darah, baik itu yang difasilitasi saat dilaksanakannya posyandu lansia maupun dengan adanya pusat pelayanan kesehatan lain yang mudah untuk dijangkau.
3. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi dengan Terapi Hipertensi
Tabel X. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi dengan Terapi Hipertensi di Dukuh Blambangan Kelurahan Jogotirto Kecamatan Berbah Sleman Yogyakarta
Faktor Sosio-
Ekonomi Ya
Tidak Nilai p
OR 95 lower-upper
Pendidikan ≤SMP
SMP 69,8
30,2 50,0
50,0 0,524
2,316 0,138-38,990
Pekerjaan Indoor
Outdoor 71,4
28,6 50,0
50,0 0,502
2,500 0,148-42,160
Penghasilan ≤UMR
UMR 79,4
20,6 50,0
50,0 0,387
3,846 0,225-65,710
a. Pendidikan dan Terapi Hipertensi.
Tabel X menunjukkan dari tingkat pendidikan responden yang paling banyak melakukan terapi adalah
responden tingkat pendidikan ≤SMP 69,8 sedangkan SMP 30,2. Artinya responden dengan tingkat pendidikan
≤ SMP yang sebelumnya dinyatakan sebagai responden dengan tingkat hipertensi paling
tinggi pada kategori pendidikan menyadari pentingnya terapi hipertensi. Uji hipotesis menunjukan terdapat perbedaan tidak bermakna antara tingkat
pendidikan dengan terapi hipertensi, b.
Pekerjaan dan Terapi Hipertensi. Tabel X menunjukkan berdasarkan jenis pekerjaan, responden yang
paling banyak melakukan terapi hipertensi adalah responden yang bekerja indoor 71,4 sedangkan outdoor 28,6. Artinya responden dengan jenis pekerjaan
indoor yang sebelumnya dinyatakan sebagai responden dengan tingkat hipertensi
paling tinggi pada kategori pekerjaan menyadari pentingnya terapi hipertensi.
Nilai p0,05 p= 0,356 artinya Ho diterima, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tidak bermakna antara jenis pekerjaan dengan terapi hipertensi.
c. Penghasilan dan Terapi Hipertensi. Tabel X menunjukkan berdasarkan terapi hipertensi, responden yang
paling banyak melakukan terapi adalah responden dengan jenis penghasilan ≤UMR 79,4 sedangkan UMR 20,6. Artinya responden dengan
penghasilan ≤UMR yang sebelumnya dinyatakan sebagai responden dengan tingkat hipertensi paling tinggi pada kategori penghasilan menyadari pentingnya
terapi hipertensi. Uji hipotesis menunjukkan terdapat perbedaan tidak bermakna antara jumlah penghasilan dengan terapi hipertensi.
Pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan menunjukan pengaruh yang tidak bermakna bisa dikarenakan jarak pelayanan kesehatan seperti bidan di Dukuh
Blambangan cukup dekat, selain itu juga turut dibantu oleh pelaksanaan posyandu lansia yang dilakukan satu bulan sekali serta mulai berjalannya BPJS sehingga
memudahkan responden hipertensi mendapatkan terapi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Prevalensi hipertensi di Dukuh Blambangan adalah 55. Responden yang
sadar hipertensi sebanyak 32,5 sedangkan yang melakukan terapi hipertensi 31,5 responden.
2. Terdapat perbedaan bermakna antara prevalensi hipertensi dengan pendidikan
dilihat dari nilai p=0,003, sedangkan pekerjaan dan penghasilan menunjukkan hasil perbedaan tidak bermakna dengan hipertensi dilihat dari nilai p0,05.
Apabila faktor sosio-ekonomi dihubungkan dengan kesadaran dan terapi hipertensi, baik pendidikan, pekerjaan maupun penghasilan mempunyai perbedaan
tidak bermakna dengan kedua hal tersebut.
B. Saran
1. Prevalensi hipertensi di Dukuh Blambangan cukup tinggi, oleh karena itu perlu
dilakukan tahap pencegahan terhadap responden yang dinyatakan tidak hipertensi. 2.
Hipertensi tidak dapat ditentukan hanya dalam satu kali pengukuran, oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan pengecekan
tekanan darah responden penelitian secara berkala.
43