Faktor Presentasi Diri Seksual Online

E. REMAJA

Penelitian-penelitian sebelumnya menemukan bahwa presentasi diri seksual online dilakukan baik oleh remaja awal maupun remaja akhir menjelang dewasa awal. Dir dan kawan-kawan 2012, Lenhart 2009, serta Mitchell dan kawan-kawan 2012 melakukan penelitian presentasi diri seksual online pada remaja dengan rentang usia 12 hingga 18 tahun. Di sisi lain, penelitian yang dilakukan oleh Benotsch dan kawan-kawan 2013, Gordon-Messer dan kawan-kawan 2012, serta Hudson 2011 menemukan bahwa presentasi diri seksual online dilakukan oleh remaja dengan rentang usia 18-25 tahun yang hampir seluruhnya adalah mahasiswa. Penelitian oleh Englander 2012 hanya menggunakan sampel dengan usia 18 tahun.

1. Definisi Remaja

Curtis 2015 menelisik kembali penelitian-penelitian tentang rentang usia remaja yang ditemukan berbeda-beda dan menyusunnya kembali disesuaikan dengan temuan penelitian dan teori perkembangan. Tahapan remaja yang disebut sebagai masa transisi dependensi anak-anak menuju independensi kedewasaan dimulai pada usia 11 tahun hingga 25 tahun. Terdapat dua subtahap remaja, yaitu remaja awal dan dewasa muda. Subtahap remaja awal dimulai pada usia 11 tahun hingga 13 tahun. Salah satu tanda awal seseorang memasuki usia remaja adalah pubertas yang biasanya terjadi kurang lebih di umur 11 tahun. Usia 13 tahun merupakan akhir dari subtahap ini sebab secara budaya seseorang akan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga dianggap akan memasuki tahapan remaja. Tahap remaja dimulai pada umur 14 tahun hingga 17 tahun. Di usia ini seseorang memasuki jenjang pendidikan SMA dan mengalami perubahan psikososial yang signifikan. Individu mulai memiliki pola penalaran yang dewasa. Meskipun demikian, mekanisme penalaran mereka bersifat fluktuatif sebagai akibat dari pengaruh faktor-faktor eksternal, seperti teman sebaya. Subtahap selanjutnya adalah dewasa muda dengan rentang usia 18 hingga 25 tahun. Di usia ini seseorang telah lulus SMA dan di akhir usia ini rata-rata individu telah lulus dari universitas. Individu juga mulai mendapat berbagai otoritas yang legal di mata hukum dan mulai dituntut untuk mandiri secara sosial dan ekonomi.

2. Tugas Perkembangan

Secara umum, terdapat tiga aspek besar tugas-tugas perkembangan remaja Subrahmanyam Smahel, 2010. Pertama terkait aspek seksualitas. Remaja perlu menyesuaikan diri dengan perkembangan seksualitasnya, baik secara biologis maupun secara psikologis. Hal ini lazim disebut dengan eksplorasi seksualitas. Semakin bertambahnya usia remaja, maka semakin besar peluang baginya untuk melakukan berbagai eksplorasi seksual. Remaja memiliki ketertarikan dan dorongan seksual yang lebih besar dibandingkan dengan tahun perkembangan sebelumnya. Sebagai akibatnya, muncul berbagai aktivitas seksual yang dilakukan termasuk mencari pasangan dan terlibat dalam relasi romantis. Bagi sebagian besar remaja, relasi romantis dengan lawan jenis mendapatkan perhatian yang cukup besar dan melalui relasi ini remaja merasa terdukung. Kedua, pembentukan identitas. Dalam hal ini, eksplorasi dan komitmen sangatlah penting untuk membentuk identitas yang sehat. Identitas yang sehat hendaknya stabil dan koheren sehingga membuat individu merasa nyaman dan aman dengan identitasnya tersebut. Pada masa remaja, individu masih melakukan berbagai eksplorasi identitas. Identitas yang stabil dan koheren biasanya akan terbentuk pada usia akhir dewasa muda. Ketiga, membangun keterhubungan dan keintiman. Remaja menghabiskan banyak waktunya dengan teman sebaya dan pasangannya. Seiring seorang remaja makin mandiri dan jauh dari orangtua, ia membutuhkan kedekatan dengan teman sebaya dan menginginkan hubungan yang intim dengan teman dan pasangannya. Hal ini diikuti dengan kecenderungan remaja untuk membuka dirinya sehingga sering kali ditemui remaja yang lebih terbuka pada teman atau pasangannya dibandingkan dengan orangtuanya.

F. DINAMIKA

Presentasi diri seksual online merupakan perilaku foto diri berkonten seksual yang kemudian diunggah di situs jejaring sosial Baumgartner et al., 2015. Konten seksual yang dimaksud dapat berupa postur atau pose tubuh yang seksi, berpakaian seksi, menampilkan tatapan atau ekspresi yang seksi, dan menampilkan bagian-bagian tubuh sehingga terlihat seksi Van Oosten Vandenbosch, 2017. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Penelitian-penelitian sebelumnya telah menemukan beberapa faktor yang berkaitan dengan perilaku presentasi diri seksual online. Pada aspek kepribadian terdapat kecenderungan histrionic, neuroticism yang tinggi, dan agreeableness yang rendah, extraversion sebagai moderator, dan kecenderungan impulsivitas. Pada aspek emosi terdapat need for popularity dan sensation seeking. Selain itu, terdapat pula faktor intensi, norma subjektif, media, dan relasi dengan teman sebaya. Presentasi diri seksual online sebagai salah satu bentuk presentasi diri erat kaitannya dengan self-esteem yang merupakan salah satu motivasi utama seseorang melakukan presentasi diri Leary Kowalski, 1990. Namun demikian, penelitian yang mempelajari kaitan self-esteem dan presentasi diri seksual online memberikan hasil yang berbeda-beda. Beberapa penelitian menemukan bahwa self-esteem berkaitan dengan presentasi diri seksual online Scholes-Balog et al, 2016; Ybarra Mitchell, 2014. Bahkan penelitian tersebut menyebutkan bahwa self-esteem berpotensi menjadi faktor protektif perilaku presentasi diri seksual online. Dengan demikian, memiliki self-esteem yang tinggi akan mengurangi probabilitas seseorang melakukan presentasi diri seksual online. Namun, penelitian lain menyebutkan bahwa self-esteem tidak ada kaitannya dengan presentasi diri online Gordon-Messer et al., 2013; Hudson Fetro, 2015. Jika ditelisik lebih lanjut, penelitian-penelitian yang mempelajari keterkaitan antara self-esteem dengan presentasi diri seksual online juga menggunakan pemahaman self-esteem yang dicetuskan oleh Rosenberg. Hal ini tampak dari alat ukur yang digunakan pada penelitian tersebut. Rosenberg