara ia telah tahu bagaimana menjadi seorang gembala yang baik. Keinginan untuk menjadi pedagang kristal juga muncul dalam dirinya, karena ia telah mengetahui bagaimana melakukannya dengan baik. Namun, semua pengalaman yang ia lalui menguatkan niatnya untuk meneruskan perjalanan ke Mesir. Ini memberi kekuatan yang luar bisa dalam diri Santiago yang membuatnya yakin terbukanya segala kemungkinan akan apa yang akan ia jalani. Kekuatan ini merupakan bentuk pengalaman mistik yang terjadi lagi dalam dirinya, sekaligus menimbulkan keyakinan diri yang menerima kemampuan dirinya sendiri untuk melakukan perjalanan. Penguasaan bahasa Arab tentu saja membantunya melakukan perjalanan jauh ke Mesir. Santiago mampu mengambil hikmah dari semua yang ia alami. Selama ia menjadi gembala dan bekerja di toko kristal, Santiago melaksanakan tugas- tugasnya dengan baik. Ia menyadari kemampuannya untuk melalui tahapan ini dengan baik karena pada akhirnya semua akan mengantarnya menuju ke Legenda Pribadinya. Ia menjadi lebih dekat dengan Legenda Pribadinya karena memutuskan untuk melakukannya. Selama melakukan perjalanan melintasi gurun, Santiago semakin melatih kemampuannya dan kapasitasnya sebagai pengaktualisasi diri. Ia menyadari gurun akan mengajarinya banyak hal karena ia telah menyatu dan berkomunikasi dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI alam, yang merupakan bentuk B-Languange. Ia juga tetap memiliki kemampuan mengamati realitas secara efisien dikarenakan kewaspadaannya terhadap lingkungan sekitar. Selama melintasi gurun, Santiago mau menerima perbedaan pendapat dengan teman seperjalanannya, yaitu seorang ahli kimia Inggris. Santiago mau membaca buku-buku yang dianggap penting oleh pria itu meskipun pria itu tidak menganggap penting gurun yang menurut Santiago merupakan guru yang bijak. B-Cognition yang dimiliki oleh Santiago, membuatnya mampu menganalogikan dan mengambil kesimpulan dari buku-buku kimia teman seperjalannya. Ia yakin alkemis mampu dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, bahwa dunia memiliki jiwa dan siapapun yang memahami jiwa itu dapat juga memahami bahasa benda-benda. Pada saat rombongan karavan tiba di osis setelah melalui perjalanan yang panjang, Santiago memilih untuk menikmatinya dalam diam dan kesunyian. Ia sadar ia masih menempuh perjalanan panjang ke Piramida. Ia sangat menyadari bahwa harus menikmati keindahan oasis ini karena ia tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Setelah merenung dalam diam, Santiago sadar bahwa ia memiliki kelemahan. Ia harus sabar dan harus mengendalikan dorongan hatinya. Ia merasa keadaan yang ia alami tidak semudah dulu lagi. Dia menyadari akan ada ujian bagi dirinya dalam menempuh Legenda Pribadinya. Namun, ia yakin akan pertanda dari Tuhan yang akan membimbing langkahnya. Kebutuhan cinta Santiago terpenuhi melalui kehadiran Fatima yang ia yakini sebagai pasangan jiwa yang selama ini ia cari. Kemampuan Santiago memaknai pengalaman mistik membuatnya tahu bahwa Fatima adalah wanita PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang akan menjadi istrinya. Cinta yang Santiago rasakan pada Fatima adalah B- Love , yaitu cinta yang membuat orang yang dicintai mengaktualisasikan diri Maslow, 1968. Fatima mendorong Santiago untuk mengejar hartanya dan mengatakan ia akan menunggunya, meskipun menurut Santiago Fatima lebih penting dari hartanya. Fatima mampu meyakinkan Santiago bahwa cinta tidak menjadi penghalang bagi seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya. Fatima yang mendorong Santiago mengejar mimpinya, membuat Santiago gundah. Menurut Santiago, Fatima jauh lebih berharga daripada mimpi yang ia kejar. Ia berusaha memahami Fatima dengan pergi ke gurun. Keingintahuan Santiago atas jalan pikiran Fatima yang menginginkan Santiago mencari hartanya didorong oleh hasrat untuk mengetahui dan memahami yang ada dalam dirinya. Ia meyakini gurun menyimpan jawaban atas pertanyaannya karena Fatima adalah wanita gurun. Tapi ia justru memperoleh sesuatu diluar tujuan awal ia datang ke gurun. Melalui terbangnya elang-elang di atas kepalanya ia tahu bahwa oasis yang harusnya menjadi wilayah netral akan diserbu oleh suku yang berperang. Keraguan Santiago untuk menceritakan pertanda yang dilihatnya kepada kepala suku sirna ketika ia mengingat Fatima. Wanita ini telah memberi Santiago kekuatan menghadap para ketua suku yang sudah terbiasa menghadapi pertanda. Pada saat Santiago memasuki tenda utama di oasis itu untuk menghadap ketua suku, sekali lagi nilai estetika Santiago tergugah. Ia sangat terpesona dengan keindahan tenda itu. Santiago tidak menyesali kedatangannya untuk menceritakan penglihatannya kepada para tetua suku. Ia telah melakukan taruhan berbahaya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dalam hidupnya sejak meninggalkan rumahnya dan memutuskan menjadi gembala. Santiago sadar kemampuannya berkomunikasi dengan alam melalui B- Languange harus ditebus dengan nyawanya, karena jika pertanda yang ia lihat tidak terjadi maka ketua suku akan mencabut nyawanya. Jika pun ia harus mati karena pertanda yang ia lihat tidak terjadi, Santiago puas dengan hidupnya. Ia sudah berkelana sampai ke negeri asing, bekerja sepenuh hati di toko kristal, mengenal gurun yang sunyi sebagai guru yang bijak, dan mengenal Fatima cinta dalam hidupnya. Sikap pasrah Santiago terhadap kematian kembali terlihat ketika ia diancam sang alkemis dengan pedang di lehernya. Ancaman itu tidak membuat Santiago takut karena jika ia harus mati sekarang, ia mati dalam usaha mengaktualisasikan dirinya. Ancaman sang alkemis juga tidak membuat Santiago tidak dapat menjelaskan mengapa ia mampu membaca Bahasa Buana. Santiago sampai pada tahap telah terpenuhi kebutuhan fisiologis, rasa aman, penghargaan dan cinta. Ketika kapasitas yang ada dalam dirinya menuntut untuk diwujudkan ke pengaktualisasian, Santiago merasa itu sudah tidak perlu lagi. Menurut Santiagao ia telah menemukan hartanya. Ia memiliki onta, emas sebagai ucapan terimakasih ketua suku karena berhasil mencegah oasis diserang, dan Fatima. Sang alkemis mengatakan itu semua tidak ia temukan di Piramida, dimana disanalah letak mimpinya berada. Dimana hati santiago berada, maka disana ia akan menemukan hartanya. Sang alkemis mengatakan akan membimbing Santiago menuju harta karunnya. Namun, sebelumnya ia akan menguji kemampuan Santiago untuk berkomunikasi dengan gurun, karena piramida dikelilingi oleh gurun. Dengan kemampuannya berkomunikasi dengan alam, Santiago mampu melewati ujian ini dengan baik. Kemampuan Santiago untuk berfungsi secara otonom membuatnya mengambil keputusan untuk tetap mengejar hartanya, karena cinta Fatima tidak pernah menahan dirinya untuk mengejar hartanya. Keputusan ini mengarah pada usaha untuk mewujudkan B-Needs, yaitu kebutuhan mengaktualisasikan diri. Santiago menyadari keputusannya mewujudkan mimpinya akan memisahkan dirinya dengan Fatima dalam jangka waktu yang tidak pasti. Menyadari hal ini, maka Santiago melakukan pelanggaran terhadap tradisi dengan mengajak Fatima berjalan keluar pada malam hari. Prilaku ini didorong oleh rasa cintanya pada Fatima sehingga ia mampu melakukan tindakan yang menunjukkan resistensi terhadap inkulturasi. Selama perjalanan bersama sang alkemis melintasi gurun, Santiago harus belajar mendengarkan hatinya. Pada awalnya sulit bagi Santiago untuk mendengarkan hatinya, namun ia sadar bahwa hati akan selalu ada dan mengingatkan Santiago akan mimpinya. Ia juga sadar hatinya bisa merasa takut dan memiliki muslihat. Hati juga takut menderita dalam usaha mengejar mimpinya. Kemampuan ini berkaitan dengan karakteristik pengaktualisasi diri penerimaan terhadap kodratnya sebagai manusia. Santiago melihat sifat manusiawinya sebagaimana adanya sehingga mampu menerima jika hatinya sendiri bisa merasa takut dan menderita. Apa yang dirasakan hati Santiago merupakan cerminan apa yang dirinya rasakan. Perjuangan dalam mewujudkan mimpi merupakan bentuk rasa syukur Santiago kepada Tuhan karena ia memanfaatkan waktunya di dunia untuk menjadi lebih baik dari dirinya yang sekarang. Dengan mengejar mimpinya, Santiago mampu membedakan apa yang seharusnya harus ia raih dan apa yang harus ia lalui sebelum mencapainya. Dengan berjuang mewujudkan mimpinya, Santiago sadar hidupnya menjadi lebih bermakna. Satu-satunya yang mendorong dan meyakinkan Santiago untuk meraih mimpinya adalah hatinya. Santiago menyadari keberaniannya yang terbesar yaitu keluar dari zona aman dalam hidupnya dan mengambil resiko, yaitu meninggalkan pekerjaannya sebagai gembala, bertahan hidup di tengah cobaan, dan bekerja di toko kristal. Pada saat Santiago dan sang alkemis tertangkap warga suku yang mengira mereka mata-mata musuh, sang alkemis mengatakan bahwa Santiago bisa mengubah dirinya menjadi angin. Santiago yang mendengar perkataan sang alkemis sangat ketakutan karena belum mengetahui bagaimana cara mengubah dirinya menjadia angin. Sang alkemis mengatakan pada Santiago supaya jangan takut gagal karena perasaan takut gagal yang membuat mimpi tidak mungkin diwujudkan. Di bawah ancaman kematian Santiago mencoba berkomunikasi dengan alam melalui B-Languange yang telah ia kuasai. Ia berbicara dengan angin, gurun, dan matahari, meminta mereka mengubahnya menjadi angin. Namun, ketiga ciptaan Tuhan yang luar biasa itu pun tidak mengetahui bagaimana melakukannya. Matahari mengatakan pada Santiago untuk berbicara kepada Tuhan melalui surga. Setelah melewati banyak latihan untuk berkomunikasi kepada Jiwa Buana, ia mengetahui bahwa Jiwa Buana merupakan bagian dari Jiwa Tuhan. Jiwanya adalah jiwa Tuhan dan sebagai manusia biasa Santiago dapat melakukan keajaiban-keajaiban. Pada saat terakhir Santiago akan menemukan hartanya di Piramida, ia kembali mengalami ujian berat. Ia dirampok dan ditertawakan karena usaha kerasnya menggali pasir untuk menemukan harta terpendam. Di tengah kesakitan karena dipukuli, Santiago pasrah pada nasibnya. Pada saat ia akan ditinggalkan dalam keadaan terluka parah, terjadi keajaiban melalui ketua rombongan perampok itu yang mengatakan dengan tepat dimana sebenarnya lokasi harta Santiago. Harta itu terletak di tempat yang sama sekali tidak asing bagi dirinya. Sebuah gereja tua tempat dimana ia bermimpi mengenai harta karun itu. Pada tahap ini, Santiago telah mengaktualisasikan dirinya. Ia telah melakukan apa yang ingin ia lakukan dan didukung oleh kapasitasnya sebagai manusia biasa. Santiago tidak menyesali perjalanan panjang dan berliku yang harus ia tempuh untuk menemukan harta terpendamnya. Meskipun tempat harta terkubur itu bukan di Afrika, melainkan di tempat yang biasa ia tempati bersama domba-dombanya. Dalam perjalanan menemukan harta itu, ia menemukan Fatima, bertemu sang alkemis, memahami gurun, dan belajar ilmu berdagang kristal. Ia bersyukur atas begitu banyak berkah yang ia dapat selama hidupnya yang terjadi berkat kemauannya mewujudkan mimpinya. Sebuah novel adalah media ekspresi pengarangnya untuk menyampaikan pesan kepada pembacanya, apakah itu berdasarkan pengalaman hidupnya sendiri atau tidak. Meneliti kisah hidup Santiago akan menghantarkan kita pada kehidupan pengarangnya, Paulo Coelho. Banyak kesamaan dirinya yang ia PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tampilkan dalam diri Santiago. Jalan berliku yang harus ditempuh sebelum mencapai aktualisasi diri tidak hanya dialami oleh Santiago, melainkan juga oleh Paulo Coelho pengarang novel ini. Selain harus menentang keinginan orangtua, Coelho juga pernah dimasukkan orangtuanya sendiri ke RSJ, dipenjara, menjadi penulis lagu, sukses dan mendapatkan penghargaan atas pekerjaannya. Santiago dengan tawaran sebagai penasihat gurun dan Coelho dengan kehidupan mapannya, memiliki kesamaan untuk tidak mau berada dalam kenyamanan yang telah mereka dapat. Mereka berjuang untuk mewujudkan apa yang benar-benar mereka inginkan dalam hidup ini, meskipun dalam perjalanan hidupnya masing- masing, mereka sempat berusaha melupakan mimpi mereka. Mereka melakukan progression choice dalam hidupnya untuk mewujudkan metamotivation dalam diri mereka masing-masing.

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Pencapaian aktualisasi diri Santiago berdasarkan hirarki kebutuhan Maslow Kebutuhan Santiago pada tahap D-Needs telah terpenuhi dengan baik sebelum pada akhirnya mampu mencapai tahap B-Needs. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah ia dapatkan dari keluarganya, meskipun kedua orangtuanya berupaya keras untuk mendapatkan makanan dan rumah yang layak untuk ditinggali. Sebagai seorang anak, Santiago memahami hasrat orangtuanya yang miskin untuk memperoleh penghargaan dari luar melalui dirinya yang diharapkan untuk menjadi pastor. Namun, pada saat yang sama Santiago telah menjadi individu yang memiliki cita-cita. Ia ingin menjadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI gembala yang berkelana ke banyak tempat, dan yakin bahwa hal ini mampu membawa kebahagiaan dalam dirinya. Keputusan untuk melakukan sesuatu bukan berdasarkan kekurangan yang ada dalam dirinya, melainkan untuk mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri merupakan bentuk kebutuhan untuk berkembang yaitu B-Needs. Keputusan Santiago menjadi gembala dan menjalankan profesi tersebut dengan baik dan penuh tanggung jawab merupakan bentuk aktualisasi diri. Ia melakukan apa yang benar-benar ia inginkan dan sesuai dengan kapasitas yang ia miliki. Melalui profesinya sebagai gembala, ia tidak hanya mendapatkan makanan dan rasa aman. Santiago juga mendapatkan penghargaan dari orang lain yang menghargai kemampuannya menggembalakan domba, berkelana melihat wilayah-wilayah baru, juga kemampuan membaca yang jarang dimiliki oleh seorang gembala. Mimpi berulang yang ia alami di sebuah gereja tua membawanya pada seorang penafsir mimpi yang mengatakan bahwa Santiago harus melakukan perjalanan ke Mesir untuk menemukan harta terpendam. Apabila ia setuju untuk melakukannya berarti Santiago harus meninggalkan pekerjaannya sebagai gembala bahkan menjual domba-dombanya, padahal untuk menjalani profesi sebagai gembala Santiago telah melakukan banyak pengorbanan. Ia harus menentang keinginan orangtuanya dan meninggalkan kampung halamannya. Namun, Santiago berani memilih meninggalkan pekerjaan yang memberinya banyak kebahagiaan demi sebuah mimpi berulang yang ia alami di sebuah gereja yang hampir rubuh. Mimpi berulang yang dialami oleh Santiago merupakan motivasi yang melatarbelakanginya mengaktualisasikan dirinya, karena motivasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan tidak sadar. Santiago melakukan perjalanan ke Mesir dengan harapan ia akan segera menemukan harta terpendam yang oleh Melchizedek disebut sebagai Legenda Pribadinya. Namun, ternyata ia harus kehilangan semua uangnya dan terdampar di negeri asing yang bahasanya sama sekali tidak ia mengerti. Santiago yang datang ke Afrika dengan sejuta asa, tiba-tiba mengalami musibah yang tidak ia duga akan terjadi. Kebutuhan Santiago yang sudah sampai pada tahap B-Needs dalam sekejap turun ke D-Needs yang paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis. Kelaparan tanpa uang di negeri yang asing, Santiago mampu menemukan cara agar ia mendapatkan makan. Pada saat kebutuhan fisiologisnya telah terpenuhi, Santiago tahu ia harus mendapatkan rasa aman melalui pekerjaan yang mampu memberinya penghasilan dan tempat berteduh meskipun ia sendiri tidak menyukai pekerjaannya itu. Setelah setahun bekerja di toko kristal, Santiago memiliki uang yang mampu membuatnya jadi orang kaya jika kembali ke Spanyol, ia telah menguasai bahasa Arab, dan tahu cara berdagang kristal. Kemampuan ini membuat kebutuhan penghargaan yang sebelumnya hilang dalam diri Santiago, ia dapatkan kembali. Tantangan yang Santiago hadapi selanjutnya adalah apakah ia akan meneruskan tujuan awalnya datang ke Afrika, yaitu untuk menemukan harta terpendam di Mesir dengan melintasi gurun yang penuh bahaya perang suku atau pulang ke Sapnyol sebagai orang kaya yang siap memulai usaha PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berdagang kristal. Pada saat ini Santiago dihadapkan pada pilihan untuk tetap berada pada zona amannya atau menantang dirinya memasuki B-Needs yang ia tahu akan membuatnya bahagia. Keputusan untuk mengarungi gurun merupakan sebuah penjalanan panjang yang penuh tantangan karena selain gurun yang penuh bahaya perang yang membahayakan jiwanya, Santiago juga bertemu Fatima cinta dalam hidupnya. Sampai pada tahap ini Santiago belum mendapatkan cinta yang juga merupakan kebutuhan yang terdapat dalam D-Needs. Kehadiran Fatima bisa menghentikan langkah Santiago untuk mendapatkan harta terpendamnya di Mesir. Hal ini dapat terjadi karena dengan menikahi Fatima dan dengan kemampuan Santiago membaca pertanda dan berkomunikasi dengan alam, ia akan diangkat menjadi penasihat oasis. Terlebih dengan kemampuannya itu Santiago baru saja menyelamatkan oasis dan mendapatkan penghargaan dari para tetua suku. Namun, karena cinta yang dirasakan oleh Santiago dan Fatima adalah cinta yang memampukan pasangannya untuk terus mengaktualisasikan diri atau B-Love, maka Fatima mampu meyakinkan Santiago untuk terus mengaktualisasikan dirinya. Santiago pun dimampukan untuk terus meneruskan perjalanannya ke Mesir dan setelah menemukan hartanya ia akan segera kembali kepada Fatima. Selama perjalanan melintasi gurun, Santiago belajar untuk mendengarkan hatinya. Mendengarkan hati merupakan bagian penting dalam perjalanan Santiago mewujudkan Legenda Pribadinya karena pada akhirnya Santiago akan berjuang sendiri dan hatinya yang akan menuntunnya.