pengujian dan kalibrasi adalah Peraturan Pemerintah PP No.72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Depkes RI, 2007.
Semua alat yang digunakan harus terkalibrasi. Pengukuran tekanan darah mencakup tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan darah diukur pada lengan
kanan dengan posisi duduk, kemudian dipasang manset yang lebarnya dapat melingkar sekurang-kurangnya 23 panjang lengan atas dan tidak menempel baju.
Kemudian lakukan pemompaan, catat hasil tekanan darah. Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi dengan menggunakan digital sphygmomanometer.
Pengukuran dilakukan 2 kali berturut-turut dengan interval 2 menit. Apabila terdapat selisih tekanan darah 10 mmHg pada pengukuran ke 1 dan ke 2 baik
pada sistolik
dan atau
pada diastolik,
lakukan pengukuran
ke-3 Handayani, 2013.
E. Faktor Penyebab Hipertensi
1. Umur
Tekanan darah ikut meningkat dengan bertambahnya umur. Setelah umur 45 tahun dinding arteri berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku
Kumar, Abbas, and Fausto, 2005. Menurut Krummel dalam penelitian yang dilakukan oleh Farida Nur Aisyiyah pada tahun 2009 penyakit hipertensi paling
banyak diderita oleh kelompok umur 31-55 tahun dan pada saat usia 40 tahun ke atas penyakit ini akan berkembang, hal yang sama juga terjadi pada yang berusia
60 tahun ke atas Aisyiyah,2009. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang akan mengalami
peningkatan tekanan darah. Tekanan darah sistolik maupun tekanan darah
diastolik akan meningkat. Tekanan darah sistolik meningkat sampai pada usia 80 tahun, sedangkan tekanan darah diastolik terus meningkat sampai pada usia 55-60
tahun, kemudian setelah itu akan menurun secara perlahan bahkan drastis Krummel, 2004.
2. Jenis Kelamin
Wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein HDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah
terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause Kumar, Abbas, dan
Fausto, 2005. Pada pre-menopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit
hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut sampai pada hormon estrogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun Kumar, Abbas, dan Fausto, 2005.
3. Faktor Sosio-Ekonomi
a. Pendidikan
Indonesia mengadakan program wajib belajar sembilan tahun untuk mengembangkan bidang pendidikan, wajib belajar sembilan tahun artinya
masyarakat wajib belajar minimal sampai tingkat SMP. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk kesuksesan program ini cukup banyak antara lain adanya
beasiswa, serta program bidik misi di perguruan tinggi yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi. Menurut Suhendar dalam penelitian yang
dilakukan oleh Supardi 2012 dalam The Global Competitiveness Report tahun 2011-2012 yang diadakan oleh World Economy Forum WEF mengenai tingkat
pendidikan, menempatkan Indonesia pada posisi 46 dari 142 negara di dunia ini, sedangkan untuk tingkat ASEAN Indonesia berada dalam peringkat ke-empat
berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Laporan ini menunjukkan bahwa dari segi pendidikan, Indonesia belum menduduki peringkat yang begitu
maksimal di bandingkan negara-negara yang lain Supardi, 2012. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada orang dewasa di Amerika
Serikat dengan rentangan usia 25-74 tahun, mereka yang pendidikannya lebih rendah dari SMA memiliki prevalensi 6,7 lebih tinggi mengalami hipertensi
dibandingkan dengan tingkat pendidikan di atas SMA. Demikian pula studi di Belanda menemukan 1,8 kali lipat peningkatan kemungkinan hipertensi terjadi
pada wanita dengan pendidikan dasar atau kurang dibandingkan dengan mereka yang mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi Conen, Robert, Paul,
Julie, and Michelle, 2009. Pendidikan yang lebih tinggi memiliki risiko yang kecil mengalami
hipertensi, hal ini berhubungan dengan semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin banyak mereka mendapatkan informasi mengenai pola hidup
sehat, sebaliknya mereka yang pendidikannya rendah lebih berisiko mengalami hipertensi dengan alasan pengetahuan yang kurang mengenai pola hidup sehat
Regidor, Fisac, Banegas, Dominguez, and Artalejo, 2005. Penelitian di
Kabupaten Kebumen menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi paling tinggi terjadi pada responden tingkat pendidikan SD, urutan kedua adalah responden
yang tidak bersekolah. Prevalensi terendah terjadi pada responden dengan tingkat pendidikan SMP sampai Perguruan Tinggi Sigarlaki, 2006.
b. Pekerjaan.
Pekerjaan dan penghasilan yang diperoleh seseorang terkadang dihubungkan dengan pendidikan yang pernah ditempuhnya, artinya semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang memungkinkan orang tersebut akan memperoleh penghasilan yang tinggi saat bekerja, karena pendidikan
berhubungan dengan kecakapan dan sikap yang dilakukan seseorang. Akan tetapi selain pendidikan masih banyak fakor lagi yang mempengaruhi jumlah
penghasilan yang diterima seseorang Tarigan, 2006. Pekerjaan yang menimbulkan stres, dapat memicu terjadinya hipertensi.
Tuntutan pekerjaan yang tinggi disertai dengan kurangnya kontrol dari atasan menyebabkan seseorang tidak rileks dalam bekerja sehingga tidak jarang mereka
bekerja dalam keadaan tegang atau stres. Suatu penelitian menyatakan bahwa bekerja dalam situasi tegang dapat meningkatkan tekanan darah pada laki-laki
yang berasal dari status sosial yang rendah Landsbergis, Schnall, and Belkic, 2003. Ketegangan serta stres dapat menyebabkan hipertensi karena terjadi
peningkatan hormon adrenalin, peningkatan hormon ini berdampak pada meningkatnya aliran darah yang diikuti oleh peningkatan denyut jantung
Anies, 2006. Prevalensi hipertensi yang tinggi juga terjadi pada responden yang tidak bekerja, sedangkan responden yang aktif bekerja seperti petani, buruh,
pekerja bangunan memiliki risiko kecil mengalami hipertensi Mannan, Wahiddudin, dan Rismayanti, 2012.
c. Penghasilan
Pendapatan rumah tangga yang lebih tinggi setelah menikah dapat menurunkan tekanan darah, situasi yang sama juga terjadi pada masyarakat
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi Lam, 2011. Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah menunjukkan prevalensi
hipertensi tertinggi terjadi pada responden yang penghasilannya UMR, diketahui UMR Kabupaten Kebumen pada tahun 2006 sebesar Rp 835.000,00. Responden
dengaan kategori UMR sangat sedikit mengalami hipertensi Sigarlaki, 2006.
F. The Rule of Halves