UMR Yogyakarta khususnya Kabupaten Sleman pada tahun 2014 sebesar Rp 1.127.000 Depnakertrans, 2013.
Uji hipotesis menunjukan terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara jenis penghasilan dengan prevalensi hipertensi, atau dengan kata lain kejadian
hipertensi tidak dipengaruhi oleh jumlah penghasilan responden penelitian.
2. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi dengan Kesadaran Hipertensi
Tabel IX. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi dengan Kesadaran Hipertensi di Dukuh Blambangan Kelurahan Jogotirto Kecamatan Berbah Sleman Yogyakarta
Faktor Sosio-
Ekonomi Ya
Tidak Nilai p
OR 95 lower-upper
Pendidikan ≤SMP
SMP 64,5
47,1 35,5
52,9 0,502
2,500 0,148-42,160
Pekerjaan Indoor
Outdoor 60,0
58,7 40,0
41,3 0,532
0,946 0,418-2,143
Penghasilan ≤UMR
UMR 60,4
52,6 39,6
47,4 0,352
1,375 0,509-3,714
Menurut definisi operasional kesadaran adalah keadaan yang menunjukkan seseorang mengetahui jika mengalami hipertensi, dari definisi ini
maka akan dihubungkan dengan faktor sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan. a.
Pendidikan dan Kesadaran. Hubungan pendidikan dengan kesadaran menunjukan responden dengan
tingkat pendidikan ≤SMP tingkat kesadarannya lebih tinggi 64,5 dibandingkan dengan tingkat pendidikan SMP 47,1. Hal ini berarti dilihat dari proporsi,
respon den dengan tingkat pendidikan ≤SMP yang sebelumnya dinyatakan sebagai
kategori tinggi mengalami hipertensi pada tingkat pendidikan memiliki kesadaran yang baik dari dalam diri untuk melakukan pengecekan tekanan darah di pusat
pelayanan kesehatan. Uji hipotesis menunjukan terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara tingkat pendidikan dengan kesadaran hipertensi.
b. Pekerjaan dengan Kesadaran.
Hubungan antara pekerjaan dengan kesadaran hipertensi menunjukan tingkat kesadaran hipertensi paling tinggi adalah responden yang bekerja indoor
60,0 sedangkan yang bekerja outdoor 58,7. Hasil ini menunjukan bahwa responden yang bekerja indoor yang sebelumnya dinyatakan sebagai responden
tingkat hipertensi yang tinggi pada kategori pekerjaan, memiliki kesadaran yang baik untuk melakukan pengontrolan tekanan darah. Uji hipotesis menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara jenis pekerjaan dengan kesadaran hipertensi.
c. Penghasilan dan Kesadaran.
Tabel IX menunjukkan bahw a dari jenis penghasilan baik ≤ UMR
maupun UMR, tingkat kesadaran paling tinggi adalah responden dengan jenis penghasilan
≤UMR 60,4 dibandingkan dengan jenis penghasilan UMR 52,6. Hasil ini menunjukan bahwa responden
≤UMR yang sebelumnya dinyatakan sebagai responden dengan angka kejadian hipertensi yang tinggi dari
segi penghasilan memiliki kesadaran dari dalam diri untuk melakukan pengecekan tekanan darah. Uji hipotesis menunjukan terdapat perbedaan tidak bermakna
antara jenis penghasilan dengan tingkat kesadaran seseorang mengenai hipertensi. Pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan tidak mempengaruhi kesadaran
hipertensi, bisa dikarenakan para kader di Dukuh Blambangan mempunyai peran yang baik dalam menggerakan masyarakat untuk melakukan pengecekan tekanan
darah, baik itu yang difasilitasi saat dilaksanakannya posyandu lansia maupun dengan adanya pusat pelayanan kesehatan lain yang mudah untuk dijangkau.
3. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi dengan Terapi Hipertensi