D. PRESENTASI DIRI SEKSUAL ONLINE 1. Definisi Presentasi Diri Seksual Online
Presentasi diri seksual secara online didefinisikan sebagai perilaku foto diri berkonten seksual yang kemudian dikirim melalui handphone, e-mail, dan
alat-alat teknologi lain Crimmins Seigfried-Spellar, 2014 atau diunggah ke media sosial Baumgartner et al., 2015. Konten seksual dalam foto diri tersebut
bisa ditampilkan secara eksplisit foto telanjang atau hampir telanjang maupun secara implisit pose tubuh seksi, pakaian yang seksi, ekspresi yang seksi
Bobkowski et al., 2016. Presentasi diri seksual secara online juga sering disebut sebagai sexting
Bobkowski et al., 2016; Baumgartner et al., 2015; Dake et al., 2012; Klettke et al., 2014. Namun, dari review penelitian yang dilakukan oleh Gomez dan
Ayala 2014, definisi sexting masih sangat bervariasi dan tumpang tindih dengan pengertian presentasi diri seksual online sehingga perlu adanya kajian
lebih lanjut mengenai definisi presentasi diri seksual online. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lenhart pada tahun 2009 melibatkan penerima
konten seksual dalam definisinya. Sedangkan, penelitian ini berfokus pada individu yang melakukan foto diri berkonten seksual, bukan penerima dari foto
diri tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan istilah presentasi diri seksual online.
2. Motif Presentasi Diri Seksual secara Online
Cooper, Quayle, Jonsson, dan Svedin 2016 melakukan review penelitian tentang presentasi diri seksual online. Terdapat dua motif utama
seseorang melakukan presentasi diri seksual online yang saling berkaitan, yaitu: a. Eksplorasi seksual. Layaknya identitas, aspek seksual juga diekplorasi oleh
remaja. Hal ini berujung pada keinginan untuk mendapatkan penerimaan, perhatian, dan umpan balik yang positif dari teman sebayanya. Hal ini
berguna untuk pembentukan identitas seksualnya. Khususnya bagi individu pada usia akhir remaja, peluang untuk melakukan presentasi diri seksual
semakin besar. Presentasi diri seksual online merupakan tanda kesiapan seseorang untuk melakukan aktivitas seksual dan menjalin hubungan yang
intim. b. Mendapatkan penerimaan sosial dari teman sebaya. Presentasi diri seksual
online dianggap sebagai salah satu norma atau standar untuk mencapai popularitas dan penerimaan. Secara spesifik, individu ingin mencapai
sexual attractiveness sehingga ia berusaha terlihat seksi dan menggoda. Presentasi diri seksual online juga ditujukan pada individu lain yang
berpotensi menjadi pasangannya. Hal ini sekaligus menjadi salah satu strategi remaja perempuan untuk mencapai popularitas di antara remaja
laki-laki. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Faktor Presentasi Diri Seksual Online
Peneliti telah merangkum hasil dari beberapa penelitian tentang faktor- faktor yang terkait dengan presentasi diri seksual secara online. Secara umum,
terdapat dua faktor, yaitu faktor intrapersonal dan faktor interpersonal. a. Faktor intrapersonal
o Kepribadian
Individu yang melakukan presentasi diri seksual secara online memiliki kepribadian yang cenderung histrionik Ferguson, 2011.
Faktor kepribadian lain berupa kombinasi antara kecenderungan neoriticism yang tinggi dan agreeableness yang rendah Benotsch et al.,
2013; Delevi Weisskirch, 2013. Sedangkan Bobkowski dan kawan- kawan 2016 menemukan extraversion sebagai moderator perilaku
presentasi diri seksual secara online. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Dir, Cyder, dan Coskunpinar 2014 menunjukkan
adanya kecenderungan impulsivitas pada individu yang melakukan presentasi diri seksual secara online.
o Emosi
Secara emosi, perilaku presentasi diri seksual secara online terkait dengan kebutuhan akan popularitas Baumgartner et al., 2015.
Presentasi diri seksual secara online merupakan salah satu cara remaja untuk mendapatkan popularitas di antara teman sebayanya. Faktor
lainnya adalah sensation seeking. Faktor ini muncul juga karena PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dimediasi oleh dorongan seksual yang mulai dialami dan dieksplor oleh remaja. Selain itu, depresi juga terkait dengan presentasi diri seksual
secara online. Remaja yang mengalami depresi merasa dicintai atau diperhatikan ketika ia melakukan presentasi diri seksual secara online.
o Self-esteem
Beberapa penelitian menemukan bahwa self-esteem merupakan prediktor dari presentasi diri seksual online Scholes-Balog et al., 2016;
Ybarra Mitchell, 2014. Bahkan penelitian tersebut menyebutkan bahwa self-esteem berpotensi menjadi faktor protektif perilaku
presentasi diri seksual online. Dengan demikian, memiliki self-esteem yang tinggi akan mengurangi probabilitas seseorang melakukan
presentasi diri seksual online. Namun, penelitian lain menyebutkan bahwa self-esteem tidak ada kaitannya dengan presentasi diri online
Gordon-Messer et al., 2013; Hudson Fetro, 2015. o
Norma subjektif Penelitian yang menggunakan TPB sebagai kerangka teori
mengungkapkan bahwa intensi merupakan prediktor yang kuat pada individu yang melakukan presentasi diri seksual secara online Kim et
al., 2016; Walrave et al., 2013; Walrave et al., 2015. Intensi itu sendiri muncul karena adanya sikap yang positif terhadap perilaku presentasi
diri seksual secara online, memiliki sumber daya yang mendukung untuk melakukannya, dan didorong oleh norma subjektif. Dari ketiga